BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lainnya merupakan proses sosial yang selalu terjadi sepanjang sejarah kehidupan manusia. Hal ini tidak terlepas dari usaha manusia dalam memenuhi kehidupan hidupnya dimana selalu mencari tempat-tempat yang dapat menjanjikann penghidupan yang layak. Pola migrasi di negara-negara berkembang menunjukkan suatu pengalihan yaitu pemasukan migrasi ke daerah-daerah tertentu saja khususnya kota-kota besar. Fenomena ini pada dasarnya menggambarkan bahwa kekuatan ekonomi masih terpusat diwilayah-wilayah tertentu saja, arah pergerakan penduduk sangat di motivasi oleh factor ekonomi dan factor pendidikan. Kota memang memegang peranan penting didalam perkembangan manusia. Kota menjadi semacamm wadah kegiatan manusia, tidak dapat dihindari bahwa kota berubah setiap waktu baik dari segi ukuran struktur serta pentingnya. Dengan sendirinya, perubahan ini mengakibatkan ketidak seimbangan dimanamana. Fenomena migrasi dari desa ke kota ini juga muncul diberbagai kota besar. Lee (199), Todaro (199), dan Titus (1982) “A Theory of Migrasion” berpendapat, motifasi utama untuk berpindah adalah motif ekonomi, motif yang mana berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antara berbagai daerah. Oleh karena itu pergerakan penduduk cenderung ke kota yang memiliki kekuatan yang relative diharapkan dapat memenuhi pamrih ekonominya.
Banyak studi mengenai migrasi menunjukkan alasan migrasi terutama karena alasan ekonomi yaitu adanya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yyang lebih baik atau pendapatan yyang lebih besar (Tjiptoherdjanto dalam Dina, 2008). Perbedaan tingkat upah antara desa dan kota yang mendorong manusia bermigrasi kekota untuk memenuhi kebutuhan yang semakin beraneka ragam. Penduduk baru akan melakukan migrasi jika penghasilan bersih yang ada di kota melebihi penghasilan yang ada di desa. (Todaro 2000). Selain itu, terdapat hubungan yang jelas antara tingkat pendidikan yang dicapai dan keinginan untuk bermigrasi. Orang yang berpendidikan tinggi lebih cenderung lebih banyak melakukan migrasi dari pada yang berpendidikan lebih rendah (Lincolin Arshad, 1999). Ketersediaan kesempatan kerja dan usaha ekonomi diberbagai bidang, sementara
daerah
asal
menghadapi
keterbatasan
pendapatan
ekonomi
menyebabkan banyak penduduk bermigrasi ke kota terutama untuk tujuan ekonomi. Disamping itu, ketersediaan sarana dan prasarana sosial, seperti pendidikan di kota juga menjadikan penduduk usia sekolah untuk datang dan tinggal di kota. Pertumbuhan dan perkembangan kota menunjukkan perubahanperubahan yang mengarah pada peningkatan kualitas kehidupan. Secara tidak langsung kota sebagai pusat pelayanan dilengkapi oleh berbagai sarana dan prasarana yang memenuhi standar dan mudah terjangkau. Dalam bermobilisasi, manusia lebih tertarik melakukan perpindahan jarak dekat atau melakukan migrasi non-permanen. Hal ini disebabkan adanya rasa keterikatan penduduk terhadap keluarga, teman maupun kampung halaman yang
ditinggalkan (Mantra dalam Atik Nuraini2006), mobilisasi non-permanen disebabkan adanya perbedaan kekuatan sentrifugal (yang mendorong untuk meninggalkan daerah asal) dengan kekuatan sentripetal (yang menarik untuk tetap tinggal didaerah tujuan). Adanya kesulitan biaya hidup untuk tinggal di kota, kepemilikan lahan didaerah asal, jenis pekerjaan didaerah asal menyebabkan penduduk yang melakukan migrasi non- permanen. Banyaknya perantau atau migrasi sirkuler khususnya dikota Kendari menimbulkan dampak positif dan negatif, baik bagi daerah asal maupun daerah tujuan migrasi. Fenomena inilah yang terjadi pada masyarakat Muna yang bermigrasi ke kota Kendari. Berdasarkan dari penjelasan diatas sehingga penulis mengambil penelitian “PERANAN KOMUNIKASI TERHADAP MOTIF BERMIGRASI (Studi Masyarakat Muna di Kelurahan Bonggoea Kota Kendari). 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, dapat diketahui perpindahan penduduk dari desa ke kota (migrasi sirkuler) sebagian besar dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan untuk melanjutkan pendidikan sehingga rumusan dalam penelitian ini adalah apa yang menjadi peranan komunikasi terhadap motif bermigrasi. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui peranan komunikasi terhadap motif bermigrasi. Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. 1.Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah sumber informasi yang bermanfaat dalam usaha mengetahui motif komunikasi pada masyarakat Muna yang bermigrasi di kota Kendari. 2. Dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan sosial khususnya ilmu komunikasi mengenai penduduk migrasi. 3. Sebagai relefansi untuk penelitian selanjutnya tentang peranan komunikasi terhadap motif bermigrasi. 4. Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis. 1.4 Sistematika penulisan Dalam penelitian ini, sistematika yang digunakan adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini berisi tentang motif komunikasi dan kerangka pikir yang memberikan gambaran alur penulisan. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini menjelaskan tentang lokasi penelitian, subyek penelitian, informan, jenis data penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, desain penelitian, dan konseptualisasi.
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Komunikasi Secara Etimologis istilah komunikasi berasal dari Bahasa latin “communicates” yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian kata komunikasi menurut Bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Menurut Webster New Collogiate Dictionary dijelaskan bahwa komunikasi adalah suatu prosespertukaran informasi diantara individu melalui sistem, lambang-lambang, tanda-tanda dan tingkahlaku. Depari (Effendy, 1993), komunikasi adalah suatu proses penyampaian gagasan, harapan, pesan yang dismpaikan melalui lambang tetentu yang mengandung arti
yang dilakukan dengan
penyampaian pesan
(source,
communicant, audience) dengan maksud mencapai kebersamaan (commonees). Dalam proses komunikasi tersebut dapat menghasilkan pertukaran pendapat, penyampaian informasi ataupun perubahan prilaku/sikap. Kehidupan manusia selalu ditandai dengan komunikasi antar sesame manusia, misalnya pergaulan dalam lingkungan masyarakat. Akikat pergaulan itu ditujukan antara lain derajat keintiman, frekuensi pertemuan, mutu interaksi terutama faktor sejauh mana keterlibatan dan saling mempengaruhi. Kehidupan manusia selalu ditandai dengan komunikasi antar sesame manusia, misalnya pergaulan dalam lingkungan masyarakat. Hakikat pergaulan itu
ditujukan antara lain derajat keintiman, frekuensi pertemuan, mutu interaksi terutama faktor sejauh mana keterlibatan dan saling mempengaruhi. Proses pengaruh tersebut merupakan suatu proses yang bersifat psikologis yang pada gilirannya membentuk proses sosial. Disini komunikasi antarpribadi mempunyai peranan karena selalu dimulai dari proses komunikasi yang bersifat psikologis. Selalu mengakibatkan proses mempengaruhi. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Overland (1948:371), Janis & Kelly (1953) mendefenisikan komunikasi adalah “The process by wich an individual (the communicator) transmits stimult (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individu” komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk pilaku orang lain. Untuk mengurangi rasa ketidak pastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. Sebagian defenisi komunikasi diatas belum mewakili semua yang dibuat oleh para ahli, karena masing-masing defenisi memiliki pengertian yang luas dan berbeda satu sama lainnya. Namun, kita memperoleh gambaran tentang apa yang dimaksud dengan komunikasi. Dari defenisi diatas juga ditekankan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan tersebut mempunyai tujuan yakni mengubah atau membentuk pilaku orang lain yang menjadi sasaran komunikasi.
Adapun karakteristik dari komunikasi adalah: 1. Komunikasi sebagai suatu proses artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan atau berkaitan satu sama lain. 2. Komunikasi yang bersifat simbolik artinya tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. 3. Komunikasi menutut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. 4. Komunikasi bersifat transaksional yang pada dasarnya menutut dua tindakan yaitu memberi dan menerima. 5. Komunikasi menembus factor ruang dan waktu maksudnya para pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada tempat serta waktu yang sama. 2.1.2 Peranan Komunikasi Menurut Karl I. Hovland sebagaimana dikutip oleh Effendy (2000), Ilmu Komunikasi merupakan suatu upaya untuk merumuskan dengan cara yang setepat-tepatnya asas-asas pentransmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap. Penerapan ilmu komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat diharapkan dapat mencegah dan menghilangkan konflik antar pribadi, antar kelompok masyarakat, antar ras/antar bangsa, membina persatuan dan kesatuan umat manusia dipermukaan bumi ini. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berkomunikasi. Dalam proses komunikasi akan terjadi dampak yang mungkin
timbul akibat perbedaan-perbedaan antar manusia atau kelompok maupun antar daerah atau negara. Perkembangan teknologi komunikasi yang makkin canggih menyebabkan semakin pentingnya studi komunikasi. Berbagai aspek kehidupan berkembang sebagai bawaan dari perkembangan tenologi komunikasi. Meskipun teknooogi komunikasi berkembang pesat, tetap saja isi pesan komunikasi tidak semua bisa ditrima oleh semua pihak karena perbedaan kondisi kehidupan antar manusia, sehingga akan timbul salah komunikasi (miscommunication), yang berdampak lagi
pada
salah
interpretasi
(misinterpretation),
atau
salah
pengertian
(misunderstanding). Kesalahan-kesalahan tersebut akan berpengaruh pada pengambilan keputusan yang salah atau salah perilaku (misbehavior). Terjadinya salah periaku dapat berakibat hanya perorangan dan dapat menimbulkan bencana kemanusiaan, karena salah komunikasi menyebabkan terjadinya perang antar ras atau bangsa. Adanya kebutuhan yang mendesak untuk menselaraskan hubungan antar penduduk, antar ras atau daerah, antar pemerintah dan rakyatnya, inilah diperlukan komunikasi. Komunikasi membantu para penduduk yang migrasi dalam membangun konsep-konsep strategis mengenai cara membangun komunikasi dengan daerah tujuan yang mempunyai karakteristik yang berbedabeda, sehingga pesan dapat tersampaikan secara efektif.
2.1.3 Komunikasi sebagai Interaksi Sosial Interaksi sosial dapat terjadi apabila unsur-unsur didalamnya saling mempengaruhi, unsur prilaku, sikap dan budaya sangat ditentukan oleh seseorang yang melakukan interaksi tersebut. Interaksi sosial yang terdiri dari kerjasama, persaingan, konflik, dan akomodasi (Mc Quill, 1996). Komunikasi didalam sosiologi terangkum dalam interaksi sosial dapat disebut kontak sosial yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu: 1. Kontak fisik seperti berbicara dan gambar 2. Kontak komunikasi seperti telepon, membaca karya orang. Didalam teori sosiologi interaksi sosial merupakan kunci yang sangat penting dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Berbicara mengenai interaksi sosial ada beberapa factor penting yang dapat menentukan berlangsungnya proses interaksi yaitu: 1. Imigrasi, dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dari nilai yang berlaku dimasyarakat, tetapi memiliki segi negatif yakni bila mana yang ditiru itu adalah tindakan yang menyimpang. 2. Sugesti, dapat berlangsung bila seseorang memberi suatu pandangan atas sikap yang berasal dari dirinya kemudian diterima oleh piha lain. 3. Identifikasi, merupakan kecenderungan atas keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. 4. Simpatik, merupakan proses seseorang yang tertarik pada diri orang lain, simpatik ini dapat terjadi apabila kedua belah pihak dapat saling mengerti.
2.1.4 Konsep Motif Kata motif diartikan sebagai daya uapaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi interen. Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat diatikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan yang sangat mendesak. Menurut Mc. Donald, motif adalah perubahan energi dalam diri seserang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu: 1. Motif mengawali adanya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motif akan membawa beberapa perubahan energy didalam sistem “neuro physiological” yang ada pada organisme manusia. 2. Motif ditandai dengan munculnya rasa atau feeling efeksi seseorang. Dalam hal ini motif relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Dalam hal ini motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya terjadi Karena terangsang oleh adanya unsur lain. Dengan ke tiga elemen diatas, maka data dikatakan bahwa motivasi sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu
peubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk emudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan kebutuuhan atau keinginan. Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan, diantaranya: 1. Kebutuhan berbuat sesuatu untuk suatu aktifitas. 2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain. 3. Kebutuhan untuk mencapai hasil. 4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. Dalam kamus bahasa Indoesia modern Ali (1989), menjelaskan bahwa motivasi berasal dari suku kata motif yang artinya: 1. Sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang. 2. Dasar pemikiran atau tindakan. 3. Suatu yang menjadi pokok (dalam cerita, gambar dan sebagainya). Motif merupakan salah satu komponen penting untuk meraih keberhasilan dalam suatu proses kerja. Penjelasan lebih lanjut tentang motif dikemukakan oleh Gerungan (1988:32) mengatakan motif mempunyai pengertian penggerak, alasanalasan atau dorongan dalam diri manusia yang menebabkan ia berbuat sesuatu, dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Motif yang ada dalam diri manusia mempunyai peranan besar dalam kegiatan yang merupakan latar belakang tindakantindakannya. Motif yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri disebut motif
intrinsic sedangkan motif yang berasal dari luar atau lingkungannya disebut motif ekstrinsik. Pendapat terakhir diatas memberikan penjelasan tentang bentuk-bentuk motif. Hal ini tidak terlepas pula pada keadaan pada masyarakat Muna yang bermigrasi di kota Kendari yang termotivasi oleh keadaan dalam diri dan dari lingkungannya. Hal diatas didukung oleh pendapat yang dikemukakan oeh Devidof (1991:49) yang menyatakan bahwa motif merupakan keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari suatu kebutuhan, motif ini akan membangkitkan dan mengaktifkan perilaku seseorang yang tertuju pada pemenuhan kebuuhan. Motif berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dinilai, diarahkan, dihentikan dan reaksi subyektif ketika sedang berlangsung. Motif mempunyai fungsi sebagai perantara pada organisme atau manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Lebih lanjut Moekijat (1997:16) bahwa motif adalah: 1. Setiap perasaan atau keinginan yang mempengaruhi keinginan seseorang, sehingga individu didorong untuk bertinndak. 2. Pengaruh kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kelakuan. 3. Proses yang dalam menentukan gerakan atau tingkahlaku individu kepada tujuan-tujuannya. Abraham
Maslow
sebagaimana
dikutip
oleh
Wijaya
(1949:43)
menghipotesiskan bahwa didalam diri manusia ada sebuah jenjangkebutuhan yang selanjutnya dikenal dengan teori Hierarki kebutuhan, sebagai berikut:
1. Physicological
Needs
yaitu
kebutuhan
yang
diperlukan
untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seseorang. 2. Safety and Secuity Needs yaitu ebutuhan akan keamanan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan eselamatan dalam melaukan perjalanan. 3. Affiliation of Aceptance Needs yaitu kebutuhan sosial akan teman, dicintai dan mencintai. 4. Self Actualization yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keteampiln dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau prestasi yang sulit dicapai orang lain. Abraham Maslow memisahkan kelima kebutuhan itu sebagai kebutuhan order tinggi dan kebutuhan order rendah. Kebutuhan physicological dan kebutuhan rasa aman dari ancaman dimasukkan sebagai kebutuhan arder rendah sedangkan kebutuhan sosial, kebutuhan sebagai order tinggi. Perbedaan antar keduanya berdasarkan alasan bahwaorder tinggi dipenuhi secara internal (dipengaruhi oleh diri pribadi) sedangkan kebutuhan order rendah dipenuhi secara eksternal (dipengaruhi oleh orang lain atau lingkungannya). Fungsi Motif Perlu ditegaskan bahwa fungsi motif berhubungan dengan suatu tujuan karena itu motif mempengaruhi adanya kegiatan. Sehubungan dengan itu ada tiga fungsi motif, yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Dalam hal ini motif merupakan penggerak dari setiap egiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yan hendak dicapai. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa sajaang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Motif Motif sebagai penggerak terakhir terjadinya tingkahlaku, misalnya ada kebutuhan tetapi kebutuhan ini tidakakan berhasil menciptakan motif yang tidak akan menghasilkan sebuah tingkahlaku dalam diri manusia, seperti faktor biologis yang dipengaruhi faktor-faktor sosial, kebutuhan atau sebaliknya, hal ini dapat dikatakan bahwa tingkahlaku manusia didorong oleh adanya motif-motif yang menjadi dasar atau hal-hal yang abstrak (tidak dapat dilihat dari aktifitas seseorang). New Comb (1988:53) menegaskan tingkahlaku termotivasi sebagai sesuatu yang dilihat, dirasakan, dipikirkan dengan cara yang sedikit bertentangan dalam mengerjakan suatu kegiatan. Dengan demikian aktifitas seseorang dalam mencapai tujuan dapat ditimbulkan oleh satu atau lebih motif yang mempengaruhinya. Dalam psikologi pendidikan tahun 1993/1994 dijelaskan bahwa tindakantindakan manusia kearah pembaharuan atau perbaikan kehidupan selalu disadari
oleh adanya rangsangan-rangsangan, baik yang bersumber dari dalam maupun yang bersumber dari luar. Kedua bentuk rangsangan itu adalah; a. Motif intrinsik adalah motif yang berpengaruh karena adanya rangsangan dari dalam diri individu. b. Motif ekstrinsik adalah motif yang berpengaruh karena adanya rangsangan dari luar. Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya motif komunikasi para penduduk untuk bermigrasi karena adanya suatu dorongan atau keinginan untuk memenuhi kebutuhannya. 2.1.5 Konsep Migrasi Menurut Roxy Munir dalam buku Dasar-Dasar Demografi, migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu tempat ketempat lain melampaui batas politik atau negara atau batas administrasi atau batas bagian dalam suatu negara. Dalam arti luas, defenisi tentang migrasi adalah tempat tinggal mobilitas penduduk secara geografis yang meliputi semua gerakan (movement) penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode tertentu pula (Mantra, (1980:20). Pengertian inidikaitkan dengan perpindahan tempat, selain itu kata movare dikenal dengan arti orang yang berpindah dari satu tempat ketempat lain. Mengingat bahwa skala penelitian itu berfariasi antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain, sulit bagi peneliti migrasi penduduk untuk menggunakan batas wilayah dan waktu yang baik (standart). Kalua dilihat dari ada atau tidaknya niatan untuk menetap didaerah tujuan, migrasi penduduk dapat
pula dibagi dua, yaitu migrasi penduduk permanen dan migrasi non-permanen. Migrasi penduduk permanen adalah gerak penduduk yang melintasi batas wilayah menuju kewilayah laindengan adanya niatan untuk menetap didaerah tujuan. Sebaliknya migrasi non-permanen adalah gerak penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dengan tidak ada niatan untuk menetap didaerah tujuan. Apabila seseorang menuju daerah lain dan sejak semula tidak bermaksud menetap didaerah tujuan, orang tersebut digolongkan sebagai pelaku migrasi nonpermanen walaupun bertempat tinggal didaerah tujuan dalam jangka waktu yang cukup lama (Steele, 1983 dalam Dina, 2008). Pada umumnya, para penduduk yang melakukan migrasi sirkuler menuju ke kota terdorong oleh adanya tekanan kondisi ekonomi pedesaan, dimana semakin sulit mencukupi nafka keluarga. Dorongan ekonomi tersebut ternyata ditimbulkan oleh permasalahan sempitnya lahan pertanian didesa dan hambatan dalam mengelolanya. Kondisi ekonomi pedesaan yang kembang kempis tersebut jelas perlu adanya perbaikan. Oleh karena itu sifat dan perilaku para penduduk yang migrasi didaerah tujuan adalah bekerja dengan tidak mengenal waktu dengan tujuan untuk mengubah kondisi ekonomi mereka. Perpindahan individu merupakan analisis migrasi dan kecenderungan ini didukung oleh faktor bahwa migrasi biasanya melibatkan anak muda yang belum berkeluarga. Tetapi banyak kasus yang memunculkan bahwa migrasi tidak hanya merupakan perpindahan sekaligus, namun terdapat jenis perpindahan yang berangsur-angsur sepanjang waktu atau yang biasa disebut dengan karier migrasi.
Ada tiga migrasi desa ke kota yaitu: 1. Migrasi temporer laki-laki yang terpisah dari keluarga mereka. 2. Migrasi keluarga ke wilayah perkotaan yang diikuti oleh migrasi balik ke kampong halaman. 3. Pembangunan rumah tangga urban yan permanen. 2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi Menurut Mitchell (1961) sebagai mana dikutip oleh Mantra (2000) bahwa terdapat beberapa kekuatan yang menyebabkan orang-orang terikat daerah asal, dan ada kekuatan yang mendorong orang-orang untuk meninggalkan daerah asal. Kekuatan yang mengikat orang-orang untuk tinggal didaerah asal disebut dengan kekuatan sentripetal (centripetal forces), misalnya terikat tanah warian, menunggu orang tua yang lanjut usia, kegotong-royongan, daerah asal sebagai tempat kelahiran nenek moyang, dan sebaliknya kekuatan yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asal disebut dengan kekuatan sentrifugal (centrifugal forces), seperti terbatasnya lapangan kerja dan terbatasnya fasilitas pendidikan. Sedangkan Todaro (2003), berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi sangat beragam dan rumit. Lebih jelasnya menurut Todaro (2003) keputusan seseorang untuk melakukan migrasi selain dipengaruhi oleh faktor ekonomi juga dipengaruhi oleh faktorfaktor sebagai berikut: 1. Faktor sosial, termaksud keinginan para imigran itu sendiri untuk melepaskan diri dari kendala-kendala tradisional yang sebelumnya menekan mereka.
2. Faktor fisik, termaksud pengaruh iklim dan bencana alam seperti banjir dan kekeringan. 3. Faktor demografi, termaksud penurunan tingkat kematian yang kemudian mempercepat laju pertumbuhan penduduk pedesaan. 4. Faktor kultural, termaksud pembianaan kelestarian hubungan “keluarga besar” sesampainya diperkotaan dan daya tarik kehidupan di kota. 5. Faktor komunikasi, termaksud kualitas sarana transportasi, sistem pendidikan dan dampak modernisasi yang ditimbulkan dari perkotaan. Daerah-daerah tertentu cenderung kebiasaan penduduknya apabila sudah merantau keluar daerah berprinsip tidak akan kembali. Sehingga mengakibatkan daerah asal sulit untuk berkembang disebabkan generasi mudanya tidak ada yang melanjutkan baik perekonomian, pembangunan dan budaya daerah asal. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi penduduk untuk menetap atau menarik orang lain untuk pindah kedaerah tujuan, serta ada juga faktor-faktor lain yang memaksa mereka meninggalkan daerah itu. Oleh Lee 1966; Todaro 1979, sebagaimana dikemukakan Mantra (1992), dikatakan bahwa motivasi utama seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Kondisi ini terjadi karena adanya ketimpangan ekonomi antar berbagai daerah, khususnya antara desa dan kota. Hal ini dirasakan menjadi pertimbangan rasional, dimana mobilisasi ke kota mempunyai harapan untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang lebih tinggi, sehingga arah pergerakan penduduk juga cenderung ke kota yang memiliki kekuatan yang relative besar, dengan harapan dapat memenuhi pamrih-pamrih ekonomi mereka.
Dalam kehidupan nyata tradisi bermigrasi juga dipengaruhi oleh trend masyarakat setempat, dengan alasan sekedar mencari pengalaman juga untuk mencari penghidupan selagi menunggu sebelum memasuki jenjang ruma tangga. Hossain (2001) secara spesifik juga mengungkapkan bahwa keputusan bermigrasi atau terjadinya out-migration cenderung dipengaruhi oleh variabelvariabel kepemilikan lahan, jabatan, pendidikan, jumlah anggota jenis kelamin laki-laki usia dewasa dan ukuran keluarga. Djamba (2001) juga mengemukakan adanya variabel-variabel jenis kelamin, umur, status perkawinan, status migran sebelum pindah, status migran setelah pindah, pendidikan dan asal daerah yang berpengaruh terhadap niat bermigrasi. Demikian pula Zhu (2000) menggunakan variabel independen yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status perkawinan sebelum bermigrasi, besarnya keluarga, jumlah saudara, status anak tertua, ukuran lahan yang ditanami, status pekerjaan dan pendapatan perbulan yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk bermigrasi. Selain model migrasi diatas, terdapat model yang dikembangkan oleh Speare (1975) seperti yang dikutip oleh Susilowati (1998), bahwa migrasi tenaga kerja juga dipengaruhi oleh faktor struktural, misalnya karateristik yang menyangkut Sosio-Demografis, tingkat kepuasan teradap tempat tinggal, kondisi geografis daerah asal, dan karakteristik komunitas. Keban (1994) juga menambahkan dengan faktor latar belakang individu, latar belakang struktural dan place utility.
2.1.7 Teori Migrasi Teori migrasi pertama kalidiperkenalkan oleh Ravenstein pada tahun 1985 dan digunakan sebagian besar kajian bagi para peneliti lainnya (Lee, 1966; Zelinsky, 1971 dalam Waridin, 2002). Para peneliti tersebutmengatakan bahwa motif utama untuk faktor primer yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi adalah karena alasan ekonomi. Teori migrasi menurut Ravenstein (1985) mengungkapkan tentang perilaku mobilisasi penduduk (migrasi) yang disebut dengan hukum-hukum migrasi berkenaan sampai sekarang. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Para migran cenderung memilih tempat tinggal terdekat dengan daerah tujuan. 2. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi adalah sulitnya memperoleh pendapatan didaerah asal dan kemungkinan untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik didaerah tujuan. 3. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah pindah ke daerah lain merupakan informan yang sangat mempengaruhi. 4. Informasi yang negatif dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk untuk bermigarasi. 5. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besar tingkat mobilitas orang tersebut. 6. Semakin tinggi pendapatan seseorang semakin tinggi frekuensi mobilitas orang tersebut.
7. Paramigran cenderung memilih daerah dimana terdapat teman atau sanak saudara yang bertempat tinggal didaerah tujuan. 8. Pola migrasi bagi seseorang maupun sekelompok penduduk sulit untuk diperkirakan. 9. Penduduk yang masih muda dan belum menikah lebih banyak melakukan migrasi dibandingan mereka yang berstatus menikah. 10. Penduduk yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi biasanya lebih banyak mobilitasnya dibandingkan yang berpendidikan rendah. Mantra, Kastro dan Keban (1999) dalam Waridin (2002) menyebutkan ada beberapa teori yang mengungkapkan mengapa seseorang melakukan migrasi adalah karena adanya ingin memiliki pendapatan yang lebih. Setiap individu mempunyai mempunai beberapa kebutuhan yaitu berupa kebutuhan ekonomi, sosial, budaya dan psikologi. Semakin besar kebutuhan yang tidak terpenuhi, semakin besar stress yang dialami seseorang. Apalila stress sudah berada diatas batas toleransi, maka seseorang akan berpindah ke tempat lain yang mempunyai nilai kefaedaan atau supaya supaya kebutuhannya dapat terpenuhi. Perkembangan teori migrasi ini kemudian dikenal sebagai model “stress teshold” atau model “place utility”. Model semacam ini juga diterapkan oleh Keban (1994) dan Susilowati (1998) dalam Ara (2008). Menurut Everett S. Lee (Mantra, 2000), volume migrasi di suatu wilayah berkembang sesuai dengan tingkat keragaman daerahdaerah di wilayah tersebut. Di daerah asal dan di daerah tujuan, menurut Lee terdapat faktor-faktor yang disebut sebagai:
1. Faktor positif (+) yaitu faktor yang memberikan keuntungan bila bertempat tinggal di daerah tersebut. 2. Faktor negatif (-) yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau yang merugikan bila tinggal ditempat tersebut sehingga seseorang perlu untuk pindah ketempat lain. 3. Faktor netral (0) yaitu yang tidak berpengaruh terhadap keinginan seorang individu untuk tetap tinggal ditempat asal atau pindah ke tempat lain. Selain ketiga faktor diatas terdapat faktor rintangan antara. Rintangan Antara adalah hal-hal yang cukup berpengaruh terhadap besar kecilnya arus migrasi penduduk. Rintangan Antara dapat berupa ongkos pindah, topografi wilayah asal dengan wilayah tujuan atau sarana transportasi. Faktor yang tidak kalah penting yang mempengaruhi migrasi penduduk adalah faktor individu. Karena faktor individu pula yang dapat menilai positif atau negatif lah suatu daerah dan memutuskan untuk pindah dan bertahan di tempat asal. Jadi menurut Everett S. Lee (Mantra, 2000) arus migrasi dipengaruhi 4 faktor, yaitu: 1. Faktor individu. 2. Faktor-faktor
yang
terdapat
didaerah
asal,
seperti
keterbatasan
kepemilikan lahan, upah yang rendah, waktu luang (time lag) antara masa tanam dan masa panen, sempitnya lapangan pekerjaan di desa, terbatasnya jenis pekerjaan di desa. 3. Faktor didaerah tujuan, seperti tingkat upah yang tinggi, luasnya lapangan pekerjaan yang beraneka ragam.
4. Rintangan antara daerah asal dan daerah tujuan, seperti sarana transportasi, topografi desa ke kota dan jarak desa ke kota. Ke empat faktor yang mempengaruhi arus migrasi diatas dapat digambarkan sebagai berikut: Bagan: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi
Sumber: Mantra (2000)
2.1.8 Teori Kebutuhan dan Tekanan Menurut teori kebutuhan Robbins (1999:205) yang memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu: 1. Kebutuhan akan prestasi artinya kebutuhan yang membedakan diri mereka dengan orang lain untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik, kebutuhan akan prestasi ini mencakup dorongan untuk mengungguli orang lain. 2. Kebutuhan akan kekuasaan artinya hasrat untuk berpengaruh dan mempengaruhi orang lain, kebutuhan akan kekuasaan ini mencakup kebutuhan untuk membuat orang lain dalam suatu cara (tanpa paksaan) tidak akan berperilaku demikian.
3. Kebutuhan afiliansi artinya hasrat untuk disukai dan diterima baik oleh orang lain, lebih menyukai situasi kooperatif dan lebih menginginkan hubungan timbal balik yang harmonis, kebutuhan akan afiliansi mencakup hasrat untuk hubungan pribadi yang ramah dan karib. Rozy Munir dalam Dasar-Dasar Demografi (1981), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi ada dua faktor yaitu: 1. Faktor-faktor pendorong yang menyebabkan penduduk migrasi, yaitu: a. Makin berkurangnya sumber daya alam didaerah asal. b. Menyempitnya lapangan pekerjaan didaerah asal, karena masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin. c. Adanya tekanan atau diskriminasi politik, agama dan suku didaerah asal. d. Tidak cocok lagi dengan adat budaya atau kepercayaan didaerah asal. e. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa mengembangkan karier pribadi. f. Bencana alam baik banjir, kebakaran, musim kemarau atau adanya waba penyakit. 2. Faktor-faktor penarik yang menyebabkan penduduk melakukan migrasi, yaitu: a. Adanya rasa superior ditempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang cocok. b. Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
c. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. d. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan. e. Tarikan dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung. f. Adanya aktifitas kota besar, tempat-tempat hiburan dan pusat kebudayaan. Menurut Milan J. Titus (1982) dalam Ara (2008), mengatakan bahwa faktor-faktor daya tarik yang positif orang melakukan migrasi adalah: 1. Kesempatan kerja yang terdapat dalam sektor: a. Sektor pertanian (tidak termaksud pertanian pangan tradisional, meliputi kolonisasi agraris dan perkebunan rakyat) contohnya di sumatera utara yaitu mengenai rehabilitasi perkebunan, sedangkan lampung dan Kalimantan tengah yaitu transmigrasi. b. Sektor
ekstraktif:
terutama
tambang
minyak
dan
usaha
memperoleh kayu. c. Sektor sekunder dan tersier, terutama kota-kota yang bertambah dengan cepat. 2. Tingkat pendapatan regional perkapita 3. Atraksi kota 4. Faktor intuisi-intuisi sosial 5. Keresaan sosial Dalam Ara (2008), tumbuhnya berbagai sektor perekonomian di kota-kota besar membuat para responden tertarik untuk dapat menikmati keberhasilan di kota besar dengan cara bekerja dengan harapan mengubah tingkat sosial
ekonominya. Hal inilah yang menjadikan harapan mengubah harapan dari keseluruhan responden yang ada, mereka menyatakan bahwa faktor tersebut merupakan salah satu faktor yang menjadi penarik bagi mereka untuk berpindah ke kota. Tiap-tiap individu memiliki kebutuhan yang perlu dipenuhi. Kebutuhan tersebut bisa berupakebutuhan ekonomi, sosial maupun psikologi. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka akan menyebabkan tekanan atau stess. Tinggi rendahhnya tekanan yang dialami oleh masing-masing individu berbanding terbalik dengan proporsi pemenuhan tersebut. Ada dua yang dapat diakibatkan dari tekanan. Apabila tekannan yang dirasakan oleh seorang individu masih dalam batas toleransi maka individu tidak akan dengan tetap dari daera asal dan berusaha menyesuaikan kebutuhan dengan fasilitas yang tersedia dilingkungan tersebut. Namun apabila tekanan yang dirasakan oleh individu diluar batas toleransinya maka individu tersebut akan mempertimbangkan untuk pindah ketempat lain dimana dia merasa kebutuhan yang diperlukannya dapat terpenuhi dengan baik. Maka bisa dikaitkan bawa seseorang akan pindah dari tempat yang memiliki nilai kefaedahan tempat (place utility)rendah ketempat yang lebih memiliki nilai kefaedahan ttempat lebih tinggi agar kebutuhannya dapat terpenuhi. Hubungan antar kebutuhan dan pola migrasi penduduk dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:
Gambar: Hubungan Antara Kebutuhan dan Pola Migrasi Penduduk
Sumber: Mantra (2000) Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa proses mobilisasi penduduk terjadi bila memenuhi kondisi sebagai berikut: 1. Seorang ndividu mengalami tekanan (stress) ditempat dia berada. Masingmasing individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, semakin
heterogen struktur penduduk disuatu daerah maka makin heterogen pula tekanan yang mereka hadapi. 2. Terjadi nilai kefaedahan tempat antara suatu wilayah dengan wilayah lain.
2.2 Kerangka Pikir Perkembangan suatu kota didunia tidak terlepas dari proses migrasi. Migrasi merupakan perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Proses migrasi ini terjadi karena bertambahnya jumlah penduduk serta masalah ekonomi masyarakat pedesaan. Fenomena migrasi pada motif penduduk yang bermigrasi banyak terjadi diberbagai daerah di Indonesia. Hal ini dipengaruhi keputusan individu khususnya para tenaga kerja yang bermigrasi. Dari telaah ada beberapa teori yang dapat dijadikan sebagai landasan teori dalam mengetahui Motif Komunikasi yang mempengaruhi Masyarakat Muna untuk Migrasi kekota Kendari. Perpindahan atau migrasi penduduk terjadi bukan hanya berkaitan dengan lapangan pekerjaan saja, namun hal ini terjadi karena motif yang berpengaruh pada keputusan seseorang untuk bermigrasi. Milan J. Titus (1982) dalam Ara (2008) juga mengatakan bahwa salah satu daya tarik yang positif orang bermigrasi adalah tingkat pendapatan regional perkapita, atraksi kota, faktor instuisi sosial dan keresahan sosial. Todaro (1969) mengatakan secara teoritis dimana peluang bermigrasi akan lebih besar bagi individu yang berpendidikan rendah dan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi migrasi meningkat dengan meningkatnya
tingkat pendidikan. Lewis (1999) yang menjelaskan pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan kesempatan kerja disektor modern. Disisi ketenaga kerjaan, peningkatan sektor industri akan meningkatkan permintaan tenaga kerja. Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas, maka muncul kerangka pemikiran yang dapat dijelaskan pada gambar sebagai berikut:
Bagan Motif Komunikasi Masyarakat Muna yang Bermigrasi di kota Kendari:
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota kendari, Kecamatan Baruga, Kelurahan Bonggoeya dengan pertimbangan bahwa didaerah tersebut banyak penduduknya berasal dari daerah Muna yang bermigrasi ke kota kendari dengan alasan mencari nafkah dan melanjutkan studi. Dalam penelitian ini jumlah masyarakat Muna yang akan diteliti adalah sebanyak 200 jiwa.
3.2 Subyek/Obyek Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran dasar dan informasi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai motif komunikasi masyarakat Muna bermigrasi ke kota kendari. Subyek dan obyek penelitian ini adalahpara migran yang berasal dari Kabupaten Muna yang bertempat tinggal di kelurahan Bonggoeya.
3.3 Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berasal dari Kabupaten Muna yang ada di Kelurahan Bonggoeya sebanyak 5 orang. Dari 5 orang tersebut mewakili masing-masing dari pekerjaan yang mereka dapatkan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (Field research). Penelitian kepustakaan digunakan untuk memperoleh teori-teori yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian lapangan dilakukan dengan teknik sebagai berikut: 1. Observasi, dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian untuk melihat secara dekat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian, khususnya mengenai motif komunikasi masyarakat muna yang bermigrasi ke kota kendari. 2. Angket, yaitu susunan pertanyaan yang dibuat dalam bentuk tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab guna memperoleh data yang berkaitan dalam penelitian ini. 3. Wawancara (interview) yaitu penelitian mengadakan Tanya jawab kepada sebagian responden dan semua informan untuk mendapat data tentang alasan atau motif masyarakat muna yang bermigrasi ke kota kendari. 4. Dokumentasi atau asip-arsip, yaitu mendapatkan data yang berkenaan dengan data-data tentang gambaran umum lokasi penelitian.
3.5 Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan di interprestasikan untuk mendapatkan kesimpulan.
3.6 Desain Penelitian Bagan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Motif Penjelasan Contoh 1. Motif Intrinsik Motif yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi manusia untuk migrasi ke daerah lain. a. Pedagang kaki lima b. Sopir angkot c. Mahasiswa/pelajar d. dll 2. Motif Ekstrinsik Motif yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri untuk melakukan migrasi ke daerah lain. PNS a. Anggota Polri/TNI b. Dosen c. dll
3.7 konseptualisasi Untuk memperoleh kesamaan interpretasi, maka konsep dasar dari istilahistilah yang digunakan dalam penelitian ini perlu didefenisikan secara operasional, yaitu:
1. Motif atau hal yang mendorong masyarakat Muna untuk migrasi ke kota Kendari. 2. Peran komunikasi
sebagai
penghubung masyarakat
Muna
untuk
melakukan migrasi. 3. Migrasi adalah suatu proses yang digunakan oleh masyarakat Muna untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Kesimpulan Dalam Bab ini penulis mencoba member kesimpulan dari seluruh materi yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Selain itu juga memberikan saran sebagai bahan masuksn bagi masyarakat desa pada umumnya dan pada khususnya bagi masyarakat Muna yang merantau. Dari pembahasan bab sebelumnya akhirnya penyusun dapat menarik sebuah kesimpulan antara lain: 1. Secara umum perpindahan penduduk (migrasi) dalam Islam sama halnya pengertian hijrah dalam “arti sempit”, yaitu perpindahan penduduk dari
daerah satu ke daerah lain dengan tujuan memakmurkan bumi dan memeratakan nikmat Allah, seperti usaha manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam berupa darat, laut, hutan, gunung, sungai dan lainnya. Adapun Hijrah dalam “arti luas”, sangat kompleks, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu pindah dari Mekkah ke Madinah. Hijrah itu berarti mengorbankan atau meninggalkan kampong halaman, rumah, seseorang, keluarga, tanah dan lainnya. 2. Orientasi merantau masyarakat Muna dilihat dari motivasinya adalah karena motif ekonomi, motif sosial, dan motif pendidikan. Motif-motif tersebut yang mendorong dan mempengaruhi masyarakat Muna untuk merantau dikota Kendari. Pada motif ekonomi diketahui kecenderunan masyarakat Muna untuk merantau lebih pada kebutuuhan ekonomi (economic necessity) sebagai faktor penarik (pull) dari pada tekanan ekonomi (economic pressure) sebagai faktor pendorong (push). Adapun pada motif sosial diketahui kecenderungan dari masyarakat Muna yan merantau dikota Kendari adalah masyarakat yang tidak mempunyai kepuasan dengan lingkungan, keadaan itu dikatakan oleh Boaque sebagai deeprivasi relative (stress). Motif pendidikan pada masyarakat Muna yang merantau dikota Kendari adalah untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. 4.2 Saran 4.3 Kata Penutup