1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan dapat dilihat dari segi produksi yang dimana permintaan pasar domestic ataupun internasional yang sangat besar untuk kebutuhan pangan dan pakan. Sehingga hal ini memicu para peneliti untuk menghasilkan varietas-varietas jagung yang lebih unggul guna lebih meningkatkan produktifitas serta kualitas agar persaingan di pasaran dapat lebih meningkat. Selain untuk pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai pangan dan bahan baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan memberi nilai tambah bagi usahatani komoditas tersebut. Jagung merupakan bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan (pop corn dan jagung marning). Jagung dapat
2
pula diproses menjadi minyak goreng, margarin, dan formula makanan. Perkembangan ini juga membuat penelitian mengenai karakteristik ( fisik dan kimiawi ) semakin dinamis. Oleh karena itu penelitian yang terkait karakteristik terus dikembangkan, seperti halnya perilaku kadar air dan tingkat kekerasan biji jagung. Jagung dengan varietas NK 22 dan Pioneer merupakan varietas yang saat ini sangat banyak ditanam oleh petani di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan.
kedua
varietas
tersebut
tentunya
memiliki
keunggulan
pada
karakteristiknya masing-masing baik itu dari segi bentuk dan ukuran pada biji dan tongkol serta penampakan lainnya. Akan tetapi jika ditinjau dari karakteristik masing-masing kedua varietas ini belum terlalu banyak tersedia. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai karakteristik fisik dimana dalam hal ini untuk mengetahui perilaku tingkat kekerasan biji jagung selama pengeringgan lapisan tipis. Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) atau dikenal juga dengan istilah ketela rambat merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis tanaman palawija, dapat berfungsi sebagai pengganti bahan makanan pokok (beras) karena merupakan sumber karbohidrat.. Provinsi Jawa Barat merupakan daerah sentra dan penghasil komoditas ubi jalar terbesar di Indonesia. (Handawi, 2010). Selama periode 2005-2009, produksi ubi jalar Jawa barat meningkat dengan rata-rata 1,90% / tahun. Komoditas ubi jalar memegang peranan yang cukup penting karena mempunyai banyak manfaat dan nilai tambah. Ubi jalar merupakan salah satu
3
penghasil karbohidrat (sebagai sumber energi) yang potensial dan dapat digunakan sebagai sumber pangan alternatif (selain nasi), bahan pembuatan pakan dan bahan industri. Nilai tambah dari ubi jalar cukup banyak yang dapat diperoleh dengan cara pengolahan ubi jalar segar menjadi tepung, selai, keripik, mie, sitk dan saos., gula permanen, obat-obatan, cuka, manisan kering, kecap, lem, dan pakan. Varian dari tepung ubi jalar diantaranya: kue kering (cookies), kue bolu (cake), ice cream, roti manis, juice dan bakpia. Peranan usahatani ubi jalar memiliki prospek yang baik sebagai komoditas pertanian unggulan tanaman palawija. Potensi produksi bisa mencapai ± 25 - 40 ton per hektar dan saat ini ubi jalar merupakan tanaman ubi-ubian yang paling produktif. Menurut data BPS Indonesia (2010), luas panen dan produksi ubi jalar Jawa Barat mencapai 28.617 ha dengan produksi 389.851 ton dan produktivitas mencapai 136,23 kuintal/ha yang merupakan penyumbang produksi terbesar di Indonesia. Daerah penyebaran sentra komoditas ubi jalar tiga terbesar di Provinsi Jawa Barat, antara lain Kabupaten Garut, Tasik dan Kuningan. Kabupaten Kuningan dengan produksi mencapai 96.857 ton merupakan kontribusi produksi tertinggi di provinsi Jawa Barat, diikuti Kabupaten Garut mencapai 90.827 ton dan Kabupaten Tasik 23.338 ton. Produksi tersebut masih jauh dari potensi yang seharusnya, potensi produksivitas ubi jalar bisa mencapai 25-40 ton/ha, meskipun produktivitas ubi jalar Kabupaten Kuningan sudah di atas Kabupaten lain di Propinsi Jawa Barat. Secara finansial usahatani ubi jalar di Kabupaten Kuningan pada dasarnya lebih menguntungkan dibandingkan dengan komoditas lain, seperti padi, ubi kayu dan jagung. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maryati (2009), nilai R/C Ratio
4
ubi jalar, padi, ubi kayu dan jagung masingmasing adalah 2,84, 1,14, 1,25 dan 1,24. Nilai B/C Ratio masing-masing 1,84, 0,14, 0,25 dan 0,24. Berdasarkan analisis finansial untuk komoditas ubi jalar mempunyai BEP harga jual Rp. 300, BEP volume produksi 8.700 kg dan ROI 171%. Akibat kurangnya peluang pasar, jenis dan intensitas pengolahan ubi jalar penguasaan teknologi yang belum optimal, sering terjadinya fluktuasi harga yang sangat tajam dan menyebabkan produktivitas yang belum maksimal. Apabila ubi jalar dapat dianekaragamkan cara pengolahannya, maka akan mendorong permintaan terhadap ubi jalar dan pada akhirnya akan mendorong harga atau menstabilkan harga sehingga akan memacu petani untuk menanam ubi jalar secara intensif (Perda Kabupaten Kuningan, 2005). Ketersediaan tenaga kerja dalam usahatani merupakan salah satu faktor penting sehingga besarnya angkatan tenaga kerja sektor pertanian masih tetap menjadi andalan. Menurut data BPS Kabupaten Kuningan (2010), sektor yang sangat besar dalam menyerap angkatan kerja adalah sektor pertanian yaitu sebesar 43,86%. Dengan demikian sektor pertanian merupakan sektor fundamental pembangunan ekonomi di Kabupaten Kuningan. Sentra ubi jalar di Kabupaten Kuningan pada mulanya hanya ternbatas di Kecamatan Cilimus, Pancalang dan Jalaksana. Pengembangan komoditas ubi jalar Kabupaten Kuningan meluas ke Kecamatan Japara, Kramatmulya, Cipicung, Cigandamekar dan Sindangagung (Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan, 2011). Meluasnya pengembangan komoditas ubi jalar di Kabupaten Kuningan disebabkan karena selain wilayahnya mempunyai struktur agroklimat yang
5
mendukung juga dipacu oleh munculnya industri pengolahan pasta ubi jalar, yaitu PT. Galih Eestetika yang hampir semua produknya diekspor ke Jepang dengan volume permintaan sebesar 200.000 ton/tahun dan adanya kemitraan dengan PT. Sun Yasai yang berlokasi di Lembang Jawa Barat (Yulianti, 2006). Pengembangan komoditas unggulan (ubi jalar) berorientasi agribisnis di Kabupaten Kuningan dengan didukung oleh luasnya lahan sawah 29.980.714 ha (irigasi teknis, setengah teknis, sederhana dan tadah hujan) merupakan sektor terpenting yang dapat dan perlu diupayakan guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Akan tetapi, pengembangan tersebut di masa sekarang dan yang akan datang akan dihadapkan pada berbagai tantangan yang semakin berat dan kompleks. B. Tujuan Pratikum 1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara budidaya tanaman jagung dan ubi jalar secara tumpang sari.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tumpang Sari Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisanbarisan tanaman. Penanaman dengan cara ini dapat dilakukan pada lahan dan waktu yang sama , dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda (Warsana, 2009). Tumpang sari adalah sistem bercocok tanam dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman yang lain family secara serempak. Keuntungan tumpang sari yaitu:
Mencegah dan mengurangi pengangguran musim
Memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani
Adanya pengolahan tanah yang minimal
Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat
diperoleh tanaman yang satu lagi (Thahir, 1999). Jagung Tumbuhan Jagung ( Zea mays ) merupakan salah satu tanaman pagan dunia yang terpenting selain gandum dan padi. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara ) menggunakan jagung sebagai pangan pokok. ( Tim Karya Tani Mandiri, 2010 ).
7
Jagung ( Zea mays ) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Kebutuhan akan dikonsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Jagung sebagai bahan pangan, dapat dikonsumsi langsung maupun perlu pengolahan seperti jagung rebus, bakar, maupun dimasak menjadi nasi. Sebagai bahan ternak , biji pipilan kering digunakan untuk pakan ternak bukan ruminan seperti ayam, itik, puyuh, dan babi, sedangkan seluruh bagian tanaman jagung atau limbah jagung, baik yang berupa tanaman jagung muda maupun jeraminya dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia. Selain itu, jagung juga berpotensi sebagai bahan baku industri makanan, kimia farmasi dan indutri lainnya yanng mempunyai nilai tinggi, seperti tepung jagung, gritz jagung, minyak jagung, dextrin, gula, etanol, asam organik dan bahan lainnya.( Budiman, 2010 ). Di Indonesia, daerah- daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi selatan, dan Maluku. Khusus di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara itensif karena kondisi tanah dan iklimnya sagat mendukung untuk pertumbuhannya.( Tim Karya Tani Mandiri, 2010 ) Jagung sebagai tanaman daerah tropik dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang tinggi apabila tanaman dan pemeliharaannya dilakukan
8
dengan baik. Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperature rata-rata antara 14300C, pada daerah dengan curah hujan sekitar 600 mm – 1.200 mm pertahun yang terdistribusi rata selama musim tanam.( Kartasapoetra, 1988 ) Jagung termasuk
tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Tumbuhan jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput- rumputan. Berasal dari Amerika yang tesebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke America. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk indonesia. Orang Belanda menamakannya “mais” dan Orang Inggris menamakannya “corn “. (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Jagung berasal dari daerah tropis, tetapi karena banyak tipe jagung dengan variasi sifat-sifat yang dipunyainya dan sifat adaptasi yang tinggi, maka jagung dapat menyebar luas dan dapat hidup baik di berbagai macam iklim. ( ketaren , 2005 ). Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau
9
Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu.
Teori Asal Asia Tanaman jagung yang ada di wilayah Asia diduga berasal dari Himalaya.
Hal ini ditandai oleh ditemukannya tanaman keturunan jali (jagung jali, Coix spp) dengan famili Aropogoneae. Kedua spesies ini mempunyai lima pasang kromosom. Namun teori ini tidak mendapat banyak dukungan.
Teori Asal Andean Tanaman jagung berasal dari dataran tinggi Andean Peru, Bolivia, dan
kuador. Hal ini dukung oleh hipotesis bahwa jagung berasal dari Amerika selatan dan jagung Andean mempunyai keragaman genetik yang luas terutama di daratan tinggi Peru. Kelemahan teori inia adalah ditemukannya kerabat liar seperti teosinte di dataran tinggi tersebut.
Teori Asal Meksiko Banyak ilmuwan percaya bahwa jagung berasal dari Meksiko, karena
jagung dan spesies liar jagung teosinte sejak lama ditemukan di daerah tersebut, dan masih ada di habitat asli hingga sekarang. Ini juga mendukung ditemukannya fosil tepung sari dan tongkol jagung dalam gua, dan kedua spesies mempunyai keragaman genetic yang luas. Teosinte dipercaya sebagai nenek moyang tanaman jagung. Jagung telah dibudidayakan di Amerika Tengah mecsiko bagian selatan sekitar 8000 – 10.000 tahun yang lalu. Dari penggalian ditemukan jagung berukuran kecil, yang diperkirakan usianya mencapai sekitar 7000 tahun. Menurut pendapat beberapa ahli botani teosinte Zea mays spp. sebagai nenek moyang
10
tanaman jagung merupakan tumbuhan liar yang berasal dari lembah sungai Balsas. Lembah di meksiko selatan. Bukti genetic antropologi arkeologi menunjukkan bahwa daerah asal jagung adalah di Amerika Selatan daerah ini jagung tersebar dan di tanam di seluruh dunia.
Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
SISTEM PERAKARAN Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga
11
adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.
Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium. Tanaman yang toleran aluminium, tudung akarnya terpotong dan tidak mempunyai bulu-bulu akar (Syafruddin 2002). Pemupukan nitrogen dengan takaran berbeda menyebabkan perbedaan perkembangan (plasticity) sistem perakaran jagung (Smith et al. 1995).
BATANG DAN DAUN Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif.
12
Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal 2000). Terdapat variasi ketebalan kulit antargenotipe yang dapat digunakan untuk seleksi toleransi tanaman terhadap rebah batang.
Sesudah koleoptil muncul di atas permukaan tanah, daun jagung mulai terbuka. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka
13
sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (temperate) (Paliwal 2000). Genotipe jagung mempunyai keragaman dalam hal panjang, lebar, tebal, sudut, dan warna pigmentasi daun. Lebar helai daun dikategorikan mulai dari sangat sempit (< 5 cm), sempit (5,1-7 cm), sedang (7,1-9 cm), lebar (9,1-11 cm), hingga sangat lebar (>11 cm). Besar sudut daun mempengaruhi tipe daun. Sudut daun jagung juga beragam, mulai dari sangat kecil hingga sangat besar (Gambar 1). Beberapa genotipe jagung memiliki antocyanin pada helai daunnya, yang bisa terdapat pada pinggir daun atau tulang daun. Intensitas warna antocyanin pada pelepah daun bervariasi, dari sangat lemah hingga sangat kuat.
Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul (Gambar 2). Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun) terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant). Daun erect biasanya memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau bengkok. Daun pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun bervariasi dari lurus sampai sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun erect memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam dengan populasi
14
yang tinggi. Kepadatan tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula.
BUNGA Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual.
Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Palliwal 2000). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran pati. Dinding
15
tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih
Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol dan kelobot. Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spike yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun ke bawah. Satu bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari. Serbuk sari sangat ringan dan jatuh karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi penyerbukan silang. Dalam keadaan tercekam (stress) karena kekurangan air, keluarnya rambut tongkol kemungkinan tertunda, sedangkan keluarnya malai tidak terpengaruh. Interval antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking interval, ASI) adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan terdapat sinkronisasi
16
pembungaan, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar. Semakin besar nilai ASI semakin kecil sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan terhambat sehingga menurunkan hasil. Cekaman abiotis umumnya mempengaruhi nilai ASI, seperti pada cekaman kekeringan dan temperatur tinggi.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Oleh karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop), di mana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman lain. Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas, suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari masih tetap hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas (shedding). Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari. Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian kering. TONGKOL DAN BIJI
17
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).
18
Pati endosperm tersusun dari senyawa anhidroglukosa yang sebagian besar terdiri atas dua molekul, yaitu amilosa dan amilopektin, dan sebagian kecil bahan antara (White 1994). Namun pada beberapa jenis jagung terdapat variasi proporsi kandungan amilosa dan amilopektin. Protein endosperm biji jagung terdiri atas beberapa fraksi, yang berdasarkan kelarutannya diklasifikasikan menjadi albumin (larut dalam air), globumin (larut dalam larutan salin), zein atau prolamin (larut dalam alkohol konsentrasi tinggi), dan glutein (larut dalam alkali). Pada sebagian besar jagung, proporsi masing-masing fraksi protein adalah albumin 3%, globulin 3%, prolamin 60%, dan glutein 34% (Vasal 1994).
Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) diduga berasal dari benua Amerika, tetapi para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia dan Amerika bagian tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama ke negara-negara beriklim tropis pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang dan Indonesia. Cina merupakan penghasil ubi jalar terbesar mencapai 90% (rata-rata 114,7 juta ton) dari yang dihasilkan dunia (FAO, 2004). Tanaman ubi jalar merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang menyimpan tanamannya di dalam tanah. Sama halnya dengan tanaman sejenis umbi-umbian lainnya, seperti singkong, kentang, dan umbi-umbian lainnya, tanaman ubi jalar mengandung gizi yang sangat tinggi. Di indonesia tanaman ubi
19
jalar ini, sudah banyak dibudidayakan dan cukup populer seperti halnya dengan singkong. Ubi jalar lebih cocok ditanam pada lahan yang lempung dengan sistem drainase yang baik, sebab apabila pada lahan tanaman ubi jalar terdapat air yang menggenang akan membuat umbi menjadi busuk. Dalam budidaya tanaman ubi jalar yang dilakukan secara organik, pupuk yang digunakan yaitu pupuk kompos atau pupuk kandang. Tanaman ubi jalar yang biasanya ditanam di Indonesia terdapat 3 jenis. Untuk lebih memahami klasifikasi dan morfologi tanaman ubi jalar, berikut penjelasannya. Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar Dalam sistematika penamaan tumbuhan atau taksonomi tumbuhan, tanaman ubi jalar dapat diklasifikasikan ke dalam :
Kingdom : Plantae / Tanaman
Divisi / Fillum : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone / Tanaman yang memiliki biji berkeping dua
Ordo / Bangsa : Convolvulales
Famili / Suku : Convulvulaceae
Genus / Marga : Ipomea L.
Spesies / Jenis : Ipomea batatas L.
Morfologi Tanaman Ubi Jalar Tanaman yang dikenal dengen nama sweet potato ini, termasuk ke dalam tumbuhan yang tumbuh hanya semusim yang memiliki bagian utama terdiri dari
20
batang, umbi, daun, bunga, dan buah. Berikut morfologi dari tanaman ubi jalar sebagai berikut : Batang Tanaman ubi jalar memiliki batang yang berbentuk bulat, berbuku-buku, tidak berkayu, dan dengan tipe pertumbuhan secara merambat. Pada umumnya tanaman ubi jalar memiliki batang dengan panjang berkisar antara 2 hingga 3 meter. Akan tetapi ukuran batang tanaman ubi jalar tergantung dengan jenis dari masing-masing tanaman ubi jalar misalnya batang yang besar, kecil, dan sedang. Selain itu, batang pada tanaman ubi jalar ada yang berwarna hijau tua, dan ada pula yang berwarna keunguan. Umbi Umbi pada tanaman ubi jalar memiliki bentuk bulat yang tidak rata, dan terkadang ada pula yang berbentuk lonjong. Biasanya umbi pada tanaman ubi jalar memiliki berat ideal yang berkisar antara 200 hingga 300 gr per umbi. Selain itu warna pada umbi tanaman ubi jalar berbeda-beda, ada yang berwarna putih, kuning, bahkan ada pula umbi yang berwarna keunguan dan memiliki kulit yang sangat tipis. Daun Daun pada tanaman ubi jalar memiliki bentuk yang bulat dan lonjong dengan tepi daun yang rata. Daun pada tanaman ubi jalar juga memiliki lekukan yang sangat dalam. Warna daun ubi jalar yaitu hijau tua dan terkadang ada pula daun dengan warna yang agak kekuningan.
21
Bunga Ubi jalar memiliki bunga yang berbentuk menyerupai terompet dengan bunga yang tersusun dari 5 (lima) helai daun mahkota, satu helai putik dan lima helai daun bunga. Mahkota pada bunga ubi jalar berwarna putih. Pagi hari merupakan waktu bagi bunga ubi jalar untuk mekar, tepatnya pada pukul 04.00 hingga pukul 11.00. Apabila pada bunga ubi jalar terjadi penyerbukan buatan, maka bunga akan membentuk buah. Buah Ubi jalar memiliki buah yang berbentuk bulat berkotak tiga, dengan kulit yang keras dan memiliki biji. Buah akan terbentuk apabila terjadi penyerbukan. Nilai gizi ubi jalar secara kualitatif selalui dipengaruhi oleh varitas, lokasi dan musim tanam. Pada musim kemarau dari varitas yang sama akan menghasilkan tepung yang relatif lebih tinggi daripada musim penghujan, demikian juga ubi jalar yang berdaging merah umumnya mempunyai kadar karoten yang lebih tinggi dari pada yang berwarna putih. Tanaman pupuk.Penambahan
ubi
jalar
kalium
sangat
sebesar
tanggap
150kg
KCl/ha
terhadap pada
penambahan varietas
lokal
dapatmeningkatkan hasil sebesar 28,7%dan penambahan 150 kg KCl/ha padasumber nitrogen urea 100 kg/hadan pada sumber nitrogen ZA 200kg/ha ternyata meningkatkan hasilsecara nyata sebesar 67,7 dan23,8%(Basuki et al., 1987). Kalium meningkatkan aktivitas fotosintesisdan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap proses pembentukanumbi daripada pertumbuhanbatang dan daun. Pembentukanumbi akan terhambat apabila tanahkekurangan oksigen dan air
22
tanahterlalu tinggi (Soemarno, 1981), sedangkan media tumbuh yang baik untuk ubi jalar adalah tanah bertekstur lempung atau lempung berpasir dan drainase baik. Menurut Yufdy et al., (2006) varietas ubi jalar cukup banyak, namun baru 142 jenis yang sudah diidentifikasi oleh para peneliti. Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) berdaya hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar, b) berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan, c) rasa ubi enak dan manis, d) tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp) dan penyakit kudis oleh cendawan Elsinoe sp, e) kadar karoten tinggi di atas 10 mg/100 g dan f) keadaan serat ubi relatif rendah. Beberapa varietas unggul yang telah dilepaskan ke lapangan memiliki umur yang berbeda, demikian juga dengan ketahanan terhadap hama boleng. Secara fisik,kulit ubi jalar lebih tipis dibandingkan kulit ubi kayu dan merupakan umbi dari bagian batang tanaman. Warna kulitubi jalar bervariasi dan tidak selalu sama dengan warna umbi. Warna daging umbinya bermacam-macam, dapat berwarna putih, kuning, jingga kemerahan, atau keabuan.Demikian pula bentuk umbinya seringkali tidak seragam (Syarief dan Irawati, 1988). Salah satu varietas unggul ubi jalar adalah varietas sari.Tipe tanaman semi kompak.Produktivitas mencapai 30– 35 t/ha.Bentuk umbi bulat telur membesar pada bagian ujung, tangkai umbi sangat pendek.Warna kulit umbi merah dan warnadaging umbi kuning. Rasa enak, manis, kandungan bahan kering 28%, kandungan pati 32%, kandungan beta karoten 381 mkg/100 g, agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis. Varietas Sari ini beradaptasi luas dan berkembang di
23
daerah sentra produksi ubi jalar di Malang dan Mojokerto serta di Karanganyar.Umbi dari varietas Sari cocok digunakan untuk campuran industri saus tomat. Umur panen 3,5–4,0 bulan (Balittan Pangan Malang, 2009). Umbi tanaman ubi jalar terjadi karena adanya proses diferensiasi akar sebagai akibat terjadinya penimbunan asimilat dari daun yang membentuk umbi (Widodo, 1986). Umbi tanaman ubi jalar memiliki ukuran, bentuk, warna kulit, dan warna daging bermacam-macam, tergantung pada varietasnya.Ukuran umbi tanaman ubi jalar bervariasi, ada yang besar dan ada pula yang kecil.Bentuk umbi tanaman ubi jalar ada yang bulat, bulat lonjong (oval), dan bulat panjang.Kulit umbi ada yang berwarna putih, kuning, ungu, jingga, dan merah.Demikian pula, daging umbi tanaman ubi jalar ada yang berwarna putih, kuning, jingga, dan ungu muda.Struktur kulit umbi tanaman ubi jalar juga bervariasi antara tipis samapi tebal dan bergetah.Bentuk dan ukuran umbi merupakan salah satu kriteria unutk menentukan harga jual di pasaran. Bentuk umbi yang rata (bulat dan bulat lonjong) dan tidak banyak lekukan termasuk umbi yang berkualitas baik (Juanda dan Cahyono, 2000). Ubi jalar yang berwarna putih lebih diarahkan untuk pengembangan tepung dan pati karena umbi yang berwarna cerah cenderung lebih baik kadar patinya dan warna tepung lebih menyerupai terigu (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Bentuk olahan ubi jalar yang cukup potensial dalam kegiatan agroindustri sebagai upaya peningkatan nilai tambah adalah tepung dan pati yang merupakan produk antara untuk industri pangan seperti roti, cake, biskuit dan mie terutama
24
sebagai substitusi dalam penggunaan terigu. Sebagai contoh, kue kering (cookies) dapat diolah dari 100% tepung ubi jalar, sedangkan cake dibuat dari campuran 50% tepung ubi jalar dengan 50-75% terigu. Selain itu penggunaan tepung ubi jalar pada pembuatan cake dan kue dapat menghemat penggunaan gula sebesar 20% dibandingkan dengan cake dan kue yang dibuat dari 100% terigu, karena kandungan gula pada ubi jalar yang cukup tinggi.Mie dapat dibuat dari campuran 20% tepung ubi jalar dan 80% terigu (Antarlina, 1999).
25
BAB III BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Tempat pratikum dilaksanakan di Lahan percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau, jalan Kaharuddin Nasution No. 113 Marpoyan Damai, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Dilaksanakan seminggu sekali setiap hari Kamis jam 16.00 wib. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan praktikum adalah bibit jagung, dan batang stek ubi jalar, pupuk NPK, dan pupuk kandang , serta air, sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, garu, angkong, alat tulis serta kamera. C. Pelaksaan 1. Persiapan dan Pengolahan Lahan Persiapan lahan dilakuakan sebelum penanaman dilakukan kemudian dilanjutkan dengan pengolahan lahan yang diawali dengan membersihkan gulma dengan cangkul, kemudian membalik tanah dengan cangkul, kemudian menggemburkan tanah dengan cangkul, kemudian memperbaiki aerase tanah dengan cangkul, mencabut
rumput yang ada, dan setelah itu tanah dihaluskan
menggunakan garu. 2. Pembuatan plot Setelah pembukaan lahan dilanjutkan dengan pembuatan bedengan dengan ukuran 1 x 1 m dan drainase sedalam 50 cm. Menggunakan cangkul dan garu, lalu kembali digemburkan dengan cangkul dan mengunakan garu.
26
3. Penanaman Penanaman bibit jagung dan stek pada ubi jalar dilakukan pada sore hari diwaktu praktikum selanjutnya, bibit jagung ditaman kemudain masukan bibit kedalam lubang yang telah dibuat kira-kira 3 cm kemudian melanjutkan dengan menanam stek batang pada ubi jalar cara menanam nya yaitu dengan menanam 1/3 bagian batang kedalam tanah. Jagung ditanami dengan 6 benih sedangkan stek batang ubi 3 batang saja. 4. Pembuatan plang nama Plang nama ini terbuat dari seng yang sudah dipotong dengan ukuran 20 x 5 cm yang di pasang pada potogan kayu yang sudah di sediakan. Dan sudah dicat dengan warna yang sudah di tentukan. Pada plang nama tersebut di tulis nama pemilik lahan dan perlakuan. 5. Pemberian perlakuan Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi baik. Dalam pemberian perlakuan sudah di tentukan oleh asisten dosen, untuk setiap masing-masing plot berbeda dalam perlakuannya. Sedangkan perlakuan yang saya dapat yaitu P4N3c. 6. Pemeliharaan 1. Penyiraman Kegiatan penyiraman dilakukan pada tanaman yang telah ditaman yaitu 2x sehari yaitu pagi dan sore. 2. Penyiangan
27
Kegiatan penyiangan dilakukan untuk mebersihkan gulma dari tanaman supaya tidak terjadinya perebutan unsur hara antara gulma dan tanamana. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan bedengan serta parit-parit antara plot satu dengan yang lainnya, dengan cangkul serta gunting. 7. Penamanenan Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat sore hari, kegiatan panen dilakukan ketika biji pada bonggol sudah terisi penuh dan tanaman yang bisa dipanen yaitu pada saat memasuki usia 2 bulan atau 60 hari. D. Parameter Pengamatan 1. Tinggi Pengamatan Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan memilih 2 sampel utama yang paling baik pertumbuhannya didalam satu bedengan untuk pengukuran tinggi tanamannya. Pengukuran dilakukan secara manual menggunakan penggaris dengan cara diukur langsung pada pangkal daun hingga ke ujung daunya dan diukur 1 minggu sekali. Dimulai pengamatan dari umur dua minggu pertama. Tinggi tanaman jagung dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 1. Tinggi tanaman jagung SK DB JK P 3 396 N 2 40.22222 PN 6 547.3333 EROR 24 1117.333 TOTAL 35 2100.889
KT 132 20.11111 91.22222 46.55556
F HIT 2.835322 0.431981 1.959427
ns ns ns
F TABEL 3.008787 3.402826 2.508189
2. Berat Klobot Berat klobot dilakukan setelah pemanenan. Penimbangan ini dilakukan agar kita dapat mengetahui berat klobot pada tanaman jagung pada setiap sampel yang telah ditentukan. Berat klobot pada jagung bisa dilihat dari tabel 2 dibawah ini.
28
Tabel 2.berat klobot SK DB JK P 3 31322.52 N 2 5594.597 PN 6 9387.125 EROR 24 43153.5 TOTAL
35
KT 10440.84 2797.299 1564.521 1798.063
F HIT 5.806717 1.555729 0.870115
* ns ns
F TABEL 3.008787 3.402826 2.508189
89457.74
3. Berat Tanpa Klobot Berat tanpa klobot dilakukan setelah pemanenan. Penimbangan ini dilakukan agar kita dapat mengetahui berat tanpa klobot pada tanaman jagung pada setiap sampel yang telah ditentukan. Berat tanpa klobot pada jagung bisa dilihat dari tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Berat tanpa klobot SK DB JK P 3 1861.111 N 2 279.1667 PN 6 1726.389 EROR 24 10783.33 TOTAL
35
KT 620.3704 139.5833 287.7315 449.3056
F HIT 1.380732 0.310665 0.640392
ns ns ns
F TABEL 3.008787 3.402826 2.508189
14650
4. Umur Muncul Bunga Umur muncul bunga pada tanaman diamati supaya kita mengetahui umur berapa muncul bunga pada tanaman jagung tersebut. Umur muncul bunga pada tanaman jagung bisa dilihat dari tabel dbawah ini.
Tabel 4. Umur muncul bunga SK DB JK
KT
F HIT
F TABEL
29
P N PN EROR
3 2 6 24
TOTAL
35
18.75 115.7222 87.16667 426.6667
6.25 57.86111 14.52778 17.77778
0.351563 3.254687 0.817188
ns ns ns
3.008787 3.402826 2.508189
648.3056
5. Umur Panen Umur penen pada tanaman jagung pada saat tanaman berumur 2 bulan ataupun 63 hari setelah tanam umur panen dilihat dari buah yang telah tumbuh dengan besar dan biji pada tongkol sudah terisi penuh. Umur panen pada jagung bisa dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 5. Umur muncul bunga SK DB JK P 3 0.083333 N 2 0.166667 PN 6 0.5 EROR 24 2 TOTAL 35 2.75
KT 0.027778 0.083333 0.083333 0.083333
F HIT 0.333333 1 1
ns ns ns
F TABEL 3.008787 3.402826 2.508189
6. Lilit Tongkol Lilit tongkol diukur pada saat tanaman setelah dipanen. Lilit tongkol diukur dilakukan agar kita dapat mengetahui lilit pada tongkol tanaman jagung. Lilit tongkol bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Lilit tongkol pada jagung SK DB JK KT P 3 9.222222 3.074074 N 2 11.55556 5.777778
F HIT 1.024691 1.925926
ns ns
F TABEL 3.008787 3.402826
30
PN EROR
6 24
TOTAL
35
20.44444 72
3.407407 3
1.135802
ns
2.508189
113.2222
7. Jumlah Baris Jumlah baris dihitung pada saat tanaman setelah dipanen. Jumlah baris dihitung supaya kita mengetahui berapa jumlah baris pada tongkol pertanaman. Jumlah baris pada jagung bisa dilihat pada tabel diabwah ini. Tabel 7. Jumlah baris pada jagung SK DB JK P 3 0.1875 N 2 7.097222 PN 6 53.625 EROR 24 248.5 TOTAL
35
KT 0.0625 3.548611 8.9375 10.35417
F HIT 0.006036 0.342723 0.863179
ns ns ns
F TABEL 3.008787 3.402826 2.508189
309.4097
8. Panjang Tongkol Panjang tongkol diukur pada saat tanaman setelah dipanen. Panjang tongkol diukur supaya kita mengetahui berapa panjang tongkol pada tanaman. Pajang tongkol pada jagung dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 8. Panjang tongkol pada jagung SK DB JK KT P N PN EROR
3 2 6 24
10.52083 3.506944 12.05556 6.027778 12 2 72.16667 3.006944
TOTAL
35
106.7431
F HIT 1.166282 2.004619 0.665127
F TABEL ns 3.008787 ns 3.402826 ns 2.508189
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman Hasil tinggi tanaman jagung dengan menggunakan pupuk organic dan POMI dapat dilihat dalam bentuk tabel dibawah ini.
31
Tabel 9. Rerata tinggi tanaman jagung dengan pemberian pupuk anorganic dan POMI NPK 16:16:16 POMI N1 N2 N3 Rerata P1 182.00 180.00 180.00 P2 178.00 174.00 170.00 174.00 P3 172.67 178.67 166.67 172.67 P4 172.00 179.33 185.33 178.89 Rerata 176.17 178.00 175.50 KK= 3.86 % Pada tabel 9. Menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung terdapat pada perlakuan P4N3 yaitu 180 cm, pertamabahan tinggi tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh unsur hara yang terkandung dalam tanah tersebut, namun juga pemupukan
yang
dilakukan
guna
untuk
mempercepat
pertumbuhan.
Pengaplikasian pemupukan yang dilakukan, cukup membuahkan hasil dengan bertambahnya pertumbuhan jagung. Setyamidjaya (1986) menyatakan bahwa unsur Nitrogen berperan merangsang pertumbuhan batang yang akhirnya dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman. memberiaan dengan dosis anjuran pemupukan tanaman Jagung Manis dapat mencukupi kebutuhan unsur Nitrogen pada tanaman Jagung Manis. Unsur Nitrogen dari semua perlakuan yang diberikan digunakan oleh tanaman Jagung Manis untuk merangsang pertumbuhan dan pemanjangan batang. Pemanjangan batang tanaman Jagung Manis berlangsung selama masa vegetatif yang diakhiri dengan munculnya bunga jantan. B. Berat Kelobot Hasil berat kelobot jagung dengan menggunakan pupuk organic dan POMI dapat dilihat dalam bentuk tabel dibawah ini. Tabel 10. Menunjukkan berat klobot dengan pemberian pupuk anorganic dan POMI POMI
NPK 16:16:16
32
N1
N2
N3
P1 441.67 383.33 366.67 P2 341.67 305.83 303.33 P3 350 339 323.33 P4 331.67 366.67 350.00 Rerata 366.25 348.71 335.83 KK= 12.11 % BNJ P= 55.12463719 BNJ N= 43.21021967 BNJ PN= 124.8567254
Rerata 397.22 316.94 337.44 349.44 350.26
a b b ab
Pada tabel 10. Menunjukkan bahwa berat klobot tanaman jagung terdapat pada perlakuan P1N1 yaitu 441.67 g, hal ini dipengaruhi unsur hara yang diserap oleh tanaman baik unsur hara makro maupun mikro terhadap tanaman jagung tersebut. Unsur fosfor ini mempunyai peranan yang lebih besar pada pertumbuhan generatif tanaman, terutama pada pembungaan, pembentukan tongkol dan biji (Sarief, 1986). Apabila tongkol tanaman terbentuk dengan sempurna maka akan memberikan berat tongkol yang tinggi. Sutoro et al. (1988) menyatakan bahwa unsur hara mempengaruhi berat tongkol terutama biji karena unsur hara yang diserap oleh tanaman akan dipergunakan untuk pembentukan protein, karbohidrat, dan lemak yang nantinya akan disimpan dalam biji sehingga akan meningkatkan berat tongkol. Tanaman sebagian besar menyerap hara fosfat dalam bentuk ion orthofosfat primer yaitu H2PO4- dan orthofosfat sekunder (HPO4 2 -). Nusantara, dkk. (2011)
C. Berat tanpa klobot Hasil berat tanpa kelobot jagung dengan menggunakan pupuk organic dan POMI dapat dilihat dalam bentuk tabel dibawah ini
33
Tabel 11.Menunjukkan berat tanpa klobot dengan pemberian pupuk anorganic dan POMI NPK 16:16:16 POMI N1 N2 N3 Rerata P1 173.33 178.33 180.00 177.22 P2 213.33 191.67 178.33 194.44 P3 180.00 185.00 181.67 182.22 P4 191.67 195.00 191.67 192.78 Rerata 189.58 187.50 182.92 186.67 KK= 11.36 % Pada tabel 10. Menunjukkan bahwa berat klobot tanaman jagung terdapat pada perlakuan P2N1 yaitu 213.33 g, Hal tersebut disebabkan karena Fosfor (P) termasuk unsur hara makro yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, namun kandungannya di dalam tanaman lebih rendah dibanding nitrogen (N), dan kalium (K). Unsur hara P pada masa vegetatif sangat banyak dijumpai pada pusat-pusat pertumbuhan karena unsur hara ini bersifat mobil sehingga bila kekurangan P maka unsur hara langsung di translokasikan pada bagian daun muda, sedangkan pada masa generatif unsur hara P banyak dialokasikan pada proses pembentukan biji atau buah tanaman. Kadar P pada bagian-bagian generatif tanaman (biji) tertinggi dibandingkan bagain tanaman lainnya. (Sugeng, 2005), Besarnya kemampuan tanah tanaman memanfaatkan P dipengaruhi oleh pH tanah, tipe liat, temperatur, bahan organik, dan waktu aplikasi. pH tanah sangat berpengaruh terhadap ketersedian P tanah. (Hanafiah KA, 2007)
D. Umur Berbunga Hasil Umur Berbunga pada tanaman jagung dengan menggunakan pupuk organic dan POMI dapat dilihat dalam bentuk tabel dibawah ini
34
Tabel 11.Menunjukkan Umur Berbunga pada tanamn jagung dengan pemberian pupuk organic dan POMI NPK 16:16:16 POMI
P1 P2 P3 P4 Rerata
N1
N2 31.33 24.67 29.33 30.33 28.92
33.67 32.00 30.67 31.67 32.00 KK= 13.44 %
N3 32.33 35.00 32.67 32.67 33.17
Rerata 32.44 30.56 30.89 31.56 31.36
Pada tabel 11. Menunjukkan Umur Berbunga pada tanaman jagung yang tercepat terdapat pada perlakuan P2N1 yaitu 24.67 HST, hal ini disebabkan oleh factor luar maupun factor dalam dari tanaman itu sendiri. Daijanto dan Satifah (1990), bahwa peralihan dari masa vegetatif kemasa generatif sebagian ditentukan oleh genotip atau faktor dalam seperti sifat turuntemurun dan sebagian lagi oleh faktor luar seperti suhu,air, cahaya dan Iain-lain. EfFendi (1991) menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan pada fase pembungaan, kekurangan air pada saat pembungaan akan membahayakan bagi perkembangan tanaman jagimg terutama pada saat berbunga. Air berfungsi sebagai pelarut unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhannya, begitu pula pada saat pembungaan pada tanaman jagung. Jumin (2002) menyatakan bahwa salah satu fungsi air adalah sebagai pelarut garam, gas, dan berbagai material yang bergera kedaiam tanaman, melalui dinding sel dan jaringan xylem serta menjamin kesinambungannya.
35
E. Umur Panen Hasil Umur Berbunga pada tanaman jagung dengan menggunakan pupuk organic dan POMI dapat dilihat dalam bentuk tabel dibawah ini Tabel 12.Menunjukkan Umur Panen pada tanamn jagung dengan pemberian pupuk organic dan POMI Pada tabel 12. Umur panen pada tanaman jagung NPK 16:16:16 POMI N1 N2 N3 Rerata P1 441.67 383.33 366.67 64.89 P2 341.67 305.83 303.33 65.00 P3 350 339 323.33 64.89 P4 331.67 366.67 350.00 64.89 Rerata 64.83 65.00 64.92 64.92 KK= 0.44 % Pada tabel diatas diketahui bahwa umur panen tercepat pada tanaman jagung pada pelakuan P2N3 yaitu 303.33 hal ini dikarenakan kadar gula dari jagung itu sendiri. Jagung manis dipanen relatif lebih muda dibandingkan dengan jagung biasa (Szymanek, 2009)..Indikator utama kualitas jagung manis ditentukan dari kandungan gula atau tingkat kemanisannya. Semakin tinggi tingkat kemanisan jagung maka semakin baik kualitasnya. Hal ini juga dikemukakan oleh Azanza et al (1994) yang mengemukakan bahwa tingkat keempukan dan tingkat kemanisan merupakan indikator yang menentukan kualitas jagung manis segar dan olahan. Pada waktu panen jagung manis yang tepat, kandungan gula pada jagung berkisar 5-6 %, kandungan tepung sebesar 10-11%, 3% polisakarida terlarut, 70% air, kandungan protein yang cukup, vitamin A dan K (Oktem, 2005).
36
F. Lilit Tongkol Hasil Lilit tongkol pada tanaman jagung dengan menggunakan pupuk organic dan POMI dapat dilihat dalam bentuk tabel dibawah ini Tabel 13.Menunjukkan Umur Panen pada tanamn jagung dengan pemberian pupuk organic dan POMI Perlakuan N1 N2 N3 Rerata P1 18.00 16.00 16.00 16.67 P2 15.33 17.33 16.00 16.22 P3 16.00 18.00 15.33 16.44 P4 16.67 18.67 17.33 17.56 Rerata 16.50 17.50 16.17 16.72 KK= 10.36 % Pada lilit tongkol tanaman jagung diketahui lilit yang terbesar terdapat pada perlakuan P1N1 yaitu 18 cm hal ini dikarenakan adanya unsur yang mempengaruhi pembentukan lilit tongkil tersebut. Unsur fosfor sangat membantu tanaman agar tumbuh dengan batang dan perakaran yang kuat. Setelah tanaman tersebut dewasa, unsur ini selanjutnya berperan membantu menghasilkan bunga dan buah yang sehat dan normal. Hal ini juga berkaitan dengan jumlah daun yang mendukung metabolisme sel untuk memperoleh energi dari sinar matahari untuk proses pembelahan sel. Pembelahan sel ini memungkinkan peningkatan air dan potosintat yang dihasilkan dari hasil fotosintesis juga lebih banyak sehingga diameter tongkol akan lebih besar (Mimbar ,1990) Tongkol pada tanaman jagung yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh besarnya pembelahan sel yang terjadi pada organ tongkol itu sendiri. Selain itu, menurut Sutoro dkk (1988), bahwa panjang tongkol yang berisi pada jagung manis lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, sedangkan kemampuan tanaman untuk memunculkan karakter genetiknya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi persentase tongkol berisi adalah ketersediaan unsur P.
37
G. Jumlah Baris Hasil Jumlah Baris pada tanaman jagung dengan menggunakan pupuk organic dan POMI dapat dilihat dalam bentuk tabel dibawah ini Tabel 14.Menunjukkan Jumlah Baris pada tanamn jagung dengan pemberian pupuk organic dan POMI Perlakuan N1 N2 N3 Rerata P1 39.00 37.67 42.67 39.78 P2 41.00 39.67 39.00 39.89 P3 41.00 40.00 38.33 39.78 P4 40.67 40.00 39.17 39.94 Rerata 40.42 39.33 39.79 39.85 KK= 8.08 % Pada tabel diatas diketahui bahwa jumlah baris yang lebih banyak pada tanaman jagung terdapat pada perlakuan P2N1 dan P3N1 yaitu 41 baris diebabkan oleh beberapa factor. Sarief (1985), menyatakan bahwa fosfor berfungsi dalam pembelahan sel, dan juga untuk perkembangan jaringan meristem. Dengan demikian, fosfor dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah. Selanjutnya ditambah kan oleh Novizan (2005) bahwa beberapa fungsi fosfor adalah membentuk asam nukleat, menyimpan serta memindahkan energi ATP dan ADP, merangsang pembelahan sel, membantu prose asimilasi dan respirasi serta merangsang pembentukan bunga, buah, dan biji. Pemberian biokultur yang kandungan utamanya adalah enzim hayati dapat mempercepat reaksi-reaksi kimia berbagai aktivitas fisiologi yang terjadi dalam tubuh tanaman sehingga produksi tanaman dapat meningkat pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutyono (2005), bahwa biokultur merupakan campuran enzim hayati yang berperan untuk mempercepat proses reaksi kimia di dalam tanah untuk memotong ikatan peptida dari senyawa protein kompleks.
38
H. Panjang Tongkol Hasil Panjang Tongkol pada tanaman jagung dengan menggunakan pupuk organic dan POMI dapat dilihat dalam bentuk tabel dibawah ini Tabel 15.Menunjukkan panjang tongkol pada tanaman jagung dengan pemberian pupuk organic dan POMI Perlakuan N1 N2 N3 Rerata P1 21.67 21.00 19.83 20.83 P2 19.17 21.33 19.33 19.94 P3 19.17 20.17 20.17 19.83 P4 18.83 20.67 18.50 19.33 Rerata 19.71 20.79 19.46 19.99 KK= 8.68 % Pada tabel diatas diketahui bahwa panjang tongkol pada tanaman terdapat pada pelakuan P1N1 yaitu 21.67 cm hal ini dipengaruhi oleh oleh beberapa factor. Menurut Sutoro dkk (1988), bahwa panjang tongkol yang berisi pada jagung manis lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, sedangkan kemampuan tanaman untuk memunculkan karakter genetiknya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi persentase tongkol berisi adalah ketersediaan unsur P. Ketersediaan unsur P di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah, karena apabila kemasaman semakin rendah (pH tinggi) ketersediaan P semakin berkurang karena difiksasi oleh Ca dan Mg. Sedangkan pada tingkat kemasaman tinggi (pH rendah) ketersedian P di dalam tanah juga berkurang, karena P difiksasi oleh Fe dan Al (Sugeng, 2005). Fotosintat yang dihasilkan akan ditransfer dan disimpan dalam biji pada saat pengisian biji. Hal ini disebabkan oleh unsur yang diserap oleh tanaman akan dipergunakan untuk pembentukan protein,dan lemak yang nantinya akan disimpan dalam biji (Mimbar ,1990).
39
Budidaya ubi jalar cocok dilakukan di daerah tropis yang panas dan lembab. Suhu ideal bagi tanaman ini adalah 21-27oC dengan dengan curah hujan 750-1500 mm per tahun. Budidaya ubi jalar memerlukan penyinaran matahari sekitar 11-12 jam sehari. Di Indonesia, budidaya ubi jalar mencapai produktivitasnya yang paling optimal bila ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Namun, tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik pada ketinggian di atas 1000 meter, hanya saja jangka waktu tanam hingga panen menjadi lebih panjang. Cara perbanyakan ubi jalar secara vegetatif dengan distek. Calon indukan diambil dari tanaman yang berumur di atas dua bulan dengan ruas yang pendekpendek. Caranya, potong batang tanaman kira-kira sepanjang 15-25 cm. Pada setiap potongan minimal terdapat dua ruas batang. Papas sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan. Ikat batang yang telah distek tersebut dan biarkan selama satu minggu di tempat yang teduh.Perbanyakan dengan cara stek batang secara terus menerus akan menurunkan kualitas tanaman. Oleh karena itu, perbanyakan dengan stek hanya dianjurkan untuk 3-5 generasi penanaman. Perbanyakan secara generative penyiapan bibit dalam budidaya ubi jalar bisa dilakukan dengan dua cara, yakni cara generatif dan vegetatif. Pertama adalah perbanyakan melalui umbi. Caranya pilih umbi berkualitas baik dan sehat, kemudian dibiarkan di tempat lembab dan teduh hingga keluar tunasnya. Tunas yang keluar dari umbi dipotong dan siap untuk dibesarkan. Cara generatif jarang dilakukan dalam budidaya ubi jalar skala luas. Cara ini dipakai untuk memperbanyak bibit unggul dalam skala terbatas. Atau untuk mengembalikan sifat-sifat unggul sang induk.
40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pratikum yang telah dilakukan disimpulkan bahwa : 1. tinggi tanaman jagung terdapat pada perlakuan P4N3 yaitu 180 cm 2. berat klobot tanaman jagung terdapat pada perlakuan P1N1 yaitu 441.67 g. 3. berat klobot tanaman jagung terdapat pada perlakuan P2N1 yaitu 213.33 g. 4. umur berbunga pada tanaman jagung yang tercepat terdapat pada perlakuan P2N1 yaitu 24.67 HST. 5. umur panen yang tercepat terdapat pada pelakuan P2N3 yaitu 303.33 hal ini dikarenakan kadar gula dari jagung itu sendiri. 6. lilit tongkol tanaman jagung
diketahui lilit yang terbesar terdapat pada
perlakuan P1N1 yaitu 18 cm. 7. jumlah baris yang lebih banyak pada tanaman jagung terdapat pada perlakuan P2N1 dan P3N1 yaitu 41. 8. panjang tongkol pada tanaman terdapat pada pelakuan P1N1 yaitu 21.67 cm.
41
DAFTAR PUSTAKA Anonimus 2013. http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013/03/JAGUNGPUSRI.pdf diakses pada tanggal 23 des 2018 13.38 wib Anonimus 2017. http://pertanianilmu.blogspot.com/2014/01/pengertian-pupukkandang.html diakses pada tanggal 23 des 2018 19.38 wib Anonimus 2018. http://agroteknologi.id/manfaat-dan-kelebihan-pupuk-kandangbagi-perkembangan-tanaman/ diakses pada tanggal 23 des 2018 19.45 wib Anonimus 2018. http://www.produknaturalnusantara.com/produk-natural nusantara/pupuk-organik-cair-nasa/ diakses pada tanggal 23 des 2018 19.45 wib Anonimus 2017. https://zaifbio.wordpress.com/2014/04/14/pola-tanamtumpangsari/ diakses tanggal 23 des 2018 pukul 6.19 wib Anonimus 2017. http://akardanumbi.blogspot.com/2013/03/1001-kandungan-giziubi-jalar.html tanggal 23 des 2018 4.58 wib BPS. Badan Pusat Statistik. 2016. Luas lahan, produksi, dan produktivitas jagung. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. Cetakan I. Koperasi karyawan Departemen Kehutanan Jakarta Pusat. Danarti dan Sri Najiyati. 2000. Palawija, Budidaya Dan Analisis Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Harjadi, S. S. 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal.55 Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II. Terj. Badan Libang Kehutanan. Marliah, A., Jumini, Jamilah, 2010. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan padaSistem Tumpangsari Beberapa Varietas Jagung Manis dengan Kacang Merah terhadap Pertumbuhan dan Hasil. J. Agrista Vol. 14 (1): 30 – 38. Muhadjir, F. 1986. Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. M. Lies Suprapti. 2003 Tepung Ubi Jalar pembuatan dan pemanfaatannya. Kanisius: Yogyakarta. Purwono, M. dan Hartono, R. 2007. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya. Bogor. 68 hal Prasetyo, Sukardjo, E. I., Pujiwati, H., 2009. Produktivitas Lahan dan NKL pada Tumpangsari Jarak Pagar dengan Tanaman pangan. J. Akta Agrosia Vo. 12 (1): 51 – 55.
42
Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar. Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta. Hal: 6-10. Sugeng Winarso. 2005. Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Gava Media. Yogyakarta. hal 70-93. Suprapto dan A. R. Marzuki. 2005. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta. Steinbauer, C. E., L. J. Kushman. 1971. Sweet Potato Culture and Disease. United States Departement of Agriculture. Washington. D. C. 73 p. Sudaryanto, T. , Suryana Erwidodo. 1988.
43
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal kegiatan Pratikum
No 1
Kegiatan Asistensi Pembukaan lahan
2 Pembuatan plot Pemberian pupuk 3
kompos Penanaman
4
Pemberian pupuk NPK 16:16:16
5
Pemeliharaan
6
pengamatan
7
panen Pengolahan dan
8
interpetasi data Pembuatan
9
laporan Pengumpulan
10
laporan
Bulan September Oktober November 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Desember 1 2 3 4
44
Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Jagung Asal : East West Seed Thailand Silsilah : G-126 (F) x G-133 (M) Golongan varietas : hibrida silang tunggal Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 220 – 250 cm Kekuatan akar pada tanaman dewasa : kuat Ketahanan terhadap kerebahan : Tahan Bentuk penampang batang : bulat Diameter batang : 2,0 – 3,0 cm Warna batang : hijau Ruas pembuahan : 5 – 6 ruas Bentuk daun : panjang agak tegak Ukuran daun : panjang 85,0 – 95,0 cm, lebar 8,5 – 10,0 cm Tepi daun : rata Bentuk ujung daun : lancip Warna daun : hijau tua Permukaan daun : berbulu Bentuk malai (tassel) : tegak bersusun Warna malai (anther) : putih bening Warna rambut : hijau muda Umur mulai keluar bunga betina : 55 – 60 hari setelah tanam Umur panen : 82 – 84 hari setelah tanam Bentuk tongkol : silindris Ukuran tongkol : panjang 20 ,0 – 22,0 cm, diameter 5,3 – 5,5 cm Berat per tongkol dengan kelobot : 467 – 495 g Berat per tongkol tanpa kelobot : 300 – 325 g Jumlah tongkol per tanaman : 1 – 2 tongkol Tinggi tongkol dari permukaan tanah : 80 – 115 cm Warna kelobot : hijau Baris biji : rapat Warna biji : kuning Tekstur biji : halus Rasa biji : manis Kadar gula : 13 – 15o brix Jumlah baris biji : 16 – 18 baris Berat 1.000 biji : 175 – 200 g Hasil tongkol dengan kelobot : 33,0 – 34,5 ton/ha Jumlah populasi per hektar : 53.000 tanaman (2 benih per lubang) Kebutuhan benih per hektar : 9,4 – 10,6 g Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran tinggi dengan Altitude : 900 – 1.200 m dpl
45
Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan
Gambar 1. Pembukaan lahan
Gambar 2. Penanaman
46
Gambar 4. Pemupukan Tanaman Jagung
Gambar 5. Anakan
47
Gambar 5. Penimbangan Jagung klobot klobot
Gambar 6. Penimbangan Jagung
48
Gambar 7 dan 8 Penimbangan Jagung tanpa klobot