Bab I Sampai Bab Iii.docx

  • Uploaded by: WAWAN
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Sampai Bab Iii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,348
  • Pages: 21
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasuskasus penyakit tidak menular. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 juga menunjukkan adanya peningkatan kasus penyakit tidak menular secara cukup bermakna, menjadikan Indonesia mempunyai beban ganda. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, salah satunya status gizi masyarakat. Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin dan negara berkembang cenderung dengan masalah gizi kurang (penyakit infeksi) dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih (penyakit degeneratif). Negara berkembang seperti Indonesia mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Sebelum abad ke-20 , kegemukan jarang ditemui tetapi pada tahun 1997 WHO secara resmi menyatakan kegemukan sebagai epidemik global. WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas. Hingga 2005, WHO memperkirakan secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta (9,8 %) di antaranya dikategorikan obesitas. Pada Tahun 2015 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari angka itu. Angka kegemukan juga naik dengan bertambahnya usia setidaknya hingga usia 50 sampai 60 tahun dan kegemukan berat di Amerika Serikat, Australia, dan Kanada meningkat lebih cepat dibandingkan angka kegemukan secara keseluruhan. Di seluruh dunia, prevalensi kegemukan telah mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat antara tahun 1980 hingga 2008. Pada tahun 2008, 10% pria dan 14 % 1

wanita di dunia mengalami obesitas. Diperkirakan 205 juta laki-laki dan 297 juta wanita di atas usia 20 tahun mengalami obesitas. Prevalensi tertinggi berada di wilayah Amerika yaitu 62% untuk overweight dan 26% untuk obesitas dan prevalensi terendah di wilayah Asia Tenggara yaitu 14% overweight dan 3% obesitas. Di semua daerah perempuan cenderung lebih gemuk daripada laki-laki. Di daerah Afrika, Mediterania Timur dan Asia Tenggara, perempuan memiliki dua kali lipat prevalensi obesitas dari laki-laki. Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada anak-anak, dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27% berdasarkan laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003). Masalah obesitas meluas ke negara-negara berkembang misalnya, di Thailand prevalensi obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah meningkat dari 12,2% menjadi 15,6% hanya dalam dua tahun (WHO, 2003). Prevalensi obesitas anak-anak usia 6 hingga 11 tahun sudah lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1960-an (WHO, 2003). Sumber Euromonitor Internasional menyebutkan, di Asia-Pasifik, obesitas meningkat pesat dan sejumlah negara diprediksi memiliki tingkat pertumbuhan obesitas tercepat dari tahun 2010 hingga 2020 yakni, Vietnam 225 persen, Hong Kong 178 persen, India 100 persen, Korea Selatan 80,7 persen, Selandia Baru 52 persen, dan Indonesia 50 persen. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk Indonesia berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 517 tahun. Berdasarkan data dari WHO tahun 2008, prevalensi obesitas pada usia dewasa di Indonesia sebesar 9,4% dengan pembagian pada pria mencapai 2,5% dan pada wanita 6,9%. Survei sebelumnya pada tahun 2000, persentase penduduk Indonesia yang obesitas hanya 4,7% (±9,8 juta jiwa). Ternyata hanya dalam 8 tahun prevalensi obesitas di Indonesia telah meningkat dua kali lipatnya. Indonesia masuk urutan 10 besar obesitas di dunia dengan orang kegemukan berjumlah 40 juta

2

orang. Kegemukan, baik pada kelompok anak-anak maupun dewasa, meningkat hampir satu persen setiap tahunnya. Pada tahun 2010, prevalensi secara nasional di Indonesia adalah 14,0%, terjadi peningkatan yang bermakna dibandingkan prevalensi kegemukan tahun 2007, yaitu 12,2% (Balitbangkes, 2010). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa, secara nasional masalah gemuk pada anak usia 5-12 tahun masih tinggi, yakni, 18,8 persen, terdiri atas gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen, sedangkan prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8 %, terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk atau obesitas. Prevalensi gizi lebih pada remaja 16-18 tahun mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2007 sebesar 1,4% menjadi 7,3 % pada tahun 2013 (Depkes, 2013). Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan, angka kegemukan cukup tinggi, yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator BB/U median baku WHO-NCHS. Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 614 tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di Sulawesi Selatan terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan. Di provinsi Sulawesi Selatan, untuk prevalensi obesitas sentral, Jeneponto merupakan urut Saran pertama kabupaten (22,5%) setelah kota Pare-Pare (23,9%) dan kota Makassar (23,8%) lebih tinggi dari angka nasional (18,8%) (Riskesdas, 2007). Dapat disimpulkan bahwa obesitas telah menjadi masalah diberbagai negara salah satunya di Indonesia. Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka beban pemerintah khususnya Departemen Kesehatan akan semakin bertambah (Kanwil Depkes, 1998). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : a.

Apa pengertian obesitas ?

b.

Apa saja tipe-tipe obesitas ?

c.

Bagaimana etiologi timbulnya obesitas ?

d.

Apa saja gejala – gejala timbulnya obesitas ?

e.

Apa saja klasifikasi dari obesitas ? 3

f.

Bagaimana faktor yang mempengaruhi obesitas ?

g.

Apa saja risiko yang ditimbulkan obesitas ?

h.

Bagaimana cara pencegahan obesitas ?

C. TUJUAN a.

Untuk mengetahui pengertian obesitas.

b.

Untuk mengetahui apa saja tipe – tipe obesitas.

c.

Untuk mengetahui etiologi timbulnya obesitas.

d.

Untuk mengetahui gejala – gejala timbulnya obesitas.

e.

Untuk mengetahui klasifikasi dari obesitas.

f.

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi obesitas.

g.

Untuk mengetahui risiko yang ditimbulkan obesitas.

h.

Untuk mengetahi cara pencegahan obesias.

4

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Obesitas Kata obesitas berasal dari bahasa latin ob artinya akibat dari, dan esum diartikan sebagai makan, sehingga obesitas berarti makan berlebihan. Obesitas atau kegemukan adalah kondisi kelebihan lemak tubuh sehingga berat badan jauh melebihi berat badan normal. Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO). Obesitas merupakan gangguan metabolik komplek yang disebabkan oleh banyak faktor termasuk genetik

dan faktor lingkungan, dimana kejadian obesitas

merupakan kombinasi dari kedua faktor tersebut (James, et al ., 2011: dalam Oetomo ,2011;5). Secara patofisiologi, obesitas merupakan proses penimbunan triasilgliserol berlebihan pada jaringan adipose karena imbance (ketidakseimbangan antara asupan energi dengan penggunaannya), (Bays et al, 2008; dalam Oetomo 2011;3). Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007). Kegemukan (obesitas) sebenarnya tidak identik dengan kelebihan berat badan, melainkan terkait dengan komposisi tubuh di mana terjadi kelebihan lemak. Obesitas dan overweight mempunyai pengertian yang berbeda. Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan, kegemukan) adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal. Kelebihan tubuh lemak inilah yang berkaitan dengan kejadian metabolic syndrome, yang merupakan risiko gangguan kesehatan pada obesitas. Telah diketahui bahwa obesitas terkait dengan metabolic syndrome yang merupakan awal terjadinya penyakit degenerasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, jantung koroner, stroke, kanker, dan lain-lain.

5

Berdasarkan pemaparan di atas maka obesitas merupakan ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya. B. Tipe – tipe obesitas Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu tipe obesitas berdasarkan kondisi selnya dan tipe obesitas berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh. Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu : a.

Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak-anak. Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa anak-anak akan lebih sulit.

b.

Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.

c.

Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit, karena dapat berisiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.



Berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh, ada tiga tipe obesitas yaitu: a.

Tipe buah apel (adroid), pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhan lemak yang berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Tipe ini pada umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang menumpuk adalah lemak jenuh.

b.

Tipe buah pear (genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh.

c.

Tipe ovid (bentuk kotak buah), tipe ini adalah besar di seluruh bagian badan. Tipe ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.

6

C.

Etiologi Obesitas a.

Genetik : Anak-anak dari orangtua obesitas cenderung 3-8 kali menjadi obesitas dibandingkan dari orang tua berat badan normal, walaupun mereka tidak dibesarkan oleh orang tua kandung.

b.

Lingkungan : Pengaruh keluarga, misalnya penggunaan makanan sebagai hadiah, tidak boleh makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan dipiring habis. Membantu pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas.

c.

Psikologi : Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka atau depresi, dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar.

d.

Fisiologi : Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia, dan ini sering menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan.

e.

Adapun penyebab dasarnya faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi kalori yang berlebihan dari energi yang dibutuhkan (Mary Coutney Moore, 1994).

f.

Beberapa kajian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya obesitas. Secara ilmiah obesitas terjadi akibat kelebihan asupan makanan atau energi didalam tubuh. Penyebab ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas, namun keadaan ini disertai oleh berbagai faktor yang dapat dihindari untuk mengelakkan obesitas. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa obesitas 70% dipengaruhi oleh lingkungan dan 30% dipengaruhi oleh genetik.

D. Gejala Obesitas Gejala yang biasa dialami oleh seseorang yang obesitas antara lain : a.

Kebiasaan tidur dengan mendengkur, penumpukan lemak di leher juga memicu seseorang mendengkur.

b.

Sesak napas, rata-rata orang yang tubuhnya gemuk akan merasakan napasnya lebih berat. Penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas.

7

c.

Sleep apne, gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (sleep apnea), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

d.

Sering merasa ngantuk dan lelah

e.

Nyeri pada persendian lutut, dikarenakan faktor kelebihan berat badan yang dapat menambah beban atau tekanan pada lutut dan pergelangan kaki.

f.

Nyeri punggung bawah (low back pain) dan biasanya memperburuk osteoartritis, banyak dari penderita obesitas mengeluhkan akan sakit punggung. Hal ini disebabkan penambahan beban tulang belakang oleh penumpukan lemak. Risiko fatal jika berat badan tidak kunjung diturunkan, pada tulang punggung dapat meningkatkan risiko patah tulang dari dalam.

g.

Mudah depresi, lebih mudah tertekan pikirannya karena keadaan fisiknya.

h.

Ruam atau infeksi pada lipatan kulit, orang dengan obesitas lebih mungkin memiliki

kulit

gelap

dan

terjadi

lipatan-lipatan

kulit.

Mudah

mengalami infeksi jamur dan bakteri di kulit dengan tanda adanya ruam. i.

Berkeringat secara berlebihan, seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.

E. Klasifikasi Obesitas Klasifikasi internasional untuk derajat tingkat obesitas ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) seperti pada tabel 2.1. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman, 2007). Rumus menentukan IMT :

IMT = BB TB²

Definisi derajat overweight dan obesitas memungkinkan pembandingan angka prevalensi secara internasional. Ukuran antropometrik lainnya yang didasarkan pada lingkar tubuh juga digunakan di bidang ini. Salah satu ukuran tersebut adalah rasio lingkar pinggang terhadap lingkar panggul (waist hip ratio). WHR yang lebih merupakan indikator distribusi lemak ketimbang jumlah total lemak tubuh seperti pada tabel 2.1 8

Tabel 2.1 Definisi kategori indeks massa tubuh (IMT)a dan lingkar perutb Klasifikasi

IMT (kg/m2)

Berat badan kurang (underweight)

<18,5

Berat badan normal (normal weight)

18,5-24,9

Berat

badan

lebih

(overweight)

yang

moderat

25,0-29,9

Berat badan lebih (overweight)

≥25

Preobese

25-29,9

Obesitas

≥30

Obese kelas I

30-34,9

Obese kelas II

35-39,9

Obese kelas III

≥40

Lingkaran Pinggang Klasifikasi

Laki-laki

Perempuan

Di atas action level 1

≥ 80 cm (~ 32 inci)

≥ 94 cm (~ 37 inci)

Di atas action level 2

≥ 88 cm (~ 35 inci)

≥ 100 cm (~ 40 inci)

aKategori

IMT didefinisikann menurut pedoman WHO.

bKategori

lingkar pinggang diusulkan oleh Lean et al

Overweight atau kelebihan berat badan dan obesitas merupakan hal berbeda yang dapat dilihat melalui jumlah IMT. Menurut standar kategori WHO, overweight adalah jika IMT 25 hingga 29 sedangkan kategori obesitas dengan IMT 30 hingga lebih. Sedangkan batasan overweight dan obesitas di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2010 untuk overweight yakni dengan IMT 25 hingga 27 sedangkan IMT diatas 27 digolongkan sebagai obesitas. Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan menggunakan meteran. Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal, akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh (Misnadierly, 2007). Berat Badan Relatif =

Berat badan 9

x 100 %

Tinggi badan – 100 Keteragan : 90% - 110% : normal < 90%

120% - 130%

: obesitas ringan

: kurang dari normal 130% - 140%

: obesitas sedang

110% - 120% : lebih dari normal 

>140%

: obesitas berat

Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% dari berat badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 4 obesitas berdasarkan tingkatan : a.

Simple obesity (kegemukan ringan), merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan hiperlipidemia.

b.

Mild obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 2030% dari berat ideal yang belum disertai penyakit tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.

c.

Moderat obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 30-60% dihitung dari berat ideal. Pada tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk menderita penyakit yang berhubungan dengan obesitas.

d.

Morbid obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh dari berat ideal lebih dari 60% dengan risiko sangat tinggi terhadap penyakit pernapasan, gagal jantung, dan kematian mendadak.



Sedangkan kegemukan atau obesitas berdasarkan usia yaitu kegemukan masa bayi (infancy-onset obesity), masa anak-anak (childhood-onset obesity), dan masa dewasa (adult-onset obesity), dan masa lansia. a.

Kegemukan pada masa bayi yang perlu dihindari. Hasil penelitian menunjukkan dari jumlah bayi yang menderita kegemukan pada usia enam bulan pertama ternyata lebih dari sepertiga menjadi gemuk pada usia dewasa. Faktor penyebab obesitas pada bayi antara lain; keturunan, ibu yang obesitas, pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil yang berlebihan, ibu penyakit obesitas/ pradiabetes/. Dalam suatu riset terbaru dapat terungkap bahwa obesitas diusia dini dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan juga diabetes di kemudian hari, terlebih lagi pada anak perempuan. Ternyata dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa bayi 10

perempuan yang obesitas (terlalu gemuk) cenderung memiliki lingkar pinggang yang lebih besar, kadar insulin yang tinggi dan trigliserida (sejenis lemak yang biasa ditemukan di dalam darah), juga kadar kolestrol baik “HDL” yang sangat rendah. Dr. Haslam, seorang dokter yang juga anggota ESCO (Experts in Severe and Complex Obesity) menyebutkan bahwa untuk menanggulangi masalah obesitas pada bayi sejak ibu mengandung harus menjaga pola makan dengan baik. b.

Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan perilaku makan yang salah dan kurangnya aktifitas fisik. Kelebihan lemak itu timbul antara dua tahun sampai usia remaja (pubertas). Kegemukan terhadap periode ini yaitu akibat dari pola makan yang salah atau tidak sehat dan kurangnya gerakan fisik yang sanggup menopang pembakaran lemak dalam badan, era yang telah canggih dan serba modis yg menciptakan seluruh kegiatan jadi makin lebih gampang akan menyebabkan anak malas lakukan gerakan fisik, dan kurangnya bimbingan dan dukungan orang lanjut usia terhadap kesehatan anak. Jika terjadi obesitas pada anak tentu saja ini merupakan tanggung jawab orang tua untuk menjaga dan mengatur pola makan anak dengan tepat, banyak sekali masalah yang akan dihadapi anak jika ia mengalami kegemukan atau obesitas. Secara umum obesitas pada anak berisiko lebih tinggi mengidap obesitas. Obesitas pada anak juga mempengaruhi organ lain seperti saluran napas terganggu hingga ngorok saat tidur, tulang menopang tubuh yang berat, dan bisa menimbulkan perasaan minder. Yang paling parah adalah komplikasi jantung. Selain itu anak berisiko diabetes juga karena faktor genetik.

c.

Kegemukan pada masa dewasa, kelompok ini sering ditemukan daripada kegemukan yang timbul pada masa kanak-kanak. Lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk paling sering antara 20-30 tahun pada saat seseorang mulai sibuk dalam karirnya. Karena kesibukan-kesibukan menyebabkan kurangnya waktu untuk melaksanakan olahraga, maka bila kurang hati-hati kegemukan mulai mengintai pada usia ini (Wirakusumah, 1994). Orang dewasa yang memiliki kegiatan padat membuat mereka jarang dan tidak miliki waktu untuk berolahraga, maka terjadilah penimbunan lemak, dan jikalau ini konsisten dibiarkan sehingga penyakit seperti jantung, 11

stroke, diabetes, kanker, dan lain sebagainya yang berisiko lebih parah dan berujung kepada kematian mendadak. d.

Kegemukan pada masa lansia, benar adanya jika bahaya dari obesitas akan semakin meningkat seiring bertambahnya umur seseorang. Meski begitu, beberapa ahli mengatakan jika pengukuran BMI dianggap kurang tepat untuk mendeteksi obesitas pada lansia. Dianjurkan jika pendiagnosaan sebaiknya menggunakan ukuran lingkar pinggang dan panggul. Ini diakibatkan perubahan ukuran dan bentuk tubuh yang signifikan pada lansia. Patokan yang digunakan adalah seseorang dikatakan mengalami obesitas jika lingkar pinggangnya melebihi 80 cm (untuk wanita) dan 90 cm (untuk pria). Ketika terjadi pada mereka yang sudah berusia lanjut, obesitas dapat membawa banyak sekali masalah yang dapat mengancam kualitas hidup seseorang. Beberapa kecenderungan bahayanya adalah sebagai berikut : a) Diabetes: Kerja insulin dapat terganggu oleh jaringan lemak tubuh yang berada di bagian dalam rongga perut. Hal inilah yang mengakibatkan lansia dengan obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2. b) Hipertensi: Orang lanjut usia yang punya berat badan berlebih cenderung sulit untuk bergerak. Bahkan jantung penderita obesitas pada lansia saja memerlukan tenaga ekstra untuk bekerja. Hal inilah yang dapat menyebabkan darah tinggi bisa terjadi pada orang-orang obesitas. c) Aterosklerosis: Penyempitan pembuluh darah adalah nama lain untuk penyakit yang terjadi akibat obesitas pada lansia satu ini. Ini terjadi ketika kolesterol dan lemak banyak menumpuk di arteri yang bisa menyebabkan serangan jantung mendadak dan stroke. d) Kanker: Obesitas pada lansia yang berkelamin wanita dapat memicu risiko tinggi kanker payudara, 37% lebih tinggi dibanding dengan mereka yang memiliki berat badan normal. Sedangkan bagi pria, obesitas juga dapat menyebabkan kanker prostat jika jaringan lemak sudah mencapai organ reporduksi tersebut

Tingginya penderita obesitas pada usia >25 tahun termasuk lanjut usia, dikarenakan oleh seiring bertambahnya usia timbul beberapa perubahan pada 12

tubuh, metabolisme tubuh menurun, dan bertambahnya lemak dalam tubuh. Konsekuensinya dapat meningkatkan risiko kematian dan kesakitan akibat dari penyakit degeneratif, serta menurunkan usia harapan hidup. F. Faktor yang Mempengaruhi Obesitas Ketidakseimbangan antara masukan kalori dan pemakaian dapat disebabkan banyak faktor yaitu faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung dan tidak langsung. Faktor yang menyebabkan secara langsung yaitu antara lain : a.

Genetik Yang dimaksud faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab

kegemukan.

Namun

demikian,

ada

beberapa

bukti

yang

menunjukkan bahwa faktor genetik merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001). Menurut penelitian, anak-anak dari orang tua yang mempunyai berat badan normal ternyata mempunyai 10 % risiko kegemukan. Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan , maka peluang itu meningkat menjadi 40 – 50 %. Dan bila kedua orang tuanya menderita kegemukan maka peluang faktor keturunan menjadi 70–80% (Purwati, 2001). b.

Hormonal Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid di dalam tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal tubuh, sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badannya (Wirakusumah, 1997). Selain hormon tiroid hormon insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini dikarenakan hormon insulin mempunyai peranan dalam menyalurkan energi kedalam sel-sel tubuh. Orang yang mengalami peningkatan hormon insulin, maka timbunan lemak di dalam tubuhnya pun akan meningkat. Hormon lainnya yang berpengaruh adalah hormon leptin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari, sebab hormon ini berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu makan serta fungsi hipotalamus yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia (Purwati, 2001).

c.

Asupan makan

13

Asupan

makanan

adalah banyaknya

makanan

yang dikonsumsi

seseorang. Asupan Energi yang berlebih secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight), dan obesitas. Ada tiga hal yang mempengaruhi asupan makan, yaitu kebiasaan makan, pengetahuan, dan ketersediaan makanan dalam keluarga. Kecukupan gizi menurut Recommended dietary Allowanie (RDA) tahun 1989 adalah banyaknya zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, berat badan, tinggi badan, genetik, dan keadaan hamil dan menyusui. Kecukupan gizi yang dianjurkan berbeda dengan kebutuhan gizi (Karyadi, 1996). Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara berlebihan, zat gizi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan akan meningkatkan berat badan secara keseluruhan. Adapun zat gizi makro yang dapat mempengaruhi kenaikan berat badan jika dikonsumsi berlebihan antara lain: a) Karbohidrat merupakan peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua

karbohidrat

berasal

dari

tumbuh-tumbuhan.

Fungsi

utama

karbohidrat adalah sumber energi pemberi rasa manis dari makanan, penghemat protein, mengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran feses (altemaster, 2003). Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60 % kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat, kegunaan utama energi. Kegunaan lainnya sebagai energi cadangan, komponen struktur sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006). b) Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah air. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptide. Protein ini mempunyai fungsi khusus yang tidak tergantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59 gr/hari. Tergantung pada jenis kelamin dan umur. Protein juga menyuplai sekitar 1214% asupan energi selama masa anak dan remaja (Suandi, 2003).

14

c) Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai sumber energi, lemak juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas yaitu membantu pengeluaran sisa-sisa pencernaan dan metabolisme, memelihara suhu tubuh dan pelindung organ-organ vital. Depkes RI menganjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 25% total energi per hari (Sayogo, 2006). d.

Faktor lingkungan Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku atau pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.

e.

Aktivitas fisik Obesitas dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga

dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi, yaitu pola gaya hidup tanpa banyak bergerak. Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas dan kemajuan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas fisik menurun. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas. f.

Faktor obat-obatan Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.

g.

Faktor psikologi Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.

h.

Faktor perkembangan Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak 15

sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel. Faktor yang menyebabkan obesitas secara tidak langsung yaitu antara lain : a) Pengetahuan gizi Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menggunakan pangan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup. Pengetahuan ibu dipengaruhi oleh pendidikannya. Tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dengan berbekal pendidikan yang cukup, seseorang akan lebih banyak memperoleh informasi dalam menentukan pola makan bagi dirinya maupun keluarganya. Pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal, namun juga dari informasi orang lain, media massa atau dari hasil pengalaman orang lain. b) Pengaturan Makan Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat gizi tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam waktu satu hari sesuai dengan kecukupan tubuhnya (Departemen Kesehatan RI, 1996). Faktor makanan yang mengandung banyak lemak juga merupakan salah satu faktor penyebab. Beberapa penyebab yang menjadikan seseorang makan

melebihi kebutuhan seperti

makan berlebih, kebiasaan mengemil

makanan ringan, dan suka makan tergesa-gesa. G.

Risiko Obesitas Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit. Berikut ini risiko-risiko penyakit atau gangguan bagi seseorang yang terkena obesitas antara lain : a.

Gangguan jantung dan pembuluh darah Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar 88 % mendapat risiko terserang penyakit jantung koroner. Meningkatnya faktor risiko penyakit jantung koroner sejalan 16

dengan terjadinya penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 – 40 tahun ternyata berpengaruh

lebih

besar

terjadinya

penyakit

jantung

dibandingkan

kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua (Purwati, 2010). Obesitas merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan kerja jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung. Tanda-tandanya adalah napas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai. Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 – 39 tahun orang obesitas mempunyai risiko dua kali lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat badan normal (Wirakusumah, 1994). Kombinasi obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja jantung. Akibatnya, timbul penebalan pada dinding bilik jantung disertai kekurangan oksigen. Keadaan ini akan mempercepat timbulnya gagal jantung. b.

Gangguan fungsi paru-paru Timbunan lemak dapat menekan saluran pernafasan. Ini bisa menyebabkan terjadinya henti nafas saat tidur (sleep apnea). Gangguan seperti ini lama-lama dapat menyebabkan gagal jantung juga akan berujung pada kematian.

c.

Menyebabkan diabetes dan peningkatan kolesterol Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Obesitas dianggap sebagai bagian dalam kelompok faktor risiko utama yang sering terlihat untuk penyakit kardiovasklular dan diabetes mellitus. Kelompok faktor risiko ini sering digambarkan sebgai sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin. Faktor-faktor lainnya yang 17

terdapat dalam sindrom ini adalah kenaikan kadar glukosa, peningkatan kadar trigliserida, kadara HDL-kolestrol yang rendah, dan hipertensi. Obesitas dapat menyebabkan terjadinya diabetes mellitus. Ini disebabkan timbulnya gangguan fungsi insulin pada pengidapnya. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh tubuh. Fungsinya antara lain, memasukkan gula dari dalam darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi. Akibat gangguan fungsi insulin, gula tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga tetap beredar dalam darah. Ini dapat diketahui dari kadar gula darah yang meningkat. Gangguan fungsi insulin ternyata juga mengakibatkan gangguan metabolisme lemak (dislipidemia). Ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol jahat), trigliserinda, namun disertai penurunan kolesterol HDL (kolesterol baik). Peningkatan kadar kolesterol jahat disertai penurunan kadar kolesterol berujung terbentuknya kerak dalam pembuluh darah (arterosklerosis). Arterosklerosis akan memperkecil diameter pembuluh darah sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan stroke. d.

Gangguan persendian Obesitas akan menyebabkan peningkatan beban pada persendian penyangga berat. Misalnya persendian lutut sehingga lama-lama dapat menimbulkan peradangan persendian (osteoartritis). Gejala-gejalanya antara lain, nyeri pada sendi diikuti dengan pembengkakan. Sendi juga menjadi kaku tak bisa digerakkan. Yang terparah, penderita tidak sanggup berjalan lagi. Osteoartritis lebih sering ditemukan diantara kaum perempuan daripada laki-laki.

e.

Gangguan sistem hormon Obesitas juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada anak gadis, obesitas menyebabkan haid pertama (menarkhe) datang lebih awal. Pada wanita dewasa, obesitas dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal (hiperandrogenisme, hirsutisme) dan gangguan siklus menstruasi. Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen (lelaki) meningkat. Akibatnya terjadi hirsutisme (tanda maskulinasi). Misalnya jerawatan, distribusi bulu-bulu di wajah dan badan, bahkan mungkin perubahan suara menjadi berat seperti suara lelaki.

f.

Meningkatkan risiko penyakit ganas 18

Hasil penelitian menunjukkan, pada wanita yang sudah mengalami menopause,

obesitas

meningkatkan

risiko

timbulnya

kanker

rahim

(endometrium) dan kanker payudara. Sedangkan pada pria, kegemukan dapat meningkatkan risiko terserang kanker prostat dan kanker usus besar (kolorektal). Sebuah kelompok kerja dari IARC dan WHO menyimpulkan adanya cukup bukti yang menunjukkan bahwa tindakan menghindari kenaikan berat badan mempunyai efek preventif terhadap kanker Gambar di atas merangkumkan keterkaitan antara obesitas, faktor risiko, penyakit kronis, dan mortalitas. Obesitas berhubungan dengan semua penyebab mortalitas serta penyakit kanker dan bahkan tidak berhubungan lebih erat dengan onset diabeter tipe 2, penyakit kardiovaskuler, kelainan muskuloskeletal, disabilitas kerja, serta sleep apnea. Perbandingan risiko relatif untuk mortalitas, penyakit jantung koroner, stroke, dan diabetes hanya disesuaikan menurut usia dan tidak pernah berdasarkan pada gabungan orang yang bukan perokok serta perokok. Ini mungkin bukan risiko relatif yang paling tepat untuk membandingkan dampak obesitas pada berbagai hasil akhir yang berbeda. H. Pencegahan Obesitas Dalam pencegahan obesitas diperlukan adalah sebagai berikut : a.

Pengaturan nutrisi dan pola makan Tujuan utama pengaturan nutrisi pada individu dengan overweight dan obesitas tidak hanya sekedar menurunkan berat badan, namun juga mempertahankan berat badan agar tetap stabil dan mencegah peningkatan kembali berat badan yang telah didapat. Kurangi makan makanan berlemak, terutama lemak jenuh, karena lemak jenuh akan mempermudah terjadinya gumpalan lemak yang menempel pada dinding pembuluh darah. Konsumsilah sedikit lemak (30% dari jumlah keseluruhan kalori yang dikonsumsi). Kurangi konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan lemak dan upayakan agar berat badan berada dalam batas IMT normal.

b.

Perbanyak aktivitas Olahraga dan aktivitas fisik memberi manfaat yang sangat besar dalam penatalaksanaan overweight dan obesitas. Olahraga akan memberikan serangkaian perubahan baik fisik maupun psikologis yang sangat bermanfaat 19

dalam mengendalikan berat badan. Olahraga diperlukan untuk membakar kalori dan membuang lemak. c.

Modifikasi pola hidup dan perilaku Perubahan pola hidup dan perilaku diperlukan untuk mengatur atau memodifikasi pola makan dan aktifitas fisik pada individu dengan overweight dan obese. Hindarilah atau lakukan upaya untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan tekanan darah, melalui penataan makanan. Untuk ini sebaiknya mintalah petunjuk ahli gizi. Dengan demikian diharapkan upaya ini dapat mengatasi hambatan-hambatan terhadap kepatuhan individu pada pola makan sehat dan olahraga. Modifikasi kebiasaan dalam gaya hidup jangan hanya mengandalkan nasihat personal semata tetapi harus pula menangani komponen lingkungan fisik, ekonomi dan sosialkultural.

20

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN a.

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya.

b. Gejala obesitas antara lain mendengkur, sleep apnea, sesak napas, nyeri pada sendi lutut, nyeri pada punggung bagian bawah, ruam, berkeringat berlebihan, mudah depresi, dan sering ngantuk. c.

Klasifikasi untuk derajat tingkat obesitas ditentukan berdasarkan IMT.

d. Obesitas terkait dengan metabolic syndrome yang merupakan awal terjadinya penyakit degenerasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, stroke, kanker, dan lain-lain. e.

Faktor-faktor

yang

menyebabkan

obesitas

ada

dua

yaitu

secara

langsungseperti faktor lingkungan, faktor genetik, hormonal, asupan makan, psikologi dan faktor secara tidak langsung seperti faktor pengetahuan gizi serta pengaturan makan. f.

Bentuk pencegahan yang dapat dilakukan adalah pengaturan nutrisi dan pola makan, perbanyak aktivitas, dan modifikasi pola hidup dan perilaku.

B. SARAN Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan sehat serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Pengurangan kalori dan meningkatkan aktifitas fisik seperti memiliki jadwal olahraga rutin sehingga dapat meminimalkan risiko obesitas yang merupakan cara alami yang murah meskipun tidak mudah untuk mempertahankan dalam jangka waktu lama

21

Related Documents

Bab I Sampai Iv.docx
November 2019 23
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72
Bab-i-bab-v.doc
May 2020 71
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 67

More Documents from "PMKP RSGH"

4 Abstract.docx
November 2019 32
Kartu Akseptor Lama.xlsx
November 2019 37
Formulir Tes Hiv.xlsx
November 2019 37
Sptm.docx
November 2019 29