Bab I23 Tumbuh Kembang Anak.docx

  • Uploaded by: Rustam Ependi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I23 Tumbuh Kembang Anak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,620
  • Pages: 27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.

Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki

tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan tumbuh kembang anak? 2. Bagaimana pola tumbuh kembang anak? 3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang? 4. Bagaimana tahap perkembangan anak? 5. Bagaimana

konsep

perkembangan

Screening Test (DDST)?

1

keluarga

Denver

Development

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian tumbuh kembang anak. 2. Untuk mengetahui pola tumbuh kembang anak. 3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang. 4. Untuk mengetahui tahap perkembangan anak. 5. Untuk mengetahui konsep perkembangan keluarga Denver Development Screening Test (DDST).

D. Manfaat 1. Agar mahasiswa memahami pengertian tumbuh kembang anak. 2. Agar mahasiswa memahami pola tumbuh kembang anak. 3. Agar mahasiswa memahami factor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang. 4. Agar mahasiswa memahami tahap perkembangan anak. 5. Agar mahasiswa memahami konsep perkembangan keluarga Denver Development Screening Test (DDST).

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tumbuh Kembang Anak Anak adalah individu yang unik, yang mengalami tumbuh kembang serta mempunyai kebutuhan biologis, psikologis, dan spiritual, yang harus dipenuhi (Suherman, 2000). Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial (Sacharin, 1996). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang berbeda tapi keduanya saling berkaitan satu dengan yang lain. Para ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai arti dari pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisiologis yang bersifat kuantitatif, yang mengacu pada jumlah, besar serta luas yang bersifat konkrit yang biasanya menyangkut ukuran dan struktur biologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi fisik yang berlagsung secara normal dalam perjalanan waktu tertentu. Menurut

Soetjiningsih

(1995)

perkembangan

adalah

bertambahnya

kemampauan (skill) dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter) umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995). Whaley dan Wong (2009) mengungkapkan pengertian tumbuh kembang anak sebagai terjadinya peningkatan ukuran dan jumlah yang menitikberatkan pada

3

suatu perubahan yang terjadi secara per tahapan dari tingkatan yang terendah sampai ke tingkatan yang paling tinggi dan begitu kompleks dengan melalui proses pembelajaran dan maturasi yang terjadi di dalamnya. Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterine dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang. B. Pola Tumbuh Kembang Anak Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus-menerus. Pola urutan dan langkah dalam perkembangan anak ini sudah ditetapkan meskipun setiap orang mempunyai keunikan masing-masing. Pertumbuhan fisik akan sidertai pula dengan pertumbuhan psikososial dan diikuti beberapa perkembangan lain. Beberapa sifat tumbuh kembang akan berlangsung seperti berikut. 1. Directional trends, pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara teratur, memiliki kaitan antara fisik dan kematangan sarafnya. Dari arah kepala ke kaki. Misalnya: mengangkat kepala, duduk, kemudian mengangkat dada, dan menggerakan bagian bawah tubuhnya. Menggerakkan anggota gerak yg paling dekat dengan pusat, kemudian baru anggota gerak yg lebih jauh dr pusat. Misalnya: bahu dulu baru jari-jari. Menggerakkan daerah yg lebih sederhana dulu baru kemudian yg lebih rumit. Misalnya: melambaikan tangan dulu kemudian mencoret-coret. 2. Sequential trends, Kecenderungan tumbuh kembang dapat diketahui sehingga rangkaiannya dapat diprediksi. Semua anak yang normal melalui setiap tahap ini dan setiap fase merupakan tahapan lanjut dari sebelumnya. Misalnya, bayi mengalami tahapan dari tengkurap kemudian merayap, merangkak, duduk, berdiri, kemudian berjalan.

4

3. Masa sensitif, Ada masa-masa sensitif, yaitu masa ketika anak mengalami keadaan yang sangat peka terhadap rangsangan dan perilakuan lingkungan yang ia terima. 

masa kritis, yaitu masa yang apabila tidak dirangsang/berkembang maka hal ini tidak akan dapat digantikan pada masa berikutnya.



masa sensitif, yaitu masa anak amat peka terhadap kejadian tertentu, terutama yang berkaitan dengan penyakit.



masa optimal, yaitu suatu masa yang jika anak diberikan rangsangan optimal akan mencapai puncaknya.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung padapotensi biologinya, tingkat tercapainya potensi biologik seseorangmerupakan hasil interaksi beberapa faktor yang saling berkaitan(Soetjiningsih, 1995). a. Faktor Genetik Faktor Genetik merupakan modal dasar dalam memcapai hasil akhirproses tumbuh kembang anak. Yang termasuk faktor genetik antaralain bergabai faktor bawaan yang normal dan patologi, jenis kelamin,suku bangsa dan bangsa.

b. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapainya atau tidaknya

potensi

bawaan,

sedangkan

lingkungan

yang

kurang

akan

menghambatnya. Lingkungan ini merupakan bio-psiko-sosial dan perilaku. Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi factor yang mempengaruhi anak

5

pada waktu masih didalam kandungan dan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir. c.

Faktor Hormonal Faktor hormonal merupakan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

anak. Yang termasuk faktor hormonal antara lain insulintiroid, hormon sex dan steroid (Suriviana, 2007, 1¶,http://www.infoibu.com diperoleh tanggal 19 juli 2007 ). Perkembangan anak sangat dipengaruhi ketiga hal tersebut yaitu faktor genetik, lingkungan, dan hormonal. Faktor genetik disini adalah sesuatu yang tidak dapat diubah atau sangat sedikit diubah lingkungan, sedangkan faktor lingkungan dapat dilakukan perubahan sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Menurut Wong (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah: a.

Keturunan Keturunan mempunyai pengaruh dalam perkembangan. Jenis kelamin anak pada saat konsepsi, mengarahkan pada pertumbuhan dan perilaku lainnya terhadap anak. Jenis kelamin dan faktor lain penentu keturunan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kemajuan anak, ada hubungan yang sangat tinggi antara orang tua dan anak mengenai ciri-ciri fisik seperti tinggi, berat dan tingkat pertumbuhan. Keturunan dapat mempengaruhi pertumbuhan anak anak dan mempengaruhi lingkungan mereka.

b.

Neuroendokrin Pusat pertumbuhan berada dibagian hypothalamus yang berperan menjaga pola-pola perkembangan secara genetik. Beberapa hubungan fungsional yaitu sistem hypothalamus dan system endokrin mempengaruhi pertumbuhan, selain itu berdasarkan observasi otot skeletal dan saraf tertentu mempengaruhi pertumbuhan. Ada 3 hormon yaitu hormon petumbuhan, hormone tyroid,

6

hormon endrogen, ketika diberikan pada seseorang yang kekurangan hormon, hormon ini akan merangsang metabolism protein dan dengan demikian akan menghasilkan atau memproduksi penyimpanan elemen-elemenn penting untuk pembangunan protoplasma. c.

Nutrisi Nutrisi merupakan satu-satunya pengaruh yang paling penting dalam pertumbuhan anak. Faktor-faktor yang berhubungan dengan makanan mengatur

pertumbuhan

perkembangan

prenatal

pada

setiap

kekurangan

perkembangan. nutrisi

akan

Selama

periode

mempengaruhi

perkembangan pada implantasi ovum hingga melahirkan. Masa pertumbuhan pada anak-anak membutuhkan kalori yang sangat tinggi, terbukti dengan peningkatan secara cepat tinggi dan berat badan anak. d.

Hubungan antar perseorangan Hubungan dengan orang lain mempunyai peran kritis dalam perkembangan, khususnya perkembangan emosi, intelektual, dan kepribadian. Seorang ibu mempunyai pengaruh besar terhadap bayi selama masa kehamilan, sosok seorang ibulah yang memberikan kebutuhan dasar pada masa pertumbuhan. Kebutuhan dasar bagi anak itu berupa makanan, kehangatan, kenyamanan dan kasih sayang, melalui orang tua seorang anak belajar mengenal dunia dan perasaan aman untuk memberanikan diri dalam pergaulan yanglebih luas.

e.

Tingkat sosial ekonomi Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Pada semua usia anakanak dari keluarga kelas menengah dan atas lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga dengan kelas sosial ekonomi yang rendah. Penyebab perbedaan ini kurang pasti, meskipun kesehatan dan nutrisi si miskin dari level social ekonomi rendah mungkin menjadi faktor-faktor yang penting.

7

Sumber makanan bernutrisi khususnya protein merupakan sesuatu yang jarang dikonsumsi dan ketidakteraturan dalam pola makan, tidur dan olah raga, merupakan faktor yang berperan penting. Kelurga dari kelompok sosial ekonomi rendah kurang pengetahuan atau sumber-sumbet yang dibutuhkan untuk menyediakan lingkungan yang aman, mendukung dan sehat yang bisa mempercepat perkembangan yang optimum pada anak.

f. Penyakit Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu dari manifestasi klinis penyakit keturunan. Pertumbuhan yang terhambat dinilai secara khusus dalam penyakit atau kelainan skeletal, seperti bentuk dari kekerdilan salah satu dari abnormal kromosom (syndrom turner). Banyak ketidakteraturan metabolisme, seperti penyakit vitamin D, kelainan endrokin sejalan dengan pola pertumbuhan normal.

D. Tahap Perkembangan Anak Tahap perkembangan dapat diartikan sebagai fase atau periode perjalanan kehidupan anak yang diwarnai dengan ciri khusus atau pola tingkah laku tertentu. Secara umum menurut Papalia, Olds & Feldman yang dikutip oleh Dariyo (2007:37-42) membagi perkembangan manusia menjadi sembilan tahapan yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a.

Masa Pra-natal

Masa pra-natal atau lebih dikenal dengan masa sebelum lahir, ditandai dengan proses pembentukan sistem jaringan dan struktur organ-organ fisik. Pertumbuhan dan perkembangan dimulai

sejak terjadinya pertemuan sel

sperma dengan sel telur yang bakal menjadi calon manusia. Proses perubahan tersebut berlangsung secara cepat yakni 9 bulan 10 hari atau 42-43 minggu.

8

Pertumbuhan dan perkembangan janin pada masa pra-natal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu dan lingkungannya.

b.

Masa Bayi dan Anak Tiga Tahun Pertama (Atitama/Toddler)

Saat janin berusia 9 bulan 10 hari seluruh organ fisiknya telah matang (mature) dan bayi siap dilahirkan ke dunia, setelah dilahirkan bayi segera menangis sebagai tanda berfungsinya perasaan dan panca-indra dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya yang baru. Bayi akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dibawah pengasuhan dan bimbingan orangtua, pada masa ini anak akan belajar mengembangkan kemampuan motoriknya dengan cara merangkak, berjalan, bahkan berlari.

c.

Masa Anak-anak Awal (Early Childhood)

Secara kronologis usia yang tergolong masa anak-anak awal (early childhood) saat anak berusia 4 tahun-5 tahun 11 bulan. Anak-anak pada masa ini masih memfokuskan diri pada hubungan dengan orangtua atau keluarga, masa anak-anak awal ditandai dengan kemandirian, kemampuan mengontrol diri (self control) serta keinginan untuk memperluas pergaulan melalui kegiatan bermain sendiri atau bermain dengan teman sebayanya. Manfaat permaianan pada masa anak-anak awal adalah mengembangkan kepribadian, bermain juga berguna untuk mengembangkan kemampuan motorik halus dan kasar anak.

d.

Masa Anak-anak Tengah (Middle Childhoood)

Masa anak-anak tengah dialami oleh anak-anak usia 7-9 tahun, atau secara akademis anak-anak yang duduk di kelas awal SD (kelas 1, 2, dan 3). Kehidupan sosial anak pada masa ini diwarnai dengan kekompakan kelompok teman sebaya yang berjenis kelamin sejenis (homogen). Anak-anak mulai mengembangkan kepribadian seperti pembentukan konsep diri fisik, sosial,

9

dan akademis untuk mendukung perkembangan harga diri, percaya diri dan efikasi diri.

e.

Masa Anak Akhir (Late Childhood)

Masa anak-anak akhir (late childhood) berlangsung pada anak dengan usia 10-12 tahun atau pada anak yang sedang duduk di SD kelas atas (kelas 4, 5, dan 6) masa ini sering juga disebut sebagai masa bermain. Ciri-ciri anak pada masa ini adalah memiliki dorongan untuk masuk dalam kelompok sebaya, dengan kata lain pada usia ini anak-anak mulai membentuk geng karena anak-anak merasa nyaman berada dalam lingkungan sebayanya. Menurut Piaget pada masa ini cara berpikir anak masuk tahap konkrit.

f.

Masa Remaja (Adolescence)

Masa remaja berlangsung antara usia 12-21 tahun, perkembangan anak pada masa ini sangat labil karena masa ini merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Ciri-ciri seorang anak telah memasuki masa remaja adalah pertumbuhan fisik relatif cepat, organ-organ fisik telah mencapai taraf kematangan yang memungkinkan berfungsinya sistem reproduksi dengan sempurna. g.

Masa Dewasa Muda (Young Adulthood)

Umumnya seseorang digolongkan sebagai dewasa muda saat individu berusia 22-40 tahun. Segala aspek perkembangan pada usia ini bisa dikatakan telah matang, tapi pada organ-organ tertentu masih tetap tumbuh dan berkembang walupun berjalan dengan sangat lambat. h.

Masa Dewasa Tengah (Middle Adulthood)

Masa dewasa tengah merupakan masa yang penuh tantangan karena kondisi fisik individu sudah mulai mengalami penurunan, untuk wanita ditandai dengan mulai terjadinya menopause. Masa dewasa tengah umumnya terjadi pada usia 40-60 tahun, pada beberapa orang tertentu pada masa ini

10

muncul puber kedua dimana individu suka berdandan bahkan mungkin jatuh cinta lagi.

i.

Masa Dewasa Akhir (Late Adulthood)

Masa dewasa akhir lebih sering disebut sebagai masa tua, dimana masa ini merupakan masa terakhir dalam kehidupan manusia. Umumnya seseorang dikatakan sudah tua saat berusia lebih dari 60 tahun. Masa ini ditandai dengan semakin menurunnya berbagai fungsi fisik dan organ-organ tubuh, melemahnya otot-otot tubuh sehingga akan merasa cepat lelah dan semakin sering mendapat keluhan penyakit, selain itu fungsi ingatan juga semakin melemah atau sering disebut pikun. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai tahap perkembangan manusia diharapkan orangtua mampu memahami bahwa tahap perkembangan merupakan suatu proses yang berjalan berurutan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Melalui pembagian tahapan perkembangan ini orangtua akan lebih mudah memahami perkembangan anak sesuai dengan usianya.

Aspek Perkembangan anak :

1. Perkembangan Intelektual Berbicara masalah pertumbuhan dan perkembangan intelektual (kognitif) anak, pada umumnya orang merujuk teori Jean Piaget yang mengemukakan bahwa perkemb angan intelektual merupakan hasil interaksi dengan lingkung- an dan kematangan anak. Semua anak melewati tahapan intelektual dalam proses yang sama walau tidak harus dalam umur yang sama. Tiap tahapan yang lebih awal kemudian tergabung dalam tah apan berikutnya yang sebagai struktur

11

berpikir baru yang sedang tahap perkembangan. Jadi, tiap tahapan kognitif yang kemudian merupakan kumulasi gabungan dari tahapan-tahapan sebelumnya. Piaget membedakan perkembangan intelektual anak ke dalam empat tahapan. Tiap tahapan mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan tahapan yang lain, dan hal itu berkaitan dengan respon anak terhadap bacaan. Sebagai konsekuensinya hal itu pun mempunyai implikasi logis dalam pemilihan bahan bacaan anak. Tahapan perkembangan intelektual yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama: tahap sensori-motor (the sensory-motor period, 0–2 tahun). Tahap ini merupakan tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Tahap ini disebut sebagai tahap sensori-motor karena perkembangan terjadi berdasarkan informasi dari indera (senses) dan bodi (motor). Karakteristik utama dalam tahap ini adalah bahwa anak belajar lewat koordinasi persepsi indera dan aktivitas motor serta mengembangk an pemahaman sebab akibat atau hubunganhubungan berdasarkan sesuatu yang dapat diraih atau dapat berkontak langsung. Anak mulai dapat memahami hubungannya dengan orang lain, mengembangkan pemahaman objek secara permanen. Dalam usia 1,6─2 tahun anak akan menyukai aktivitas atau permainan bunyi yang mengandung perulangan-perulangan yang ritmis. Anak menyukai bunyibunyian yang bersajak dan berirama. Permainan bunyi yang dimaksud dapat berupa nyanyian, kata-kata yang dinyanyikan, atau kata-kata biasa dalam perkataan yang tidak dilagukan. Bunyi-bunyian ritmis akan memicu tumbuhnya rasa keindahan pada diri anak. Hal dapat dijumpai dan atau perlu dilakukan oleh ibu yang mengendong, menyanyikan, atau meninabobokan si buah hati. Kesenangan anak terhadap hal-hal tersebut dapat juga dipahami bahwa anak mempunyai bakat keindahan dan menyenangi hal-hal yang terasa indah di

12

inderanya. Permainan bunyi yang berwujud repetisi dan keritmisan merupakan dasar penting bagi bangunan sebuah sajak. Kedua: tahap praoperasional (the preoperational period, 2–7 tahun). Dalam tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan akti vitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Karakteristik dalam tahap ini aantara lain adalah bahwa (i) anak mulai belajar mengaktualis asikan dirinya lewat bahasa, ber- main, dan menggambar (coratcoret). (ii) Jalan pikiran anak masih bersifat egosentris, menempat kan dirinya sbagai pusat dunia, yang didasarkan persepsi segera dan pengalaman langsung karena masih kesulitan menempatkan dirinya di antara orang lain. Anak tidak dapat memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain. (iii) Anak mempergunakan simbol dengan cara elementer yang pada awalnya lewat gerakangerakan

tertentu

dan

kemudian

lewat

bahasa

dalam

pembicaraan.

Perkembangan kognitif pada saat ini yang secara luar biasa adalah perkembangan bahasa dan konsep formasi. (iv) Pada masa ini anak mengalami proses asimilasi di mana anak mengasimi lasikan sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan dengan cara menerima ide-ide tersebut ke dalam suatu bentuk skema di dalam kognisinya. Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah (i) buku-buku yang menampilkan gambar-gambar seder hana sebagai ilustrasi yang menarik, (ii) buku-buku bergambar yang memberi kesem- patan anak untuk memanipulasik annya, (iii) buku-buku yang memberi kesempatan anak untuk mengenali objek-objek dan situasi tertentu yang bermakna baginya, dan (iv) buku-buku cerita yang menampilkan tokoh dan alur yang mencerminkan tingkah laku dan perasaan anak. Menurut Donaldson (via Huck dkk. 1987:55) anak usia 3 atau 4 tahun sudah dapat

13

mendemonstrasikan kemampuan nya jika objek dan situasi yang dihadap- kan kepadanya konkret dan ber makna. Sifat egosen tris pada anak akan membaw anya untuk dapat menanggapi cerita dengan mengidentifi kasikan dirinya terhadap tokoh utama cerita, dan karenanya anak akan meng- alami proses asimilasi dengan melihat diri dan dunianya dengan pandangan yang baru. Ketiga: tahap operasional konkret (the concrete operational, 7–11 tahun). Pada tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik anak pada tahap ini antara lain adalah (i) anak dapat membuat klasifikasi sederhana, mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu. (ii) Anak dapat membuat urutan sesuatu secara semestinya, menurutkan abjat, angka, besarkecil, dan lain-lain. (iii) Anak mulai dapat mengemb angkan imajinasinya ke masa lalu dan masa depan; adanya perkembangan dari pola berpikir yang egosentris menjadi lebih mudah untuk mengidentifikasikan sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda. (iv) Anak mulai dapat berpikir argumentaif dan memecahkan masalah sederhana, ada kecenderungan memperoleh ide- ide sebagaimana yang dilakukan oleh dewasa, namun belum dapat berpikir tentang sesuatu yang abstrak karena jalan berpikirnya masih terbatas pada situasi yang konkret. Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karak teristik pada tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah buku-buku bacaan yang memiliki karakteristik sebagai berikut. (i) Buku-buku bacaan narasi atau eksplanasi yang mengandung urutan logis dari yang sederhana ke yang

lebih kompleks. (ii) Buku-buku bacaan yang

menampilkan cerita yang sederhana baik yang menyangkut masalah yang dikisahkan, cara pengisahan, maupun jumlah tokoh yang dilibatkan. (iii)

14

Buku-buku bacaan yang menampilkan berbagai objek gambar secara bervariasi, bahkan mungkin yang dalam bentuk diagram dan model sederhana. (iv) Buku-buku bacaan narasi yang menam pilkan narator yang mengisah- kan cerita, atau cerita yang dapat membawa anak untuk memproyeksikan dirinya ke waktu atau tempat lain. Dalam masa ini anak sudah dapat terlibat memikirkan dan memecahkan persoalan yang dihadapi tokoh protagonis atau memprediksikan kelanjutan cerita. Keempat: tahap operasi formal (the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas). Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak. Karakt eristik penting dalam tahap ini an- tara lain adalah (i) anak sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, berpikir teoretis, beragumentasi dan menguji hipotesis yang menguta makan kemampuan berpikir. (ii) Anak sudah mampu memecahkan masalah secara logis dengan melibatkan berbagai masalah yang terkait. Implikasi terhadap pemilihan buku bacaan sastra anak adalah (i) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan masalah yang membawa anak untuk mencari dan menemukan hubungan sebab akibat serta implikasi terhadap karakter tokoh; (ii) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan alur cerita ganda, alur cerita yang mengandung plot dan subplot, yang dapat membawa anak untuk memahami hubungan antarsubplot tersebut, serta yang menampilkan persoalan (atau konflik) dan karakter yang lebih kompleks. Selain itu, perlu dicatat bahwa belum tentu semua anak yang ma- suk ke tingkat sekolah menengah pertama sudah mencapai tingkat berpikir formal di atas. Sebagian anak mung kin belum mencapai tingkat itu, tetapi sebagian yang lain justru sudah mampu menunjukkan kemampuan berpikir analitis, misalnya sebagaimana yang terlihat ketika memberikan komentar terhadap

15

buku cerita yang dibacanya. Pema- haman terhadap tahapan intelektual dapat membantu memilih buku-buku bacaan yang sesuai dengan posisi usia dan perkembangan kognitif anak, tetapi bagaimanapun ia bukan merupakan sesuatu yang mutlak. 2. Perkembangan Psikososial Menurut Erik Erikson (1963), ada 4 tahap perkembangan psikosial anak, antara lain: a. TRUST

vs

MISTRUST

(dari

sejak

lahir

sampai

1

tahun)

Sikap dasar psikososial yang dipelajari oleh bayi, bahwa mereka dapat mempercayai lingkungannya. Timbulnya trust (percaya) dibantu oleh adanya pengalaman yang terus-menerus, berkesinambungan, adanya pengalaman yang ada kesamaannya dengan ‘trust’ dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh orang tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dan apabila orang tuanya memberikan kasih sayang dengan tulus, anak ajan berpendapat bahwa dunianya (lingkungannya) dapat dipercaya atau diandalkan. Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya tidak memberikan/memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, tidak konsisten atau sifatnya negatif, anak akan cemas dan mencurigai lingkungannya b. AUTONOMY

vs

SHAME

and

DOUBT

(antara

2-3

tahun)

Segera setelah anak belajar ‘trust’ atau ‘mistrust’ terhadap orang tuanya, anak akan mencapai suatu derajat kemandirian tertentu. Apabila ‘toddler’ (1,6-3 tahun) mendapat kesempatan dan memperoleh dorongan untuk melakukan yang diinginkan anak dan sesuai dengan tempo dan caranya sendiri, tetapi dengan supervisi orang tua dan guru yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Tetapi apabila orang tua dan guru tidak sabar dan terlalu banyak melarang anak yang berusia 2-3 tahun, maka akan menimbulkan sikap ragu-ragu terhadap lingkungannya. Sebaiknya orang

16

tua menghindari sikap membuat malu anak apabila anak melakukan tingkah laku yang tidak disetujui orang tua. Karena rasa malu biasanya akan menimbulkan perasaan ragu terhadap kemampuan diri sendiri c. INISIATIVE

vs

GUILT

(antara

4-5

tahun)

Kemampuan untuk melakukan partisipasi dala berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan. Tetapi tidak semua keinginan anak akan disetujui orang tua dan gurunya. Rasa percaya dan kebebasan yang baru saja diterimanya, tetapi kemudian timbul keinginan menarik rencananya/kemauannya, maka timbul perasaan bersalah. Apabila anak usia 4-5 tahun diberi kebebasan untuk menjelajahi dan bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila orang tua dan guru memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih banyak mempunyai inisiatif dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi keinginannya, dan dianggap pertanyaan atau apa saja yang dilakukan tidak ada artinya, maka anak akan selalu merasa bersalah. d. INDUSTRY

vs

INFERIORITY

(6-11

tahun)

Dimensi polaritasnya adalah: memperoleh perasaan gairah dan di pihak lain mengatasi perasaan rendah diri. Dalam hubungan sosial yang lebih luas, anak menyadari kebutuhan untuk mendapat tempat dalam kelompok seumurnya. Anak harus berjuang untuk mencapai hal tersebut. Bila dalam kenyataannya ia masih dianggap sebagai anak yang lebih kecil baik di mata orang tua maupun gurunya, maka akan berkembang perasaan rendah diri. Anak yang berkembang sebagai anak yang rendah diri, tidak akan pernah menyukai belajar atau melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual. Yang lebih parah, anak tidak akan percaya bahwa ia akan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya.

17

3. Perkembangan Psikoseksual Membicarakan masalah psikoseksual sebenarnya adalah membahas masalah

bertumbuh-kembangnya

kepribadian



sejalan

dengan

pertumbuhan dan perkembangan tubuh – di mana faktor seksualitas memainkan peranan kunci (Arif, 2006:45). Selanjutnya berkait dengan teori perkembangan psikoseksual, Hariyanto (2010) menyatakan bahwa teori perkembangan psikoseksual Freud adalah salah satu teori yang paling terkenal sekaligus kontroversial. Freud percaya bahwa kepribadian yang berkembang melalui serangkaian tahapan pada masa anak-anak di mana individu selalu mencari kesenangan energy akan menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau libido, digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku. Menurut Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk pada usia lima tahun pertama. Awal perkembangan tersebut akan berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian dan secara terus-menerus akan memengaruhi perilaku individu di kemudian hari. Jika tahap- tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Freud (dalam Arif, 2006:46) membagi perkembangan psikoseksual menjadi lima fase. Kelima fase itu adalah sebagai berikut. Pertama, usia 0– 1.5 tahun disebut sebagai Fase Oral. Kedua, usia 1.5 – 3 tahun disebut sebagai Fase Anal. Ketiga, usia 3 – 5 tahun disebut sebagai Fase Phallic. Keempat, usia 5 – 12 tahun/pubertas disebut sebagai Fase Latent. Kelima, usia 12 tahun/pubertas – seterusnya disebut sebagai Fase Genital.

18

Selanjutnya kelima tahap perkembangan psikoseksual tersebut akan dibicarakan secara singkat pada penjelasan berikut. Fase Oral merupakan fase pertama perkembangan psikoseksual bayi. Objek pertama yang menyapa bayi dan menjalin relasi dengannya tidak lain adalah ibu – lebih spesifik lagi adalah payudara ibu (Arif, 2006:49). Disebut sebagai fase oral karena di sini bayi membangun relasi pertama dengan realitas eksternal adalah dengan cara menyusu/oral. Fase Anal; pada tahap ini, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Keberhasilan pada tahap ini tergantung pada di mana cara pendekatan orang tua terhadap pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak- anak merasa mampu dan produktif (Hariyanto, 2010). Fase Phallic; pada tahap ini fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Perkembangan terpenting dalam fase ini adalah munculnya oedipus complex, yang diikuti oleh fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan).

Odipus kompleks adalah kateksis objek

seksual kepada kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirka ayahnya; sebaliknya anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan meyingkirkan ibunya. Pada awalnya baik anak perempuan maupun lakilaki sama-sama mencintai ibunya karena telah memenuhi semua kebutuhan mereka dan memandang ayah sebagai saingan dalam merebut kasih sayang ibu. Namun, bedanya adalah; pada anak laki-laki persaingan dengan ayahnya itu akan mengakibatkan dia cemas penisnya akan dipotong sang ayah,

19

sedangkan pada anak perempuan, rasa cinta kepada ibunya segera berubah menjadi kecewa setelah mengetahui bahwa kelaminnya berbeda dengan anak laki-laki sehingga ibunya dianggap bertanggung jawab atas kastrasi kelaminnya (Alwisol, 2008:31 – 32). Fase Laten; periode ini memunyai ciri-ciri bahwa dorongan libidinal biasanya mengalami represi yang cukup efektif. Dorongan libidinal pada saat ini seolah “tidur” dan akan bengkit lagi dengan kekuatan penuh kelak di masa pubertas tiba. Selajutnya dikatakan Arif (2006:66 – 67) bahwa terjadi perkembangan kognitf dan sosialisasi anak yang pesat. Rasa ingin tahu anak sangat besar tentang berbagai hal. Oleh karena itu penting sekali orang tua memenuhi rasa ingin tahu dari anak tersebut. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan pendidikan yang baik untuk memenuhi kebutuhan anak. Fase Genital; fase ini adalah tahap akhir perkembangan psikoseksual. Pada fase ini pula seorang individu akan mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Pada fase ini seseorang akan mengalami perubahan yang sangat besar dan cepat dalam diri dan dunianya. Tinggi dan berat badannya akan meningkat tajam. Ciri-ciri seksual primer dan sekunder akan mulai muncul. Dorongan libidinal dalam fase ini akan meningkat dengan pesat (Arif, 2006:67). 4. Perkembangan Kepribadian Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik. Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2005 mengemukakan tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar:

20

a. Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi

didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai

orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis. b. Masa kanak-kanak awal (early childhood) Ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt). Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudahbisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak laindia ga telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya. c. Masa pra sekolah(Preschool Age) Ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan- kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalankegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat. d. Masa Sekolah (School Age) Ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya

21

kadang- kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri. e. Masa Remaja (adolescence) Ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya

sebagai

penyimpangan

atau

kenakalan.

Dorongan

pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota. f. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) Ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa iniikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang- orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya. g. Masa Dewasa (Adulthood) Ditandai adanya kecenderungan generativity – stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan

segala

kemampuannya.

Pengetahuannya

cukup

luas,

kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak

22

mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia mengalami hambatan. h. Masa hari tua (Senescence) Ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya. E. Konsep Perkembangan Keluarga Denver Development Screening Test (DDST) Denver Developmental Screening Test (DDST) : Denver II adalah sebuah metode asesmen yang di gunakan untuk menilai perkembangan anak dengan umur kurang dari 6 tahun. Tes ini dikembangkan oleh William K. Frankenburg dan J.B. Dodds pada tahun 1967 (William K. Frankenburg & Dodds, 1967). DDST merefleksikan persentase kelompok anak usia tertentu yang dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu, untuk kemudian dibandingkan dengan perkembangan anak yang seusia. DDST menilai 4 sektor perkembangan, yaitu : 1. Personal Sosial (penyesuain diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi). 2. Motorik Halus - Adaptif (koordinasi mata - tangan, kemampuan memainkan dan menggunakan benda - benda kecil, serta pemecahan masalah). 3. Bahasa (mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa).

23

4. Motorik Kasar, yaitu duduk, berjalan, dan melakukan gerakan umum otot besar lainnya. DDST Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun. Manfaat pengkajian perkembangan dengan menggunakan DDST bergantung pada usia anak. Pada bayi baru lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis, salah satunya serebral palsi. Adapun cara pengukuran DDST dijabarkan sebagai berikut: a Tentukan usia anak saat pemeriksaan b. Tarik garis pada lembar DDST II sesuai usia yang telah di tentukan c. Lakukan pengukuran pada anak tian komponen dengan batasan garis yang ada mulai motorik kasar, bahasa, motorik halus dan personal social d. Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan atau abnormal. Dikatakan meragukan apabila terdapat 2 keterlambatan/ lebih pada 2 sektor atau 2 keterlambatan/ lebih pada 1 sektor ditambah 1 keterlambatan pada 1 sektor/ lebih.

Dapat juga dengan

menentukan ada tidaknya keterlambatan pada masing-masing sector bila menilai setiap sector atau tidak menyimpulkan gangguan perkembangan keseluruhan. DDST adalah salah

satu

dari metode skrining terhadap kelainan

perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyta 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5- 6 tahun kemudian. Aspek perkembangan yang dinilai Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi :

24

a. Personal Social ( perilaku sosial ) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan

mandiri,

bersosialisasi

dan

berinteraksi

dengan

lingkungannya. b. Fine Motor Adaptive ( gerakan motorik halus ) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. c. Language ( bahasa ) Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah ddan berbicara spontan. d. Gross Motor ( gerakan motorik kasar ) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Setiap tugas ( kemampuan ) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang horisontal yang berurutan menurut umur, dalam lembar DDST. Pada umumnya pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara 25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar 15-20 menit saja.

25

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis proteinprotein baru.Menghasilkan penambahan jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian. Dan Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. (wong, 2000). B. Saran Demikian yang dapat saya tuliskan mengenai materi yang menjadi pokok

bahasan

dalam

makalah

ini.Tentunya

masih

banyak

kekurangannya,karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis berharap para pembaca bersedia memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

26

Daftar Pustaka Hidayat, A.Aziz Alimul. 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika Santrock, John. 2011. Masa Perkembangan Anak. Jakarta : Salemba Medika Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Anak. Denpasar : Sagung Seto Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Tahapan Perkembangan Anak Dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak. Yogyakarta : Cakrawala Pendidikan Kurniawan, Rahadian, dkk. 2016. Sistem Monitoring Perkembangan Anak Berbasis Denver Development Screening Test (Ddst / Denver II). Teknoin Vol. 22 No.4 Desember 2016 : 305-314 Nusu, Amaliyah Chairul. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tumbuh Kembang Anak. Makassar

27

Related Documents


More Documents from "tri harmeyliza putri"