Bab I.docx

  • Uploaded by: Hafni Darmawan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 685
  • Pages: 4
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi yang pertama kali didapat bayi baru lahir dan diakui diseluruh dunia dapat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir. Keuntungan dari menyusui diantaranya sebagai penghantaran faktor-faktor imunitas, kematangan imunitas pencernaan, dan efek anti inflamsi (Munblit et al, 2018). Disebutkan juga manfaat ASI untuk bayi diantaranya dapat meningkatkan berat badan bayi yang baik setelah lahir, sebagai antibodi, menghindari bayi dari alergi dan juga dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Bagi ibu ASI bermanfaat sebagai alat kontrasepsi alami, menurunkan risiko ibu terkena kanker payudara dan juga ovarium dan dapat menurunkan

berat badan ibu (Walyani & Purwoastuti,

2015). ASI dapat menyesuaikan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir, dimana ASI mengandung faktor-faktor bioaktif nutrisi dan non nutrisi yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan perkembangan kesehatan bayi baru lahir. Cairan biologis yang diproduksi oleh mammary glands ini memiliki komposisi yang sangat lengkap, mengandung macronutrients (lemak, karbohidrat, protein), micronutrients (vitamin dan mineral), faktor pelindung seperti lactoferrin, immunoglobulins dan lysozymes, dan komponen untuk perkembangan

seperti cytokines, faktor pertumbuhan, oligosakarida, dan

1

hormon- hormon. Komposisinya akan berubah secara dinamis pada setiap kali menyusui, pada setiap jam dan hari, pada setiap periode laktasi bahkan pada setiap ibu. Komposisi ini dapat juga dipengaruhi oleh gen ibu maupun faktor lingkungan seperti gaya hidup dan kebiasaan diet ibu (Jasmijn Y et al, 2018). Komposisi ASI berubah seiring dengan periode laktasi, berdasarkan komposisinya periode laktasi dibagi menjadi 3 tingkatan yakni Kolostrum, ASI transisional dan ASI matang. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali diproduksi oleh ibu setelah melahirkan, dan dapat berbeda kemunculan, komposisi dan volume nya. Hari pertama post partum, kolostrum muncul kental, berwarna agak kekuningan dan diproduksi hanya sedikit. Kolostrum ini kaya akan faktor-faktor perkembangan bayi seperti faktor pertumbuhan epidermal, termasuk juga komponen imunologik seperti IgA, laktoferin, leukosit. Terdapat juga kandungan dalam jumlah besar vitamin A, vitamin B12, vitamin K dan laktosa dalam level yang rendah (Munblit et al, 2018). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 menyebutkan menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif bagi ibu maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting untuk menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya dengan zat gizi dan antibodi. Sedangkan bagi ibu, menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum).

2

Persentase proses mulai menyusu pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia menurut data Riskesdas tahun 2013 terdapat hanya sebesar 3,7% yang mulai menyusu dalam 1-6 jam pertama dan sebesar 13,0% dalam 7-23 jam. Sedangkan di provinsi Aceh terdapat hanya sebesar 27,7% yang mulai menyusu dalam 1-6 jam, sementara sebesar 2,9% mulai menyusu dalam 7-23 jam dan sebesar 15,7% dalam 24-47 jam. Data tersebut menunjukkan masih rendahnya persentase proses mulai menyusu pada anak yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya status gizi ibu pada saat hamil dan belum diproduksinya ASI pada masa awal post partum. Data Profil Kesehatan Aceh pada tahun 2016 menyebutkan persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Aceh sebesar 50%, menurun bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar 53%. Proporsi bayi baru lahir yang mendapatkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) menurut Laporan Survey Pemantauan Status Gizi Provinsi Aceh 2017 terdapat sebesar 36.2% bayi baru lahir tidak mendapatkan IMD. Data Profil Kesehatan Kota Langsa tahun 2017 menyebutkan Prelacteal feeding is associated with increased neonatal illnesses and mortality [13]. Colostrum is the first breast milk secreted in the first three days of postpartum period and contains immunoglobulin and other biological components that provide natural immunity against many bacteria and viruses [14]. Prelacteal foods can make the newborn susceptible to infection by interfering with breast

3

milk production. Furthermore, contaminated feeds and utensils used for the introduction of prelacteal foods can cause infection of the newborn especially due to the permeability of the immature neonatal gut lining [15]. In addition, mother-baby bonding may be interrupted by prelacteal feeding as it decreases skin-to-skin contact

Peningkatan beban terhadap penyakit tidak menular diduga erat kaitannya dengan komposisi cytokines dalam ASI. Mediator imunitas dalam ASI memainkan peranan penting dalam mematangkan pencernaan dan merangsang aktivasi sistem imun bayi baru lahir (Munblit et al, 2018).

4

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Bab I.docx
May 2020 24
Rudi.docx
June 2020 29
Kak Kader Lansia.docx
December 2019 46
S2-2014-339674-chapter1
October 2019 19