BAB I EKONOMI PEMBANGUNAN DAN CIRI – CIRI NEGARA BERKEMBANG Definisi dari Ekonomi Pembangunan adalah suatu cabang ilmu ekonomi yang bertujuan untuk menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh Negara-negara berkembang serta dapat menemukan cara-cara agar dapat mempercepat pertumbuhan ekonominya. Sedangkan arti dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri adalah suatu proses meningkatnya produksi. Dan pembangunan itu sendiri yaitu suatu usaha yang terpadu untuk menuju ke arah kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pembangunan menyangkut berbagai aspek, antara lain: 1. Ekonomi 2. Politik 3. Budaya 4. Keamanan, dll. ➢ Beberapa aspek yang dijadikan tolak ukur keberhasilan pembangunan:
1. Laju peningkatan pendapatan 2. Laju penurunan angka kemiskinan 3. Laju penurunan ketimpangan pendapatan/penerimaan 4. Laju penurunan kesenjangan harapan hidup 5. Penurunan angka kematian bayi 6. Laju penurunan angka buta huruf 7. Laju pertumbuhan penduduk 8. Laju penurunan angka pengangguran ➢ Pengelompokan negara berdasarkan taraf kesejahteraan masyarakatnya: a. Negara maju (Developed Countries) yaitu Negara-negara yang pendapatan perkapitanya
melebihi US$2000, misalnya Negara-negara di Eropa barat, Eropa timur, Amerika utara, Australia, Jepang b. Negara Berkembang (Developing Countries) yaitu Negara-negara yang pendapatan
perkapitanya antara US$350 s/d US$2000, misalnya Negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika latin, diperkirakan 2/3 penduduk dunia berada di negara berkembang. c. Negara Miskin (Poor Countries) yaitu Negara negara yang pendapatan per kapitanya di
bawah US$350, misalnya Kenya, Rwanda, Ethiopia. ➢ Ciri-ciri umum negara berkembang: 1
a. Produsen
barang-barang
primer
(Bahan-bahan
makanan),
penghasilan
nasional
terbesarnya dari sektor pertanian, perkebunan, perikanan. Sedangkan negara maju merupakan produsen barang sekunder (industri, pertambangan, bangunan, dan jasa) dan sektor produksi tersier (angkutan, kesehatan, listrik). b. Permasalahan kependudukan:
–
Pengangguran
–
Kenaikan jumlah penduduk yang pesat
–
Menurunnya tingkat konsumsi rata-rata
c. Sumber alam yang belum banyak diolah karena kekurangan modal, dan tenaga ahli. d. Masih terbelakang ditandai dengan mobilisasi yang rendah. e. Tingkat
pengangguran yang
relatif tinggi baik pengangguran semu maupun
pengangguran terbuka. f.
Tingkat pendidikan yang relatif rendah.
g. Tingkat kesehatan yang relatif rendah.
➢ Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi : a. Akumulasi modal Investasi dalam bentuk tabungan investasi sarana infrastruktur, jalan, listrik, pelabuhan, jembatan-jembatan, sarana angkutan. b. Kemajuan teknologi Untuk negara berkembang yang tepat adalah teknologi yang dapat menghemat modal c. Perkembangan penduduk Perkembangan penduduk yang pesat jika tidak diiringi dengan lapangan kerja yang cukup maka akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
BAB II PERSOALAN – PERSOALAN DASAR DALAM PROSES PEMBANGUNAN DI NEGARA BERKEMBANG 2
A. Permasalahan-Permasalahan
Pokok
Yang
Dihadapi
Oleh
Negara-Negara
Berkembang Dalam Proses Pembangunan, Yaitu: 1. Kemiskinan 2. Permodalan 3. Pemerataan pendapatan/ketimpangan 4. Perkembangan penduduk 5. Kesempatan kerja 6. Pendidikan 7. Penguasaan teknologi 8. Budaya/adat istiadat, kepercayaan
9. Stabilitas politik B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan di Negara-negara Berkembang: 1. Faktor ekonomi: a. Akumulasi modal b. Perkembangan Penduduk c. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi a) Teknologi padat modal b) Teknologi padat karya, seperti: Teknologi tepat guna pertanian, perikanan,
peternakan, perkebunan. 2. Faktor non Ekonomi: a. Keadaan sosial budaya ( sistem kasta, kepercayaan) b. Keadaan politik keamanan.
C. Syarat-Syarat Agar Proses Pembangunan Dapat Berlangsung Menurut Baldwin & Meier 1. Kekuatan dari dalam (Indegenous force) Adalah kekuatan dari dalam masyarakat itu sendiri untuk berusaha memperbaiki nasibnya. Kekuatan-kekuatan dari luar masyarakat sebagai pendorong kehendak untuk berkembang (Penunjang). Misalnya dengan cara memberi fasilitas kredit bagi petani dan pengusaha kecil, mengurangi monopoli, pengembangan teknologi tepat guna. 2. Pengumpulan modal (Akumulasi modal) Misalnya melalui kenaikan volume tabungan rill sehingga sumber-sumber uang yang semula untuk konsumtif dapat diarahkan pada tujuan produktif, jadi pembangunan ekonomi 3
tidak sekedar menaikan permintaan uang, akan tetapi harus dapat meningkatkan output rill, untuk dapat memperkirakan kapital yang diperlukan untuk pembangunan ekonomi perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Perkiraan pertambahan penduduk b. Target pendapatan perkapita, jika pendapatan perkapita akan dinaikan maka
akumulasi kapital harus dinaikan, ini berarti investasi harus ditingkatkan misalnya, dengan cara sebagai berikut: a) Menaikan pajak pembatasan inpor barang-barang konsumsi, bila mungkin inpor
barang kapital. b) Pinjaman dari luar negeri c) Meningkatkan ekspor hasilnya diinvestasikan di dalam negeri
c.
Angka rasio pertambahan antara investasi dengan output.
3. Kriteria dan arah investasi Kriteria investasi bersifat dinamis sesuai dengan dinamika suatu masyarakat, beberapa prinsip untuk menentukan kriteria investasi sebagai berikut: a. Investasi digunakan terhadap bidang yang paling produktif. b. Investasi harus dijalankan dalam bidang padat karya. c. Selektif, investasi diarahkan pada bidang-bidang yang dapat menghasilkan barang
kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat, ada dua bentuk investasi yakni investasi padat modal dan investasi padat karya. 4. Penyerapan Kapital dan Stabilitas Setiap negara mempunyai kemampuan penyerapan kapital yang berbeda, ini disebabkan oleh : a. Penguasaan teknologi b. Ketersediaan tenaga ahli c. Tingkat mobilitas geografi/perluasan pasar
D. Hambatan-Hambatan Pada Proses Pembangunan a) Ledakan penduduk (dampak positif dan dampak negatif) Menurut Adam Smith akan
ada perlombaan antara tingkat perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk dan pada akhirnya dimenangkan oleh tingkat perkembangan penduduk. b) Tingkat pembentukan modal yang rendah di negara berkembang biasanya merupakan
masalah yang berupa lingkaran yang tak berujung. 4
c) Tingkat pendidikan, ini akan mempengaruhi pada kualitas angkatan kerja (tenaga
ahli). d) Pola hidup yang konsumtif e) Sikap-sikap sosial, politik, budaya.
Menurut Lha Myntz (1964) secara tegas menegaskan bahwa ekspor Negara-negara berkembang tidak dapat diandalkan sebagai “engine of growth” bagi negara berkembang, hal ini didasarkan pada pemikiran: a. Sektor ekspor berorientasi pada kepentingan negara induknya. b. Kebijakan penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut kurang mendorong bagi
pembangunan ekonomi lebih lanjut, hal ini terlihat pada: –
Tingkat upah yang rendah
–
Sifat pekerjaan yang tidak dapat meningkatkan karier
Struktur ekspor dari Negara-negara berkembang dikatakan sebagai struktur ekonomi “Kolonial” yaitu suatu struktur ekspor yang memiliki ciri sebagai berikut: a. Sebagian besar kondisi ekspor merupakan bahan mentah (hasil industri primer) seperti
bahan-bahan dari produk pertanian, pertambangan, kehutanan, perikanan. b. Jenis komoditi ekspor yang terbatas seperti karet, kina, kakau, sawit, kopra, teh, bauksit. c. Sektor ekspor tersebut pada mulanya dikembangkan oleh pengusaha-pengusaha yang
berasal dari negara penjajahnya. Hal ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan dalam hubungan ekonomi antara negara berkembang dengan negara maju seperti yang dikemukakan oleh “Myrdal” bahwa ketidakseimbangan hubungan ekonomi ini akan menyebabkan mengalirnya modal dari negara berkembang ke negara maju, sehingga negara berkembang akan sulit untuk meningkatkan taraf ekonominya, sementara negara maju akan semakin mapan tarap ekonominya. Hal ini akan berdampak pada neraca pembayaran utang negara berkembang karena volume ekspor menjadi lebih lambat dibanding dengan volume inpor yang bersal dari negara maju. Demikian menurut “Prebisch – Singer”.
BAB III PERUBAHAN STRUKTURAL DALAM PROSES PEMBANGUNAN A. Gambaran Umum Negara Berkembang Dan Negara Maju
Struktur ekonomi negara maju sangat berbeda dibanding dengan negara berkembang, kegiatan ekonomi negara berkembang sangat bertumpu pada kegiatan sektor pertanian, sedangkan negara maju kegiatan ekonominya berpusat pada sektor industri, di negara berkembang sektor pertanian memberikan sumbangan yang lebih besar kepada Produk 5
Domestik Bruto (PDB) dibandingkan dengan sektor industri, sedangkan di negara maju kebalikannya, rendahnya peran pertanian dan tingginya peran industri terhadap Produk Nasional Bruto (PNB) di negara maju disebabkan oleh tingkat pembangunan yang lebih tinggi dibanding dengan negara berkembang. Di negara maju maupun berkembang sektor jasa memegang peran penting di dalam pertumbuhan ekonomi, di Negara-negara berkembang sektor jasa memberi sumbangan 4060% pada PDB, di negara maju peran sektor ini lebih tinggi lagi yakni 40-70%. Dari segi pengadaan kesempatan kerja di negara berkembang sektor pertanian menampung 50-80% dari seluruh tenaga kerja yang ada. Di negara maju sektor pertanian memberikan kesempatan kerja tidak lebih dari 16 % dari seluruh angkatan kerja yang ada. Di sektor industri negara berkembang memberi kesempatan kerja 20% kepada seluruh tenaga kerja yang ada, sedangkan di negara maju sektor industri memberi kesempatan kerja 30-40 % Terlalu terpusatnya kegiatan ekonomi pada sektor pertanian yang produktivitasnya rendah merupakan salah satu penyebab rendahnya pendapatan nasional negara berkembang. Faktor – faktor rendahnya produktivitas sektor pertanian di negara berkembang, yaitu: a. Kekurangan peralatan pertanian b. Cara bercocok tanam yang masih tradisional c. Input modernisasi yang rendah d. Penguasaan Ilmu pengetahuan dan Pendidikan yang masih rendah e. Kurangnya modal B. Perubahan Struktur Ekonomi Dalam Proses Pembangunan Dalam proses pembangunan ekonomi akan terjadi perubahan struktur ekonomi suatu negara perubahan tersebut dapat dilihat dari besar kecilnya peran sektor sektor pembangunan pada PDB suatu negara, untuk mengetahui corak perubahan struktur ekonomi dalam perkembangan ekonomi dimasa lalu yang dialami Negara-negara maju sekarang, seorang ahli ekonomi (Kuznet) telah mengumpulkan data peran berbagai sektor terhadap pertumbuhan produksi nasional di 5 negara maju sebagai berikut:
Sektor Negara
Tahun
Pertanian
Industri
Jasa
6
Inggris
1801
32
23
45
1841
22
34
44
1907
6
46
48
1955
5
56
39
1825
50
25
25
1872
42
30
28
1908
35
37
28
1962
9
52
39
1860
32
24
44
1905
18
39
43
1959
7
52
41
1913
16
33
51
1938
7
40
53
1962
9
51
40
Amerika
1869
20
40
48
Serikat
1929
9
42
49
1961
4
43
53
Perancis
Jerman
Belanda
Dari tabel tersebut dapat diamati bahwa: a. Penurunan peran sektor pertanian pada produksi nasional dari 20% s/d 50% menjadi 4% s/d 9%. b. Peran sektor Industri mengalami penaikan dari awal observasi 23% s/d 40% menjadi 43 s/d 56%. c. Peran sektor jasa dalam menciptakan produksi nasional tidak mengalami perubahan yang signifikan dan perubahan tersebut tidak konsisten. C. Gambaran Transisi Demografi Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh negara berkembang di dalam menumbuhkan perekonomiannya adalah masalah penduduk, disatu sisi pesatnya pertumbuhan penduduk dapat menyediakan tenaga kerja yang melimpah dan potensi pasar yang cukup, tetapi di sisi lain negara berkembang mempunyai kemampuan yang terbatas di dalam menyediakan lapangan kerja baru, akibat dari masalah ini maka timbul masalah-masalah sebagai berikut: a. Penambahan angka pengangguran b. Meningkatnya angka kriminalitas c. Urbanisasi
7
Berdasarkan tingkat perkembangan penduduknya negara berkembang dibagi menjadi tiga fase, yakni: a. Fase pertama fase dimana tingkat perkembangan penduduk lambat dimana tingkat
kelahiran dan tingkat kematian tinggi sehingga perkembangan penduduk lambat. b. Fase kedua yang ditandai oleh menurunnya tingkat kematian angka kelahiran tetap
tinggi, yang menyebabkan turunnya angka kematian adalah adanya kemajuan dibidang kedokteran, luasnya pelayanan kesehatan, gizi lebih baik, stabilitas keamanan sehingga timbul ledakan penduduk. c. Fase ketiga yang ditandai dengan pertambahan penduduk yang lambat hal ini disebabkan
angka kelahiran yang tidak terlalu tinggi dan angka kematian cukup rendah .
BAB IV MODEL PENDEKATAN PEMBANGUNAN ALTERNATIF Untuk mengantisipasi kegagalan strategi konvensional maka perlu strategi pembangunan alternatif sebagai berikut: 1. Model pembangunan penciptaan lapangan kerja misalnya dengan mendorong teknik-
teknik produksi yang padat karya. 2. Model pendekatan penyaluran investasi untuk penduduk miskin misalnya dengan
pendidikan, kesehatan, kredit. 3. Model pendekatan pembangunan yang berorientasi pada anti kemiskinan, yaitu
strategi yang dalam perencanaannya memperhatikan kelompok masyarakat miskin dengan mengutamakan program penyiapan sumber daya manusia, perhatian pada penyiapan sumber daya manusia ini akan mengakibatkan pertumbuhan angka PNB yang 8
lamban, hal ini akan menimbulkan potensi ketegangan sosial, keresahan dan kesetabilan politik, oleh karena itu model ini sangat cocok bagi negara dengan pemerintahan yang kuat. Sesudah modal sumber daya manusianya siap,baru diikuti oleh strategi Industrialisasi yang padat karya. 4. Model pendekatan pembangunan sektor pertanian Dalam pendekatan ini, sektor pertanian harus mampu
menyediakan barang-barang
dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Kemudian sektor pertanian harus dapat menyediakan lapangan kerja, misalnya dengan perubahan teknik produksi dalam pertanian terutama dibidang: bibit baru, pupuk, irigasi pemberantasan hama dan sebagainya. 5. Model strategi pembangunan yang mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan
dasar seluruh penduduk yakni: Pangan, sandang, perumahan, dan kesehatan sehingga sasaran utama dari strategi ini adalah menyediakan kebutuhan pokok seluruh penduduk dan penyediaan jasa umum dasar penduduk yakni: fasilitas kesehatan, pendidikan, air bersih, angkutan dan kebudayaan di samping dua sasaran tersebut strategi ini juga memiliki sasaran-sasaran berikut: a. Hak atas mendapatkan pekerjaan yang layak dan produktif sehingga setiap penduduk
memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. b. Prasarana yang mampu menunjang penyediaan barang dan jasa yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dasar hidup penduduk. c. Partisipasi seluruh penduduk. ➢ Terdapat tiga kebutuhan dasar dalam pendekatan pembangunan alternatif, yaitu : a. Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup b. Kebutuhan dasar untuk kelangsungan yang produktif dan kontinu. c. Kebutuhan dasar untuk meningkatkan mutu kehidupan yang bersifat materi dan non
materi. Di negara kita di dalam melaksanakan GBHN, kita mengenal program yang digulirkan pemerintah orba untuk mencapai pemerataan pembangunan, yakni 4 jalur pemerataan: a. Pemerataan kebutuhan pokok rakyat banyak ( Pangan, Sandang, Papan) b. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan kesehatan. c. Pemerataan kesempatan kerja d. Pemerataan pada partisipasi dalam pembangunan. Penilaian Dan Pengukuran Pemerataan
Kemiskinan Absolut 9
Penelitian yang dilakukan oleh Adelman dan Moris (1973) berhasil mengungkapkan bahwa di negara-negara berkembang bukan saja menghadapi kemerosotan dalam ketimpangan relatif tetapi juga masalah kenaikan angka kemiskinan absolut yaitu suatu keadaan dimana tingkat pendapatan absolut seseorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Menurut Prof. Sayogyo klasifikasi tentang penggolongan penduduk miskin yang didasarkan pada banyak beras yang dapat dibeli oleh satu orang penduduk di daerah pedesaan: : a. Pengeluaran perkapita per tahun < 320 Kg EB, ini tergolong miskin b. Pengeluaran perkapita per tahun < 240 Kg EB, ini tergolong miskin sekali c. Pengeluaran perkapita per tahun <180 Kg EB, sebagai kelompok penduduk paling
miskin.
Hasil penelitian Prof. Sayogyo tentang persentase penduduk pedesaan yang miskin di Pulau Jawa dan Madura pada tahun 1970 s/d 1976 pada tabel berikut:
Garis Kemiskinan (EB)
1970
1976
Jumlah (Juta)
Persen
Jumlah (Juta)
Persen
Miskin (320 Kg)
38,0
61
40,5
58,6
Miskin Sekali (240 Kg)
24,6
39,5
27,5
39,8
Paling miskin (180 Kg)
13,6
20,9
17,2
25,6
Didasarkan pada penetapan garis kemiskinan US$ 125 per kapita/tahun di kota dan US$ 95 perkapita/tahun untuk di pedesaan. Studi lain tentang pemerataan pendapatan yang dilakukan oleh Arie Lastario (1983) yang menggolongkan daerah-daerah kemiskinan di Indonesia atas dasar tinggi rendahnya nilai kebutuhan hidup per kapita atas dasar ukuran tersebut daerah kecamatan digolongkan menjadi 4 golongan, yakni:
10
a. Daerah miskin sekali daerah dengan pendapatan perkapita antara ≤ 75% dari nilai kebutuhan hidup minimum. b. Daerah Miskin daerah dengan pendapatan perkapitanya antara 76 s/d 125% dari nilai
kebutuhan hidup minimum. c. Daerah hampir miskin yaitu daerah yang pendapatan perkapitanya antara 126% s/d 200% dari nilai kebutuhan hidup minimum. d. Daerah tidak miskin daerah dengan pendapatan perkapitanya lebih dari 200% dari
kebutuhan hidup minimum. Ketimpangan pembagian pendapatan dibagi menjadi 3 jenis yaitu : a. Pembagian pendapatan antara golongan pendapatan atau ketimpangan relatif b. Pembagian pendapatan antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan. c. Pembagian pendapatan antar daerah.
BAB V PEMBANGUNAN EKONOMI PADA NEGARA-NEGARA DALAM KEADAAN PENAWARAN TENAGA KERJA YANG MELIMPAH 1. Mengatasi Masalah Tenaga Kerja Setengah Menganggur
Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa Negara-negara berkembang menghadapi masalah penduduk, masalah tersebut antara lain: a. Perkembangan penduduk yang sangat pesat b. Struktur umur yang berat sebelah yaitu berat sebelah kepada penduduk dibawah umur
(kurang dari 15 tahun) c. Arus perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke kota-kota semakin deras
d. Masalah pengangguran yang semakin serius Tingkat perkembangan penduduk yang semakin cepat mengakibatkan proporsi penduduk yang berusia muda membesar dan proporsi jumlah penduduk dalam usia produktif (15-59) tahun, semakin kecil keadaan ini mengakibatkan semakin beratnya beban penduduk usia produktif karena harus bekerja untuk semua penduduk yang jumlahnya semakin besar. Masalah lain akibat pesatnya jumlah penduduk yaitu masalah pengangguran, hal ini timbul karena negara membuka lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan kenaikan jumlah angkatan kerja, maka tenaga kerja yang baru yang tidak memperoleh pekerjaan akan
11
menambah jumlah pengangguran yang telah terjadi pada masa sebelumnya, sehingga hal ini menjadi masalah yang serius yang dihadapi oleh negara berkembang. Disamping
pengangguran terbuka (Open un employment) yaitu pengangguran yang
sepenuhnya menganggur, juga dihadapkan pada penganguran tersembunyi (Close un employment) yaitu pengguran yang tidak dapat memanfaatkan waktu yang ada secara optimal untuk melakukan kegiatan produktif. Di negara berkembang yang penduduknya sebagian besar bekerja di sektor pertanian maka sebagian besar pertambahan penduduknya pun di sektor pertanian, dibeberapa negara berkembang pertambahan penduduk ini diimbangi dengan perluasan lahan pertanian, akan tetapi disebagian besar negara berkembang hal ini tidak terjadi, hal ini disebabkan oleh : •
Tanah pertanian sudah sangat terbatas
•
Tanah ada tapi tidak memiliki cukup dana untuk membuat tanah tersebut menjadi lahan pertanian. Untuk mengatasi masalah pengangguran di sektor pertanian ini dapat dilakukan berbagai
cara antara lain: a. Memperluas lahan pertanian b. Mengembangkan sektor industri yang dapat menampung kelebihan penduduk di sektor pertanian. c. Memperlambat laju pertumbuhan penduduk Usaha memperluas lahan pertanian merupakan solusi mengatasi pengangguran sektor pertanian bagi negara-negara yang mempunyai cukup dana untuk melakukannya, misalnya dengan memindahkan penduduk dengan program transmigrasi dengan solusi ini beberapa masalah dapat dipecahkan antara lain: •
Memecahkan masalah kependudukan
•
Memperluas lahan pertanian/perkebunan
•
Memperluas kesempatan kerja
•
Membantu daerah yang kekurangan tenaga kerja Usaha lain untuk mengatasi pengangguran di sektor pertanian adalah mengembangkan
sektor industri yang dapat mengolah bahan-bahan hasil pertanian, semakin berkembangnya sektor industri pengolahan bahan hasil pertanian maka akan memberi solusi berupa:
Memperluas pemasaran barang tersebut
Membuka lapangan kerja baru (masalah transformasi tenaga kerja sektor pertanian ke sektor industri) 12
Usaha
lain
mengatasi
pengangguran
yaitu
dengan
menghilangakan
penyebab
pengangguran, karena pengangguran timbul karena tidak seimbangnya tenaga kerja dengan lapangan kerja dan hal ini sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang pesat sehingga masalah pengangguran dapat diatasi dengan menekan pertambahan penduduk yaitu dengan cara: –
Penundaan umur kawin
–
Memperpanjang jarak antar kelahiran
–
Membatasi jumlah anak yang dilahirkan.
2. Perkembangan Ekonomi Dalam Keaadaan Penawaran Kerja Yang Melimpah
Hambatan pembangunan ekonomi yang lain adalah kurangnya modal, kekayaan alam serta penguasaan IPTEK yang dihadapi negara- negara berkembang, dalam analisisnya tentang proses pembangunan dalam perekonomian yang menghadapi kelebihan tenaga kerja “Lewis “ menyorotinya dari 3 sisi yaitu: a. Analisis tentang proses pembangunan b. Analisis tentang faktor-faktor utama yang memungkinkan tingkat penanaman modal
menjadi bertambah tinggi dalam proses pembangunan c. Analisis tentang faktor-faktor yang menyebabkan proses pembangunan terhenti. Proses pembangunan didasarkan pada beberapa anggapan yang terdapat dalam teori klasik, yaitu: 1) Para pengusaha selalu berusaha memaksimumkan keuntungan 2) Keuntungan maksimum akan tercapai apabila tingkat upah sama dengan tingkat produk
marginal (marginal produk) 3) Selama penawaran tenaga kerja jauh lebih banyak dari pada yang diperlukan tingkat upah
tidak akan mengalami perubahan. Dalam analisis Lewis perekonomian dibedakan dalam dua sector, yakni: Sektor Subsistem Sektor Kapitalis
Sektor sub sistem adalah sektor ekonomi yang kegiatan utamanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masing-masing keluarga, upah yang diterima tenaga kerja di sektor subsistem mencapaitingkat yang memungkinkan para pekerja tersebut mempertahankan hidup keluarganya (tinggkat upah subsistem). Di sektor kapitalis tingkat upah lebih tinggi daripada tingkat upah di sektor subsistem, yang disebabkan oleh: Tuntutan sosial 13
Adanya desakan dari pihak lain (serikat buruh) Proses pembangunan dimulai dengan adanya penanaman kembali keuntungan yang diperoleh di sektor kapitalis, kegiatan ini akan menciptakan lapangan kerja disektor kapitalis, produksi di sektor kapitalis meningkat, proses ini terjadi berulang-ulang sehingga keuntungan sektor kapitalis makin besar, tenaga kerja di sektor kapitalis juga semakin besar dan akhirnya kelebihan tenaga kerja di sektor ini tidak ada lagi. Selanjutnya analisis tentang faktor-faktor memungkinkan penanaman modal yang semakin tinggi selama proses pembangunan, faktor tersebut adalah adanya tingkat tabungan yang semakin besar selama proses pembangunan. Pada permulaan pembangunan sebagian besar dari pendapatan nasional berasal dari sektor tradisional (subsistem). Maka selama proses pertumbuhan ekonomi pendapatan nasional yang diperoleh dari sektor pertanian tetap jumlahnya, berarti pembangunan ekonomi yang terjadi semata-mata ditimbulkan oleh sektor kapitalis yang menyebabkan perannya dalam menciptakan pendapatan nasional semakin besar proses pembangunan terjadi, dengan demikian keuntungan pun semakin besar sehingga penanaman modalpun akan semakin besar. Analisis terakhir adalah analisis faktor-faktor yang menyebababkan terhentinya proses pembangunan. Faktor utama yang menyebabkan terbentuknya proses pembangunan adalah habisnya kelebihan tenaga kerja dalam perekonomian, proses pembangunan dapat pula berhenti walaupun kelebihan tenaga kerja masih ada jika ada faktor-faktor yang menyebabkan naiknya tingkat upah, kenaikan tingkat upah akan mengurangi keuntungan sektor kapitalis dan selanjutnya akan menurunkan kemampuan pengusaha untuk menanamkan modalnya.
14