Bab I1.docx

  • Uploaded by: selviana
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,631
  • Pages: 30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor otak disebut sebagai “lesi desak ruang”. Deskripsi ini berarti bahwa tumor menggeser jaringan normal. Ketika jaringan otak normal tertekan, aliran darah terganggu dan terjadi skemia. Jika tidak ditangani, maka dapat terjadi nekrosis. Tumor juga dapat mengiritasi jaringan sekitar, sehingga menghasilkan edema serebral, yang cukup parah. Oleh karena hanya ada sedikit ruang untuk ekspansi dari organ intrakrania, edema dan tumor akan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial (TIK) secara progresif, yang menyebabkan herniasi dari otak. Kedua mekanisme ini dapat berperang pada gangguan neurologis yang tidak spesifik. Lokasi tumor dapat menghasilkan defisit yang spesifik terhadap daerah yang terlihat. Tumor otak diidentifikasi sebagai lesi primer atau sekunder. Tumor yang muncul dari otak atau struktur penyokongnya disebut tumor otak primer. Sementara, tumor yang bermetastasis dari area tubuh lain ke otak adalah tumor sekunder. Tumor otak juga dapat disebut Intra-aksial atau Ektra-aksial. Tumor Intra-aksial adalah yang berasal dari dalam serebrum, serebellum, atau batang otak. Tumor Ektra-aksial memiliki asal dari tulang tengkorak, meningen, atau saraf kranial. Tumor intracranial primer dapat muncul dari sel-sel penyokong (selsel neurolglolia {glioma}), sel-sel saraf (neuroma), atau struktur-struktur penyokong. B. Rumusan Masalah 1. ..Apa saja Konsep medis? 2. ..Apa saja Konsep keperawatan? C. Tujuan Penulisan 1. ..Mengetahui konsep medis tumor otak 2. ..Mengetahui konsep keperawatan tumor otak

1

BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Medis 1. Defenisi Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua kejadian fatofisiologi sebagai berikut: a. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral b. Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal c. Hidrosefalus d. Gangguan fungsi hipofisis Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar system saraf pusat tapi jejak metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah, pancreas, ginjal dan kulit (melanoma). Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada decade kelima, keenam dan ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur dan mendukung system otak dan medula spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak di atas penutup cerebellum). Jejas neoplastic di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernapasan atau adanya peningkatan TIK. (Brunner & Suddarth 2010)

2

2. Etiologi Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu: a. Herediter Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota keluarga. Sclerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang

dapat

dianggap

sebagai

manifestasi

pertumbuhan

baru,

memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut, tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor hereditas yang kuat pada neoplasma. b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest) Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan disekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intracranial dan kordoma. c. Radiasi Jaringan dalam system saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ad bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi. d. Substansi-substansi Karsinogenik Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan. (Ariani, 2012) 3

3. Patofisiologi Tumor intracranial menyebabakan gangguan neurologis progresif. Gangguan neurologis pada tumor intrakranial biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor, yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial. a. Gangguan fokal Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya: gliomablastoma multiforme). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer. Serangan

kejang

sebagai

manifestasi

perubahan

kepekaan

neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal, seperti bicara terganggu,berdesis, dan afasia. b. Peningkatan tekanan intracranial. Dapat diakibatkan oleh beberapa faktor: bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan 4

intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus. Peningkatan

tekanan

intrakranial

akan

membahayakan

jika

perkembanganya cepat. Mekanisme kompensasi bekerja menurunkan volume darah intracranial,volume cairan serebrospinal,kandungan cairan intra sel dan mengurangi selsel parenkim. Peningkatan tekanan intracranial yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum. Herniasi ulkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan menensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan saraf kranial III. Pada herniasi serebellum,tonsil serebellum tergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti pernafassan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat penngkatan intracranial yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan. (Hartono, 2011) 4. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis mungkin tidak spesifik yang dapat disebabkan oleh edema dan peningkatan TIK atau spesifik yang disebabkan oleh lokasi anatomi tertentu. Perubahan Status Mental Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf, perubahan tingkat kesadaran atau sensoris dapat ditemukan. Perubahan status emosional dan mental, seperti letargi dan mengantuk, kebingungan, disorientasi, serta perubahan kepribadian dapat ditemukan. Sakit Kepala Sakit kepala dapat terbatas atau keseluruhan. Biasanya intermiten dengan durasi meningkat dan dapat diperparah dengan perubahan posisi atau mengejan. Sakit kepala parah dan berulang pada klien yang sebelumnya bebas 5

sakit kepala atau sakit kepala berulang di pagi hari yang frekuensi dan keparahannnya meningkat dapat menandakan suatu tumor intracranial dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut. Mual dan Muntah Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena tekanan pada medulla, yang terletak pusat muntah. Klien sering mengeluh sering sakit kepala parah setelah berbaring di ranjang. Saat sakit kepala makin nyeri, klien juga dapat mengalami mual atau muntah spontan. Selama episode emesis (muntah),

klien

dapat

mengalami

hiperventilasi

yang

menurunkan

pembengkakan otak dan setelah episode muntah biasanya nyeri kepala akan berkurang. Papilledema Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optic,dapat menyebabkan papilledema. Mekanisme patofisiologi yang mendasari hal ini masih belum dipahami. Peningkatan tekanan intracranial mengganggu aliran balik vena dari mata dan menumpuk darah di vena retina sentralis. Juga dikenal sebagai “choked disc”, papilledema umum pada klien dengan tumor intracranial dan mungkin merupakan manifestasi awal dari peningkatan tekanan intracranial. Papilledema awal tidak menyebabkan perubahan ketajaman penglihatan dan hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan oftalmologis. Papilledema parah dapat bermanifestsi sebagai penurunan tajam penglihatan. Kejang Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan tumor intracranial, terutama tumor hemisfer serebral. Kejang dapat parsial atau menyeluruh. Kejang parsial biasanya membantu membatasi lokasi tumor. (Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks 2009)

5. Pemeriksaan Diagnostik Jika diduga ada tumor intrakranail, maka pemeriksaan noninvasive seperti CT dan MRI perlu dilakukan. Ganggun lain mungkin dapat disingkirkan dengan EEG, pemindaian radionuklida, angiogram atau pungsi lumbal. 6

Biopsy stereotaktik dapat mengonfirmasi diagnosis tumor otak dan membantu merencanakan terapi yang tepat teknik pencitraan tiga dimensi akan membantu melokalisasi tumor di otak dan dapat membantu rencana reseksi. Pemindaian PET juga berguna untuk mempelajari efek biokimia dan fisiologis dari tumor. (Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks 2009)

6. Penatalaksanaan a. Pembedahan Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi

dengan

menyelamatkan

cara

nyawa

mereduksi

serta

efek

memperoleh

massa efek

sebagai paliasi.

upaya Dengan

pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor, jarang sekali menghilangkan gejala-gejala yang ada pada penderita. b. Radiotherapy Radioterapi

merupakan

salah

satu

modalitas

penting

dalam

penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan radioterapi. Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi, radiasi diharapkan dapat mengeradiasikan semua sel tumor. Namun demikian, pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin sedikit jaringan sehat yang terkena, maka makin

7

tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini, maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi. Glioma dapat ditrapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor, sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi juga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis. c. Chemotherapy Pada

kemoterapi

dapat

menggunakan

powerfull

drugs,

bisa

menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, atau bisa juga suntik. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak. (widagdo 2012)

7. Komplikasi a. Edema Serebral Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk di sekitar lesi sehingga menambah efek massa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik). b. Hidrosefalus Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansis massa dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbrasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa. c. Herniasi Otak Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus dan singuli.

8

d. Epilepsi e. Metastase Ketempat Lain (Ariani, 2012)

B. Konsep Keperawatan Pengkajian 1. Observasi 

Data Psikologis (Berisi tentang status emosi klien, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi, dan konsep diri)



Data social (Berisi hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat)



Data spiritual (Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah)



Program dan Rencana Pengobatan (Berisi tentang program pengobatan yang sedang dijalani dan yang akan dijalani oleh klien)

2. Wawancara 

Identitas Klien (kaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan lain-lain).



Identitas penanggung jawab (kaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien).



Riwayan kesehatan ( kaji keluhan, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit saat ini, riwayat kesehatan keluarga, pola aktivitas sehari-hari)

3. Pemeriksaan fisik Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik pemeriksaan yang digunakan Head to Toe yang diawali dengan observasi keadaan umum klien. Dan menggunakan pedoman 4 langkah yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi. 4. Pemeriksaan penunjang Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium yang dijalani klien, seperti, CT scan, MRI dll.

9

No 1.

NANDA Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan

NOC  Tidak terganggu

NIC 

orientasi kognitif

Monitor

nilai

laboratorium

 Tidak terganggu

adanya

perubahan oksigenasi atau

peningkatan tekanan

Mematuhi

keseimbangan asam basa,

intrakranial (TIK)

perintah

sesuai kebutuhan

(9,3,00049)

 Tidak terganggu



Konsultasikan

dengan

stimulus yang

dokter untuk menentukan

Batasan karakteristik:

tepat dengan

parameter



situasi

sesuai







 

Bentuk gelombang tekanan intracranial (TIK) menunjukkan amplitudo yang tinggi Kenaikan bentuk gelombang tidal wave intracranial pressure (P2 TIK) Peningkatan tekanan intracranial (TIK) >10 mmHg secara berulang selama lebih dari lima menit setelah adanya berbagai stimulasi eksternal Peningkatan tekanan intracranial (TIK) tidak proporsional setelah terjadi stimulus Tekanan intracranial (TIK) dasar ≥ 10 mmHg Uji respon tekanan volume yang beragam (volume: rasio tekanan 2 indeks volume tekanan <10)

hemodinamik yang

telah

ditentukan 

Induksi hipertensi dengan peningkatan volume atau agen vasokontriktsi atau inotropic,

sesuai

diperintahkan,

yang untuk

mempertahankan parameter dan

hemodinamik

mempertahankan/

mengoptimalkan tekanan perfusi serebral (CPP) 

Monitor TIK pasien dan respon neurologi terhadap aktivitas perawatan.



Monitor intake dan output

10

Faktor yang berhubungan:  

2.

Cedera otak Hipotensi sistemik disertai intracranial  Peningkatan tekanna intracranial (TIK) secara kontinu 10-15 mmHg  Penurunan perfusi cerebral≤50-60 mmHg Ketidakefektifan pola  Pola nafas efektif nafas berhubungan  Frekuensi dengan gangguan pernafasan neurologis (4,4,00032) normal



kedalaman dan kesulitan bernafas 

 Tidak Batasan karakteristik:             

Bradipnea Dyspnea Fase ekspresi memanjang Ortopnea Penggunaan otot bantu pernapasan Penggunaan posisi tiga-titik Penurunan kapasistas vital Peningkatan diameter anteriorposterior Penurunan tekanan ekspirasi Penurunan tekanan inspirasi Penurunan ventilasi semenit Pernafasan bibir Pernafasan cuping hidung

Monitor

suara

nafas

tambahan seperti ngorok atau mengi

menggunakan otot bantu

Monitor kecepatan, irama,



pernafasan

Monitor status pernafasan dan

oksigenasi,

sebagaimana mestinya 

Monitor aliran oksigen



Catat

perubahan

pada

saturasi oksigen

11

 



Perubahan ekskursi dada Pola nafas abnormal (mis, irama, frekuensi, kedalaman) Takipnea

Faktor yang berhubungan:               

3.

Ansietas Cederamedula spinalis Deformitas dinding dada Deformitas tulang Disfusi neromuskolar Gangguan musculoskeletal Gangguan neurologis Hiperventilasi Imaturitas neurologis Keletihan Keletihan otot pernafasan Nyeri Obesitas Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru Sindrom hipoventilasi

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (tumor otak) (12,1,00132)

 Nyeri berkurang  Secara konsisten



Lakukan pengkajian nyeri komprehensif

mengenali kapan

meliputi

nyeri terjadi

karakteristik,

yang lokasi,

12

Batasan karakteristik:  Secara Konsisten  Bukti nyeri dengan menggambarkan menggunakan faktor penyebab standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya  Diaphoresis  Dilatasi pupil  Ekspresi wajah nyeri  Focus menyempit  Focus pada diri sendiri  Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri  Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrument nyeri  Laporan tentang perilaku nyeri/ perubahan aktifitas  Mengekspresikan perilaku  Perilaku distraksi  Perubahan pada parameter fisiologis  Perubahan posisi untuk menghindari nyeri  Perubahan selera makan  Putus asa  Sikap melindungi

onset/durasi,

frekuensi,

kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. 

Gali

bersama

klien

faktor-faktor yang dapat menurunkan

atau

memperberat nyeri. 

Ajarkan

prinsip-prinsip

managemen nyeri. 

Monitor TTV



Berikan

kebutuhan

Kenyamanan lain

yang

aktivitas dapat

membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri 

Kolaborasi

pemberian

analgetik

13



area nyeri Sikap tubuh melindungi

Faktor yang berhubungan:  Agen cedera biologis (mis, infeksi, iskemia, neoplasma)  Agen cedera fisik  Agen cedera kimiawi 4. Ansietas berhubungan  Tidak ada dengan perubahan status perasaan gelisah kesehatan  Tidak ada (9,2,00146) peningkatan Batasan karakteristik: tekanan darah Perilaku  Tidak ada  Agitasi peningkatan  Gelisah  Gerakan ekstra frekuensi nadi  Insomnia  Kontak mata yang buruk  Melihat sepintas  Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup  Penurunan produktivitas  Perilaku mengintai  Tampak waspada



Ajarkan teknik relaksasi.



Tunjukkan

dan

praktekkan

teknik

relaksasi pada klien 

Berikan

penjelasan

kepada pasien mengenai penyakitnya. 

Bantu menyelesaikan dengancara

pasien masalah yang

konstruktif.

Afektif  Berfokus pada diri sendiri  Distres  Gelisah 14

 Gugup  Kesedihan yang mendalam  Ketakutan  Menggemerutukkan gigi  Menyesal  Peka  Perasaan tidak adekuat  Putus asa  Ragu  Sangat khawatir  Senang berlebuhan Fisiologis  Gemetar  Peningkatan keringat  Peningkatan ketegangan  Suara bergetar  Tremor  Tremor tangan  Wajah tegang Simpatis  Anoreksia  Diare  Dilatasi pupil  Eksitasi kardiovaskuler  Gangguan pernapasan  Jantung berdebardebar  Kedutan otot  Lemah  Mulut kering  Peningkatan denyut nadi  Peningkatan frekuensi pernapasan 15

 Peningkatan refleks  Peningkatan tekanan darah  Vasokontriksi superfisial  Wajah memerah Parasimpatis  Anyang-anyangan  Diare  Dorongan segera berkemih  Gangguan pola tidur  Kesemutan pada ekstremitas  Letih  Mual  Nyeri abdomen  Penurunan denyut nadi  Penurunan tekanan darah  Pusing  Sering berkemih Kognitif  Bloking pikiran  Cenderung menyalahkan orang lain  Gangguan konsentrasi  Gangguan perhatian  Konfusi  Lupa  Melamun  Menyadari gejala fisiologis  Penurunan kemampuan untuk belajar  Penurunan 16

kemampuan untuk mencegah masalah  Penurunan lapang persepsi  Preokupasi Faktor yang berhubungan:  Ancaman kematian  Ancaman pada status terkini  Hereditas  Hubungan interpersonal  Kebutuhan yang tidak dipenuhi  Konflik nilai  Konflik tentang tujuan hidup  Krisis maturasi  Krisis situasi  Pajanan pada toksin  Penularan interpersonal  Penyalahgunaan zat  Perubahan besar (mis., status ekonomi, status lingkungan, status kesehatan,fungsi peran, status peran)  Riwayat keluarga tentang ansietas stresor 5. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan (11,2,00155)

 Tidak ada jatuh saat berdiri  Tidak ada jatuh saat berjalan

Faktor resiko: Dewasa

 Tidak jatuh saat



Identifikasi

kekurangan

baik kognitif atau fisik dari pasien yang mungkin meningkatkan jatuh

pada

potensi lingkungan

17



Penggunaan alat bantu  Prosthesis ekstremitas bawah  Riwayat jatuh  Tinggal sendiri  Usia ≥65 tahun Anak  Jenis kelamin lakilaki berusia < 1 tahun  Kurang pengawasan  Kurangnya pengekang pada mobil  Tidak ada pagar pada tangga  Tidak ada terali pada jendela  Usia ≥ 2 tahun Kognitif  Gangguan fungsi kognitif Lingkungan  Lingkungan yang tidak terorganisasi  Kurang pencahayaan  Kurang material anti slip di kamar mandi  Penggunaan restrein  Penggunaan karpet yang tidak rata atau terlipat  Ruang yang tidak dikenal  Pemajanan pada kondisi cuaca tidak aman (mis, lantai basah, es)

ke kamar mandi

tertentu 

Tanyakan pasien tentang persepsi

keseimbangan

dengan tepat 

Bantu ambulasi individu yang

mengalami

gangguan keseimbangan 

Identifikasi karakteristik dari

lingkungan

mungkin

yang

meningkatkan

potensi jatuh.

18

Agens farmaseutikal  Penggunaan alcohol  Agen farmaseutikal Fisiologis  Anemia  Artritis  Deficit proprioseptif  Diare  Gangguan keseimbangan  Gangguan mendengar  Gangguan mobilitas  Gangguan pada kaki  Gangguan visual  Hipotensi artostatik  Inkotimensia  Kesulitan gaya berjalan  Mengantuk  Neoplasma  Neuropati  Penurunan kekuatan ekstremitas bawah  Penyakit vascular  Periode pemulahan pasca-operasi  Perubahan kadar gula darah  Pusing saat mengekstensikan leher  Pusing saat menolehkan leher  Sakit akut  Urgensi berkemih

19

NANDA International, Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 20152017 Edisi 10 Nursing Intervension Classification (NIC) 2013, Edisi 6 Nursing Outcomes Classification (NOC) 2013, Edisi 5

20

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Kasus Klien masuk RSUD dengan keluhaan sakit kepala ±1 minggu sebelum masuk RS & kesadaran klien masih Compos Mentis. Klien pernah dilakukan CT Scant pada tanggal 19-07-08, didapatkan hasilnya SOL + Hidrosefalus. Pada tanggal 08-0808 klien mengalami penurunan kesadaran dan tekanan darah klien 200/120 mmHg. Pre operasi: kesadaran umum: Jelek. Kesadaran: Sopor dengan GCS E1 M3 V2. Status neurologis klien tidak bisa dinilai karena klien mengalami penurunan kesadaran. Mata: konjungtiva tidak anemis, reflek pupil +2/+2 (Isokor), reflek terhadap cahaya: miosis. Mulut: terdapat adanya gudel. Dada: bentuk dada simetris, pernafasan klien thoracoabdominal dengan RR 16 x/mnt. Ronchi (+). TTV: TD 160/100 mmHg, Nadi 78 x/mnt, RR 18 x/mnt. Terpasang O2 Binasal 5 lpm. Kata Kunci: 1. Sakit kepala ±1 minggu 2. SOL 3. Hidrosefalus 4. Penurunan kesadaran 5. Tekanan darah meningkat 6. GCS 6 7. Adanya gudel 8. CT Scan Pertanyaan: 1. Apakah sakit kepala ±1 minggu merupakan salah satu tanda seseorang mengalami tumor otak? 2. Jika hasil CT Scant terdapat SOL, apakah itu tandanya seseorang positif mengalami tumor otak? 3. Mengapa tumor otak dapat menyebabkan hidrosefalus?

21

4. Mengapa jika seseorang mempunyai penyakit tumor otak itu semakin lama penurunan kesadarannya semakin menurun? 5. Mengapa jika seseorang mempunyai penyakit tumor otak mengalami peningkatan tekanan darah? 6. Coba jelaskan tentang GCS Klien? 7. Jelaskan fungsi dari pemasangan gudel? 8. Apa fungsi pemeriksaan CT Scan pada Pasien Tumor otak? Jawaban: 1. Sakit kepala dapat terbatas atau keseluruhan. Biasanya intermiten dengan durasi meningkat dan dapat diperparah dengan perubahan posisi atau mengejan. Sakit kepala parah dan berulang pada klien yang sebelumnya bebas sakit kepala atau sakit kepala berulang di pagi hari yang frekuensi dan keparahannnya meningkat dapat menandakan suatu tumor intracranial dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut. (Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks 2009)

2. Iya, jika hasil CT Scant menunjukkan adanya SOL + Hidrosefalus, maka itu adalah kemungkinan besar seseorang mengalami tumor otak. Tumor intracranial adalah tumor yang meliputi lesi yang mendesak ruang jinak maupun ganas yang tumbuh di otak,meningen,dan tengkorak (Hartono ,2011). Sesuai dengan defenisi diatas yaitu tumor otak meliputi lesi yang tumbuh di otak, itu berarti ada sebuah lesi yang terdapat di otak, nah jika seseorang diperiksa dan hasil pemeriksaannya itu sudah positif bahwa di otaknya terdapat lesi, maka itu kemungkinan besar merupakan tumor pada otak. 3. Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansis massa dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbrasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa, sehingga terjadi penumpukan cairan dalam otak. (Ariani, 2012) 22

4. Karena Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf, perubahan tingkat kesadaran atau sensoris dapat ditemukan pada pasien tumor otak. Perubahan status emosional dan mental, seperti letargi dan mengantuk, kebingungan, disorientasi, serta perubahan kepribadian dapat ditemukan. (Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks 2009) 5. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer. Serangan

kejang

sebagai

manifestasi

perubahan

kepekaan

neuron

dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak dan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah. (Hartono, 2011) 6. GCS klien berjumlah 6 yaitu E1 M3 V2, jumlah GCS normal yaitu 15, sedangkan jumlah GCS klien hanya 6, itu berarti tingkat kesadaran pasien tidak normal. Eye (respon membuka mata) : (4) : spontan (3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata). (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : tidak ada respon Verbal (respon verbal) : (5) : orientasi baik (4) : bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang), disorientasi tempat dan waktu. (3) : kata-kata tidak jelas (2) : suara tanpa arti (mengerang) (1) : tidak ada respon Motorik (Gerakan) : (6) : mengikuti perintah

23

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) (4) : withdraws (menghindar/menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri) (3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (1) : tidak ada respon

7. Guedel

Airway

(oropharyngeal

airway)

adalah

jalan

napas oropharyngeal (juga dikenal sebagai oral airways, OPA atau Guedel pattern airway). Oropharyngeal airway adalah perangkat medis

yang

disebut airway adjunct yang digunakan untuk mempertahankan saluran napas tetap paten (terbuka). Hal ini dilakukan dengan mencegah lidah dari (baik sebagian atau seluruhnya) menutupi epiglotis, yang mana bisa mencegah pasien bernafas. Ketika seseorang menjadi tidak sadar, otot-otot di rahang mereka berelaksasi dan memungkinkan lidah untuk menyumbat jalan napas; pada kenyataannya, lidah adalah penyebab paling umum dari saluran napas tersumbat. 8. CT scan berguna untuk melihat adanya tumor pada langkah awal penegakkan diagnosis dan sangat baik untuk melihat kalsifikasi, lesi erosi/destruksi pada tulang tengkorak. A. Pengkajian 

Nama

:



No. RM

:



Umur

:



Jenis Kelamin

:



Alamat

:



Agama

:



Pekerjaan

:



Riwayat kesehatan terdahulu

: Klien masuk RSUD dengan keluhaan

24

sakit kepala ±1 minggu sebelum masuk RS. Klien pernah dilakukan CT Scant pada tanggal 19-07-08, didapatkan hasilnya SOL + Hidrosefalus 

Riwayat kesehatan sekarang

: Pada tanggal 08-08-08 klien mengalami penurunan kesadaran dan tekanan darah klien 200/120 mmHg



TTV pre operasi

: TD : 160/100 mmHg Nadi: 78 x/mnt RR: 18 x/mnt



Analisa data DS: Klien mengeluh sakit kepala ±1 minggu DO: Pada tanggal 19-07-08, Klien pernah dilakukan CT Scant, didapatkan hasilnya SOL + Hidrosefalus. Pada tanggal 08-08-08 klien mengalami penurunan kesadaran dan tekanan darah klien 200/120 mmHg.  Pre operasi:  kesadaran umum: Jelek.  Kesadaran: Sopor dengan GCS E1 M3 V2.  Status neurologis klien tidak bisa dinilai karena klien mengalami penurunan kesadaran.  Mata: konjungtiva tidak anemis  Reflek pupil +2/+2 (Isokor)  Reflek terhadap cahaya: miosis.  Mulut: terdapat adanya gudel.  Dada: bentuk dada simetris 25

 Pernafasan klien thoracoabdominal dengan RR 16 x/mnt.  Ronchi (+).  Terpasang O2 Binasal 5 lpm. No 1.

NANDA Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan

NOC  Tidak terganggu

NIC 

orientasi kognitif

Monitor

nilai

laboratorium

 Tidak terganggu

adanya

perubahan oksigenasi atau

peningkatan tekanan

Mematuhi

keseimbangan asam basa,

intrakranial (TIK)

perintah

sesuai kebutuhan

(9,3,00049)

 Tidak terganggu



Konsultasikan

dengan

DS:

stimulus yang

dokter untuk menentukan

1. Klien mengeluh

tepat dengan

parameter

situasi

sesuai

sakit kepala DO:

hemodinamik yang

telah

ditentukan 

1. Hasil CT Scant

Induksi hipertensi dengan

pasien menunjukkan

peningkatan volume atau

hasil SOL +

agen vasokontriktsi atau

Hidrosefalus.

inotropic,

sesuai

diperintahkan,

yang untuk

mempertahankan parameter dan

hemodinamik

mempertahankan/

mengoptimalkan tekanan perfusi serebral (CPP) 

Monitor TIK pasien dan respon neurologi terhadap aktivitas perawatan.

2.

Ketidakefektifan pola

 Pola nafas efektif

nafas berhubungan

 Frekuensi



Monitor intake dan output



Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan 26

dengan gangguan

pernafasan

neurologis

normal

DO:

menggunakan

1. Terpasang O2

otot bantu

Binasal 5 lpm

pernafasan

2. Pernafasan

RR

16

Monitor

suara

nafas

tambahan seperti ngorok atau mengi 

Monitor status pernafasan dan

klien

thoracoabdominal

x/mnt.



 Tidak

(4,4,00032)

dengan

bernafas

oksigenasi,

sebagaimana mestinya 

Monitor aliran oksigen



Catat

perubahan

pada

saturasi oksigen

NANDA International, Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 20152017 Edisi 10 Nursing Intervension Classification (NIC) 2013, Edisi 6 Nursing Outcomes Classification (NOC) 2013, Edisi 5

27

PATOFLOWDIAGRAM Embryonic Cell Rest

Herediter

Terdapat sisa-sisa sel embrional di sekitar otak

Memiliki riwayat keluarga penderita tumor otak

Perkembangan abnormal dari sisa-sisa sel embional

TUMOR OTAK

Kenaikan tekanan intrakranial

Tanda dan gejala:  Penurunan kesadaran  Sakit kepala  Peningkatan tekanan darah

Penekanan pada jaringan otak

Kerusakan jaringan neuron

MK: Penurunan kapasitas adaptif intrakranial Batasan Karakteristik 

 

Bentuk gelombang tekanan intracranial (TIK) menunjukkan amplitudo yang tinggi Kenaikan bentuk gelombang tidal wave intracranial pressure (P2 TIK) Peningkatan tekanan intracranial (TIK) >10 mmHg secara berulang selama lebih dari lima menit setelah adanya berbagai stimulasi eksternal

Pemeriksaan penunjang:  CT Scan  MRI  EEG

herniasi unkus atau serebellum

tonsil serebellum tergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior

Batasan Karakteristik      

Kompresi medulla oblongata dan henti pernafassan terjadi dengan cepat

gangguan pernafasan



Bradipnea Dyspnea Fase ekspresi memanjang Ortopnea Penggunaan otot bantu pernapasan Penggunaan posisi tiga-titik Penurunan kapasistas vital

MK: Ketidakefektifan pola 28 nafas

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Tumor otak diidentifikasi sebagai lesi primer atau sekunder. Tumor yang muncul dari otak atau struktur penyokongnya disebut tumor otak primer. Sementara, tumor yang bermetastasis dari area tubuh lain ke otak adalah tumor sekunder. Tumor otak juga dapat disebut Intra-aksial atau Ektra-aksial. Tumor Intra-aksial adalah yang berasal dari dalam serebrum, serebellum, atau batang otak. Tumor Ektra-aksial memiliki asal dari tulang tengkorak, meningen, atau saraf kranial. Tumor intracranial primer dapat muncul dari sel-sel penyokong (selsel neurolglolia {glioma}), sel-sel saraf (neuroma), atau struktur-struktur penyokong.

B. Saran Sebaiknya jika ingin menangani sebuah kasus penyakit, kita terlebih dahulu mengenali tentang apa saja penyebab dari penyakit tersebut sehingga dapat memudahkan kita dalam menentukan diagnosanya.

29

DAFTAR PUSTAKA Ariani, TA. 2012. Sistem neurobehavior. Jakarta : Salemba Medika. Black, 2009. Buku saku diagnogsis keperawatan, JAKARTA salempa medika Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3. EGC: Jakarta Hartono. 2011. Buku Ajar Neurologis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. NANDA International, Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Nursing Intervension Classification (NIC) 2013, Edisi 6 Nursing Outcomes Classification (NOC) 2013, Edisi 5 Widagdo, 2012.Tata lakasana masalah penyakit anak dengan kejang.Jakarta : CV Sagung Seto.

30

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"