BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan, perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati. Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar bagian-bagian tubuh. Kualitatif
atau
psikologis
bertambah
perkembangan
intelektual
dan
bahasa.
Pertumbuhan dan perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat tertentu (Langeveld). Konsep pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara interpendensi saling bergantung satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan untuk memperjelas penggunaannya (Sunarto, 1999). Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan jika seorang individu mengalami pertumbuhan yang baik maka perkembangan akan baik pula. Pernyataan ini berbanding lurus dengan H.M. Arifin tentang perkembangan, bahwa perkembangan diprasyarati oleh adanya pertumbuhan, oleh karena itu pertumbuhan sangatlah mendukung perkembangan seseorang (Diah Puji, 2009). Fase perkembangan individu tidak terlepas dari proses pertumbuhan individu itu sendiri. Perkembangan pribadi individu meliputi beberapa tahap atau periodisasi perkembangan, antara lain perkembangan berdasarkan analisis Biologis, perkembangan berdasarkan Didaktis, perkembangan berdasarkan psikologis. Fase perkembangan Biologis merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi fisiologis atau pembabakan berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu.. B. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan konsep seksualitas ?
1
BAB II PEMBAHASAN A. Pegertian Konsep Seksualitas Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis. Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks. Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual. Dimensi kultural menunjukan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat. Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak
seksual
individu
perempuan
dan
laki-laki
diakui
dan
dihormati.
Orientasi seksual adalah dengan jenis kelamin mana seseorang lebih tertarik secara seksual. Orientasi seksual dikategorikan menjadi dua yaitu heteroseks (orang yang secara seksual tertarik dengan lawan jenis) dan homoseks (orang yang secara seksual lebih tertarik dengan orang lain yang sejenis kelamin). Di antara kedua orientasi seksual tersebut, masih ada perilaku-perilaku seksual yang sulit dimasukkan dalam satu kategori tertentu karena banyak sekali keragaman di dalamnya. Homoseksualitas adalah ketertarikan secara seksual dan aktivitas seksual pada jenis kelamin yang sama. Laki-laki yang tertarik kepada laki-laki disebut gay, sedangkan perempuan yang tertarik pada perempuan disebut lesbian. Terjadinya homoseksualitas sampai saat ini masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa hal ini terjadi sejak lahir (dipengaruhi oleh 2
gen) dan ada pula yang mengatakan dari pengaruh lingkungan. Bagaimana bersikap terhadap kaum homoseksual. Homoseksual dikatakan normal apabila bisa diterima di suatu budaya tertentu dan dikatakan tidak normal apabila tidak diterima di budaya yang lain, tetapi dalam bersikap kita sebaiknya tetap menghargai manusia tanpa membedakan orientasi seksualnya. B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Seksualitas 1. Faktor Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik, karena bagamana pun aktivitas seks bisa menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan. Kondisi fisik dapat berupa penyakit ringan/berat, keletihan, medikasi maupun citra tubuh. Citra tubuh yang buruk, terutama disertai penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh menyebabkan seseorang kehilangan gairah. 2. Faktor Hubungan Masalah dalam berhubungan (kemesraan, kedekatan) dapat mempengaruhi hubungan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual. Hal ini sebenarnya tergantung dari bagimana kemampuan mereka dalam berkompromi dan bernegosiasi mengenai perilaku seksual yang dapat diterima dan menyenangkan 3. Faktor Gaya Hidup disini meliputi penyalahgunaan alkohol dalam aktivitas seks, ketersediaan waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dan penentuan waktu yang tepat untuk aktivitas seks. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap awal seks dengan efek negatif yang jauh lebih besar dibanding perasaan eforia palsu tersebut. Sebagian klien mungkin tidak mengetahui bagaiman mengatur waktu antara bekerja dengan aktivitas seksual, sehingga pasangan yang sudah merasa lelah bekerja merasa kalau aktivitas seks merupakan beban baginya. 4. Faktor Harga Diri Jika harga-diri seksual tidak dipelihara dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual-diri dan dengan mempelajari ketrampilan seksual, aktivitas seksual mungkin menyebabkan perasaan negatif atau tekanan perasaan seksual. Harga diri seksual dapat terganggu oleh beberapa hal antara lain: perkosaan, inses, penganiayaan fisik/emosi, ketidakadekuatan pendidikan seks, pengaharapan pribadi atau kultural yang tidak realistik. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual, menurut Purnawan (2004) yang dikutip dari berbagai sumber antara lain:
a. Faktor Internal : 3
1) Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis) Perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun. 2). Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta caraalternatif yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya 3). Tujuan Motivasi. Perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada n atau termotivasi untuk memperoleh tujuan tertentu. Hersey & Blanchard cit Rusmiati (2001) perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau untuk memperoleh uang (pada gigolo/WTS) b. Faktor Eksternal 1) Keluarga Menurut Wahyudi (2000) kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang 2) Pergaulan Menurut Hurlock perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya, terutama pada masa pubertas/remaja dimana pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lain. 3) Media massa Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukan bahwa frekuensi menonton film kekerasan yang disertai adegan-adegan merangsang berkolerasi positif dengan indikator agresi seperti konflik dengan orang tua, berkelahi , dan perilaku lain sebagi manifestasi dari dorongan seksual yang dirasakannya. c. Seksualitas Pada Masa Remaja Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, yaitu mereka yang berumur 10-19 tahun (Depkes, 1993). Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : (1). Masa remaja awal (10-12 tahun); (2) Masa remaja tengah (13-15 tahun); (3) Masa remaja akhir (16-19 tahun). 4
Ciri khas tahap remaja awal antara lain: lebih dekat dengan teman sebaya, inginbebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak. Ciri khas tahap remaja tengah antara lain: mencari identitas diri, timbulnya keinginan untuk kencan,mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir abstrak,berkhayal tentang aktifitas seks. Ciri khas tahap remaja akhir antara lain: pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya,dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berpikir abstrak (Depkes RI, 2001). Selain itu terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organorganreproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan itu ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut: 1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks yaitu terjadinya haid pada remaja puteri (menarche) dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki. 2. Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik yang meliputi: a. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi sensitif (mudah menangis, cemas,frustasi dan tertawa; agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang b.
berpengaruh,sehingga
misalnya
mudah
berkelahi.
Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi: mampu berpikir
abstrak, senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal baru,sehingga muncul perilaku
ingin
mencoba-coba
(Depkes
RI,
2001)
Menarche. Tanda pertama pubertas pada anak perempuan adalah pembesaran payudara ( thelarche ), yang umumnya terjadi pada usia rata-rata 10 tahun. Hal ini diawali dengan pembentukan kuncup payudara atau benjolan kecil atau nodul dibawah salah satu atau kedua putting payudara. Benjolan ini dapat terasa nyeri dengan berbagai ukuran pada awalnya. Hal ini biasanya merupakan awal dari laju pertumbuhan. Sekitar 6 bulan berikutnya, rambut kemaluan mulai tumbuh
5
( adrenarche ), mesekipun pada beberapa anak, tumbuhnya rambut kemaluan justru menjadi tanda awal pubertasnya. Kemudian bulu-bulu pada ketiak pun mulai tumbuh. Beberapa tahun berikutnya, ukuran payudara akan semakin membesar dan akan terjadi pertumbuhan progresif daripada rambut kemaluan dan genitalia luar, dilanjutkan dengan munculnya haid pertama atau yang dikenal sebagai menarche. Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya cairan darah darialat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah. Siklus awal menstruasi biasanya ringan dan tidak dapat diprediksi. Selama 2 tahun pertama, siklus menstruasi bervariasi berkisar 21-45 hari, terkadang justru tidak ada periode haid. Siklus menstruasi adalah waktu yang dimulai dari hari pertama muncul haid hingga hari pertama haid berikutnya. Siklus menstruasi yang normal adah berkisar antara 21-35 hari, C. Respon Seksual Manusia Manusia mempunyai kebutuhan yang konstan akan kasih sayang, kedekatan, dan penerimaan oleh seseorang. Identitas dari dorongan-dorongan ini berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung situasi. Ekspresi yang mendalam dalam dorongan ini diistilahkan sebagai siklus respon seksual. Dua orang peneliti, Master dan Jhonson, secara objektif mengamati 10.000 siklus seperti ini pada pria dan wanita yang sehat dalam semua tingkatan usia. Mereka menemukan bahwa siklus yang tipikal terdapat empat fase: bergairah, palateu, orgasme, dan resolusi. Secara umum, tubuh bereaksi terhadap rangsangan fisik dan psikis meningkatkan tegang otot vasokongesti dari area tetentu pada tubuh. Bersama dengan berjalannya usia, respon ini berkurang tetapi tidak menghilangkan, tidak juga kebutuhan atau kesenangan di dalam respon tersebut menghilang. a. Respons Seksual pada Wanita Respon seksual pada wanita adalah perubahan yang terjadi pada tubuh wanita, bisa eksternal dan internal genital, sebagai respon adanya stimulasi atau rangsangan seks. Respon Organ Seksual Eksternal Tahapan respon terhadap stimulasi seks pada organ seksual eksternal dapat diamati dari perubahan clitoris, labia mayora dan minora serta sekresi kelenjar Bartholini. 6
b. Respon Seksual Pada Laki-laki 1. Fase Keterangsangan Fase ini bisa berlangsung selama berjam-jam, namun juga bisa cuma beberapa menit. Ada beberapa orang yang suka memperlama tahap keterangsangan ini, sebenarnya memang tidak begitu berbahaya, namun semakin lama rangsangan akan terasa tidak nyaman karena pada saat terangsang, otot menegang, kulit merona, puting susu menegang, dan begitu juga dengan penis. Meski kita tidak menyadarinya, akibat rangsangan ini buah zakar kita akan membengkak, kantung zakar mengencang, dan penis mengeluarkan cairan pelumas yang disebut pre-cum yang dihasilkan untuk melicinkan gerakan kulit luar yang ada disekitar glans. Cairan ini dapat menjadi perangsang seksual yang sama merangsangnya dengan pelumas yang dihasilkan wanita dari vaginanya.ketika mereka masuk tahap keterangsangan. 2. Fase Plateau Setelah penis terisi dengan darah dan ereksi keras dan kaku, maka sudah masuk pada tahap keterangsangan seksual, tahap ini dapat berlangsung lama. 3.
Fase Orgasme orgasme dan ejakulasi adalah dua hal yang berbeda dan tidak selalu terkait. Orgasme tidak dapat dihentikan begitu mulai, karena merupakan proses tidak sadar konstraksi otot dan pelepasan ketegangan. Akan tetapi seorang pria dapat mengontrol seberapa cepat ia mencapai orgasme dengan berbagai cara, yang paling mudah adalah dengan menambah tekanan pada penisnya dengan memperdalam atau memperkeras dorongan pada saat bersenggama. Gangguan Fungsi Seksual Pria: Somatopause dan Male Hypogonadism
7
BAB III PENUTUP 1. SIMPULAN Anak adalah manusia yang dapat tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangannya tentu berbeda dengan Tumbuhan dan Hewan, karena manusia mempunyai pikiran, Ia membutuhkan peranan pengawas dan pengontrol tingkah laku dirinya. Seorang pendidik profesional harus dapat mengarahkan anak didiknya kepada tujuantujuan yang positif serta mampu mengatur dan mengontrol dirinya sendiri dalam bertingkah laku. 2. SARAN Membicarakan masalah seksual dengan anak tidak membuat anak menjadi lebih tertarik pada masalah tersebut, namun membuat mereka lebih mudah untuk datang kepada orang tua setiap saat mereka menghadapi masalah apapun.
8
DAFTAR PUSTAKA Alimul H, A.A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: salemba medika.
9