BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi orang, agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi (Tunggal, 2010). Menurut Blum (1974) dalam Notoatmodjo (2014) derajat
kesehatan individu,
kelompok atau masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama yakni lingkungan (fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir diseluruh Negara di Dunia. Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai masalah persampahan dikarenakan jumlah penduduk di Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak di dunia. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan segala aktivitasnya jumlah sampah yang dihasilkan terus bertambah dari waktu kewaktu dan jenisnya semakin beragam sehingga manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari sampah (Mardiko, 2014). Permasalahan sampah di Indonesia antara lain semakin banyaknya limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, kurangnya tempat sebagai pembuangan sampah, sampah sebagai tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan udara, menjadi sumber dan tempat hidup kumankuman yang membahayakan kesehatan (Sudrajat, 2013). Jumlah penduduk Indonesia yang besar mencapai 240 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi berbanding positif dengan pertambahan jumlah sampah. Selain
itu, pola konsumsi masyarakat, peningkatan kapasitas produksi, dan kegiatan pemasaran memberikan konstribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam Sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang bisa dimanfaatkan .Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah .Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pengelolaan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan konstribusi terhadap pemanasan global (Zulkifli, 2014). Menurut Pak Kholik, (2018) Kasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Panyabungan sampah masih menjadi permasalahan kota termasuk Kota panyabungan , karena tempat pembuangan akhir sangat terbatas dan mobil angkutan sampah juga jumlahnya terbatas, sehingga sampah menumpuk di sejumlah tempat banyak yang belum terangkut dan meningkat akibat pertumbuhan jumlah penduduk, jenis sampah semakin beragam karena pola konsumsi masyarakat yang beragam, sistem dan infrastruktur pengelolahan sampah belum memadai, kesadaran dan kepedulian masyarakt masih relatif rendah, mentalitas dan disiplin masyarakat yang kurang. Hasil surve pendahuluan yang peneliti lakukan untuk mencari data primer untuk lokasi maupun jumlah tempat pembungan sampah sementara (TPS) di daerah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2018, jenis TPS box sampah dalam kondisi baik terdapat 0 TPS dan jenis TPS box sampah dalam kondisi rusak 14 TPS,jenis TPS dicor beton dalam kondisi baik 4 TPS dan jenis dicor beton yang rusak 2 TPS , jadi jumlah total TPS yang ada di lingkungan dan wilayah kerja daerah
panyabungan kota 18 TPS , kemudian banyak penumpukan sampah di pinggir-pinggir jalan karna tidak ada TPS di sekitar lokasi Petugas pengelola sampah adalah orang yang melakukan pekerjaan pengumpulan, pengangkutan, pemerosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan . Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam, pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat (Wikipedia, 2010). Pengangkutan sampah adalah kegiatan pemindahan sampah dari TPS menuju lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) (S. Alex, 2012). Menurut Dinas Kebersihan Kota panyabungan (2018), petugas pengangkut sampah memiliki tugas meliputi: 1. Melakukan kegiatan pengangkutan dari hasil penyapuan ke TPS dan atau ke tempat pembuangan akhir. 2. Melakukan pemantauan dan pengawasan pengangkutan sampah secara perodik. 3. Menjaga, memelihara, serta mencuci mobil angkut sampah (kendaraan angkut lainnya), fasilitas, sarana, dan peralatan lainnya setelah membuang atau mengangkut sampah. Jumlah petugas pengangkut sampah bagian sopir pembawa kendaraan pengangkut sampah berupa mobil truk rute pengangkutan di daerah panyabungan kota berjumlah 23 orang supir truk dan petugas pengangkut sampah dengan Rute Jembatan Merah Sampai Porler Mandailing Nata,
(Mompang Julu,) (Dinas lingkungan hidup
mandailing natal 2018) . Selanjutnya dari hasil pengamatan peneliti yang dilalukan di daerah panyabungan kota
survey awal masih banyak ditemukan petugas pengangkut
sampah yang tidak membersihkan TPS dan lingkungan sekitar TPS, hal ini terlihat dari banyak sisa sampah yang berserakan di sekitar TPS padahal sampah sudah diangkut oleh
petugas pengangkut sampah. Hal lain yang temukan saat survey awal masih banyak terdapat TPS yang tidak memenuhi persyaratan kondisi sanitasi dan kelayakan TPS, terlihat dari banyaknya TPS yang kotor, berlumut, bocor, retak, berlubang, bahkan rusak parah tetapi masih tetap digunakan. Dokumentasi survey awal yang telah dilakukan dapat dilihat pada lampiran D. Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditentukan judul untuk melakukan
penelitian
sebagai
berikut
“Apa
Sajakah
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Tindakan Petugas Pengangkut Sampah Dengan Kondisi Sanitasi Tempat Penampung Sampah Di Wilayah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2018?”.
1.2 Rumusan Masalah Menurut hasil pengamatan yang dilalukan di Kecamatan Seberang Ulu 1 sebagai survey awal masih banyak ditemukan petugas pengangkut sampah yang tidak membersihkan TPS dan lingkungan sekitar TPS, hal ini terlihat dari banyak sisa sampah yang berserakan di sekitar TPS padahal sampah sudah diangkut oleh petugas pengangkut sampah. Hal lain yang temukan saat survey awal masih banyak terdapat TPS yang tidak memenuhi persyaratan kondisi sanitasi dan kelayakan TPS, terlihat dari banyaknya TPS yang kotor, berlumut, bocor, retak, berlubang, bahkan rusak parah tetapi masih tetap digunakan. Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut “Apa Sajakah FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Tindakan Petugas Pengangkut Sampah Dengan Kondisi Sanitasi Tempat Penampung Sampah Di Wilayah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2018?”.
1.3 Tujuan Penelitian 1.31 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tindakan Petugas
Pengangkut Sampah Dengan Kondisi Sanitasi Tempat Penampung Sampah Di Wilayah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2018?”. 1.32 Tujuan Khusus Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a
Untuk mengetahui pengaruh tindakan petugas pengangkut sampah dengan kondisi sanitasi tempat pembuangan sampah Di Wilayah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2019
b
Untuk mengetahui
pengaruh pendidikan petugas pengangkut sampah dengan
kondisi sanitasi tempat penampungan sampah Di Wilayah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2018. c
Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan petugas pengangkut sampah dengan kondisi sanitasi tempat penampungan sampah Di Wilayah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2018.
d
Untuk mengetahui pengaruh
lama kerja petugas pengangkut sampah dengan
kondisi sanitasi tempat penampungan sampah Di Wilayah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2018.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis a. Memberikan masukan bagi petugas pengakut sampah
dalam membersihkan
tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan kelayakan sarana tempat pembuangan sampah dan tugas pokok petugas pengangkut sampah Di Wilayah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2018.
b. Sebagai masukan bagi badan dinas lingkungan hidup dalam upaya meningkatkan koordinasi petugas pengakut sampah Di Wilayah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2018. 1.4.2 Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan pengembangan dan pengetahuan tentang pengelolaan sampah untuk menjaga kondisi sanitasi tempat penampungan sampah dan sebagai bahan masukan untuk membantu menyelesaian permasalahan sarana tempat penampungan sampah yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi Di Wilayah Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal tahun 2018.