BAB I THEORITICAL BACKGROUD
A. ANATOMI FISIOLOGI KULIT
Gambar 1.1 (Sumber: anatomifisiologikulit.com) Kulit terbagi menjadi 3 lapisan yaitu : 1. Epidermis Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat
pada
kelopak
mata,
pipi,
dahi
dan
perut.
Sel-sel
epidermis
disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu : a. Lapisan tanduk (stratum corneum) Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan epidermis lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. 1
Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan baru. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan
kulit
ari
memiliki self
repairing
capacity atau
kemampuan
memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar. b. Lapisan bening (stratum lucidum) Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening. c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butirbutir di dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki. d. Lapisan bertaju (stratum spinosum) Disebut juga lapisan malphigi, terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi
2
filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Diantara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol dan asam amino. e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsifungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermisbertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam
lapisan
benih
terdapat
pula
sel-sel
bening
(clear
cells,
melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit. Tipe-Tipe Sel Epidermis a. Keratinocytes Subtansi terbanyak dari sel-sel epidermis, karena keratinocytes selalu mengelupas pada permukaaan epidermis, maka harus selalu digunakan. Pergantian dilakukan oleh aktivitas mitosis dari lapisan basal (di malam hari). Selama perjalanannya ke luar (menuju permukaan. Keratinocyes berdeferensiasi menjadi keratin filamen dalam sitoplasma. Proses dari basal sampai korneum selama 20-30 hari. Karena proses cytomorhose dari keratinocytes yang bergerak dari basal ke korneum, lima lapisan dapat diidentifikasi. Yaitu basal, spimosum, granulosum, losidum dan kornium. b. Melanocytes Didapat dari ujung saraf, memproduksi pigment melanin yang memberikan warna coklat pada kulit. Bentuknya silindris, bulat dan panjang. Mengandung tirosinase yang dihasilkan oleh REG, kemudian tirosinase tersebut diolah oleh 3
Aparatus Golgi menjadi oval granules (melanosomes). Ketika asam amino tirosin berpindah ke dalam melanosomes, melanosomes berubah menjadi melanin. Enzim tirosinase yang diaktifkan oleh sinar ultra violet.. Kemudian melanin meninggalkan badan melanicytes dan menuju ke sitoplasma dari sel-sel dalam lapisan stratum spinosum. Dan pada akhirnya pigmen melanin didegradasi oleh keratinocytes. c. Merkel Cells Banyak terdapat pada daerah kulit yang sedikit rambut (fingertips, oral mucosa, daerah dasar folikel rambut). Menyebar di lapisan stratum basal yang banyak mengandung keratinocytes. d. Langerhans Cells Disebut juga dendritic cells karena sering bekerja di daerah lapisan stratum spinosum. Merupakan sel yang mengandung antibodi. Banyaknya 2% – 4 % dari keseluruhan sel epidermis. Selain itu, juga banyak terdapat di bagian dermis pada lubang mulut, esophagus, dan vagina. Fungsi dari langerhans cells adalah untuk responisasi terhadap imun karena mempunyai antibodi. 2. Dermis Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit (Sebacea) atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat 4
tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu : a. Kelenjar Keringat (Sudorifera) Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisasisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu : 1) Kelenjar Keringat Ekrin Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95-97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. 5
Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya. 2) Kelenjar Keringat Apokrin Hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon. b. Kelenjar Palit (Sebacea) Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut
(folikel). Folikel rambut
mengeluarkan
lemak
yang
meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka. Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjarpalit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan
kulit
kepala.
Pada
kebotakan
orang
dewasa,
ditemukan
bahwa
kelenjar palit atau kelenjar sebaseamembesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat. 3. Hipodermis Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia 6
menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur.
Derivat Kulit 1. Rambut Rambut merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis. Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora. Pertumbuhan rambut pada daerahdaerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut. Rambut terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir. Terdapat 2 jenis rambut : a. Rambut terminal ( dapat panjang dan pendek) b. Rambut velus ( pendek, halus dan lembut) Fungsi rambut : a. Melindungi kulit dari pengaruh buruk, seperti alis mata melindungi mata dari keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae) untuk menyaring udara. b. Pengatur suhu c. Pendorong penguapan keringat d. Indera peraba yang sensitive Terdapat 2 fase : a. Fase pertumbuhan (Anagen) Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi rambut janggut tercepat diikuti kulit kepela. Berlangsung sampai dengan usia 6 tahun. 90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami fase pertumbuhan pada satu saat.
7
b. Fase Istirahat ( Telogen) Berlangsung 4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50 –100 lembar rambut rontok dalam tiap harinya. Gerak merinding jika terjadi trauma , stress, disebut Piloereksi. Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin . Pertumbuhan rambut pada daerah tertentu dikontrol oleh hormon seks( rambut wajah, janggut, kumis, dada, punggung, di kontrol oleh H. Androgen. Kuantitas dan kualitas distribusi ranbut ditentukan oleh kondisis Endokrin. Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan pada S. Cushing(wanita). 2. Kuku Kuku tersusun atas protein yang mengeras disebut keratin. Fungsinya sebagai pelindung ujung jari tangan dan jari kaki. Lempeng kuku (LK) berbentuk empat persegi panjang, keras, cembung ke arah lateral dan dorsal, transparan, terletak di dorsalo paling distal. LK terbentuk dari bahan tanduk yang tumbuh ke arah dorsal untuk waktu yang tidak terbatas. Kecepatan tumbuh kuku jari tangan: lebih kurang 0,1 mm/ hari, kuku jari kaki 1/3-1/2 kecepatan kuku jari tangan. Tebal kuku tangan bervariasi 0,5 mm- 0,75mm, dan pada kaki dapat mencapai 1,0 mm. LK terdiri dari tiga lapisan horizontal yang masing-masing adalah: a. Lapisan dorsal tipis yang dibentuk oleh matriks bagian proksimal (1/3 bagian). b. Lapisan intermediet yang dibentuk oleh matriks bagian distal (2/3 bagian). c. Lapisan ventral yang dibentuk oleh lapisan tanduk dasar kuku dan hiponikium yang mengandung keratin lunak. Lunula atau bulan sabit terletak di proksimal LK. Lunula merupakan ujung akhir matriks kuku. Warna putih lunula disebabkan epitel yang lebih tebal dari epitel kasar kuku dan kurang melekatnya epitel dibawahnya sehingga transmisi warna pembuluh darah kurang dipancarkan. Daerah di bawah LK disebut hiponikium. Alur kuku dan lipat kuku merupakan batas dan pelindung kuku. Lipat kuku proksimal merupakan perluasan epidermis, bersama kuku yang melindungi matriks kuku. Produk akhirnya adalah kutikel. Pada matriks kuku terdapat sel melanosit Bagian-bagian kuku : a. Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru. b. Dinding kuku (nail wall) : merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas. c. Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku. 8
d. Alur kuku (nail groove) : merupakan celah antara dinding dan dasar kuku. e. Akar kuku (nail root): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku. f. Lempeng kuku (nail plate) : merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku. g. Lunula : merupakan bagian lempeng kuku berwarna putih dekat akar kuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit. h. Eponikium : merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya menutupi bagian permukaan lempeng kuku. i. Hiponikium : merupakan dasar kuku, kulit ari di bawah kuku yang bebas (free edge)menebal.
B. DEFINISI 1. Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Moenadjat, 2001). 2. Combutsio (Luka bakar) adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas (thermal), kimia, elektrik dan radiasi (Suriadi, 2010). 3. Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. (Smeltzer, 2002)
Gambar 1.2 (Sumber : lukabakar.com)
9
C. ETIOLOGI Menurut Smeltzer (2002), luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh melalui hantaran atau radiasi elektromagnetik. Berikut ini adalah beberapa penyebab luka bakar, antara lain : 1. Panas (misal api, air panas, uap panas) 2. Radias 3. Listrik 4. Petir 5. Bahan kimia (sifat asam dan basa kuat) 6. Ledakan kompor, udara panas 7. Ledakan ban, bom 8. Sinar matahari 9. Suhu yang sangat rendah (frost bite)
D. EPIDEMIOLOGI Sekitar 2 juta orang menderita luka bakar di Amerika Serikat, tiap tahun , dengan 100.000 yang di rawat di rumah sakit dan 20.000 yang perlu di rawat dalam pusat-pusat perawatan luka bakar. Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa muda terdapat pada umur 20-29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 atau lebih muda. Luka bakar jarang terjadi pada umur 80 tahun keatas. Sekitar 80% luka bakar terjadi di rumah. Pada anak di bawah umur 3 tahun, penyebab luka bakar paling umum adalah kecelakaan jatuh pada kepala. Pada umur 3-14 tahun, penyebab paling tersering adalah nyala api yang membakar baju.
E. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis menurut ( Suriadi, 2010) : 1. Riwayat terpaparnya 2. Lihat derajat luka bakar 3. Status pernapasan; tachycardia,nafas dengan menggunakan otot asesoris, cuping hidung dan stridor 4. Bila syok; tachycardia, tachypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya pengeluaran urine atau anuri 5. Perubahan suhu tubuh dari demam ke hipotermi. 10
F. PATOFISIOLOGI 1. Narasi Menurut Corwin, Elizabeth J (2009), Berat ringannya luka bakar tergantung pada faktor, agent, lamanya terpapar, area yang terkena, kedalamannya, bersamaan dengan trauma, usia dan kondisi penyakit sebelumnya. Derajat luka bakar terbagi menjadi tiga bagian; derajat satu (superficial) yaitu hanya mengenai epidermis dengan ditandai eritema, nyeri, fungsi fisiologi masih utuh, dapat terjadi pelepuhan, serupa dengan terbakar mata hari ringan. Tampak 24 jam setelah terpapar dan fase penyembuhan 3-5 hari. Derajat dua (partial) adalah mengenai dermis dan epidermis dengan ditandai lepuh atau terbentuknya vesikula dan bula, nyeri yang sangat, hilangnya fungsi fisiologis. Fase penyembuhan tanpa infeksi 7-21 hari. Derajat tiga atau ketebalan penuh yaitu mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, tanpa meninggalkan sisa-sisa sel epidermis untuk mengisi kembali daerah yang rusak, hilangnya rasa nyeri, warnanya dapat hitam, coklat dan putih, mengenai jaringan termasuk (fascia, otot, tendon dan tulang). Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secaramassive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya
kapiler,
yang
menyebabkan
cairan
akan
lolos
atau
hilang
dari compartmentintravaskuler kedalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan. Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi ilius paralitik, tachycardia dan tachypneamerupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri. Repon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital. Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan hasil dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan katekolamin; dimana terjadi peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi penipisan
11
glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan injury jaringan. Kerusakan pada sel darah merah dan hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan perfusi. Pertumbuhan dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena terfokus pada penyembuhan jaringan yang rusak. Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan interstisial dimana secara khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel.
Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam
intravaskuler. Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap injury pada anak/orang dewasa dan perpindahan cairan setelah injury thermal.
12
13
14
15
16
G. KOMPLIKASI 1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal 2. Sindrom kompartemen Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. 3. Adult Respiratory Distress Syndrome Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien. 4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling. 5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi. 6. Gagal ginjal akut Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.
17
H. COLLABORATIVE CARE MANAGEMENT 1. Diagnostic Test a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah. b. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi c. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida. d. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis. e. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan. f. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium. g. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress. h. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan. i. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan. j. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera. k. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia. l. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
2. Medication Pemberian morfin atau meperidin (domerol) secara bolus kerapkali diperlukan. Obat bius ketamin yang disuntikan intravena juga digunakan dalam pelaksanaan beberapa prosedur perawatan luka bakar pada unit-unti khusus luka bakar. Sedasi dengan 18
preparat antiansietas seperti lorazepam (ativan) atau midazolam (versed) mungkin diperlukan untuk menambahkan efek analgetik. Analgesia yaitu dengan pemberia infuse morfin kontinu pada dosis 2 hingga 3 mg/jam dan pemerberian preparat oral morfin yang sustained-release setiap 12 jam sekali dan dengan dosis tambahan sebelum perawatan luka dilaksanakan, telah membantu pasien-pasien dengan luka bakar.
3. Treatment Terapi antibiotic topical tidak mensterilkan luka bakar tetapi hanya mengurangi jumlah bakteri agar keseluruhan populasi mikroba dapat dikendaliakan oleh mekanisme pertahanan tubuh pasien sendiri. Terapi topical akan meningkatkan upaya untuk mengubah luka yang terbuka dan kotor menjadi luka yang tertutup dan bersih.
4. Diet Kebutuhan akan protein dapat berkisar dari 1,5 hingga 4,0 gm protein per kg berat badan setiap 24 jam. Lipid harus diikut sertakan dalam dukungan nutrisi untuk setiap pasien luka bakar karena nutrient ini penting untuk kesembuhan luka, integritas sel dan absorbs vitaminyang larut lemak. Karbohidrat diikutsertakan untuk memenuhi kebutuhan kalori sampai 5000 kalori perhari dan juga untuk mengamankan protein yang sangat esensial bagi kesembuhan luka. Pasien luka bakar memerlukan pula vitamin dan mineral dalam jumlah yang adekuat.
5. Health Education 1) Pendidikan kesehatan yang diberikan sangat erat kaitannya dengan proses rehabilitasi klien untuk mengembalikan mereka ke lingkungan mereka sebagai individu yang produktif. 2) Bantu klien melewati masa transisi dari individu yang tergantung menjadi mandiri dengan cara mengkomunikasikan kebutuhannya dan kemampuan diri yang dimilikinya. 3) Bantu klien untuk berfikir positif tentang dirinya. Bantu klien untuk menatapbalik orang-orang sekitar/lingkungan yang menatap dirinya. 4) Jelaskan dan peragakan cara perawatan luka setelah klien dipulangkan 5) Ajarkan klien tentang tanda-tanda infeksi
19
6) Berikan semua informasi yang dibutuhkan klien dalam bentuk lisan dan tulisan (buklet/liflet).
I. NURSING MANAGEMENT 1. Assesment a. Biodata Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan. b. Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru. c. Riwayat penyakit sekarang Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan perawatanketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang). d. Riwayat penyakit masa lalu Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alcohol.
20
e. Riwayat penyakit keluarga Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan. f. Pola ADL Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri . g. Riwayat psiko sosial Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut. h. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan Umum Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat. 2) TTV Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama. 3) Pemeriksaan kepala dan leher a) Kepala dan rambut Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar.
21
b) Mata Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar c) Hidung Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok. d) Mulut Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang e) Telinga Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen. f) Leher Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan. g) Pemeriksaan thorak / dada Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi. h) Abdomen Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis. i) Urogenital Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter. 4) Muskuloskletal Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri. 5) Pemeriksaan neurologi Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik) 22
6) Pemeriksaan kulit Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut : 1) Kepala dan leher : 9% 2) Ektremitas atas 2 x 9 % ( kiri dan kanan ) 3) Paha dan betis kaki 4 x 9 % ( kiri dan kanan ) 4) Dada perut punggung bokong 4 x 9 % 5) Perineum dan Genitalia 1 % Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade tersebut ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasanya dan lamanya kesembuhan luka
Aktifitas/istirahat
Sirkulasi
Integritas Ego
Eliminasi
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus. Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). 10. Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan 23
Makanan/cairan
Neurosensori
Nyeri/kenyamanan
Pernafasan
Keamanan
motilitas/peristaltik gastrik. Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah. Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf). Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). Tanda: Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian 24
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal. Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik). 2. Nursing Diagnosis a. Pola nafas tidak efektif b/d kebutuhan oksigen meningkat b. Nyeri akut b/d kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar c. Defisit volume cairan b/d output yang berlebihan d. Gangguan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit e. Gangguan pertukaran gas b/d asidosis metabolik
25
3. Nursing Interventions Pola nafas tidak efektif b/d kebutuhan oksigen meningkat. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 30 menit diharapkan pola napas pasien efektif Kriteria evaluasi : 1. Menunjukkan frekuensi pernafasan dengan rentang normal (16-24/ menit). 2. Pasien tampak tidak sesak 3. Tidak ada retraksi dada 4. Pasien tidak mengeluh sesak napas Intervensi Rasional 1. Perhatikan adanya pucat atau 1. Dugaan adanya hipoksemia atau karbon warna buah ceri merah pada monoksida.. kulit yang cedera 2. Tinggikan kepala tempat tidur 2. Meningkatkan ekspansi paru optimal/fungsi dan hindari penggunaan bantal pernafasan. bila kepala/leher terbakar, bantal dibawah kepala sesuai dapat menghambat pernafasan, indikasi. menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga yang terbakar dan meningkatkan kontriktur leher. 3. Berikan pelembab oksigen 3. Oksigen memperbaiki hipoksemia/asidosis. melalui cara yang tepat, Pelembab merupakan pengeringan saluran seperti masker wajah pernafasan dan menurunkan visikositas sputum 4. Siapkan/bantu intubasi atau 4. Intubasi atau dukungan mekanikal trakeostomi sesuai indikasi dibutuhkan bila jalan nafas edema atau luka bakar mempengaruhi fungsi paru atau oksigenasi.
Nyeri akut b/d kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 30 menit diharapkan nyeri dapat teratasi atau terkontrol Kriteria evaluasi : 1. Pasien mengatakan nyeri berkurang 2. Pasien tampak rileks 3. Skala nyeri 0-3 (tingkat ringan) 4. Wajah tidak meringisTidak gelisah Intervensi Rasional 1. Observasi dan catat keluhan 1. Nyeri hampir selalu ada pada beberapa keluhan nyeri, perhatikan lokasi derajat beratnya keterlibatan jaringan atau atau beratnya (skala 0-10) dan kerusakan tetapi paling berat selama efek yang ditimbulkan nyeri. penggantian balutan dan debridemen. Perubahan lokasi/ karakter/ intensitas nyeri dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi atau perbaikan kembalinya fungsi saraf serta keefektifan intervensi.
26
2. Pantau tanda-tanda vital
2. Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital.
3. Tutup luka sesegera mungkin 3. Suhu berubah dan gerakan udara dapat kecuali perawatan luka bakar menybabkan nyeri hebat pada pemajanan metode pemajanan pada udara ujung saraf. terbuka. 4. Tinggikan ekstremitas luka bakar 4. Peninggian mungkin diperlukan pada secara periodic. awal untuk menurunkan pembentukan edema; setelah perubahan posisi dan peninggian menurunkan ketidaknyamanan serta risiko kontraktur sendi. 5. Lakukan penggantian balutan dan 5. Menurunkan distress fisik dan emosi debridement setelah pasien ketika penggantian balutan dan diberikan obat dan atau pada debridement hidroterapi . 6. Pertahankan suhu lingkungan 6. Pengaturan suhu dapat hilang karena luka nyaman, berikan lampu bakat mayor. Sumber panas eksternal penghangat, penutup tubuh untuk mencegah menggigil. hangat. 7. Berikan tindakan kenyamanan 7. Dukungan empati dapat membantu dasar contoh pijatan pada area menghilangkan nyeri atau meningkatkan yang tidak sakit, perubahan posisi relaksasi. dengan sering. 8. Dorong penggunaan teknik 8. Memfokuskan kembali perhatian, manajemen stres, contoh relaksasi meningkatkan relaksasi dan progresif, nafas dalam, bimbingan meningkatkan rasa kontrol yang dapat imajinasi, dan visualisasi. menurunkan ketergantungan farmakologis. 9. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
9. Metode IV sering digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek otot.
Defisit volume cairan b/d output yang berlebihan Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan nyeri dapat teratasi atau terkontrol Kriteria evaluasi : 1. Tanda vital stabil 2. Haluaran urin 0,5-1,0 ml/kg BB / jam 3. Warna urin kuning dan jernih 4. Kadar elektrolit serum dalam batas normal 5. Berat badan stabil 27
Intervensi 1. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional 1. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskular. Hipovolemia merupakan resiko utama yang segera terdapat sesudah luka bakar.
2. Pantau haluaran urine tiap jam, perhatikan warna urin, dan timbang berat badan
2. Haluaran urin dapat mengindikasikan perfusi renal, kebutuhan dan status cairan. Warna urin merah/hitam menandakan adanya kerusakan otot yang massif.
3. Auskultasi bising usus, perhatikan 3. Ileus sering berhubungan dengan periode hipoaktif/tak ada bunyi pasca luka bakar tetapi biasanya dalam 36-48 jam dimana makanan oral dapat dijumpai. pedoman tepat ntuk pemasukan kalori tepat. 4. Perhatikan jumlah kalori,kaji 4. Sesuai penyembuhan luka, persentase ulang persen area permukaan area luka bakar dievaluasi untuk tubuhterbuka/luka tiap minggu menghitung bentuk diet yang diberikan dan penilaian yang tepat dibuat. 5. Dorong pasien untuk memandang 5. kalori dan protein diperlukan untuk diet sebagai pengobatan dan mempertahankan berat badan,kebutuhan membuat pilihan makanan/ memenuhi metabolik, dan meningkatkan minuman tinggi kalori/protein. penyembuhan.
Gangguan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 1x24 selama jam diharapkan pasien menunjukkan regenerasi jaringan. Kriteria evaluasi : Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar. Intervensi Rasional 1. Kaji/catat ukuran,warna, 1. Memberikan informasi dasar tentang kedalaman luka, perhatikan kebutuhan penanaman kulit dan jaringan nekrotik dan kondisi kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi sekitar kulit pada area graft. 2. Berikan perawatan luka bakar 2. Menyiapkan jarinagan untuk penanaman yang tepat dan tindakan kontrol dan menurunkan risiko infeksi/kegagalan infeksi. graft.
28
Gangguan pertukaran gas b/d asidosis metabolik Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 30 menit diharapkan pertukaran gas pasien adekuat Kriteria evaluasi : 1. Tidak ada dispnea 2. Frekuensi respirasi 12-24x/menit 3. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan 4. Tidak sianosis 5. Tidak ada tanda-tanda gelisah dan agitasi 6. Auskultasi paru bersih Intervensi Rasional 1. Kaji adanya dispnea dan 1. Obstruksi jalan nafas atau distress auskultasi paru, perhatikan pernafasan dapat terjadi cepat atau lambat adanya suara nafas abnormal selama 40 jam pasca luka bakar. (mengi, stridor, penurunan bunyi nafas) 2. Kaji frekuensi pernafasan, 2. Takipnea, penggunaan otot bantu penggunaan otot bantu nafas, dan pernafasan dan adanya sianosis sianosis. menunjukkan distress pernafasan atau edema paru dan membutuhkan intervensi medis. 3. Kaji adanya perubahan perilaku atau mental (agitasi, gelisah).
3. Perubahan kesadaran menunjukkan terjadinya atau memburuknya hipoksia.
4. Kolaborasi dalam pemberian oksigen yang sudah dilembabkan.
4. Oksigen yang sudah dilembabkan memberikan kelembapan pada jaringan yang cedera, suplementasi oksigen meningkatkan oksigenasi alveoli.
4. Evaluation Hasil yang diharapkan pada pasien luka bakar setelah mendapat intervensi keperawatan adalah sebagai berikut: a. Menunjukkan frekuensi pernafasan dengan rentang normal (16-24/ menit). b. Pasien mengatakan nyeri berkurang c. Tanda vital stabil d. Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar. e. Tidak ada dispnea
29