Bab I Retensio Plasenta.docx

  • Uploaded by: Sahal AL Zahrawi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Retensio Plasenta.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,952
  • Pages: 45
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kematian ibu adalah kematian seorang wanita pada saat hamil, bersalin, atau 42 hari setelah persalinan. Menurut World Health Organization (WHO) perempuan yang meninggal setiap hari mencapai 800 perempuan yang disebabkan oleh komplikasi karena hamil dan bersalin, termasuk pendarahan, infeksi, tekanan darah tinggi dan persalinan lama (Hafiz, 2011). Salah satu kasus yang terjadi pada saat bersalin adalah atonia uteri, robekan jalan lahir. Retensio plasenta merupakan kasus yang banyak kita temui dalam kesehatan terutama dalam kasus-kasus kebidanan, oleh karena itu retensio plasenta bisa menjadi faktor pemicu terjadinya kematian pada ibu. Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai angka 289.000 jiwa. Dimana terbagi atas beberapa negara, antara lain Amerika Serikat mencapai 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia 16.000 jiwa. Untuk AKI di Negara-Negara Asia yaitu Indonesia 214 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), Singapura mencatat AKI terendah hanya 3 per 100.000 KH, Filipina 170 per 100.000 KH, Vietnam 160 per 100.000 KH, Thailand 44 per 100.000 KH, Brunei Darussalam 60 per 100.000 KH, dan Malaysia 39 per 100.000 KH, Kamboja 208 per 100.000 K\H, Myanmar 130 per 100.000 KH, Nepal 193 per 100.000 KH, India 150 per 100.000 KH, Bhutan 250 per 100.000 KH, Banglades 200 per 100.000 KH, Timor Leste 300 per 100.000 KH (WHO, 2014).

1

Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 AKI sebesar 230 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013 sedangkan target yang ingin dicapai Pemerintah dalam menurunkan AKI pada tahun 2016 yaitu AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2015). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 KH, angka ini sedikit bertambah dibandingkan dengan SDKI tahun 2007, yaitu sebesar 228 per 100.000 KH. Sedangkan Angka Kematian Neonatus (AKN) berdasarkan SDKI tahun 2017 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan di tahun 2007. Data AKB menurut SDKI tahun 2012 menurun dari tahun 2007, yaitu dari 34 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37-42 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Penyulit persalinan yaitu atonia uteri, robekan jalan lahir, solusio plasenta, retensio plasenta. Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum

2

dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan plasenta manual (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk., 2013).

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu memberikan asuhan intranatal care dengan retensio plasnta pada Ny. A di BPM Hj. Rosdiana Kecamatan Jeunieb Kabupaten Bireuen tahun 2018 sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dengan pendekatan Manajemen Kebidanan Varney yang di dokumentasikan dengan metode SOAP. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar subyektif dan obyektif pada asuhan intra natal care dengan retensio plasenta pada Ny. A GI P0 A0. b. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data pada asuhan intra natal care dengan retensio plasenta pada Ny. A GI P0 A0. c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa potensial pada asuhan intra natal care dengan retensio plasenta pada Ny. A GI P0 A0 sesuai dengan 7 langkah Varney. d. Mahasiswa mampu menentukan tindakan segera pada asuhan intra natal care dengan retensio plasenta pada Ny. A GI P0 A0. e. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan segera pada asuhan intra natal care dengan retensio plasenta pada Ny. A GI P0 A0. f. Mahasiswa mampu menentukan evaluasi pada asuhan intra natal care dengan retensio plasenta pada Ny. A GI P0 A0. 3

C. Manfaat 1. Manfaat teoritis Dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan secara langsung dalam memberikan asuhan yang komprehensif. 2. Manfaat praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai metode penilaian pada mahasiswa dalam melaksanakan tugasnya untuk menyusun studi kasus, mendidik dan membimbing mahasiswa agar lebih terampil dalam memberikan asuhan kebidanan. b. Bagi Tempat Penelitian Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan melalui pendekatan manajemen asuhan kebidanan pada ibu bersalin. c. Bagi klien Mendapat pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

4

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Teoritis Kasus 1. Pengertian Retensio Plasenta Retensio Plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio berulang (habitual retensio plasenta), plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan perdarahan yang banyak, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, polip plasenta, degenerasi ganas khorio karsinom (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk., 2009). Retensio Plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus (Nugroho.T, 2012). Perdarahan yang banyak yaitu sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, akreta, inkreta dan perkreta. 2. Jenis Retensio Plasenta Menurut Sari Puspita, dkk., 2014 dibagi menjadi 5 yaitu : a. Plasenta adhesiva Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

5

b. Plasenta akreta Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian lapisan miometrium. c. Plasenta inkreta Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/ melewati lapisan miometrium. d. Plasenta perkreta Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. e. Plasenta inkarserata Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh kontraksi ostium uteri. 3. Predisposisi Retensio Plasenta a. Grandemultipara. b. Bekas operasi pada uterus. c. Plasenta previa terjadi karena dibagian ishmus uterus, pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk kedalam. d. Kelamin ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang sedikit luas. e. Kasus infertilitas, karena lapisan endrometriumnya tipis (Walyani Siwi, Purwoastuti., 2015).

6

4. Penyebab Retensio Plasenta Menurut Rukiyah, Ai yeyeh, dkk,. (2010) penyebab retensio plasenta secara fungsional dapat terjadi karena his kurang kuat (penyebab terpenting), plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis) dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab diatas disebut plasenta adhesive. Penyebab retensio plasenta menurut Walyani Siwi, Purwoastuti., (2015) yaitu : a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus. b. Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III). c. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta–perkreta). d. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta. Tabel 2.2. Gambaran dan Dugaan Penyebab Retensio Plasenta Gejala

Separasi/akreta

Plasenta

parsial

inkarserata

Konsistensi uterus

Kenyal

keras

Tinggi fundus

Sepusat

2

jari

Plasenta akreta

cukup dibawah sepusat

pusat Bentuk uterus

Discoid

Agak globuler

7

Diskoid

perdarahan

Sedang-banyak

sedang

Sediit/tidak ada

Tali pusat

Terjulur sebagian

terjulur

Tidak terjulur

Ostium uteri

Terbuka

konstriksi

Terbuka

Separasi plasenta

Lepas sebagian

Sudah lepas

Melekatseluruhnya

Syok

Sering

Jarang

Jarang sekali

5. Etiologi Menurut jurnal Prabowo, E (2014) setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progesif dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika jaringan menyosong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan dan pelepasan plasenta terjadi ditempat itu. Pembuluh darah yang terdapat diuterus berada diantara serat-serat otot miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retraksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.

8

Pengamatan terhadap persalinan kala III dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara alami telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala III persalinan. Kala III yang normal dapat dibagi kedalam 3 fase, yaitu: a. Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis. b. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm). c. Fase pengeluaran, plasenta bergerak turun, darah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil berdarah terkumpul didalam rongga rahim. Lama kala III pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi dengan menggunakan ultrasonografi pada kala III, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus yang menyebabkan plasenta meluncur kebagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan interabdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala III. Metode yang biasa digunakan adalah dengan menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat.

9

6. Gejala Klinis a. Anamnesis Meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan post partum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat post partum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan (Prabowo, E., 2014). b. Pada Pemeriksaan Pervaginam Tidak ditemukan didalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel didalam uterus (Prabowo, E., 2014). c. Pemeriksaan Penunjang 1) Hitung darah lengkap untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat (Prabowo, E., 2014). 7. Penatalaksanaan Menurut Eko Prabowo (2014), manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus siap agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum

10

uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dengan tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 menit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, plasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera. Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila: • Terdapat riwayat perdarahan post partum berulang • Terjadi perdarahan post partum melebihi 400 cc • Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam Manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas 400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam). Seandainya masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit/ berkolaborasi dengan dokter sehingga mendapat pertolongan yang adekuat. Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infuse dan memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat. Teknik Manual Plasenta: Untuk mengeluarkan plasenta yang belum lepas jika masih ada waktu dapat mencoba teknik menurut Crede yaitu uterus dimasase perlahan sehingga berkontraksi baik dan dengan meletakkan 4 jari dibelakang uterus dan ibu jari didepannya, uterus dipencet di antara jari-jari tersebut dengan maksud untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus dan menekannya keluar.

11

Tindakan ini tidaklah selalu berhasil dan tidak boleh dilakukan secara kasar. Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut. Gambar 2.4 Meregang Tali Pusat dengan Jari-jari Membentuk Kerucut

Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala III, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.

12

Gambar 2.5 Ujung Jari Menelusuri Tali Pusat, Tangan Kiri diletakkan di atas Fundus

Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan. Gambar 2.6 Mengeluarkan Plasenta

Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya,

segera

berikan

uterotonik

(oksitosin)

satu

ampul

intramuskular dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan 13

spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit. Jika setelah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri maka dilakukan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan lain untuk menghentikan perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder. 8. Komplikasi Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi/komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta inkreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan perdarahan. Jika disadari

14

adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.

B. Teoritis Manajement Kebidanan Menurut Varney (2007) dalam buku Yulifah dan Surachmindari (2013) Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan prilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan ilmiah, penemuan, dan keterampilan dalam tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah menurut Varney, yaitu sebagai berikut : 1. Langkah I : Pengkajian a. Pada langkah pertama ini , dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. b. Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk memperoleh data objektif. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi : Pemeriksaan umum, pengukuran tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik khusus, pemeriksaan penunjuang,

pemeriksaan

laboratorium,

pemeriksaan USG.

15

pemeriksaan

rontgen,

2. Langkah II: Identifikasi diagnosa dan masalah Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpul diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. 3. Langkah III: Identifikasi diagnosa dan masalah potensial Pada

langkah

ini,

kita

mengidentifikasi

masalah

potensial

berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila diharapkan dapat

bersiap-siap bila

diagnosi/masalah potensial ini benar-benar terjadi.langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. 4. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan segera Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Setelah itu mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk di konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat. 5. Langkah V: Menyusun rencana asuhan menyeluruh Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

16

berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan apa yang terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, cultural, atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama aklien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. 6. Pelaksanaan rencana asuhan (implementasi) Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman. Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengerahkan pelaksanaannya

(misal:

memastikan

langkah

tersebut

benar-benar

terlaksana). 7. Evaluasi Pada langkah ketujuh, ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan. Hal yang di evaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif

17

dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah proses manajemen umumnya menerapkan pengkajian yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. C. Teoritis Pendokumentasian Kebidanan SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis. Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali ia bertemu dengan pasiennya. Selama mau antepartum, seorang bidan dapat menuliskan satu catatan SOAP untuk setiap kali kunjungan; sementara dalam masa intrapartum, seorang bidan boleh menuliskan lebih dari satu catatan untuk satu pasien dalam satu hari. Selain itu juga, seorang bidan harus melihat catatan-catatan SOAP terdahulu bilamana ia merawat seorang klien untuk mengevaluasi kondisinya sekarang.Untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP. S : Subjektif Mengemukakan pendokumentasianj hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis (langkah I Varney). O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan uji diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan (langkah I Varney).

18

A : Pengkajian / assasement Menggambarkan pengkajian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi 1) Diagnosis/masalah 2) Antisipasi diagnosis/masalah potensial 3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter/konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan (langkah II, III dan IV Varney). P : Planning Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan berdasarkan assesement (langkah V, VI dan VII Varney).

19

BAB III TINJAUAN KASUS A. Biodata Nama Ibu

: Ny. A

Nama Suami : Tn. A

Umur

: 31 tahun

Umur

: 39 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Cot Geulumpang, Peulimbang

B. Manajement Kebidanan Tgl Masuk : 05 April 2018

Pukul : 00.30 WIB

I. Pengkajian 1. Anamnesa - Ibu mengatakan merasa nyeri perut bagian bawah ke pinggang sejak jam 14.00 WIB, disertai keluar lendir bercampur darah dari kemaluan ibu. - Ibu mengatakan ini kehamilan pertama dan tidak pernah keguguran. - Ibu tidak pernah menderita penyakit kronis, penyakit menahun, penyakit menular seksual serta tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, Jantung dan asma 2. Pemeriksaan Umum a. Keadaan umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

20

c. Tanda-tanda vital

:

1) Tekanan darah

: 110/70 mmHg

2) Pernafasan

: 24x/menit

3) Nadi

: 79x/menit

4) Suhu

: 36.5 0C

d. Tinggi badan

: 157 cm

e. BB sebelum hamil

: 50 kg

f. BB sekarang

: 65 kg

g. Pemeriksaan Fisik 1) Kepala -

Warna rambut

: Hitam

-

Kebersihan

: Bersih

-

Oedema

: Tidak ada

2) Muka - Warna

: Tidak pucat

- Oedema

: Tidak ada

3) Mata - Konjungtiva

: Merah muda

- Sclera

: Putih

4) Hidung - Kebersihan

: Bersih

- Pembengkakan polip : Tidak ada 5) Mulut dan gigi - Warna bibir

: Tidak pucat

21

- Stomatitis

: Tidak ada

- Caries gigi

: Tidak ada

- Kebersihan

: Bersih

6) Leher Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tyroid dan vena jugularis. 7) Payudara - Bentuk

: Simetris

- Putting susu

: Menonjol

- Areola

: Bersih

- Kolostrum

: Sudah keluar

- Nyeri tekan

: Tidak ada

8) Abdomen a) Inspeksi - Bekas operasi

: Tidak ada

- Pembesaran uterus

: Sesuai dengan usia kehamilan

- Striae

: Ada

- Linea nigra

: Ada

b) Palpasi

:

Leopold I

: TFU 31 cm ( pertengahan pusat dan px)

Leopold II

: Punggung janin berada di sebelah kanan ibu

Leopold III

: Kepala

Leopold IV

: Penurunan kepala 3/5

22

His

: 4 x 10 menit lamanya 40 detik

TBJ

: (31-11) x 155 = 3.100 gram

c) Auskultasi

: DJJ 140 x/menit

9) Genetalia - Kelainan

: Tidak ada

- Oedema

: Tidak ada

- Varices

: Tidak ada

- Pengeluaran

: Lendir bercampur darah

Pemeriksaan dalam - Vulva/vagina

: Tidak ada kelainan

- Portio

: Tipis, lunak

- Pembukaan

: 4 cm

- Ketuban

: Positif (utuh)

- Presentasi

: Kepala

- Moulage

: Tidak Ada

10) Anus -

Haemoroid

: Tidak ada

11) Ekstremitas atas dan bawah -

Bentuk

: Simetris

-

Oedema

: Tidak ada

-

Varices

: Tidak ada

-

Reflek patella

: +/+

23

II. Interpretasi Data Dasar Ny. A umur 31 tahun GI P0 A0 inpartu kala I fase aktif Data Dasar : a. Ibu mengatakan nyeri di perut bagian bawah hingga ke pinggang b. Ibu mengatakan keluar darah bercampur lendir. c. Ibu mengatakan ini kehamilannya yang ketiga, anak dua dan tidak pernah keguguran. III. Antisipasi Diagnosa Dan Masalah Potensial Masalah

: a. Gangguan rasa nyaman b. Kurangnya kebutuhan nutrisi

Kebutuhan

: a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan b. Dukungan psikis bagi ibu

IV. Tindakan Segera Atau Kolaborasi Tidak ada V. Rencana Manajemen Kala I Hari/tanggal

: Kamis, 05 April 2016

Pukul

: 00.35 WIB

1. Informasikan K/U ibu dan janin, tentang hasil pemeriksaan. 2. Bantu ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan, anjurkan ibu untuk mengubah posisi sesuai dengan keinginan

24

ibu, sarankan ibu untuk berjalan dan menganjurkan keluarga yang menemani ibu untuk memijat atau menggosok punggungnya di antara kontraksi. 3. Jaga hak privasi ibu dalam persalinan dengan cara memasangkan sampiran saat melakukan pemeriksaan. 4. Penuhi kebutuhan energi ibu dengan memberikan makanan dan minuman pada ibu saat tidak ada his. 5. Anjurkan ibu berkemih sesering mungkin. 6. Lakukan pemantauan sesuai partograf. Kala II Hari/tanggal

: Kamis, 05 April 2016

Pukul

: 02.00 WIB

1. Beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap. 2. Berikan dukungan kepada ibu dengan menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi dan memberi semangat pada ibu. 3. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dengan posisi litotomi, lateral, jongkok atau pun posisi setengah duduk. 4. Lakukan pemeriksaan DJJ, DJJ : 140 kali/menit. 5. Letakkan handuk bersih di perut ibu, jika kepala bayi sudah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 6. Anjurkan ibu untuk mengedan saat ada kontraksi. 7. Lahirkan kepala dengan cara meletakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat dan tangan yang satu lagi menahan perineum.

25

8. Periksa adanya lilitan tali pusat kemudian tangan biparietal pada kepala bayi dan melahirkan bahu bayi. 9. Keluarkan tubuh bayi dengan meletakkan satu tangan kebahu dan lengan bagian belakang sambil menyangga kepala bayi dan satu tangan lainnya ke punggung bayi. 10. Lakukan penilaian selintas pada bayi sambil meletakkan bayi di atas perut ibu. 11. Keringkan bayi dengan handuk bersih dan kering. 12. Lakukan pemeriksaan pada uterus untuk memastikan tidak ada bayi kedua. 13. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntikkan oksitosin, dan melakukan penyuntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas untuk merangsang kontraksi uterus dan juga mempercepat pelepasan plasenta. 14. Lakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cara: tangan kiri melindungi perut bayi, tangan kanan menjepit tali pusat dengan klem 2-3 cm dari dinding perut, menjepit tali pusat dengan klem ke dua dengan jarak 2 cm dari klem pertama, memegang tali pusat di antara klem, memotong tali pusat, mengikat tali pusat dengan benang dan melepaskan klem penjepit tali pusat. 15. Mengajarkan ibu untuk melakukan IMD dengan cara mengeringkan bayi seperlunya tanpa menghilangkan vernix, meletakkan bayi di atas dada ibu dalam posisi tengkurap, kulit bayi dan ibu harus bersentuhan tanpa ada yang membatasi, selimuti ibu dan bayi, biarkan bayi mencari sendiri puting susu ibunya dan membiarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai 1 jam.

26

Kala III Hari/tanggal

: Kamis, 05 April 2018

Pukul

: 02.15 WIB

1. Jelaskan pada ibu bahwa ia memasuki kala III persalinan 2. Lakukan manajemen aktif kala III 3. Lakukan manual plasenta 4. Observasi perdarahan Kala IV (kala pengawasan) Hari/tanggal

: Kamis, 05 April 2018

Pukul

: 02.45 WIB

1. Pemantauan kala IV 2. Evaluasi Keadaan umum ibu 3. Penuhi kebutuhan ibu 4. Observasi proses involusi VI. Implementasi/Pelaksanaan Kala I 1. Menginformasikan K/U ibu dan janin, yaitu: TD : 110/70, nadi : 79 kali/menit, pernafasan : 24 kali/menit, suhu tubuh : 36,5 pembukaan : 4 cm, ketuban : utuh dan DJJ : 140 kali/menit.

27

0

C dan

2. Membantu ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan dengan cara memberikan asuhan sayang ibu kala I persalinan, memberikan dukungan kepada ibu, menganjurkan ibu untuk mengubah posisi sesuai dengan keinginan ibu, menyarankan ibu untuk berjalan dan menganjurkan keluaraga yang menemani ibu untuk memijat atau menggosok punggungnya di antara kontraksi. 3. Menjaga hak privasi ibu dalam persalinan dengan cara memasangkan sampiran saat melakukan pemeriksaan. 4. Memenuhi kebutuha energi ibu dengan memberikan makanan dan minuman pada ibu saat tidak ada his. 5. Menganjurkan ibu berkemih sesering mungkin 6. Melakukan pemantauan sesuai partograf, yang dipantau yaitu: kontraksi, DJJ, penurunan kepala, pembukaan serviks dan tanda-tanda vital. Kala II 1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap. 2. Memberikan dukungan kepada ibu dengan menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi dan memberi semangat pada ibu. 3. Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dengan posisi litotomi, lateral, jongkok atau pun posisi setengah duduk. 4. Melakukan pemeriksaan DJJ, DJJ : 140 kali/menit. 5. Meletakkan handuk bersih di perut ibu, jika kepala bayi sudah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 6. Menganjurkan ibu untuk mengedan saat ada konraksi.

28

7. Melahirkan kepala dengan cara meletakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat dan tangan yang satu lagi menahan perineum. 8. Memeriksa adanya lilitan tali pusat kemudian tangan biparietal pada kepala bayi dan melahirkan bahu bayi. 9. Mengeluarkan tubuh bayi dengan meletakkan satu tangan kebahu dan lengan bagian belakang sambil menyangga kepala bayi dan satu tangan lainnya ke punggung bayi. 10. Melakukan penilaian selintas pada bayi sambil meletakkan bayi di atas perut ibu. 11. Mengeringkan bayi dengan handuk bersih dan kering. 12. Melakukan pemeriksaan pada uterus untuk memastikan tidak ada bayi kedua. 13. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntikkan oksitosin, dan melakukan penyuntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas untuk merangsang kontraksi uterus dan juga mempercepat pelepasan plasenta. 14. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cara: tangan kiri melindungi perut bayi, tangan kanan menjepit tali pusat dengan klem 2-3 cm dari dinding perut, menjepit tali pusat dengan klem ke dua dengan jarak 2 cm dari klem pertama, memegang tali pusat di antara klem, memotong tali pusat, mengikat tali pusat dengan benang dan melepaskan klem penjepit tali pusat. 15. Mengajarkan ibu untuk melakukan IMD dengan cara mengeringkan bayi seperlunya tanpa menghilangkan vernix, meletakkan bayi di atas dada ibu

29

dalam posisi tengkurap, kulit bayi dan ibu harus bersentuhan tanpa ada yang membatasi, selimuti ibu dan bayi, biarkan bayi mencari sendiri puting susu ibunya dan membiarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai 1 jam. Kala III 1. Menjelaskan pada ibu bahwa ia memasuki kala III persalinan dn menjelaskan pada ibu tindakan yang mungkin dilakukan. 2. Melakukan manajemen aktif kala III, meliputi pemotongan tali pusat dengan memperlihatkan teknik steril, pemberian suntikan oksitosin 10 unit dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, penegangan tali pusat terkendali, dengan cara memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva dan tangan kiri pada abdomen ibu tepat diatas simfisis pubis dan beri sedikit tekanan secara kranial, masase fundus uteri dengan lembut dan gerakan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri selama 15 detik, jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin yang ke 2 tunggu 30 menit, dan plasenta belum lahir dan ada tanda terjadi perdarahyan segera keluarkan plasenta. 3. Melakukan manual plasenta. Memasukkan 1 tangan kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagia bawah, menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah, menggerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan. Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk

30

memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus dan eluarkan plasenta 4. Mengobservasi perdarahan, kontraksi uterus, memeriksa plasenta yang sudah dikeluarkan, selaput dan kotiledonnya dan mengontrol luka yang terjadi

pada

vagina

dan

perineum,masase

fundus

15

detik,memaandikan/membersihkan ibu dan lakukan vulva hygiene setelah plasenta dilahirkan. Kala IV (kala pengawasan) 1. Memantau kondisi ibu saat ini 2. Melakukan rangsangan taktil pada fundus untuk merangsang kontraksi uterus 3. Memenuhi kebutuhan ibu berupa menganjurkan untuk menjaga personal hygienya, cara perawatan pada alat genitalianya dan memenuhi kebutuhan nutrisi agar kondisinya stabil dan menganjurkan ibu untuk segera memberikan ASI kepada bayinya. 4. Mengobservasi proses involusi (TFU, kontruksi uterus, nyeri tekan, perdarahan pervaginam) setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada 1 jam ke-2

31

VII. Evaluasi Kala I 1. Ibu sudah mengetahui tentang hasil pemeriksaan. 2. Ibu sudah tidak terlalu tampak gelisah, ibu sudah tidur miring kiri dan kanan, dan keluarga yang menemani ibu sudah memijat atau menggosok punggungnya di antara kontraksi. 3. Sampiran sudah terpasang 4. Kebutuhan energi ibu telah terpenuhi. 5. Ibu sudah dianjurkan berkemih sesering mungkin 6. Pemantauan menggunakan partograf sudah dilakukan. Kala II 1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui bahwa pembukaan sudah lengkap 2. Dukungan sudah diberikan kepada ibu. 3. Ibu sudah dibantu untuk memperoleh posisi yang nyaman dengan posisi litotomi, lateral, jongkok atau pun posisi setengah duduk. 4. Pemeriksaan DJJ sudah dilakukan, DJJ : 138 kali/menit. 5. Handuk sudah diletakkan di atas perut ibu. 6. Ibu sudah dianjurkan untuk mengedan saat ada konraksi. 7. Kepala bayi sudah dilahirkan 8. Tidak adanya lilitan tali pusat dan bahu bayi telah dilahirkan. 9. Tubuh bayi telah dikeluarkan 10. Penilaian selintas pada bayi sudah dilakukan 11. Bayi sudah dikeringkan.

32

12. Tidak ada bayi kedua. 13. Penyuntikan oksitosin sudah dilakukan. 14. Penjepitan dan pemotongan tali pusa sudah dilakukan. 15. IMD sudah dilakukan selama 1 jam. Kala III 1. Penjelasan pada ibu bahwa ia memasuki kala III persalinan sudah dilakukan. 2. Manajemen aktif kala III sudah dilakukan. 3. Manual plasenta sudah dilakukan. 4. Observasi perdarahan, kontraksi uterus, memeriksa plasenta yang sudah dikeluarkan, selaput dan kotiledonnya dan mengontrol luka yang terjadi pada

vagina

dan

perineum,

masase

fundus

15

detik,

memandikan/membersihkan ibu dan lakukan vulva hygiene setelah plasenta dilahirkan sudah dilakukan. Kala IV (kala pengawasan) 1. Kondisi ibu sudah dipantau. 2. Rangsangan taktil pada fundus untuk merangsang kontraksi uterus sudah dilakukan. 5. Kebutuhan ibu sudah terpenuhi. 6. Observasi proses involusi sudah dilakukan. Jam

Tekanan Waktu

ke 1.

Kandung Nadi

Suhu

TFU

Kontraksi

darah 02. 45

100/70

Perdarahan kemih

80

36,5

33

3 Jari bawah pusat

Baik

Kosong

20 cc

2.

03.00

100/70

76

3 Jari bawah pusat

Baik

Kosong

40 cc

03.15

100/70

76

3 Jari bawah pusat

Baik

Kosong

60 cc

03.30

100/70

76

2 Jari bawah pusat

Baik

Kosong

80cc

04.00

100/70

80

2 Jari bawah pusat

Baik

Kosong

100 cc

04.30

100/70

80

2 Jari bawah pusat

Baik

36

200 cc

C. Pendokumentasian Kebidanan (SOAP) Nama Ibu

: Ny. A

Nama Suami : Tn. A

Umur

: 31 tahun

Umur

: 39 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Cot Geulumpang, Peulimbang

Kala I pukul 00.35 WIB S: Ibu datang dengan keluhan nyeri perut menyelar ke pinggang dan simpisis O: K/U

: Baik

TD

: 110/70 mmHg

Pols

: 79x/menit

RR

: 24 x/menit

Temp

: 36,5 0C

Ketuban

: Utuh

TFU

: 31 cm

Djj

: 140 x/menit 34

100 cc

TBJ

: 3.100 gram

Pembukaan

: 4 cm

A: Ny. A inpartu kala I fase aktif P: 1. Menginformasikan K/U ibu dan janin, yaitu: TD : 110/70, nadi : 79 kali/menit, pernafasan : 24 kali/menit, suhu tubuh : 36,5

0

C dan

pembukaan : 4 cm, ketuban : utuh dan DJJ : 140 kali/menit. 2. Membantu ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan dengan cara memberikan asuhan sayang ibu kala I persalinan, memberikan dukungan kepada ibu, menganjurkan ibu untuk mengubah posisi sesuai dengan keinginan ibu, menyarankan ibu untuk berjalan dan menganjurkan keluaraga yang menemani ibu untuk memijat atau menggosok punggungnya di antara kontraksi. 3. Menjaga hak privasi ibu dalam persalinan dengan cara memasangkan sampiran saat melakukan pemeriksaan. 4. Memenuhi kebutuhan energi ibu dengan memberikan makanan dan minuman pada ibu saat tidak ada his. 5. Menganjurkan ibu berkemih sesering mungkin 6. Melakukan pemantauan sesuai partograf, yang dipantau yaitu: kontraksi, DJJ, penurunan kepala, pembukaan serviks dan tanda-tanda vital.

35

Kala II jam 02.00 wib S : Ibu mengatakan mules semakin meningkat dan ibu mengatakan ingin meneran seperti BAB O: K/U

: Baik

TD

: 110/70 mmHg

Pols

: 79x/menit

RR

: 24x/menit

Temp

: 36,5 0C

DJJ

:140 x/menit

VT

: pembukaan lengkap

Penurunan kepala : 0/5 Ketuban pecah jernih His : 5x dalam 10 menit durasi 45 detik A: Ny. A GI P0 A0 Inpartu kala II persalinan normal P: 1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap. 2. Memberikan dukungan kepada ibu dengan menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi dan memberi semangat pada ibu.

36

3. Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dengan posisi litotomi, lateral, jongkok atau pun posisi setengah duduk. 4. Melakukan pemeriksaan DJJ, DJJ : 140 kali/menit. 5. Meletakkan handuk bersih di perut ibu, jika kepala bayi sudah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 6. Menganjurkan ibu untuk mengedan saat ada konraksi. 7. Melahirkan kepala dengan cara meletakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat dan tangan yang satu lagi menahan perineum. 8. Memeriksa adanya lilitan tali pusat kemudian tangan biparietal pada kepala bayi dan melahirkan bahu bayi. 9. Mengeluarkan tubuh bayi dengan meletakkan satu tangan kebahu dan lengan bagian belakang sambil menyangga kepala bayi dan satu tangan lainnya ke punggung bayi. 10. Melakukan penilaian selintas pada bayi sambil meletakkan bayi di atas perut ibu. 11. Mengeringkan bayi dengan handuk bersih dan kering. 12. Melakukan pemeriksaan pada uterus untuk memastikan tidak ada bayi kedua. 13. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntikkan oksitosin, dan melakukan penyuntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas untuk merangsang kontraksi uterus dan juga mempercepat pelepasan plasenta. 14. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cara: tangan kiri melindungi perut bayi, tangan kanan menjepit tali pusat dengan klem 2-3

37

cm dari dinding perut, menjepit tali pusat dengan klem ke dua dengan jarak 2 cm dari klem pertama, memegang tali pusat di antara klem, memotong tali pusat, mengikat tali pusat dengan benang dan melepaskan klem penjepit tali pusat. 15. Mengajarkan ibu untuk melakukan IMD dengan cara mengeringkan bayi seperlunya tanpa menghilangkan vernix, meletakkan bayi di atas dada ibu dalam posisi tengkurap, kulit bayi dan ibu harus bersentuhan tanpa ada yang membatasi, selimuti ibu dan bayi, biarkan bayi mencari sendiri puting susu ibunya dan membiarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai 1 jam. Kala III pukul 02.15 WIB S : 1. Ibu mengatakan perutnya terasa mulas. 2. Ibu mengatakan merasa lega dan senang dengan kelahiran bayinya . O : Keadaan umum

: Baik

TD

: 110/70 mmHg

Nadi

: 79 x/menit

RR

: 24 x/menit

Suhu

: 36, 5 0C

- Palpasi pada daerah perut didapatkan uterus tidak teraba bulat dan keras kontraksi baik, TFU 1 jari diatas pusat . - Plasenta belum keluar setelah 15 menit oksitosin disuntikkan - Kandung kemih kosong A : Ny. A P1A0, partus kala III dengan retensio plasenta

38

P: 1. Menjelaskan pada ibu bahwa ia memasuki kala III persalinan dn menjelaskan pada ibu tindakan yang mungkin dilakukan. 2. Melakukan manajemen aktif kala III, meliputi pemotongan tali pusat dengan memperlihatkan teknik steril, pemberian suntikan oksitosin 10 unit dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, penegangan tali pusat terkendali, dengan cara memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva dan tangan kiri pada abdomen ibu tepat diatas simfisis pubis dan beri sedikit tekanan secara kranial, masase fundus uteri dengan lembut dan gerakan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri selama 15 detik, jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin yang ke 2 tunggu 30 menit, dan plasenta belum lahir dan ada tanda terjadi perdarahyan segera keluarkan plasenta. 3. Melakukan manual plasenta. Memasukkan 1 tangan kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagia bawah, menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah, menggerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan. Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus dan mengeluarkan plasenta 4. Mengobservasi perdarahan, kontraksi uterus, memeriksa plasenta yang sudah dikeluarkan, selaput dan kotiledonnya dan mengontrol luka yang terjadi

pada

vagina

dan 39

perineum,

masase

fundus

15

detik,memaandikan/membersihkan ibu dan lakukan vulva hygiene setelah plasenta dilahirkan. KALA IV Tanggal 05 April 2018

Pukul 02. 15 WIB

S : Ibu tampak tenang dan mengatakan lega karena bayi dan plasentanya telah lahir dan Ibu tampak lemah O : TD

: 110/70 mmHg

Pols

: 80x/menit

RR

: 20x/menit

Temp.

: 370C

- Keadaan umum baik, composmentis - Kontraksi uterus baik, TFU 1 jari dibawah pusat , jumlah perdarahan 100 cc. A : Ny. A P1 A0 inpartu kala IV P: 1. Memantau kondisi ibu saat ini 2. Melakukan rangsangan taktil pada fundus untuk merangsang kontraksi uterus 3. Memenuhi kebutuhan ibu berupa menganjurkan untuk menjaga personal hygienya, cara perawatan pada alat genitalianya dan memenuhi kebutuhan nutrisi agar kondisinya stabil dan menganjurkan ibu untuk segera memberikan ASI kepada bayinya. 4. Mengobservasi proses involusi (TFU, kontruksi uterus, nyeri tekan, perdarahan pervaginam) setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada 1 jam ke-2 40

Jam

Tekanan Waktu

ke 1.

2.

Kandung Nadi

Suhu

TFU

Kontraksi

darah

Perdarahan kemih

02. 45

100/70

80

03.00

100/70

03.15

36,5

3 Jari bawah pusat

Baik

Kosong

20 cc

76

3 Jari bawah pusat

Baik

Kosong

40 cc

100/70

76

3 Jari bawah pusat

Baik

Kosong

60 cc

03.30

100/70

76

2 Jari bawah pusat

Baik

Kosong

80cc

04.00

100/70

80

2 Jari bawah pusat

Baik

Kosong

100 cc

04.30

100/70

80

2 Jari bawah pusat

Baik

36

41

200 cc

100 cc

BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan persalinan dengan retensio plasenta pada Ny. A di BPM Hj. Rosdiana penulis tidak menemukan kesenjangan antara konsep teori dan kenyataan di lapangan. Pada saat pasien datang bidan langsung melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan sejauh mana pembukaan serviks. Saat pemeriksaan pembukaan serviks sudah 4 cm. Setelah itu bidan menyarankan ibu untuk tidak berjalan lagi dan sebaiknya ibu tidur dengan posisi miring kiri untuk mempercepat pembukaan serviks. Pada saat persalinan, bidan menyarankan agar suami dan anggota keluarga untuk menemani ibu pada saat meneran dan membantu ibu dalam memberi minum pada saat ibu kelelahan karena meneran. Setelah bayi lahir, plasenta tidak lahir mekipun sudah diberikan suntikan oksitosin yang kedua, sehingga bidan perlu melakukan tindakan plasenta manual.

42

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan persalinan normal pada Ny. A di BPM. Hj. Rosdiana tahun 2018, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Mampu mengumpulkan data ibu bersalin normal secara menyeluruh pada Ny. A di BPM Hj. Rosdiana 2. Mampu menginterpretasi data untuk mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial pada ibu bersalin normal pada Ny. A di BPM Hj. Rosdiana 3. Mampu

mengidentifikasi

diagnosa

atau

masalah

potensial

dan

mengantisipasi penanganannya pada ibu bersalin normal pada Ny. A di BPM Hj. Rosdiana 4. Mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan bersalin normal pada Ny. A di BPM Hj. Rosdiana 5. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan bersalin normal pada Ny. A di BPM Hj. Rosdiana 6. Mampu mengevaluasi setelah melakukan tindakan asuhan kebidanan bersalin normal pada Ny. A di BPM Hj. Rosdiana

43

B. Saran Setelah melakukan asuhan persalinan pada NY. A adapun saran yang ingin disampaikan oleh penulis yaitu:

1. Bagi ibu bersalin Diharapkan ibu bersalin dapat memahami peran dan fungsi bidan dalam memberikan pelayanannya dan meningkatkan pengetahuannya tentang seputar persalinan sehingga ibu dapat bersalin dengan baik dan dapat mencukupi kebutuhannya setelah melakukan persalinan. 2. Bagi lahan praktek Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan yang komprehensif untuk ibu bersalin supaya mengurangi angka kematian ibu dan bayi 3. Bagi institusi pendidikan Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan manfaat untuk institusi agar dapat meningkatkan kualitas mahasiswanya dalam menambah bahan bacaan agar dapat menjadi acuan bagi mahasiswa 4. Bagi penulis Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat meningatkan kualitas dan pengetahuan penulis khususnya keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan persalinan normal.

44

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, S., Sujiatini (2010) Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika. Kesmenkes. (2015) Angka kematian Ibu di Indonesia [internet]. Tersedia dalam http://www.depkes.go.id [Diakses tanggal 06 April 2018]. Nugroho, T. (2010) Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika. Prabowo, E. (2014)

retensio

plasenta

pdf

[internet]. Tersedia dalam

http://www.pdf4free.com [Diakses tanggal 06 April 2018]. Prawihardjo. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Rohani, dkk. (2011) Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika. Rukiah, dkk, (2010) Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta: Cv Trans Info Media. Sulaiman, S (2012) Obstetri Patologi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Univesitas Padjadjaran Bandung. Bandung: ELEMAN. Walyani, E.S dkk. (2015) Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustakabarupress. WHO (2014) AKI dan AKB menurut WHO tahun 2014 [Internet] Tersedia dalam : [Diakses 06 April 2018]

45

Related Documents

Retensio Plasenta.docx
April 2020 27
Retensio Plasenta.docx
October 2019 34
Retensio Plasenta.ppt
November 2019 27
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"