BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gugus
kendali
mutu,
merupakan
mekanisme
formal
dan
dilembagakan guna mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisipasi dan kretivitas di antara SDM sebagai karyawan/pegawai baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta. Kelompok kecil pegawai terlibat dalam suatu proses pengkajian bersama untuk menyikapinya, dan memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan. Setiap gugus juga bertindak sebagai mekanisme pemantau yang
membantu
organisasi
dalam
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya dan memantau kesempatan. Mekanisme tersebut meneliti lingkungan sekitarnya untuk melihat kesempatan,tidak menunggu bergerak kalau persoalan timbul, dan tidak menunggu bergerak kalau persoalan timbul,dan tidak menghentikan kegiatannya kalau persoalan telah ditemukan dan dipercahkan. Itu berarti bahwa, untuk kebaikan organisasi sebesar-besarnya, gugus kendali mutu harus bekerja terusmenerus dan tidak tergantung pada proses produksi. Upaya untuk meingkatkan mutu dan produktivitas serta kinerja suatu satuan kerja naik dunia usaha maupun birokrasi,perlu dilaksanakan terus menerus sedemikian sehingga dapat berfungsi dan mencapai tujuan secara optimal. Sejak dahulu,terutama di Eropa dan Amerika Serikat dikembangkan konsep manajemen dan organisasi yang bertujuan menungkatkan kinerja organisasi. Antara lain dapat dikemukakan adalah konsep Max Weber tentang birokrasi. Konsep Taylor tentang Manajemen Ilmiah,Fanyol dengan empat belas prinsip,serta konsep perilaku manusia yang mengutamakan motivasi dan pendekatan demokrasi. Konsep serta prinsip organisasi dan manajemen ini, telah mampu menungkatkan
1|Page
efisiensi dan organisasi baik pada perusahaan, pemerintah, dan organisasi sosial. Total Quality Control (pengendalian mutu terpadu) diprakrasai oleh Dr.J.M. Juran dan Dr.E.W. deming dan dikembangkan di Jepang oleh Kaora Ishitawa dengan menerapkan Quality Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu.
1.2 Tujuan 1) Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan GKM ( Gugus Kendali Mutu ) 2) Untuk mengetahui Langkah-langkah pengendalian GKM ( Gugus Kendali Mutu)
2|Page
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi GKM ( Gugus Kendali Mutu) Menurut (Kaoru Ishikawa, 1989) dalam bukunya “Gugus Kendali Mutu Dalam Realita”, Gugus Kendali Mutu adalah : “ Sekelompok kecil orang yang secara sukarela (JISHUTEKI = tidak terikat, atas inisiatif sendiri, secara otonom dan seterusnya) menyelenggarakan kegiatan kendali mutu di dalam suatu lingkungan kerja”. (‘Kaoru Ishikawa, 1989 )’, 1989)
Menurut (Dewar, 1980) Gugus Kendali Mutu didefinisikan sebagai : “Sekelompok orang yang secara sukarela bertemu secara teratur untuk mengidentifikasikan, mengawasi dan memecahkan masalah pengendalian kualitas atas maslah lainnya di bidang mereka”.
Menurut (Wahyudi, Suryohadi, dan Sudarsa ,1984) dalam bukunya “Manajemen Quality Control Circle” telah merumuskan bahwa Gugus Kendali Mutu adalah : “ Sekelompok karyawan yang berjumlah antara 5 sampai 10 orang dari bidang tugas yang sama atau kurang lebih sama, di mana mereka mengadakan pertemuan secara berkala, dalam waktu tertentu untuk mengenal bidang masalah yang ada dalam bidang tugas mereka, mempelajari dan menganalisis masalah tersebut untuk menemukan faktorfaktor penyebabnya yang dominan, mencari alternatif atau pemilihan pemecahan masalah tersebut, mengajukan usulan pemecahan masalah kepada atasannya untuk hal-hal yang berada di luar wewenangnya”.
2.2 Struktur Organisasi Gugus Kendali Mutu (GKM)
3|Page
Di bawah ini adalah gambar yang menjelaskan hierarki dari kepengurusan sebuah penerapan aktivitas Gugus Kendali Mutu di dalam sebuah perusahaan.
1) Badan Pengarah (Steering Committee) Adalah sekelompok pejabat yang mengarahkan kegiatan-kegiatan GKM di dalam organisasi. Komite biasanya bersifat multidisiplin yang terdiri dari orang-orang yang diambil dari para pekerja atau pejabat yang berasal dari fungsi-fungsi produksi, personil, pengendalian kualitas, pelatihan, pemasaran, teknik, keuangan, dan serikat kerja. Beberapa tolak ukur ukur dari masalah yang ingin dicapai meliputi : ‰
Mengurangi error dan meningkatkan kulaitas.
Kerja tim yang lebih efektif.
Keterlibatan kerja yang lebih besar.
Motivasi kerja yang lebih tinggi.
Waktu naiknya sikap untuk mencegah timbulnya masalah.
Pada fase pertama, komite ini bekerja sama dengan Facillitator memilih leader (pemimpin) untuk program percontohan (yang 4|Page
biasanya terdiri dari dua atau tiga wilayah kerja yang dipilih sebagai Pilot Area untuk program GKM). Walaupun komite bertanggung jawab atas pemilihan para pemimpin ini, di dalam prakteknya supervisor biasanya dipilih oleh para manajer dari departemen atau dari bagian-bagian yang akan mengoperasikan program GKM, yang kemudian para pemimpin GKMyang terpilih ini disetujui oleh komite. Menurut (Ingle, Sud, 1989) komite yang ada terbagi dua yaitu : a.
Executif Committee (EC) Secara aktualnya adalah manajemen puncak dari perusahaan yang menentukan dan menyetujui kebijakan tentang GKM dan
program-program
GKM.
EC
juga
menyetujui
dimulainya program dan pedoman dasar GKM dapat dilaksanakan
dalam
kebijakan-kebijakan
administrasi
perusahaan. Selain itu, pihak EC juga melakukan fungsifungsi sebagai berikut :
Sesering
mungkin
mengikuti
atau
menghadiri
pertemuan-pertemuan GKM.
Memahami prinsip-prinsip dan teknik-teknik dari GKM.
Memberi nasihat untuk mengatasi masalah-masalah dari waktu ke waktu.
Mempromosikan program GKM kepada manajemen puncak dan menengah.
Mempromosikan maslabat (Benefits) dan keunggulan dari GKM.
b. Operating Committee (OC) Steering Committee yang sebenarnya adalah Operating Committee. OC ini pada dasarnya GKM informal (tidak baku) yang mengamati bahwasannya program GKM yang 5|Page
sedang berjalan untuk memastikan bahwa program GKM diterapkan dengan benar dan tepat serta memajukan kegiatan-kegiatan GKM. Jika perusahaan berbentuk divisidivisi yang masing-masing menghasilkan jenis produk yang berbeda
atau yang menggunakan beberapa pabrik yang
berbeda, maka setiap pabrik atau divisi harus memiliki OC sendiri-sendiri, dan setiap OC saling bekerja sama di antara mereka
sehingga
dapat
tercipta
keharmonisan
dan
kebersamaan. Beberapa fungsi dari OC adalah sebagai berikut : ™
OC bertanggung jawab untuk merumuskan sasaransasaran bagi pabrik, dan menjaga agar semua gugus dapat efektif meraih sasaran-sasaran dan target.
OC senantiasa berhubungan dengan faslilitator, karenanya pintu OC harus selalu terbuka, sehingga komunikasi lancar dan mengurangi kesenjangan.
Menyelenggarakan
pertemuan-pertemuan
dan
meninjau ulang kemajuankemajuan secara terus menerus.
OC mempromosikan GKM ke seluruh organisasi.
Menjaga agar program GKM senantiasa menarik dan menyenangkan bagi para anggota. Dengan demikian para pekerja dapat melakukan komunikasi dan mengamati
bagaimana
manajemen
beroperasi,
membantu pembuatan keputusan dan juga proses pemecahan di dalam organisasi.
Mengkaji program pelatihan dan materi pelatihan yang merupakan bagian dari program GKM yang sangat Vital. Oleh karena itu, materi pelatihan harus disiapkan dengan baik, dan harus ditambahkan materi
6|Page
pelatihan
yang
baru
untuk
mempertinggi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap para anggota GKM, serta siap menghadapi perubahan.
Menindaklanjuti proyek-proyek yang telah selesai, selanjutnya membawa ke manajemen puncak dan memberikan laporan tentang hasil proyek yang telah selesai untuk mendapatkan dukungan selanjutnya dari pihak perusahaan.
2) Pemimpin/Ketua Gugus Kendali Mutu (Quality Circle Leader) Idealnya, pemimpin GKM dipilih dari anggota, namun pada awalawal program GKM, yang menjadi pemimpin adalah Supervisor atau Mandor. Sedangkan dalam perkembangannya pemimpin GKM, dipilih oleh para anggota kelompok sedangkan mandor yang tidak terpilih, bisa menjadi anggota kelompok, atau pembantu bagi kelompok. Yang penting sang mandor harus mendapatkan informasi tentang kelompok. Jadi GKM tetap mempertahankan struktur keorganisasian, rantai komando dan wewenang yang ada. Pemimpin GKM ini bertanggung jawab pada operasi dari gugusnya, dan karenannya bertanggung jawab atas kegiatankegiatan GKM. Beberapa tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin GKM adalah sebagai berikut :
Membangkitkan antusiasme dari para anggota gugus untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan gugus. Partisipasi para anggota ini adalah jantung dari konsep GKM.
Menjaga operasi GKM, karenanya pemimpin gugus harus dilatih mengenai memelihara beraneka ragam, sehingga ia tetap mempunyai pandangan bahwasannya anggota gugus adalah orang-orang yang mempunyai ideide. Dan jika gugus yang dipimpinnya tidak memperoleh kemajuan,
7|Page
maka
pemimpin
gugus
harus
mendiskusikannya
dengan
fasilitator
dan
mini
koordinator untuk mencari langkah-langkah korektif yang harus di ambil.
Menyelenggarakan pertemuan dengan para anggota gugus seminggu sekali. Pemimpin gugus harus tetap menjaga agar pertemuan berada pada jalur yang benar dan menerapkan teknik-teknik dari penerapan GKM di dalam mengembangkan pendekatan tim yang padu untuk memecahkan masalahmasalah mengenai kulaitas.
Menggunakan fasilitator sebagai pembimbing yang selain bebperan sebagai pelatih juga berperan sebagai pembimbing para pimpinan dalam operasi GKM di lapangan.
Menjadikan dirinya sebagai penghubung kunci di antara para anggota dengan manajemen. Pada tingkat rendah pemimpin GKM harus bekerja sama dengan para mandor dari kelompoknya.
Menciptakan koordinasi dan harmoni di dalam gugus yang ia pimpin.
Memanfaatkan waktu dengan baik. Seorang pemimpin GKM harus menganggarkan waktu pelaksanaan program GKM sebaik mungkin. Ia harus menyelenggarakan pertemuan yang diawali dan diakhiri pada sat yang tepat.
Menegaskan GKM dimulai, pemimpin gugus harus mendiskusikan kode etik dengan para anggotannya.
Memelihara sikap yang baik atas gugus. Jika antusiasme dari anggota mulai melemah karena kurangnya ide-ide baru, maka lewat Brainstorming dilakukan upaya untuk mencari ide-ide dan usulan baru dari para anggota. Semua usulan yang ada harus diperhatikan dan
8|Page
didaftarkan untuk pertemuan mendatang, disamping tindakan-tindakan yang akan dibicarakan pada pertemuan berikutnya.
Mewakili
gugusnya
bahkan
perusahaannya
untuk
mempromosikan program GKM. Para pemimpin yang telah
mempunyai
pengetahuan,
pemahaman
dan
keterampilan yang memadai dapat diikiutsertakan untuk melakukan pelatihanpelatihan di dalam gugusnya, di pabrik atau divisi yang lain untuk tujuan meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya GKM. Dengan melihat tugas-tugas yang perlu diemban pemimpin GKM, terlihat jelas bahwasannya progaram GKM memerlukan kerja keras dan kerjasama dari banyak orang. Pemimpin gugus harus senantiasa memberikan dorongan bagi kelompoknya dari waktu ke waktu. Bahkan pada awalnya, proyek ini akan menghadapi tantangan yang sangat besar yang membutuhkan kesediaan dan pemahaman yang besar dari pimpinan. Dan jika anggota kelompok telah melihat manfaat dari kelompok maka pekerjaan pemimpin gugus akan lebih mudah. 3) Anggota Gugus Kendali Mutu (Quality Circle Member) Anggota gugus adalah yang paling penting, tanpa mereka tidak ada program gugus dan tidak ada GKM. Di mana penggunaan kekeuatan otak milik mereka yang sebelumnya belum ditampung dengan benar, adalah kunci mencapai sukses. Keanggotaan gugus harus dijaga tetap bersifat sukarela dari setiap orang dan yang ingin bergabung harus diterima dengan baik, demikian juga mereka bebas menanggalkan keanggotaannya. Para anggota GKM dapat berasal dari semua bagian karyawan atau masyarakat serta harus mendapat pelatihan yang memadai, sehingga mereka memahami konsep-konsep dasar dan menjadi
9|Page
akrab dengan teknik-teknik dari GKM. Karenanya pelatihan harus direncanakan dan dikelola dengan baik. Secara umum anggota gugus melakukan hal-hal berikut ini :
Menyalin semua pertemuan yang melibatkan dirinya dan hadir tepat waktu.
Mempelajari teknik-teknik GKM (terutama teknik-teknik statistik).
Mengikuti dan melakukan kode etik gugus bagi para anggota.
Setelah anggota menguasai dan berhasil menerapkan program GKM, anggota GKM dapat ikut serta mempromosikan program GKM.
Para anggota GKM perlu menyukai pekerjaannya dan senang untuk berperan serta untuk pemecahan masalah.
Ikut serta mencari anggota baru bagi gugus yang ia ikuti.
4) Fasilitator Di Amerika Serikat, fasilitator atau koordinator adalah seseorang yang paling berjasa membuat program GKM dapat diterapkan. Sedangkan aslinya di Jepang, fasilitator dibentuk sebagai posisi yang terpisah-pisah, namun ada juga yang memanfaatkan bagian industrial untuk memikul beraneka ragam tanggung jawab. Sedangkan untuk negara-negara yang baru menerapkan program GKM, sebaiknya ada orang yang selalu diserahi tanggung jawab untuk mengkoordinasikan program. Dan setelah keputusan program GKM dibuat, maka perusahaan harus mencari fasilitator, sehingga ia dapat menangani program dan mulai penearpan rencana. Seorang fasilitator harus mempunyai latar belakang yang baik, sebaiknya
lulusan
perguruan
tinggi.
Faslitator
sebaiknya
mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang manufaktur untuk industri yang berkaitan. Kewajiban-kewajiban dari seorang faslitator dapat ditinjau dari dua segi, segi yang pertama berkenaan 10 | P a g e
dengan tugas-tugas yang harus ditangani seorang faslilitator, dan segi yang ke dua berkaitan dengan kewajiban faslitator untuk menangani program GKM (Kemenperin, 2007). Dari segi tugas-tugas khas seorang faslitator, dapat disebutkan kewajibankewajiban faslitator adalah sebagai berikut : Duduk sebagai anggota yang aktif dari Operating (Steering) Committee. Bertindak sebagai koordinator program GKM. Mengkoordinir beberapa gugus. Mengatur pertemuan-pertemuan di dalam gugus. Memecahkan masalah-masalah pribadi. Sehari-hari bekerja di pabrik (bengkel). Mencari ide-ide baru. Mempublikasikan program GKM yang ia tangani. Menyebarkan kata-kata pujian tentang GKM. Menyiapkan presentasi dari gugus. Menyiapkan materi pelatihan yang baru. Menindaklanjuti proyek-proyek yang telah selesai. Menghadiri konferensi-konferensi. Membaca materi dari luar untuk memprluas wawasan. Mengoordinasikan pertemuan informal.
Sedangkan dari segi pegelolaan program GKM kewajibankewajiban dari faslitator dapat diuraikan sebagai berikut : Menunjang kegiatan beberapa gugus di berbagai tahapan pertumbuhannya. Mengawasi kemajuan dari gugus yang mereka tangani. Membantu menyiapkan presentasi dihadapan manajemen. Menindaklanjuti jika proyek telah dimulai.
11 | P a g e
Melatih.
2.3 Langkah-langkah Pelaksanaan GKM a. Konsolidasi 1. Diadakan diskusi atau dialog bagi pemimpin perusahaan supaya benar-benar memahami makna dan kepentingan. gugus dalam meningkatkan mutu. 2. Pimpinan
harus
merekomendasi
untuk
mengadakan
aktifitas
GugusKendali Mutu dalam perusahaan. 3. Mengangkat kepala dan anggota komite gugus. 4. Mengadakan pelatihan dan pendidikan GKM bagi anggota komite gugus. 5. Mengadakan pelatihan dan pendidikan GKM bagi calon pimpinan gugus.
b. Sosialisasi 1. Pendaftaran gugus dan pengangkatan pimpinan gugus. 2. Pelatihan GKM bagi pimpinan dan anggota gugus. 3. Pendafaran nama masing-masing gugus dan menentukan rencana kegiatannya. c. Operasional 1. Melaksanakan pertemuan semacam kick off meeting 2. Pelaksanaan aktifitas gugus melalui pekerjaan keseharian.
d. Publikasi 1. Menerbitkan majalah/ terbitan berkala yang isinya melaporkan aktifitas dan hasilyang dicapai gugus. 2. Membantu segala aktifitas gugus dan peningkatan ketrampilan dan tehnik gugusdalam memperbaiki mutu 3. Mengadakan evaluasi rutin untuk mengetahui perkembangan gugus.
12 | P a g e
2.4 Langkah Pengendalian Mutu Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu, GKM memutar roda Deming (PDCA) dan melakukan 8 langkah dan 7 alat secara berkesinambungan yaitu : a. Delapan Langkah Delapan Langkah yang digunakan meliputi : P berarti “Planning” (perencanaan) meliputi 4 langkah yaitu : 1. Menentukan pokok masalah 2. Membahas penyebab 3. Menguji Penyebab 4. Menyusun rencana penanggulangan D berarti “Do” (pelaksanaan) meliputi 1 langkah yaitu : 1. Pelaksanaan penanggulangan C berarti “Check” (meneliti hasil) meliputi 1 langkah yaitu : 1. Meneliti hasil A berarti “Action” (tindakan) meliputi 2 langkah yaitu : 1. Standarisasi 2. Langkah berikutnya
b. Tujuh Alat Tujuh alat yang digunakan meliputi : 1. Check Sheet aatau Lembar Pengumpul Data Check Sheet adalah merupakan alat yang mutlak diperlukan bagi mereka yang melaksanakan penelitian dan pengendalian kualitas atau kuantitas barang ataupun jasa. Karena dari data yang didapat /dikumpulkan dapat mengambil suatu gambaran, kesimpulan ataupun keputusan yang akurat. Tanpa mempunyai data membuat pengambilan kesimpulan/keputusan ataupun rencana tindakan hanya
13 | P a g e
berdasarkan kira-kira saja, sehingga bukan suatu yang mustahil akhirnya kesimpulan/keputusan akan jauh dari yang diharapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Check Sheet, antara lain :
Sasarannya harus jelas
Keterangan yang diperlukan memenuhi sasaran
Dapat diisi dengan mudah dan cepat
Dapat disimpulkan dengan cepat
Secara umum Check Sheet dibagi dalam 3 jenis dengan fungsinya masing-masing : a. Check Sheet Suatu lembaran yang berisi bahan-bahan keterangan yang
telah
ditentukan
sasaran/keperluannya
dengan
kolom
jumlah/ukuran barang atau kegiatan yang diperiksa dengan penentuan waktu yang teratur ataupun bebas. Fungsi Check Sheet :
untuk menghitung jumlah produksi/jasa yang dihasilkan
untuk menghitung kerusakan/kesalahan produk yang dibuat
untuk mengukur bentuk (panjang/volume hasil produksi)
untuk mengukur keadaan/kondisi alat/hasil produksi
untuk mengukur waktu proses pekerjaan
b. Check List Suatu lembaran yang berisi bahan-bahan keterangan yang
telah
ditentukan
sasaran/keperluannya,
kegiatan
yang
dicocokkan keberadaanya/jumlahnya dengan penentuan waktu yang tertentu Fungsi Check List
14 | P a g e
Untuk mencocokkan ukuran hasil produksi dengan standar
Untuk mencocokkan jumlah pengiriman dengan pesanan
Untuk
mencocokkan
barang
dengan
jumlah
yang
dibawa/dikirim
Untuk mengontrol jenis barang yang dibeli
c. Check drawing Suatu lembaran yang berisi gambar barang yang telah ditentukan untuk diperiksa keadaannya dan setiap barang menggunakan lembar yang berbeda. Fungsi Drawing :
Untuk menunjukkan posisi/lokasi kerusakan
Untuk mencocokkan posisi pemasangan bagian barang produksi
Untuk
pengontrolan
lokasi
masalah
yang
akan/telah
diselesaikan 2. Diagram Pareto Diagram Pareto adalah kombinasi dua macam bentuk grafik yaitu grafik kolom dan grafik garis, berguna untuk :
menunjukkan masalah utama/pokok masalah
menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan
menunjukkan perbadingan masalah sebelum dan sesudah perbaikan
3. Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram) Disebut juga “ Grafik Tulang Ikan”, yaitu diagram yang menunjukkan sebab akibat yang berguna untuk mencari atau menganalisa sebab-sebab timbulnya masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya. Penggunaan Analisis Sebab Akibat :
15 | P a g e
Untuk mengenal penyebab yang penting
Untuk memahami semua akibat dan penyebab
Untuk membandingkan prosedur kerja
Untuk menemukan pemecahan yang tepat
Untuk memecahkan hal apa yang harus diilakukan
Untuk mengembangakan proses
4. Histogram Histogram adalah bentuk dari grafik kolom yang memperlihatkan distribusi yang diperoleh bila mana dat dalam bentuk angka telah terkumpul. Meskipun suatu histogram dibuat berdasarkan contoh data, namun tujuannya adalah untuk memberikan saran mengenai kemungkinan distribusi keseluruhan data (populasi) yang contoh datanya
diambil.
Dalam
Histogram,
nilai
dari
peubah
berkesinambungan digambarkan pada sumbu horizontal yang dibagi dalam kelas atau sel yang mempunyai ukuran sama. Biasanya ada satu kolom untuk tiap kelas dan tingginya kolom menggambarkan jumlah terjadinya nilai data dalam jarak yang digambarkan oleh kelas. Histogram ini dipakai untuk menentukan masalah dengan melihat bentuk dan sifat dispersi dan nilai rata-rata. 5. Diagram Tebar ( Scatter Diagram) Diagram Tebar (Scatter Diagram) Menggambarkan hubungan antara dua data yang dipetakan dalam suatu diagram. Diagram tebar digunakan sebagai alat penguji hubungan antara sebab dan akibat. 6. Grafik Grafik adalah kumpulan data yang dinyatakan dalam bentuk gambar secara sistematis Gunanya grafik :
Mempermudah, memperjelas serta mempercepat pembacaan data
Dapat memaparkan data yang lalu dan data yang baru sekaligus
Dapat melihat dengan jelas perbadingan dengan data lain yang berhubungan
16 | P a g e
Untuk
membantu/mempermudah
manganalisa
dalam
pengambilan keputusan Berbagai jenis grafik digunakan, yang pemakaiannya tergantung pada tujuan analisis. Jenis-jenis grafik adalah :
17 | P a g e
Grafik Garis (Line Graph)
Grafik Kolom/Balok (Bar Graph)
Grafik Lingkaran (Circle Graph)
BAB III PENUTUP
18 | P a g e
BAB IV DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.uinsby.ac.id/23174/1/Ayu%20Permatasari_B74214019.pdf http://tugaskuliah0601.blogspot.com/2016/10/gugus-kendali-mutu.html ‘Kaoru Ishikawa, 1989 )’ (1989), pp. 5–67. Kemenperin (2007) ‘Gugus Kendali Mutu (GKM)’, pp. 1–75.
19 | P a g e