Bab I.docx

  • Uploaded by: siti hardianti
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,895
  • Pages: 20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan scaara sadar dengantujuan untuk mendapatkan perubahan yang positif dan bersifat permanen. Ada berbagai macam pedendekatan yang dipakai dalam proses pembelajaran, diantaranya

yaitu pendekatan kontektual, pendekatan kontruktivisme,

pendekatan

behavorisme,

pendekatan

humanisme,

dan

pendekatan

kognitivisme. Namun, dalam makalah ini kami akan membahas lebih mendalam tentang pendekatan kontektual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontektual? 2. Apa saja komponen pembelajaran kontekstual? 3. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual? 4. Bagaimana strategi pembelajaran kontekstual? 5. Bagaimana aplikasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontektual? 2. Untuk mengetahui apa saja komponen pembelajaran kontekstual?

1

3. Untuk

mengetahui

bagaimana

perencanaan

pembelajaran

dengan

pendekatan kontekstual? 4. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran kontekstual? 5. Untuk mengetahui

bagaimana aplikasi pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran?

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic). B. Komponen Pembelajaran kontekstual Komponen komponen pembelajaran kontekstual ada tujuh,antara lain sebagai berikut: 1.

Kontruktivisme Kontruktivisme

yaitu

suatu

kegiatan

dimana

siswa

membangun pengetahuan sedikit demi sedikit dari pengetahuan yang dimiliki siswa, diharapkan siswa belajar bukan hanya menghafal tetapi melalui mengalami sehingga akan bermakna.Kontruktivisme adalah proses membangun atau mrenyusun pengetahuan dalam struktur

kognitif

melalui

CTL

siswa

pada

berdasarkan

dasarnya

pengalaman.Pembelajaran

mendorong

siswa

agar

bisa

mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. 2. Menemukan (Inkuiri) Menemukan yaitu suatu kegiatan dimana siswa berusaha menemukan sendiri pengetahuan bukan hasil mengingat-ingat faktafakta. “Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

3

3. Bertanya Bertanya yaitu kegiatan bertanya dalam pembelajaran bisa guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa bahkan siswa dengan orang lain (narasumber) sebagai upaya guru dalam membimbing siswa, menggali informasi dan menilai sejauh mana kemampuan yang telah diperoleh siswa. Menurut Sanjaya, dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk : a. Menggali informasi tentang kemamapuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran. b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu. d. Memfokuskan siswa pada sesuatu yag diinginkan e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu. Dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran kegiatan bertanya hampir selau digunakan. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk

untuk

mengembangkan

teknik-teknik

bertanya

sangat

diperlukan. Sehingga dengan tekhnik bertanya guru bisa mengetahui sejauh mana kemampuan yang diperoleh siswa dan guru dapat membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu. 4. Masyarakat Belajar Masyarakat Belajar yaitu suatu kegiatan dimana siswa memperoleh hasil belajar dari hasil belajar bekerja sama atau tukar pendapat dengan orang lain. Dalam kelas CTL penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, dilihat dari kemampuan dan kecepatan berpikirnya. Sehingga hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing

4

dengan orang lain, antar teman, anatr kelompok. Bagi yang sudah tahu memebari tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamnnya pada orang lain. 5. Permodelan Pemodelan bisa diartikan suatu contoh nyata yang ditunjukkan guru atau orang lain bisa asli atau tiruan dan bisa berbentuk demonstrasi, dimaksud

pemberian modelling

contoh adalah

tentang poses

konsep-konsep. pembelajaran

Yang dengan

memeperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. 6. Refleksi Refleksi yaitu berpikir kembali apa yang telah dilakukan dan apa yang akan diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. . Dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan CTL setiap proses pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswanya untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. 7. Penilaian Otentik Penilaian yaitu suatu kegiatan pengumpulan data dari berbagai sumber yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai C. Perencanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Dalam pembelajaran konstektual, rencana pembelajaran atau rencana pelaksanaaan pembelajaran diartikan sebagai rencana kegiatan guru yang berisi skenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai hal-hal yang akan

5

dilakukan guru bersama siswa terkait dengan topik atau pokok bahasan yg akan dipelajari demi mencapai komptensi standar yang telah ditentukan. Dalam hal ini rencana pembelajaran tidak diartikan sebagai laporan yg harus disusun dan dilaporkan kepada kepala sekolah atau pihak lain melainkan sebagai rencana individual guru yang memuat langkah langkah pembelajaran yg akan dilaksanakan di kelas. Rencana pembelajaran dapat difungsikan sebagai pengingat bagi guru mengenai hal-hal yang harus dipersiapkan, mengenai media apa yang digunakan, strategi pembelajaran yang dipilih, sistem penilaian yang akan ditentukan, dan hal-hal teknis lainnya. Mengingat rencana pembelajaran lebih bersifat sebagai rencana “individual” guru, tentu tidak ada format. Memang, secara umum tidak terdapat perbedaan mendasar mengenai format rencana pembelajaran berbasis kontekstual dengan format rencana pembelajaran yang selama ini dikenal. Hal yang membedakan keduanya adalah mengenai substansi atau penekanannya. Pada pembelajaran yang secara umum dikenal, rencana pembelajaran menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai, sedangkan pada pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya. Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa pendekatan kontekstual mempunyai 8 komponen utama, maka menyusun rencana pembelajaran berbasis kontekstual berarti merancang kegiatan pembelajaran yang mengakomodasi 8 komponen utama pendekatan kontekstual tersebut. kedelapan komponen pendekatan kontekstual harus tersirat pada rencana pembelajaran yang disusun. Selain itu, dalam rencana pembelajaran juga dirancang bagaimana mengintegrasikan keterampilan kecakapan hidup (life skill) dalam rangkaian pembelajaran. Secara umum rencana pembelajaran terdiri atas bagian-bagian berikut : 1. Identitas.

6

Identitas biasanya memuat nama mata pelajaran, satuan pendidikan, kelas/semester, dan alokasi waktu. 2. Standar kompetensi dan kopetensi standar Bagian ini memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. 3. Indikator Bagian ini memuat indikator-indikator, yakni karakteristik, ciriciri, perbuatan, atau respon siswa berkaitan dengan kompetensi dasar. 4. Materi Pokok Bagian ini berisi materi pokok yang dipilih sebagai sarana bagi siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Pada bagian ini dapat pula disertai uraian singkat materi pokok. 5.

Media Pembelajaran. Bagian ini menjelaskan mengenai media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang akan menunjang pencapaian standar kompetensi atau kompetensi dasar yang ditentukan.

6.

Pendekatan atau Metode Pembelajaran Bagian ini memuat jenis pendekatan atau metode yang dipilih atau digunakan

7. Kegiatan Pembelajaran Pada bagian ini diuraikan mengenai langkah-langkah kegiatan pembelajaran, kontekstual

yang dan

mengakomodasi

pengintegrasian

7

life

komponen skill

dalam

pendekatan kegiatan

pembelajaran. Secara umum, kegiatan pembelajaran terdiri atas 3 tahap, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan pokok, dan kegiatan penutup. a. Kegiatan Pendahuluan

7

Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengkondisikan siswa agar siap secara mental untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Yang termasuk dalam kegiatan ini adalah memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, seperti

memberikan

contoh manfaat topik yang akan dipelajari, mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata, menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi standar yang harus dicapai siswa melalui

kegiatan

pembelajaran,

dan

langkah-langkah

kegiatan pembelajaran yang akan diikuti siswa. Pada bagian ini pula dilakukan pembahasan pekerjaan rumah dan apersepsi, yakni mengaitkan materi pelajaran yang akan dipelajari siswa dengan materi pelajaran. b. Kegiatan Pokok Pada kegiatan pokok diuraikan mengenai langkahlangkah pembelajaran yang merupakan tahapan bagi siswa untuk mengkonstruksi konsep atau pengetahuan. Pada bagian ini tercermin implementasi ketujuh komponen utama pendekatan kontekstual dan pengintegrasian life skill. c. Kegiatan Penutup Sedangkan

pada

bagian

penutup

diuraikan

mengenai bimbingan guru kepada siswa untuk mereview (merangkum) materi atau topik yang telah dipelajari, pemberian tugas, dan penginformasian mengenai topik atau materi pelajaran pada pertemuan berikutnya.

8.

Penilaian

8

Pada bagian ini diuraikan mengenai jenis dan bentuk instrumen yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator yang telah ditentukan. D. Strategi Pembelajaran Kontekstual Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penh ntuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.Ada tiga hal yang harus dipahami diantaranya yaitu : 1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi 2. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. 3. Mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan. Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.

1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) 2. Pembelajaran ntuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge) 3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) 4. Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying knomledge) 5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge)

9

E. Aplikasi Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Pembelajaran dikatakan mengunakan pendekatan kontekstual jika materi pembelajaran tidak hanya tekstual melainkan dikaitkan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa di lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar, dan dunia kerja, dengan melibatkan ketujuh komponen utama tersebut sehinggga pembelajaran menjadi bermaknabagi siswa. Model pembelajaran apa saja sepanjang memenuhi persyaratan tersebut dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual dapat diterapakan dalam kelas besar maupun kelas kecil, namun akan lebih mudah organisasinya jika diterapkan dalam kelas kecil. Penerapan pembelajaran kontekstual dalam kurikulum berbasis kompetensi sangat sesuai. Dalam penerapannya pembelajaran kontekstual tidak memerlukan biaya besar dan media khusus. Pembelajaran kontekstual memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran yang ada dilinkungan sekitar seperti tukang las, bengkel, tukang reparasi elektronik, barang-barang bekas, koran, majalah, perabot-perabot rumah tangga, pasar, toko, TV, radio, internet, dan sebagainya. Guru dan buku bukan merupakan sumber dan media sentral, demikian pula guru tidak dipandang sebagai orang yang serba tahu, sehingga guru tidak perlu khawatir menghadapi berbagai pertanyaan yang terkait dengan lingkungan baik tradisional maupun modern. Beberapa model pembelajaran yang meruapakan aplikasi pembelajaran kontekstual antara lain model pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning), pembelajaran koperatif (cooperatif learning). 1. Model Pembelajaran Langsung Inti

dari

mendemonstrasikan selanjutnya

model

pembelajaran

pengetahuan

melatihkan

langsung

atau

keterampilan

adalah

keterampilan

tersebut

guru

tertentu,

selangkah

demi

selangkah kepada siswa. Rasional teoritik yang melandasi model ini

10

adalah teori pemodelan tingkah laku yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura, belajar dapat

dilakukan melalui

pemodelan (mencontoh, meniru) perilaku dan pengalaman orang lain. Sebagai contoh untuk dapat mengukur panjang dengan jangka sorong, siswa dapat belajar dengan menirukan cara mengukur panjang dengan jangka sorong yang dicontohkan oleh guru. Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini adalah penguasaan pengetahuan prosedural (pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu misalnya mengukur panjang dengan jangka sorong, mengerjakan soal-soal yang terkait dengan hukum kekekalan energi, dan menimbang benda dengan neraca Ohauss), dan atau pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu misal nama-nama bagian jangka sorong, pembagian skala nonius pada micrometer sekrup, dan fungsi bagian-bagian neraca Ohauss), serta keterampilan belajar siswa (misal menggarisbawahi kata kunci, menyusun jembatan keledai, membuat peta konsep, dan membuat rangkuman). Sintaks Model pembelajaran Langsung

Fase 1.

Peran Guru

Menyampaikan

tujuan

mempersiapkan siswa.

& Guru menjelaskan tujuan & kompetensi yang ingin dicapai,

informasi

latar

belakang,

pelajaran,

pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar. 2. Mendemonstrasikan pengetahuan

atau

keterampilan 3. Membimbing pelatihan

Guru

mendemonstrasikan

keterampilan

dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Guru merencanakan & memberi bimbingan pelatihan awal.

11

4. Mengecek pemahaman

Guru mencek apakah siswa telah berhasil

dan memberikan umpan balik.

melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik.

5. Memberikan kesempatan untuk Guru

mempersiapkan

kesempatan

pelatihan lanjutan dan penerapan pelatihan lanjutan, dengan perhatian

melakukan khusus

pada

penerapan pada situasi yang lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

Sumber : Kardi, S. & Nur, M. (2000 : 8). Langkah-langkah pembelajaran meliputi 5 fase, dengan peran guru pada tiap fase dapat dilihat seperti pada table diatas. Model pembelajaran ini cenderung berpusat pada guru, sehingga sebagian besar siswa cenderung bersikap pasif, maka perencanaan dan pelaksanaan hendaknya sangat hati-hati. Sistem pengelolaan permbelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin keterlibatan seluruh siswa khususnya dalam memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab). Pengaturan lingkungan mengacu pada tugas dan memberi harapan yang tinggi agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. 2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Inti

dari

pembelajaran

berbasis

masalah

adalah

guru

menghadapkan siswa pada situasi masalah kehidupan nyata (autentik) dan bermakna, memfasilitasi siswa untuk memecahkannya melalui penyelidikan/ inkuari dan kerjasama, memfasilitasi dialog dari berbagai

segi,

merangsang siswa

untuk

menghasilkan

karya

pemecahan dan peragaan hasil. Rasional

teoritik

yang

melandasi

model

ini

adalah

teori konstruktivisme Piaget dan Vigotsky, serta teori belajar penemuan dari Bruner. Menurut teori konstruktivisme pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa seperti menuangkan air

12

dalam gelas, tetapi siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui proses intra-individual asimilasi dan akomodasi (menurut Piaget) dan proses inter-individual atau sosial (menurut Vigotsky. Menurut Bruner belajar yang sebenarnya terjadi melalui penemuan, sehingga dalam proses pembelajaran hendaknya banyak menciptakan peluang-peluang untuk aktivitas penemuan siswa. Tujuan

yang

dapat

dikembangkan

melalui

model

pembelajaran ini adalah keterampilan berfikir dan pemecahan masalah, kinerja dalam menghadapi situasi kehidupan nyata, membentuk pebelajar yang otonom dan mandiri.Langkah-langkah pembelajaran meliputi 5 fase, dengan peran guru pada tiap fase dapat dilihat seperti pada tabel berikut :

Sintaks Model pembelajaran Berbasis Masalah

Fase 1.

Peran Guru

Mengorientasikan

siswa

pada Guru menjelaskan tujuan/ kompetensi yang ingin

masalah.

dicapai,

menjelaskan

logistik

yang

diperlukan,

memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih 2. Mengorganisir siswa untuk belajar

Guru

membantu

siswa

mendefinisikan

dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3.Membimbing penyelidikan/ individu

Guru inkuiri

untuk

mengumpulkan

mendapatkan penjelasan dan pemecahan

kelompok.

menyajikan hasil karya.

siswa

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk

maupun

4.Mengembangkan

mendorong

masalah. dan

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, atau model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

13

5.Menganalisis mengevaluasi

dan

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

proses

evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-

pemecahan masalah

proses yang mereka gunakan.

Sumber : Ibrahim, M. & Nur, M. (2000 : 13).

Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pada model pembelajaran berbasis masalah ini dicirikan oleh adanya sifat terbuka, proses demokrasi, dan peranan aktif siswa. Keseluruhan proses diorientasikan untuk membantu siswa menjadi mandiri, otonom, percaya pada keterampilan intelektual

sendiri melalui

keterlibatan aktif dalam lingkungan yang berorientasi pada inkuiri terbuka dan bebas mengemukakanpendapat. 3. Model Pembelajaran Koperatif Inti model pembelajaran koperatif adalah siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, yang anggota-anggotanya memeliki tingkat kemampuan yang berbeda (heterogen). Dalam memahami suatu bahan pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama sampai seluruh anggota menguasai bahan pelajaran tersebut. Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori konstruktivisme

Vigotsky

yang

menekankan

pentingnya

sosiokultural dalam proses belajar seperti tersebut di muka, dan teori pedagogi John Dewey yang menyatakan bahwa kelas seharusnya merupakan miniatur masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar kehidupan nyata. Guru seharusnya menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang bercirikan demokrasi dan proses ilmiah. Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini

14

adalah hasil belajar akademik yakni penguasaan konsep-konsep yang sulit, yang melalui kelompok koperatif lebih mudah dipahami karena adanya tutor teman sebaya, yang mempunya orientasi dan bahasa yang sama. Disamping itu hasil belajar keterampilan sosial yang berupa keterampilan koperatif (kerjasama dan kolaborasi) juga dapat dikembangkan melalui model pembelajaran

ini.Langkah-langkah

pembelajaran meliputi 6 fase, dengan peran guru pada tiap fase dapat dilihat seperti pada tabel berikut : Sintaks Model pembelajaran Koperatif Fase

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. 2. Menyajikan informasi.

Peran Guru

Guru menyampaiakan tujuan/ kompetensi yang ingin dicapai, dan memotivasi siswa untuk belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar.

Guru

menjelaskan

kepada

siswa

bagaimana

cara

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisis secara efisien.

4. Membimbing kelompok bekerja dan Guru belajar.

membimbing

kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

5. Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

dipelajari

atau

masing-

masing

kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. 6.

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber : Ibrahim, M., dkk. (2000 : 10). Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pada model

15

pembelajaran koperatif ini dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana

mempelajarinya.

Dalam

pengaturan

lingkungan

diusahakan agar materi pembelajaran yang lengkap tersedia dan dapat diakses setiap siswa, serta guru menjauhi kesalahan tradisional yakni secara ketat mengelola tingkah-laku siswa dalam kerja kelompok.

16

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan scaara sadar dengantujuan untuk mendapatkan perubahan yang positif dan bersifat permanen. Ada berbagai macam pedendekatan yang dipakai dalam proses pembelajaran, diantaranya yaitu pendekatan kontektual, pendekatan kontruktivisme, pendekatan behavorisme, pendekatan humanisme, dan pendekatan kognitivisme. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Komponen-komponen

pembelajaran

kontekstual

ada

tujuh

yaitu

kontruktivisme, Menemukan (inkuiri), bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi dan penilaian. Adapun perencanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yaitu Identitas, Standar kompetensi dan kopetensi standar, Indikator, Materi pokok, Media pembelajaran, Pendekatan atau metode pembelajaran, Kegiatan pembelajaran dan Penilaian. Beberapa model pembelajaran yang meruapakan aplikasi pembelajaran kontekstual antara lain model pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning), pembelajaran koperatif (cooperatif learning).

17

DAFTAR PUSTAKA https://dionesaliaski.wordpress.com/pendidikan/islami/strategi-pembelajaran-konstektual/ https://www.academia.edu/11346822/Pengembangan_Rencana_Pembelajaran_Berbasis_Ko ntekstual https://www.sekolahdasar.net/2011/11/pengertian-dan-komponen-pembelajaran.htm

18

19

20

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"