Bab I1.docx

  • Uploaded by: Fitri Hadad
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,853
  • Pages: 15
MAKALAH TENTANG PEMBERIAN KEMOTERAPI

OLEH: KELOMPOK 8

Anggia Nalvita

: 16 3145 105 001

Husni sileu

: 16 3145 105 009

Suratmi M.abubakar

: 16 3145 105 036

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES MEGA REZKY MAKASSAR T.A 2018

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karna atas Berkat dan Rahmatnya sehingga makalah yang berjudul "Pengobatan Kemoterapi" dapat selesai tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami juga dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dalam pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat.

Penyusun

Makassar, 11 November 2018

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ! KATA PENGANTAR …………………………………………………………… . !! DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..... !!! BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………. 1.1 Kata Pengantar ……………………………………………………………… 1.2 Rumusan Masala ……………………………………………………………. 1.3 Tinjauan Penulisan …………………………………………………………. BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………….. 2.1 Definisi ………………………………………………………………………. 2.2 Manfaat Kemoterapi …………………………………………………………. 2.3 Macam-Macam Kemoterapi ………………………………………………… 2.4 Dosis dan Cara Pemberian Obat Kemoterapi ………………………………. 2.5 Indikasi dan KontraIndikasi Kemoterapi …………………………………… 2.6 Efek Samping Kemoterapi dan Cara Mengatasinya ……………………….. BAB III PENUTUP …………………………………………………………………. 3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………… 3.2 Penutup ……………………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang

Kanker adalah salah satu penyakit yang dapat terjadi pada anak. Kejadian kanker pada anak terus mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab kematian. Kematian akibat kanker di dunia akan terus meningkat jika kanker tidak ditangani dengan baik. Pada tahun 2030 diperkirakan ada 13,1 juta kematian yang akan terjadi akibat kanker (World Health Organization, 2012). Pada tahun 2015, Amerika Serikat memperkirakan akan ada kasus baru yang didiagnosis Leukemia pada anak usia 0-14 tahun sebanyak 54.270 kasus (America Cancer Society,2015). Di Indonesia, menurut data Sistem Registrasi Kanker Indonesia (SriKanDi) tahun 2005-2007 menunjukan bahwa estimasi insidensi kanker pada anak usia 0-17 tahun sebesar 9 per 100.000 anak. Kasus kanker pada anak mencapai 4,7% dari kanker pada semua umur. Ada lima jenis kanker yang paling banyak dialami anak-anak di Indonesia yaitu leukemia 2,8; retinoblastoma 2,4; osteosarkoma 0,97; limfoma 0,75 dan kanker nasofaring 0,43 yang masing-masing dihitung per 100.000 anak (Depertemen Kesehatan Republik Indonesia,2012).Di RSUP Dr. Sardjito pada bulan Januari 2004 sampai Januari 2007 terdapat 159 pasien anak yang didiagnosis LLA (Sitaresmi et al., 2008). Menurut studi yang dilakukan oleh Ali et al., (2010) dengan menggunakan program komputer Yogyakarta Pediatric Cancer Registry (YPCR) menjelaskan bahwa dari total 1.124 anak yang baru didiagnosis kanker di RSUP Dr. Sardjito selama 10 tahun (Januari 2000-Desember 2009) pada anak usia di bawah 18 tahun, ada 6 diagnosis yang paling umum terjadi yaitu Leukemia Limfoblastik Akut (40,6%), Leukemia Mieloblastik Akut (13,9%), retinoblastoma (6,7%), neuroblastoma (5,5%), Wilm's tumor atau nefroblastoma (4,5%) dan Non-Hodgkin lymphoma (4,4%). Berdasarkan usia anak, sebagian besar (58,2%) didiagnosis pada saat masa bayi dan usia dini (usia 0-5 tahun). Sedangkan menurut informasi dari register sub bagian Hemato-Onkologi RSUP Dr. Sardjito pada bulan Januari 2012 sampai Agustus 2014 terdapat 239 pasien anak yang diagnosis kanker,

dan 119 anak adalah LLA.Secara umum pengobatan LLA adalah kemoterapi, meliputi kemoterapi tahap awal yaitu tahap induksi di rumah sakit selama 4-6 minggu kemudian tahap konsolidasi dan tahap pemeliharaan (maintenance), dengan total lama pengobatan selama 2 sampai 3 tahun. Transplantasi sumsum tulang direkomendasikan untuk anak LLA dengan klasifikasi risiko tinggi (high risk) dan anak yang relaps setelah mencapai remisi atau apabila leukemia tidak mencapai remisi setelah berturut-turut diberikan kemoterapi pada tahap induksi (Ward et al., 2014). Menurut Whitsett et al., (2008) kanker dan pengobatan kanker itu sendiri dapat memicu adanya peningkatan kebutuhan energi pada anak. Energi merupakan konsep utama dalam menjelaskan kelelahan (fatigue) anak dengan kanker (Davies et al., 2002). Masalah fisik pada anak yang dilaporkan menjadi prevalensi tertinggi yaitu kelelahan terkait kanker, baik yang sedang menerima pengobatan atau anak yang telah selesai pengobatannya. Kelelahan dapat terkait secara langsung dengan kanker atau pengobatan dan mungkin terus berlanjut pada tahun berikutnya setelah pengobatan selesai (Wang, 2008). Anak LLA tahap pemeliharaan (maintenance) mengalami masalah gangguan tidur dan kelelahan selama menjalani pengobatan kemoterapi (Zupanec et al., 2010). Adanya mual, nyeri, dan kelelahan merupakan gejala umum pada sebagian besar anak yang dirawat di rumah sakit dengan kanker. Munculnya gejala ini secara signifikan berdampak pada pengalaman gejala termasuk semua beban gejala yang dialami anak. Prevalensi yang lebih besar yaitu sebanyak 34% adalah mual, kelelahan, nafsu makan menurun, nyeri, dan rasa mengantuk (Miller et al., 2011). Sementara itu, menurut Allenidekania, dkk (2012) menyebutkan prevalensi kelelahan pada anak kanker di Jakarta, Indonesia mencapai 44,2% (n=73).Kelelahan pada anak dengan kanker digambarkan sebagai pengalaman fisik, mental dan emosional yang ditandai dengan berkurangnya energi, menurunya aktivitas fisik, dan meningkatnya perasaan lelah (Hockenberryeaton et al., 1999). National Comprehensive Cancer Network/NCCN (2008)

menyebutkan

bahwa kelelahan dapat terjadi sebagai gejala atau keluhan tersendiri atau sebagai salah satu elemen dalam tingkatan gejala (cluster of symptoms) seperti nyeri, depresi, gangguan tidur dan anemia. Kelelahan adalah keluhan yang umum dilaporkan oleh pasien selama pengobatan, dengan estimasi 80-100% pasien dengan kanker mempunyai pengalaman kelelahan (Lawrence et al. 2004;

1.2

Rumusan Masalah a. Apakah pengertian dari kemoterapi? b. Apa saja manfaat dari kemoterapi? c.

Sebutkan macam-macam obat kemoterapi!

d. Bagaimanakah dosis dan cara pemberian obat kemoterapi? e. Apa saja indikasi dan kontra indikasi kemoterapi? f. Apa saja efek samping yang dapat timbul dari pengobatan kemoterapi dan cara mengatasinya! 1.3 Tujuan Penulisan a. Mengetahui pengertian dari kemoterapi; b. Mengetahui manfaat dari kemoterapi; c.

Mengetahui macam-macam obat kemoterapi;

d. Mengetahui dosis dan cara pemberian obat kemoterapi; e.

Mengetahui indikasi dan kontra indikasi kemoterapi;

f. Mengetahui efek samping yang dapat timbul dari pengobatan kemoterapi dan cara mengatasinya.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Defenisi Kemoterapi adalah cara pengobatan tumor dengan memberikan obat pembasmi sel kanker (disebut sitostatika) yang diminum ataupun yang diinfuskan ke pembuluh darah. Jadi, obat kemoterapi menyebar ke seluruh jaringan tubuh, dapat membasmi sel-sel kanker yang sudah menyebar luas di seluruh tubuh. Karena penyebaran obat kemoterapi luas, maka daya bunuhnya luas, efek sampingnya biasanya lebih berat dibandingkan dua modalitas pengobatan terdahulu (Hendry,dkk 2007). Obat kemoterapi secara umum disebut sitostatika, berefek menghambat atau membunuh semua sel yang sedang aktif membelah diri.Jadi, sel normal yang aktif membelah atau berkembang biak juga terkena dampaknya, seperti sel akar rambut, sel darah, sel selaput lendir mulut,dll.Sel tubuh tersebut adalah yang paling parah terkena efek samping kemoterapi, sehingga dapat timbul kebotakan, kurang darah, sariawan, dll (Hendry,dkk 2007). Oleh karena itu, pemberian obat sitostatik (berupa obat medis ataupun obat herbal) harus dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman untuk mencegah timbulnya efek samping yang serius, dan bila terjadi efek samping dapat segera diatasi atau diobati. Agar sel tubuh normal mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya, maka pemberian kemoterapi biasanya harus diberi jedah (selang waktu) 2-3 minggu sebelum dimulai lagi pemberian kemoterapi berikutnya (Hendry,dkk 2007). 2.2 Manfaat Kemoterapi Adapun manfaat kemoterapi adalah sebagai berikut: 1. Pengobatan. Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis Kemoterapi atau beberapa jenis Kemoterapi. 2. Kontrol.

Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan Kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain. 3. Mengurangi Gejala Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita, seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran Kanker pada daerah yang diserang. Mengingat keterbatasan manfaat kemoterapi, maka digunakan kombinasi dengan cara pengobatan lain untuk mengambil masing-masing manfaat, yaitu: Kemoterapi adjuvant, ialah kemoterapi yang diberikan sesudah operasi. Manfaatnya mengurangi kekambuhan local dan mengurangi penyebaran yang akan timbul. Kemoterapi neo adjuvant ialah kemoterapi yang diberikan sebelum operasi. Manfaatnya adalah mengurangi ukuran tumor sehingga mudah dioperasi. Kemoterapi paliatif diberikan hanya untuk mengurangi besarnya tumor yang dalam hal ini karena atau lokasinya menggangu pasien karena nyeri ataupun sulit bernafas. Kemoterapi adalah suatu cara pengobatan kanker yang sudah teruji, meski pun tidak dapat dihindari adanya efek samping. Penelitian-penelitian yang professional tentang kemoterapi dapat dimanfaatkan untuk pengobatan kanker dan mengeliminasi efek samping yang terjadi. 2.3 Macam-macam Kemoterapi Menurut mekanisme kerjanya, maka obat kemoterapi dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Alkylating Agent

Alkylating memengaruhi molekul DNA, yaitu mengubah struktur atau fungsinya sehingga tidak dapat berkembang biak. Contoh lain obat golongan ini adalah busolvon dan cisplatin. Obat ini biasanya digunakan dengan kasus leukemia, limfoma non-Hodgkin, myeloma multiple dan melanoma malignan. Efek sampingnya adalah mual; muntah; rambut rontok; iritasi kandung kemih (sistitis) disertai terdapatnya darah dalam dalam air kemih; jumlah sel darah put ih, sel darah merah, dan trombosit menurun; jumlah sperma berkurang (pada pria mungkin terjadi kemandulan yang menetap) (Indrawati, 2009).

2. Antibiotik

Golongan anti tumor antibiotik umumnya obat yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme, yang umumnya bersifat sel non spesifik, terutama berguna untuk tumor yang tumbuh lambat. Mekanisme kerja terutama dengan jalan menghambat sintesa DNA dan RNA. Yang termasuk golongan ini adalah: Actinomicin D, Mithramicin, Bleomicin, Mitomicyn, Daunorubicin, Mitoxantron, Doxorubicin, Epirubicin, Idarubicin. 3. Antimetabolit

Antimetabolit adalah zat yang bisa menghambat enzim-enzim yang diperlukan untuk memproduksi basa yang menjadi bahan penyusun DNA. Antimetabolit dan juga asam folat dapat mencegah terjadinya pembelahan pada sel kanker. Contoh dari obat ini antara lain adalah: Methotrexate, Floxuridine, Plicamycin, Mercaptopurine, Cytarabine dan Flourouracil (Indrawati, 2009). Antimetabolit adalah sekumpulan obat yang memengaruhi sintesis (pembuatan) DNA atau RNA dan mencegah perkembangbiakan sel. Obat golongan ini menimbulkan efek yang sama dengan alkylating agents. Efek samping tambahan terjadinya ruam kulit, warna kulit menjadi lebih gelap (meningkatkan pigmentasi), atau gagal ginjal. Contoh obat ini adalah methotrexate dan gemcitabine yang digunakan pada kanker leukimia serta tumor payudara, ovarium dan saluran pencernaan (Iskandar, 2007). 4. Mitotic Spindle

Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga menyebabkan disolusi struktur mitotic spindle pada fase mitosis. Antara lain: Plakitaxel (Taxol), Vinorelbin, Docetaxel, Vindesine, Vinblastine, Vincristine. 5. Topoisomerase Inhibitor

Obat ini mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga menghambat proses transkripsi dan replikasi. Macam-macamnya antara lain: Irinotecan, Topotecan, Etoposit. 6. Hormonal

Beberapa hormonal yang dapat digunakan dalam kemoterapi antara lain: Adrenokortikosteroid (Prednison, Metilprednisolon, Dexametason), Adrenal inhibitor

(Aminoglutethimide, Anastrozole, Letrozole, Mitotane), Androgen, Antiandrogen, LHRH, Progestin. 7. Cytoprotektive Agents

Macam-macamnya antara lain: Amifostin, Dexrazoxan. 8. Monocronal Antibodies

Obat ini memiliki selektifitas relatif untuk jaringan tumor dan toksisitasnya relatif rendah. Obat ini dapat menyerang sel tertentu secara langsung, dan dapat pula digabungkan dengan zat radioaktif atau kemoterapi tertentu. Macam-macamnya antara lain: Rituximab, Trastuzumab. 9. Hematopoietic Growth Factors

Obat-obat ini sering digunakan dalam kemoterapi tetapi tidak satupun yang menunjukan peningkatan survival secara nyata. Macam-macamnya antara lain: Eritropoitin, Coloni stimulating factors (CSFs), Platelet growth Factors

2.4 Dosis dan Cara Pemberian Obat Kemoterapi 1. Dosis obat kemoterapi Dihitung berdasar Luas Permukaan Tubuh (LPB), dengan table berdasarkan tinggi badan dan berat badan. Apabila tubuh pasien makin kurus selama pemberian kemoterapi seri I dan II maka untuk pemberian seri selanjutnya harus diukur lagi LPBnya, mis: BB = 56 kg, TB = 150 cm, LPT = 1,5m2. Dosis obat X : 50 mg/m2, berarti penderita harus mendapat obat 50 x 1,5 mg = 75 mg. n Cara pemberian obat kemoterapi a. Intra vena (IV)

Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya. b. Intra tekal (IT)

Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C. c.

Radiosensitizer

Yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea. d. . Oral

Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®. e. Subkutan dan intramuscular

Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin. - Topikal - Intra arterial - Intracavity - Intraperitoneal/IntrapleuralIntraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan selsel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya Bleocin. 2.5 Indikasi dan Kontra Indikasi Kemoterapi A. Indikasi Tidak semua kanker memerlukan obat sitostatika. Pemberian sitostatika harus dengan hati-hati dan atas indikasin. Menurut brule( WHO,1973), ada 6 indikasi pemberian kemoterapi 1.

Untuk penyembuhan kanker

2.

Memperpanjang hidup dan remisi

3.

Memperpanjang bebas interval bebas kangker

4.

Menghentikan progesi sel kanker

5.

Mengecil volume kanker

6.

Menghilang gejala para neoplasma

Status Penampilan Penderita Ca ( Performance Status ) Status penampilan ini mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyait kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya. B. Kontra Indikasi 1. pada stadium terminal 2. Kehamilan trimester pertama 3.

Kondisi septikemia dan koma

4. Bayi 8g/dl, leukosit > 3000/mm3

2.6 Efek Samping Kemoterapi dan Cara Mengatasinya Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain: 1. Lemas

Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung terus hingga akhir pengobatan. 2. Mual dan Muntah

Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah dengan obat anti mual yang diberikan sebelum,selama, atau sesudah pengobatan Kemoterapi. Mual muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama. (Pazdur, 2001). 3. Gangguan Pencernaan

Beberapa jenis obat kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi. Bila diare: kurangi makanan berserat, sereal, buah dan sayur. Minum banyak untuk mengganti cairan yang hilang. Bila susah BAB, maka sebaiknya perbanyak makanan berserat, olahraga ringan bila memungkinkan. (Pazdur, 2001). 4. Sariawan

Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal atau infeksi. Kondisi mulut yang sehat sangat penting dalam kemoterapi. 5. Rambut Rontok

Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai. 6. Otot dan Saraf

Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot. 7. Efek Pada Darah

Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leokosit). Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan tes darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal (Pazdur, 2001). Penurunan jumlah sel darah dapat mengakibatkan: a. Mudah terkena infeksi Hal ini disebabkan oleh Karena jumlah leokosit turun, karena leokosit adalah sel darah yang berfungsi untuk perlindungan terhadap infeksi. Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan jumlah leokosit. b. Perdarahan Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di kulit. c. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah. Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat. d. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna ebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.

BAB III PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker. Tujuan pemberian kemoterapi ialah untuk pengobatan, mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi, meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup, mengurangi komplikasi akibat metastase. Kemoterapi dapat diberikan dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah kulit, rongga tubuh) dan cara Diminum (tablet/kapsul). Efek samping yang bisa timbul adalah lemas, mual dan muntah, gangguan pencernaan, sariawan, efek pada darah, otot dan saraf, kulit dapat menjadi kering dan berubah warna, dan produksi hormon. Dalam beberapa penelitian kemoterapi mampu menekan jumlah kematian penderita kanker tahap dini, namun bagi penderita kanker tahap akhir / metastase, tindakan kemoterapi hanya mampu menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk sementara waktu. Bagaimanapun manusia hanya bisa berharap sedangkan kejadian akhir hanyalah Tuhan yang menentukan.

4.2 Saran Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca terutama pembaca yang mengalami kanker agar dapat memahami bahwa kemoterapi tidak terlalu membahayakan jika mengikuti prosedur yang telah ditentukan sehingga dapat membasmi seluruh sel-sel Kanker sampai ke akar-akarnya, sampai ke lokasi yang tidak terjangkau pisau bedah. Paling tidak untuk mengontrol sel-sel Kanker agar tidak menyebar lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA Abdulmuthalib. (2006). Prinsip dasar terapi sistemik pada kanker, dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., & Setiati, S. (2006). Bukuajar ilmu penyakit dalam. (3rd Ed.). (hlm 1879-1881). Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Penyakit Dalam FKUI Adiwijono. (2006). Teknik-teknik pemberian kemoterapi, dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., & Setiati, S. (2006). Buku ajar ilmupenyakit dalam. (3rd Ed.). (hlm 1900-1902). Jakarta: Pusat Penerbit DepartemenPenyakit Dalam FKUI Bulechek, Gloria M., et al. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th edition. 2013 Desen, Wan. (2008). Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta: FKUI Gunawan, Rianto Gan. 2008. Farmakologi dan Terapi (Edisi 5). Jakarta: FK UI. Herdman, T.H., Kamitsuru, Shigemi. Diagnosa Keperawatan 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC Indrawati , Maya (2009). Bahaya kanker Bagi Wanita dan Pria. Jakarta: AV Publisher Junaidi, Iskandar. (2007). Kanker. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Keperawatan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Moorhead, Sue, et al. Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th edition. 2013 Pazdur. (2001). Mual dan Muntah Pada Pasien dengan Kemoterapi. Diunduh di

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"