1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum dan pembelajaran adalah dua hal yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum harus diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran di dalam atau di luar ruangan. Pembelajaran tanpa kurikulum sama saja dengan berlayar tanpa arah dan tujuan, maka pembelajaran harus diiringi dengan kurikulum yang jelas sebagai acuan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif. Pengertian kurikulum menurut Daniel Tanner dan Laurel Tanner, kurikulum adalah pengalaman pembelajaran yang terarah dan terencana secara terstruktur dan tersusun, melalui proes rekontruksi pengetahuan dan pengalaman secara sistematis yang berada dibawah pengawasan lembaga pendidikan sehingga pelajar memiliki motivasi dan minat belajar. Hal ini sejalan dengan pengertian kurikulum menurut Neagley dan Evans (1967) bahwa kurikulum adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah untuk menolong para siwa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.1 Pengertian kurikulum diatas menunjukan betapa pentingnya kurikulum dalam pendidikan, dengan adanya kurikulum sebagai rancangan pendidikan, maka kurikulum memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan, maka diperlukan landasan (fondasi) yang kokoh dan kuat. Dapat dibayangakan apabila sebuah gedung akan dibangun dalam sebidang tanah yang luas maka diperlukan dasar yang kuat agar gedung tersebut dapat berdiri dengan kokoh dan apabila ada guncangan tidak akan mudah dirobohkan. Bila sebuah gedung roboh karena tidak memiliki dasar atau landasan yang kuat maka gedung tersebut akan roboh dengan kerusakan yang besar, begitupun sebaliknya apabila gedung tersebut memiliki landasan yang kuat maka kerugian yang diterima tidak akan terlalu besar. 1
Sarinah, 2015. Pengantar kurikulum hal 12
1
2
Gedung merupakan bangunan yang tidak hidup tetapi harus memiliki landasan yang kuat, apalagi kurikulum, kurikulum merupakan acuan untuk mendidik peserta didik yang hakikatnya adalah manusia, maka diperlukan landasan yang kuat pula untuk membangun peserta didik. Dengan demikian dalam mengembangkan kurikulum terlebih dahulu harus dikaji dan dianalisis secara selektif, akurat mendalam dan menyeluruh landasan apa saja yang menjadi dasar atau pijakan dalam merancang, membuat, mengembangkan, dan mengaplikasikan kurikulum. Dengan memperhatikan landasan yang kokoh maka kurikulum yang dihasilkan akan kuat seperti halnya sebuah gedung. Penggunaan landasan yang kokoh dan kuat dalam mengembangkan kurikulum tidak hanya diperlukan oleh para penyusun kurikulum akan tetapi harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pengembang kurikulum ditingkat satuan pendidikan yaitu kepala sekolah, guru, pengawas pendidikan (suvervisor) dewan sekolah dan pihak-pihak lain yang terkait. Landasan yang dipilih untuk dijadikan dasar dari kurikulum harus sesuai dengan pandangan hidup, kultur, kebijakan politik yang dianut oleh negara dan harus sesuai dengan keadaan bangsa dan negara tersebut. secara umum kurikulum dibangun oleh empat landasan yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping ke empat landasan tersebut landasan psikologis merupakan landasan yang penting untuk pengembangan kurikulum. Landasan psikologis merupakan kajian penulis yang bertujuan untuk mempelajari manusia sebagai subjek dari pendidikan. Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang selalu melihat, bertanya, berpikir dan mempelajari segala sesuatu yang ada dalam kehidupannya. Oleh karena itu diperlukan pembahasan mengenai landasan pikologis untuk pengembangan kurikulum, dengan demikian penulis membahas mengenai tema landasan psikologis dengan mengangkat judul “Landasan Psikologis Dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran”.
3
B. Rumusan Masalah Setelah dikemukakan mengenai latar belakang pembahasan landasan psikologis, maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagi berikut. 1. Bagaimana konsep psikologi dalam rangka pengembangan kurikulum dan pembelajaran? 2. Bagaimana perkembangan peserta didik dalam rangka pengembangan kurikulum dan pembelajaran? 3. Bagaimana
hubungan
landasan
psikologis
dengan
kurikulum
pembelajaran? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui konsep psikologi dalam rangka pengembangan kurikulum dan pembelajaran 2. Untuk
mengetahui
perkembangan
peserta
didik
dalam
rangka
pengembangan kurikulum dan pembelajaran 3. Untuk mengetahui hubungan landasan psikologis dengan kurikulum pembelajaran
4
BAB II PEMBAHASAN A. Konsep landasan psikologi dalam rangka pengembangan kurikulum dan pembelajaran Kurikulum merupakan pedoman bagi pendidik dalam mengetahui, memahami, dan mengatur peserta didik sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan. Secara psikologis, peserta didik memiliki perbedaan baik dalam hal minat, bakat, maupun potensinya yang menjadikan mereka unik. Dengan alasan itulah kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologis dari peserta didik. 1. Definisi Psikologi, Definisi Pembelajaran, Definisi Psikologi Pendidikan a. Definisi psikologi Secara etimologi Psikologi berasal dari bahasa greek (Yunani) yaitu pscyce yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu jadi psikologi berarti ilmu jiwa. Selain berasal dari bahasa Yunani psikologi juga berasal dari bahasa Ingris yaitu psychology. Psikologi awalnya digunakan para ilmuan dan filosof untuk memahami akal pikiran dan tingkah laku makhluk hidup yang primitif sampai dengan yang modern. Pada awalnya psikologi mengidentifikasi kehidupan organisme baik hewan ataupun manusia. Namun secara lebih spesifik psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hal ini psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami prilaku manusia, alasan dan cara melakukan sesuatu dan juga memahami cara makhluk terus berpikir dan berperasaan (Gleitman 1986). Bruno membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme. Selanjutnya
4
5
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada prilaku; ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa. Definisi-definisi diatas sangat jelas terdapat persamaanpersamaan disamping perbedaan pandangan para ahli. Sehingga dapat ditarik simpulan, bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang membahas tingkah laku manusia, baik yan normal maupun yang abnormal dalam hubungannya dengan lingkungan. b. Definisi pembelajaran Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, pembelajaran diberikan pendidik kepada peserta didik agar terjadi transfer of knowladge, sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan, serta dapat membentuk sifat dan kepercayaan kepada mereka. Dengan kata lain, pembelajaran adalah pembentukan peserta didik dengan proses belajar dengan baik. Pembelajaran mempunyai definisi yang berbeda tergantung dari sudut pandang orang. Proses pembelajaran adalah usaha untuk membuat siwa belajar sehingga akan terjadi perubahan tingkah laku pada siswa. Perubahan tingkah laku dapat terjadi, karena adanya interaksi antar siswa dengan lingkungannya. Selanjutnya, Gagne (1998) menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku diakibatkan adanya dua faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam yang mempengaruhi belajar siswa adalah keadaan jasmani dan rohani siswa. Faktor dari luar yang mempengarui belajar siswa adalah faktor lingkungan sosial dan nonsosial, faktor sosial seperti guru dan teman-teman sekolah, faktor nonsosial seperti gedung sekolah, lingkungan keluarga, cuaca dan waktu yang digunakan. Sementara itu Chauhan mengatakan bahwa pembelajaran adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan
6
dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Lebih lanjut belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa untuk memperoleh perubahan tingkah laku dari hasil mengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (mayer 2008). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan pengalaman dan latihan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. c.
Definisi Psikologi Pendidikan Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi, bukan psikologi itu sendiri. Hal ini karena psikologi pendidikan tidak memiliki teori, konsep dan metode sendiri. Seorang ahli yang menganggap pendidikan subdisiplin psikologi terapan (applicable) adalah Arthur S. Reber (1988) seorang guru besar psikologi di University of New York City, University of British Columbia Canada, dan juga pada University of Innsbruck Austria. Dalam pandangannya psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi, yang berkaitan dengan teori dan masalah pendidikan yang berguna dalam penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaharuan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat serta kemampuan, sosialisasi proses-proses dan interaksi prosesproses
tersebut
dengan
pendayagunaan
ranah
kognitif
dan
penyenggaraan pendidikan keguruan. Lebih
sederhananya
Barlow
mendefinisikan
psikologi
pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif. Tekanan definisi ini berkisar sekitar proses antar guru siswa dalam kelas. Pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas dapat ditarik simpulan bahwa psikologi pendidikan adalah subdisiplin ilmu
7
psikologi yang berkaitan dengan pengetahuan berdasarkan riset dalam proses belajatr mengajar sehingga terjadi interaksi antara siswa dan guru dalam kelas. 2. Landasan psikologis Landasan psikologis merupakan dasar-daar pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudut karakteristik dan perilaku manusia khususnya manusia sebagai individu. Dasar-dasar pemahaman dan pengkajian tersebut diambil dari suatu cabang ilmu yang disebut psikologi. Secara garis besar manusia terdiri atas aspek jasmani dan rohani atau aspek fisik dan psikis. Walaupun dapat disebutkan secara terpisah, tetpi dalam kenyataannya kedua aspek itu tidak dapat dipisahkan, keduanya merupakan satu kesatuan yaitu kesartuan jasmani-rohani atau kesatuan psiko-fisik. Memang perkataan individu berasal dari bahasa Yunani “in dividuum” yang berarti sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Individu memiliki ciri yang esensial yaitu bahwa dia selalu berperilaku atau melakukan kegiatan ndividu adalah individu selama dia masih melakukan kegiatan atau berperilaku, apabila tidak melakukan itu maka ia bukan individu tetapi mayat. Perilaku atau kegiatan adalah segala manivestasi hayati atau manivestasi hidup individu, yaitu semua ciri-ciri yang menyatakan bahwa individu manusia itu hidup. Perilaku ini bukan hanya mencakup hal yang diamati tetapi mencakup hal yang tersembunyi. Contoh perilaku yang tidak
dapat
diamati
seperti
berfikir,
mengingat,
menghayal,
membayangkan dan lain-lain. sedangkan perilaku yang dapat diamati seperti berjalan, berlari, menulis, mencangkul, tertawa dan lain-lain. Dalam lingkupnya perilaku atau kegiatan individu juga mencakup aspek kognitif, pemikiran atau penggunaan rasio; aspek afektif seperti perasaan, keinginan, kemauan, sikap dan nilai; dan aspek psikomotor yang menyangkut berbagai segi keterampilan. Jadi perilaku atau kegiatan individu mencakup segala pernyataan, atau aktivitas hidup baik yang
8
disadari atau tidak, terlihat atau tidak terlihat, aspek kognitif, afektif an psikomotor. 3. Landasan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum Kurikulum merupakan tuntunan bagi guru dalam mengantar anak didik sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan. a. Psikologi Perkembangan Anak Sebagai seorang pendidik, guru penting memehami tentang masa perkembangan anak, hal ini disebabkan: pertama setiap anak didik memiliki tahapan atau masa perkembangan tertentu. Kedua, anak didik yang sedang berada pada masa perkembangan merupakan periode yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan mereka,
ketiga,
pemahaman
akan
perkembangan
anak
akan
memudahkan dalam melakanakan tugas-tugas pendidikan, baik yang menyangkut proses pemberian bantuan, memecahkan masalah yang dihadapi maupun dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan. Menurut
Piaget perkembangan intelektual (kognitif) setiap
individu berlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu. Tahapantahapan perkembang kognitif terdiri dari empat fase yaitu: 1) Sensorimotor (0-2 tahun) Fase sensorimotor berlangsung sejak anak lahir sampai usia 2 tahun. Kemampuan kognitifnya sangat terbatas, intelejensi sensoromotor juga dinamakan intelejensi praktis. Kemampuan anak berbahasa pada masa ini belum muncul interaksi dengan lingkungan dilakukan memalui gerakan-gerakan, menyentuh, bergerak, dan sebagainya. Sesuai dengan perkembangannya, anak akan menghadapi tantangan-tantangan untuk mengambil atau menerima informasiinformasi dari luar, kemudian dia menyusun informasi tersebut sehingga apabila interaksi itu dibutuhkan di lingkungan ia dapat menggunakan informasi itu.
9
2) Praoperasional (2-7 tahun) Fase praoprasional menurut Piaget ditandai dengan beberapa ciri, diantaranya: a) Adanya kesadaran dalam diri anak tentang sesuatu objek. b) Kemampuan anak dalam berbahasa. c) Anak mulai mengetahui perbedaan antara objek-obek. d) Pandangan anak terhadap dunia, segala sesuatu yang bergerak hidup. e) Pengamatan
dan
pemehaman
anak
terhadap
situasi
lingkungan. 3) Operasional konkret (7-11 tahun) Fase operasional konkret adalah masa dimana pikiran anak terbatas pada objek-objek yang ia jumpai, dari pengalamanpengalaman langsung. Pada masa ini anak memperoleh tambahan kemampuan, yang disebut dengan satuan langkah berfikir. Kemampuan kognitif yang dimiliki pada fase ini meliputi pengenalan, penambahan, golongan benda dan pelipat gandaan benda. 4) Operasional formal (12-14 tahun) Dinamakan Oprasional formal karena pada masa ini pola pikir anak sudah sistematik, dan meliputi proses-proses yang komplek. operasionalnya tidak terbatas pada semata-mata hal yang kongkret akan tetapi juga dilakukan pada operasional lainnya
dengan
menggunakan
logika
yang
lebih
tinggi
tingkatannya. Aktifitas pada fase ini lebih menyerupai cara berfikir orang dewasa, karena kemampuannya sudah tidak lagi abstrak. b. Psikologi Belajar Pengembangan kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar sebab pada dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Menurut Jhon Lock manusia itu merupakan organisme yang pasif.
10
Manusia merupakan sumber dari semua kegiatan. Sepanjang kehidupan, manusia terjadi proses perkembangan yang terus menerus, proses perubahan ditandai dengan meningkatnya kemampuan dan cara baru yang dimiliki. B. Perkembangan peserta didik dalam rangka pengembangan kurikulum dan pembelajaran 1. Perkembangan Kata perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan dan kematangan, pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya adalah perubahan ke tahap yang lebih baik dan lebih tinggi. Perkembangan tiap individu tidak selalu sama, maka para peneliti dapat menyimpulkan beberapa kecenderungan yang merupakan prinsip perkembangan. a. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi segala aspek, hanya
dalam
realitanya
setiap
perkembangan
individu
ada
perkembangannya lambat bahkan sangan lambat sedang pada saat lain sangat cepat. b. Setiap individu memiliki kecepatan dan kualitas perkembangan yang berbeda. Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda beda seperti halnya seseorang kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial dengan sangat tinggi di sisi lain seseorang dapat berkemampuan yang kurang serta lambat dan ada pula individu pada umumnya berada padal posisi sedang – sedang. c. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikutu pola – pola tertentu. Perkembangan sejatinya harus melaui setiap proses secara berkesinambungan seperti anak bisa merangkak sebelum bisa berjalan. d. Perkembangan berlangsung secara berangsur – angsur sedikit demi sedikit. Secara normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit ke tahap yang lebih tinggi akan tetapi dalam situai tertentu dapat juga terjadi lompatan – lompatan atau bahkan kemacetan
11
e. Perkembangan
berlangsung
dari
kemampuan
yang
bersifat
kemampuan umum menuju yang ke khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. f. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena faktor – faktor khusus, fase tertentu dilewati dengan cepat atau sangan lambat. g. Sampai pada – batas tertentu perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau di perlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan. h. Perkembangan aspek – aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainya. Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar dengan kemampuan berbahasa, tetapi aspek lainya mungkin tidak ada hubungannya. i. Pada saat – saat tertentu dan bidang – bidang tertentu perkembangan pria berbeda dengan wanita. Laki- laki lebih kuat dalam kemampuan inteleknya sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan berbahsa dan estetika. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2007:114) Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan ke pribadian individu, karena kepribadian individu membentuk suatu kesatuan integrasi. Kesatupaduan kepribadian ini sebenarnya sukar dipisah – pisahkan, tetapi untuk sekedar membantu untuk mempermudah dan memahaminya, pembahasan aspek demi aspek biasa dilakukan. 2. Peranan Dan Fungsi Kurikulum Perananan kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah sangatlah strategis dan menentukan
pencapaian tujuan pendidikan. Kurikulum
memiliki kedudukan dan posisi yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, bahkan kurikulum syarat mutlak dan merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri. Apabila dirinci secara lebih mendetail peranan kurikulum sangat penring dalam mencapai
12
tujuan-tujuan pendidikan, paling tidak terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting yaitu peranan konservatif, peranan kritis atau evaliatif, dan peranan kreatif (Hamalik,1990). a. Peranan Konservatif Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat menjadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini siswa. Dengan demikian, penanan konservatif pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang berorientasi kemasa lampau. Salah satu tugas pendidikan, yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai nilai-nilai yang hidup di lingkungan masyarakatnya. b. Peranan Kreatif Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi setiap saat. Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada saat sekarang
dan masa mendatang. Kurikulum
harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh
pengetahuan-pengetahuan
baru,
kemampuan-
kemampuan baru serta cara berfikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya. c. Peranan Kritis dan Evaluatif Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilainilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan sehingga pewarisan nilai-nilai budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang di butuhkan. Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak hanya
13
mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam kontrol dan filter sosial. Ivor K. Davies (Hasan, 1990) mengemukakan bahwa tujuan dalam suatu kurikulum akan menggambarkan kualitas manusia yang di harapkan terbina dari suatu
proses
pembelajaran.
Dengan
demikian
suatu
tujuan
memberikan petunjuk mengenai arah perubahan perilaku yang di citacitakan dari suatu kurikulum yang sifatnya harus merupakan suatu final. C. Hubungan Landasan Psikologis dengan Kurikulum Pembelajaran Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor luar individu. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Aspek-aspek psikologis dalam pembelajaran diantaranya adalah minat, sikap motivasi dan aktivitas. 1. Minat Winkel (1991) menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap dalam diri subjek, untuk merasa tertarik pada bagian/ hal tertentu dan merasa senang berkecimpung pada bidang itu. Seseorang yang memiliki minat dalam suatu hal akan merasa tertarik dan senang melakukan berbagai kegiatan dan usaha yang berkaitan dengan hal tersebut. Menurut Strong, (1961:337) menyatakan bahwa minat memiliki lima karakteristik yaitu: a. Minat selalu berkaitan dengan aktifitas. b. Minat bersifat menetap (persistent).
14
c. Minat seseorang dapat memiliki intensitas tertentu. d. Penerimaan-penolakan untuk berbuat. e. Kesiapan untuk berbuat. 2. Sikap Truston dalam mueller (1992) mendefinisikan sikap sebagai jumlah seluruh kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan perasangka, pra pemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal khusus. Kemudian, Truston secara sederhana menyatakan bahwa sikap adalah menyukai atau menolak suatu objek psikologis. 3. Motivasi Lufri (2007:132) menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi belajar penting sekali bagi siswa maupun guru. Menurut Erman, dkk. (2003:98) mengemukakan pentingnya mitivasi belajar bagi siswa antara lain: a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, bila dibandingkan dengan teman sebayanya. c. Mengarahkan kegiatan belajar. d. Membesarkan semangat belajar, e. Menyadarkan tentang adanya penjelasan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambunagn,
individu
dilatih
untuk
menggunakan
kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. 4. Kreatifitas dan Aktivitas Terdapat banyak pengertian kreativitas yang terkenal diantaranya mendefinisikan kreativitas dalam dimensi yang dikenal dengan Fou P’s Of Creativity, yaitu a. Kreativitas dari segi person (pribadi) b. Kretivitas sebagai suatu process (proses) c. Kreativitas sebagai press (pendorong)
15
d. Kreativitas dari segi product (hasil) Kreativitas melahirkan aktivitas atau kreativitas
ditunjukan oleh
adanya aktivitas. Orang mempunyai kreativitas tinggi biasanya menghasilkan berbagai aktivitas (active learning) akan menuntut kreativitas berpikir lebih banyak daripada pembelajaran biasa. Dari pengertian aktivitas psikis dan aktivitas fisik, berarti seluruh peranan dan kemauan siswa dikerahkan dan diarahkan supaya ia tetap aktif
dalam hal: mendengarkan, mengamati,
menyelidiki, mengingat, menguraikan dan mengasosiasikan ketentuan yang satau dengan yang lainya. Sementara itu, kgiatan fisik sebagai suatu kegiayan yang tampak yaitu pada saat siswa melakukan demontrasi, presentasi dan merekontruksi model. Selanjutnya kegiatan psikis sebagai suatu kegiatan yang tampak, yaitu bila siswa sedang mengamati dengan teliti, memecahkan persoalan, mengambil keputusan dan sebagainya Sudirman (2006:101) membagi aktivitas belajar menjadi 8 kelompok berikut ini: 1. Visual activities (kegiatan – kegiatan visusal), misalnya membaca, memperhatikan: gambar, percobaan, demontrasi, mengapati pekerjaan orang lain dan sebagainya 2. Oral
activities
merumuskan
(kegiatan-kegiatan
bertanya,
memberi
lisan), saran,
misalnya
menyatakan,
mengemukan
pendapat,
mengadakan interview, diskusi, intresupsi dan sebagainya 3. Listening activities kegiatan-kegiatan terkandung aktivitas mental san juga disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, dan seterusnya. Dalam setiap pelajaran dpat diupayakan bermacam-macam aktivitas. Namun dmeikian, aktivitas yang diberikan kepada siswa harus dipilih dan dipilah sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan. Aktivitas harus menarik bagi siswa, siswa merasakan membutuhkan dan dapat berguna dimasa yang akan datang. Serta dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari
16
4. Writing activitivities (kegiatan-kegiatan menulis), misalnya menulis: cerita, menyalin, laporan, karangan, membuat rangkuman, mengerjakan test, membuat angket, dll. 5. Drawing
activities
(kegiatan-kegiatan
menggambar),
misalnya
menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, pola dsb. 6. Mental activities (kegiatan-kegiatan mental), misalnya merenungkan, menanggapi, memingat, memecahkan masalah,menganalisis, melihat hubungan-hubungan, menggambil keputusan dsb. 7. Motor
activities
(kegiatan-kegiatan
gerak),
misalnya
melakukan
percobaan, membuat kontruksi, mereparasi, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, memmelihara binatang, menari, berkebun dsb. 8. Emotional activities (kegiatan-kegiatan emosional), misalnya: menaruh minat, membedakan, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dsb.
17
BAB III PENUTUP A. Simpulan Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada diri manusia, membuat manusia itu unik dan berbeda dari makhluk hidup lain. Akal yang sudah melekat dan terdapat pada manusia membuat manusia perlu untuk mengembangkan akal tersebut, salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan yang ada di suatu negara tidak begitu saja digunakan dan dijalankan, diperlukan tujuan serta capaian agar pendidikan tersebut memiliki arah tujuan. Tujuan dan capaian yang dimaksud dikembangkan dalam sebuah kurikulum. Kurikulum dibuat dan dikembangkan brdasarkan berbagai landasan. Landasan yang kuat membuat kurikulum kokoh. Salah satu yang menjadi fondasi dari kurikulum adalah landasan psikologis, dengan landasan psikologis diharpkan sebuah kurikulum dapat membuat pendidik memahami dan mengerti siapa yang mereka didik bagaimana perkembangan dan pengembangannya sehingga tidak terjadi “kesalahan” di dalam pendidikan nantinya. B. Saran Penulis menyadari masih terdapat kekurangan di dalam makalah ini, kritik dan saran yang membangu sangat penulis harapkan dari para pembaca. Mengenai pembahasan dalam makalah ini penulis sedikit merasa kesulitan menemukan daftar buku yang dapat menunjang isi makalah ini, kedepannya penulis mengharapkan, penulisan-penulisan mengenai pembahasan ini semakin banyak, sehingga dapat memudahkan penulis-penulis lain untuk melakukan pengkajian.
17
18
DAFTAR SUMBER BUKU Erman, dkk. 2003. “Strategi Pembelajaran Kontemporer”. Bandung: UPI. Gleitman, Henry. 1989. Phychology. 2nd edition. New york: W.W. Norton & Company. Hamalik,
O.
1990.
Perkembangan
Kurikulum:
Dasar-Dasar
Dan
Perkembangannya. Bandung: Banjar Maju. Hasan, S.H (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: P2LPTK Lufri, dkk (2007). Stategi Pmebelajaran Biologi. Padang: Universitas Negeri Padang. Muller, D.J..(1986). Mengukur Sikap Sosial Pegangan Untuk Peneliti Dan Praktisi. Terjemahan oleh Eddy Suwardi Kartawidjaya. 1992. Jakarta: Bumi Aksara. Salam, Burhanuddin. 2002. Pengantar Pedagogok. Jakarta: Rineka Cipta. Sudirman, A.M. (2006). Interaksi dan motivasi dlam belajar mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sukmadinata, N S. 2007. Landasan Psikologi proses pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikann. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Winkel, W.S.(1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: P.T. Grasindo.
JURNAL INTERNET