BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dengan cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Tipe HIV, berasal dari lentivirus primata, merupakan agen penyebab AIDS. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1981 dan HIV-1 diisolasi pada akhir tahun 1983. Sejak itu, AIDS telah menjadi epidemis di seluruh dunia,meluas jangkauannya, dan penting karena infeksi HIV telah menyerang berbagai populasi serta daerah geografis yang berbeda. Jutaan orang di seluruh dunia telah terinfeksi sepanjang hidupnya.(1) Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam banyak negara di seluruh dunia dan juga Indonesia. UNAIDS, badan WHO yang mengurus masalah AIDS, memperkirakan jumlah ODHA di seluruh dunia pada desember 2004 adalah 35,9-44,3 juta orang. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS.(2)Jumlah orang yang terjangkit HIV/AIDS yang sebenarnya di Indonesia sangat sulit diukur dan masih belum diketahui keadaan sesungguhnya secara tepat. Perkiraan jumlah infeksi HIV dan kecenderungannya dapat diamati melalui sistem surveiland HIV/AIDS yang diselenggarakan secara nasional.(3) Jumlah infeksi HIV dan kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan oleh Ditjen PP & PL Kementrian Kesehatan RI 1 april 1987 sampai 31 maret 2016 adalah 191,073 infeksi HIV dan 77,940 kasus AIDS. Jumlah kumulatif tertinggi pertama terjadi di DKI Jakarta dimna infeksi HIV sebanyak 40,500 dan kasus AIDS sebanyak 8,105, Jawa Timur menjadi jumlah kumulatif tertinggi kedua setelah DKI Jakarta dimana infeksi HIV sebanyak 26,052 dan kasus AIDS
1
2
sebanyak 14,499 dan jumlah kumulatif tertinggi ketiga terjadi di papua dimana infeksi HIV sebanyak 21,474 dan kasus AIDS sebanyak 13,335.(4) Sedangkan di Aceh yang di laporkan jumlah kumulatif kasus HIV dan AIDS sampai dengan september 2014 infeksi HIV sebanyak 253 dan kasus AIDS sebanyak 276.(5) Salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di indonesia adalah masih tingginya diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Banyak yang beranggapan bahwa orang yang terinfeksi HIV/AIDS layak mendapatkan hukuman akibat perbuatannya sendiri. Mereka juga beranggapan bahwa ODHA adalah orang bertanggung jawab terhadap penularan HIV/AIDS. Hal ini menyebabkan orang dengan infeksi HIV menerima perlakuan yang tidak adil, diskriminasi karena penyakit yang dideritanya. Tingginya penolakan masyarakat dan lingkungan akan kehadiran orang yang terinfeksi HIV/AIDS menyebabkan sebagian ODHA harus hidup dengan menyembunyikan status.(6) Diskriminasi yang terkait HIV dan AIDS yang ditujukan kepada ODHA dapat dalam bentuk penolakan atau pengasingan ODHA. Dalam kehidupan sehari-hari diskriminasi mengakibatkan seseorang sampai kehilangan tempat tinggal,
pekerjaan,
tidak
dapat
melanjutkan
pendidikan,
kehilangan
penghormatan dan harga diri bahkan kehilangan kehidupan. Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk memperlakuakan seseorang secara tidak adil yang didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang. Tindakan ini dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Terjadi ditengah keluarga, masyarakat, sekolah, tempat peribadatan, tempat kerja, juga tempat layanan hukum dan kesehatan.(7) Dengan pengetahuan dan pendidikan yang rendah, stigma dan diskriminasi ODHA masih banyak terjadi di masyarakat. Sebagai contoh, apabila diketahui terdapat ODHA yang meninggal, akan sulit mencari orang yang bersedia untuk melaksanakan pemulasan jenazah. Banyak faktor yang
3
mempengaruhi terjadinya diskriminasi pada ODHA di masyarakat. Pendidikan kesehatan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan mengenai HIV/AIDS dalam banyak penelitian dibuktikan sebagai salah satu faktor yang paling mempengaruhi terjadinya pengurangan diskriminasi di masyarakat. Orang yang memiliki pengetahuan cukup tentang faktor resiko, transmisi, pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS cenderung tidak takut dan tidak memberikan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. (6) Selain pengetahuan yang kurang, pengalaman atau sikap negatif terhadap penularan HIV dianggap sebagai faktor yang dapat mempengaruhi munculnya stigma dan diskriminasi. Pendapat tentang penyakit AIDS merupakan penyakit kutukan akibat prilaku amoral juga sangat mempengaruhi orang bersikap dan berperilaku terhadap ODHA.(6) Stigma dan diskriminasi terhadap kasus HIV merupakan pandangan yang buruk, perasaan ketakutan berlebihan dan persepsi negatif tentang HIV sehingga membuat penderita tersebut merasa diperlakuakan secara tidak adil dan dikucilkan oleh masyarakat sekitar. Permasalahan ini dapat mempengaruhi dan menurunkan kualitas hidup pada kasus HIV, seperti pada kasus stigma dan diskriminasi yang dilakuakn petugas kesehatan, telah menjadi suatu kendala kualitas pemberian pelayanan kesehatan kepada setiap penderita HIV yang pada akhirnya menurunkan derajat kesehatan pada ODHA.(8) Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan terjadinya Diskriminasi Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Gampong Mulia.
1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS dengan terjadinya diskriminasi pada ODHA?
4
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS dengan terjadinya diskriminasi pada ODHA 1.3.2 Tujuan Khusus a) Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS b) Mengetahui tinggi dan rendahnya jumlah diskriminasi pada ODHA c) Mengetahui faktor- faktor lain yang bisa menyebabkan munculnya diskriminasi pada ODHA. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Mengingat ruang lingkup penelitian sangat luas, maka penelitian melakuakan penelitian pada masyarakat Gampong Mulia. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah untuk melihat pengetahuan masyarakat dengan terjadinya diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Penulis Dapat menambah wawasan pengetahuan khususnya mengenai pengetahuan tentang HIV/AIDS dan diskriminasi pada ODHA serta faktor yang berhubungan dengannya sebagai perbandingan penelitian selanjutnya. 1.6.2 Bagi Institusi Kesehatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi kebijakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pelayanan dan penyuluhan pengetahuan mengenai HIV/AIDS yang berdampak baik terhadap pencegahan
HIV/AIDS serta diskriminadi terhadap orang dengan
HIV/AIDS (ODHA).
5
1.6.3 Bagi Masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang cara penularan dan pencegahan penyakit HIV/AIDS serta mengurangi diskriminasi pada ODHA di masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV/AIDS 2.1.1 Definisi HIV/AIDS HIV adalah singkatan dari Human Imunodeficiency Virus adalah virus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh. Virus ini menurunkan hingga merusak fungsi sistem kekebalan tubuh manusia. Infeksi virus tersebut dapat mengakibatkan kerusakan progresif dari sitem kekebalan tubuh yang akan mengarah kepada defisiensi imun. Sistem kekebalan dikatakan mengalam defisiensi jika tidak dapat lagi memenuhi perannya dalam memerangi infeksi penyakit. Haltersebut membuat semua penyakit dengan mudah masuk kedalam tubuh. (3) AIDS ( Acuired Immunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan dari gejala akibat infeksi virus HIV. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih berat daripada biasanya.(9)
2.1.2 Epidemiologi Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981. Virus penyebab AIDS diidentifikasi oleh Luc Montagnier pada tahun 1983 yang pada waktu itu diberi nama LAV (Lymphadenopathy virus) sedangkan Robert Gallo menemukan virus penyebab AIDS pada 1984 yang saat itu dinamakan HTLV-III. Sedangkan tes untuk memeriksa antibodi terhadap HIV dengan cara Elisa baru tersedia pada tahun 1895. Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. UNAIDS, badan WHO yang mengurus masalah AIDS, memperkirakan
6
7
jumlah ODHA di seluruh dunia pada desember 2004 adalah 35,9-44,3 juta orang. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS.(3) Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh Departemen Kesehatan tahun 1987 yaitu pada seorang warga negara Belanda di Bali. Jumlah orang yang terjangkit HIV/AIDS yang sebenarnya di Indonesia sangat sulit diukur dan masih belum diketahui keadaan sesungguhnya secara tepat.(3) Menurut Ditjen PP & PL Kementrian Kesehatan RI jumlah kumulatif kasus AIDS menurut golongan umur di indonesia paling tinggi terjadi pada usia 20-29 tahun sebanyak 24,628 sedangkan pada usia 3039 tahun sebanyak 23,141. Data tersebut menunjukka kasus AIDS banyak terjadi pada usia produktif.(4) Data kasus AIDS yang dilaporkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (RI) (2003-2013), menunjukkan bahwa jumlah terbesar kasus AIDS pada perempuan adalah ibu rumah tangga. Penularan pada ibu rumah tangga dibandingkan dengan wanita pekerja seksual cenderung meningkat sejak tahun 2003 sampai tahun 2013. Ibu rumah tangga lebih berisiko menderita AIDS dibandingkan penjaja seks disebabkan oleh suami pengidap HIV dan menularkan istrinya melalu hubungan seks tanpa kondom. Pusat Komunikasi Publik Setjen Kementrian Kesehatan RI tahun 2012 menyatakan bahwa di Indonesia terdapat 1.103 kasus AIDS pada perempuan, berdasarkan status pekerjaannya didominasi ibu rumah tangga, kejadian tersebut melampaui kasus AIDS di kalangan pekerja seks komersial.(3) 2.1.3 Patofisiologi Di dalam tubuh kita terdapat sel darah putih (limfosit) yang disebut CD4. Fungsinya seperti sakelar yang menghidupkan dan memadamkan kegiatan sistem kekebalan tubuh dalam melawan berbagai infeksi. Virus HIV yang masuk ke tubuh akan berusaha menempel pada sel dan masuk ke dalamnya, sel yang dipilih virus ini terutama
sel limfosit CD4. Setelah
8
menempel, virus ini akan menyatukan kapsul luarnya dengan dinding sel inang dan intinya masuk ke dalam badan sel inangnya. Bila inti sel inang ini membelah dan mempersiapkan diri untuk membuat cloning sel baru, maka secara langsung virus HIV ikut membelah.(10) Dalam proses pembelahan inti tersebut kemudian diproduksi cetakan perintah genetik dalam bentuk lembaran RNA yang dikeluarkan ke sitoplasma kembali. Cetakan ini kemudian dengan aktif mengumpulkan materi protein dari sitoplasma kembali. Cetakan ini kemudian dengan aktif mengumpulkan materi protein dari sitoplasma untuk mebuat cloning sel baru dan virus baru. Apabila lembaran inti virus HIV baru sudah lengkap terbentuk, maka lembaran ini akan berusaha keluar dari badan sel inang yang sudah didudukny sehinnga sel inang menjadi rusak. Infeksi HIV menyebabkan sel sasarannya (linfosit CD4) rusak. Sehingga pada saat jumlahnya semakin rendah, maka sistem imun tubuh menjadi tidak dapat berfungsi untuk mengahalau infeksi ringan sekalipun.(5) Infeksi HIV pada sebagian orang berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi pasien AIDS sesudah 10 tahun,dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik yang umumnya berlangsung 8—10 tahun. Tetapi ada kelompok kecil orang yang perjalanan penyakitnya amat cepat, hanya sekitar 2 tahun, dan ada pula yang perjalanannya lambat .(2)
9
2.1.4 Perjalanan Infeksi HIV(10)
Fase akut (0 – 6 bulan) Fase akut dimulai dari masuknya HIV ke dalam tubuh seseorang hingga terbentuknya antibodi terhadap HIV. Pada fase ini dapat muncul gejala ringan, seperti demam, pembesaran kelenjar limfe, mual, dan sebagainya. Meskipun masih awal, orang yang terinfeksi HIV sudah bisa menularkan virus kepada orang lain.
Fase laten (3-10 tahun) Pada fase ini, orang yang terinfeksi HIV belum menunjukkan gejala (tampak sehat) dan dapat beraktivitas seperti biasa.
Fase AIDS Pada fase ini sudah terjadi penurunan kekebalan tubuh yang menimbulkan gejala, artinya HIV sudah berubah menjadi AIDS. Timbul infeksi oportunistik yaitu infeksi yang tidak berbahaya bagi orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh normal, namun dapat berakibat fatal bagi orang yang mengidap HIV. Misalnya: sarkoma Kaposi dan pneumonia Pneumocystis carinii.
2.1.5 Gejala Klinis Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala apapun, dapat terlihat sehat dari luar dan biasanya tidak mengetahui bahwa dirinya sudah terinfeksi HIV.WHO mengembangkan diagnosis HIV hanya berdasarkan penyakit klinis dengan mengelompokkan tanda dan gejala dalam kriteria mayor dan minor yaitu (10) :
10
Gejala mayor : a. Gagal tumbuh dan penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan. b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus- menerus. c. Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan. d. Tuberkulosisi. Gejala minor : a. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan. b. Infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan jamur Candida Albicans. c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh. d. Distres pernafasan/ pneumonis. e. Infeksi berulang. f. Infeksi kulit generalisata
2.1.6 Cara penularan HIV HIV hanya menular lewat cairan tubuh, penularan itu bisa melalui (11) : Darah Cairan vagina Cairan sperma Air susu ibu Sesuai dengan metode penularannya, maka kelompok berikut adalah yang paling berisiko terinfeksi HIV(11): a. Pasien
yang
menerima
transfusi
produk
darah
atau
transplantasi
organ/jaringan tubuh. b. Pelaku hubungan seks atau perilaku seksual lainnya yang tidak aman, yang memungkinkan kontak antara cairan sperma atau cairan vagina dengan mukosa kemaluan tanpa penghalang (kondom)
11
c. Pengguna narkotika suntik, terutama yang alat suntiknya digunakan bergantian satu sama lain. d. Mereka yang menggunakan alat tajam/suntik secara bergantian, misalnya jarum tato, jarum tindik, peralatan pencet jerawat yang tidak disterilkan atau sekali pakai. e. Bayi yang dikandung dan dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV. f. Bayi yang disusui oleh ibu yang terinfeksi HIV. g. Petugas medis yang sering terpapar alat suntik terkontaminasi. HIV tidak ditularkan lewat kontak kasual, seperti berjabat tangan, berpelukan, menggunakan toilet yang sama, bersin, batuk, gigitan serangga, ataupun minum dari gelas yang sama. Virus HIV tidak bertahan lama di luar tubuh, terutama di tempat yang kering.(9)
2.1.7 Upaya Pencegahan HIV/AIDS Program pencegahan HIV ditujukan terutama untuk populasi risiko tinggi, tetapi secara komprehensif juga mulai mencakup populasi risiko rendah untuk melindungi kelompok ini dari penularan HIV. Menurut Badan Koordinasi keluarga Berencana Nasional, ada 5 cara pokok untuk mencegah penularan HIV/AIDS yaitu (12) : A : Abstinence – Memilih untuk tidak melakukan hubungan seksual diluar pernikahan. B : Be faithful – Saling setia dengan pasangan . C : Condom – Menggunakan kondom secara benar saat melakukan hubungan seksual . D : Drugs – Tolak penggunaan NAPZA. E : Equipment – Berhati- hati terhadap peralatan yang berisiko membuat luka dan digunakan secara bergantian (jarum suntik, pisau cukur).
12
2.1.8 Pengobatan infeksi HIV/AIDS Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh individu atau vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Namun demikian, terdapat 2 macam pengobatan yang dapat diberikan(12) : Obat antiretroviral (ARV) Obat ini bekerja dengan cara menghambat proses perkembangbiakan HIV dalam sel CD4 sehingga menekan perjalanan penyakit dan memperbaiki kualitas hidup. ARV disarankan untuk diberikan kepada orang yang terinfeksi HIV dengan hasil hitung CD4 ≤350 sel/mm3 apapun stadium klinisnya, atau orang yang terinfeksi dengan stadium klinis 3 dan 4 berapapun hasil hitung CD4-nya. Obat infeksi oportunistik Selain obat antiretroviral, orang yang terinfeksi HIV juga mungkin memerlukan pengobatan untuk penyakit infeksi yang dialaminya (infeksi oportunistik). Contohnya : kotrimoksazol dosis tinggi untuk mengatasi pneumonia Pneumocystis carinii atau radioterapi pada sarkoma Kaposi. 2.2 Pengetahuan 2.2.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi setelah melalu panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (13)
13
2.2.2 Tingkat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu (13) : a. Tahu (Know) Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.
b. Memahami (Comprehetion) Memahami adalah kemampuan menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang obyek yang diketahui. Seseorang yang telah paham terhadap suatu obyek atau materi harus dapat menjelaskan, memberikan contoh dan menyimpulkan.
c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dan situasi nyata.
d. Analisis (Analysis) Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau menguraikan obyek ke dalam bagian lebih kecil tetapi masih dalam struktur obyek yang sama dan masih terkati satu sama lain.
14
e. Sisntesis (Syntesis) Sintesis adalah
kemampuan untuk
menghubungkan
bagian-bagian di
dalam suatu keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi baru dan formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi yaitu
kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
obyek. Penilaian tersebut dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau yang disusun sendiri.
2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan Ada 2 cara memperoleh pengetahuan, yaitu (14) : 1. Cara Kuno Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada ini antara lain :
a. Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara ini dipakai sebelum adanya peradaban. Cara coba salah dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. b. Cara Kekuasaan atau Otoritas Sumber pengetahuan cara ini diperoleh dari prinsip orang lain yang dikemukakan dan mempunyai otoritas seperti ahli agama dan pemegang pemerintahan, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya.
15
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dengan mengulang kembali memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu.
2. Cara Modern Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematik, logis dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan cara observasi langsung. Cara ini dilakukan dengan melakukan penelitian ilmiah yang disebut juga dengan metode penelitian.
2.2.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (13) a. Pendidikan Pendidkan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi dalam bersikap. Semakin tinggi pendidikan seseorang makan semakin mudah menerima informasi. b. Pengalaman Pengalaman dapat memperluas pengetahuan seseorang, dari pengalaman dapat diketahui kebenaran pengetahuan tersebut dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. c. Keyakinan Keyakinan
dapat
mempengaruhi
pengetahuan
seseorang.
Biasanya
keyakinan diperoleh secara turun-temurun. Baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
16
d. Fasilitas Fasilitas sebagai sumber informasi seperti majalah, radio, koran, televisi buku dan lainnya juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. e. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap seseorang. Namun, penghasilan yang besar dapat menyediakan fasilitas yang lebih baik untuk menambah pengetahuan. f. Sosial Budaya Kebudayaan dan kebiasaan dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap dalam menerima informasi.
2.2.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : a. Baik
: Hasil presentase 76%-100%
b. Cukup
: Hasil Presentase 56%- 75%
c. Kurang
: Hasil presentase > 56%
Kita dapat melakukakn pengukuran pengetahuan dengan wawancara atau angket yang menanyakan pengetahuan atau materi yang ingin kita ukur dari orang yang ingin diteliti.(13)
2.3 Diskriminasi 2.3.1 Definisi Diskriminasi Diskriminasi mengandung arti perlakuan tidak seimbang terhadap sekelompok orang, yang pada hakekatnya adalah sama dengan kelompok pelaku diskriminasi. Diskriminasi di Indonesia diatur dalam suatu susunan UUD, secara formal pengertian diskriminasi diatur dalam UU No.39 tahun
17
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 1 ayat (3) undang- undang tersebut menyatakan : “ Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku,ras ,etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, atribut khas, keyakinan politik, yang berakibat
pengurangan,penyimpangan,
atau
penghapusan
pengakuan,
pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik,ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya”. Diskriminasi terhadap penderita HIV digambarkan selalu mengikuti stigma dan merupakan perlakuan tidak adil terhadap individu karena status HIV mereka,baik itu status sebenarnya maupun hanya persepsi saja.(15)
2.3.2 Bentuk Diskriminasi pada ODHA 1. Menjauhi ODHA atau tidak menginginkan untuk menggunakan peralatan yang sama. 2. Penolakan oleh keluarga, teman atau masyarakat terhadap ODHA. 3. Keengganan untuk melibatkan ODHA dalam suatu kelompok atau organisasi. 4. Penolakan ODHA di tempat bekerja contohnya seperti atasan yang memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau prasangka akan status HIV mereka. 5. Penolakan pemberian pelayanan kesehatan pada ODHA oleh petugas kesehatan. Faktor- faktor yang menimbulkan stigma dan diskriminasi di masyarakat adalah karena penyakit HIV/AIDS dapat mengancam jiwa, informasi yang kurang tepat mengenai HIV/AIDS baik dalam tinjauan medis, agama dan hak asasi manusia (HAM) dan adanya kepercayaan di masyarakat bahwa penyakit ini adalah suatu hukuman atas perbuatan melanggar moral atau
18
tidak bertanggung jawab sehingga ODHA pantas untuk menerima perlakuan yang tidak selayaknya mereka dapatkan. Hal ini justru menghambat upaya pengendalian HIV/AIDS.(17) 2.4 Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA) 2.4.1 Definisi ODHA ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) didefinisikan sebagai seseorang yang telah terinfeksi oleh virus HIV atau yang telah mulai menampakkan satu atau lebih gejala AIDS. Rentang waktu dari seseorang terinfeksi sampai muncul gejala klinis bisa sangat bervariasi antara 8 sampai 10 tahun, yang disebut sebagai masa inkubasi, yang dalam terminologi penyakit HIV/AIDS biasa disebut juga sebagai window period. ODHA belum tentu orang yang bersalah atau berdosa. Mereka tertular HIV mungkin karena “ketidaktahuan”. Mereka tidak punya cukup pengetahuan tentang HIV/AIDS dan tidak punya cukup keterampilan hidup untuk menjaga atau melindungi dirinya. ODHA mungkin akan mengalami masalah yang tidak ringan. Mereka harus terus hidup dengan HIV di dalam tubuhnya. Mereka takut meninggal, takut dikucilkan dan takut menularkan kepada orang lain. Kita perlu berempati yaitu mencoba memahami perasaan dan masalah ODHA dan memberi dukungan kepada mereka agar mereka tetap bisa hidup normal selama daya tahan tubuhnya kuat. Mereka perlu teman yang dapat memberi dukungan agar mereka tegar menjalani kehidupannya. Untuk membuktikan bahwa seseorang telah terinfeksi HIV, harus dilakukan pemeriksaan atau tes HIV, yang biasa dilakukan menggunakan metode pengujian Western Bolt
yang bisa mendeteksi antibodi HIV pada
serum, plasma, cairan mulut, darah kering, maupun urine pasien.
19
Sebelum dan setelah melakukan tes HIV, seseorang harus mendapatkan penyuluhan (konseling). Tes HIV tidak boleh dilakukan tanpa adanya persetujuan dan berdasarkan informasi lengkap (informed consent) dari yang bersangkutan .(17)
20
2.5 Kerangka Teori Pengetahun
Faktor yang mempengaruhi :
Pendidikan Pengalaman Keyakinan Fasilitas Penghasilan Sosial Budaya HIV/AIDS
Penularan HIV/AIDS:
Darah Cairan vagina Cairan sperma Air susu ibu
Pencegahan HIV/AIDS : Informasi yang salah dari tinjauan:
Medis Agama HAM Kepercayaan di Masyarakat
Diskriminasi terhadap ODHA Gambar 2.5 Kerangka Teori
A : Abstinence B : Be faithful C : Condom D : Drugs E : Equipment
BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka teroti yang mendukung penelitian.(18) Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka dapat digambarkan kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independent
Variabel Dependen
Pengetahuan tentang
Diskriminasi pada ODHA
HIV/AIDS
Gambar 3.1 kerangka konsep
3.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian.(18) 1) Ha : Terdapat hubungan pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS dengan terjadinya
diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) 2) Ho : Tidak terdapat hubungan pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS dengan terjadinya diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
21
22
3.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu komponen atau faktor yang berkaitan satu sama lain dan telah diinventarisasi lebih dulu dalam variabel penelitian.(20) Variabel yang diteliti dalam penelitian ini berupa variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). 3.3.1 Variabel Independen Variabel independen atau variabel bebas, resiko, sebab atau variabel yang mempengaruhi variabel dependen.(18) Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan tentang HIV/AIDS. 3.3.2 Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel terikat, tergantung, akibat, efek atau variabel yang dipengaruhi.(18) Variabel terikat pada penelitian ini adalah diskriminasi pada ODHA.
23
3.4 Definisi Operasional Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. (18) Tabel 3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian No Variabel Penelitian
Defenisi Operasional
Variabel Independen Pengetahuan Merupakan hasil 1 tentang dari tahu HIV/AIDS masyarakat mengenai hakekat, penularan dan cara pencegahan atau penanggulangan HIV/AIDS
Alat Ukur
Kuesioner
Variabel Dependen Diskriminasi Perlakuan tidak Kuesioner 2 pada ODHA adil berupa pembatasan, pelecehan dan pengucilan yang langsung maupun tidak langsung terhadap seseorang telah terinveksi HIV baik itu status sebenarnya maupun persepsi
Cara Ukur
Pengisian kuesioner oleh responden dengan memilih jawaban: a, b, c,d
Hasil Ukur
-Baik: apabila skor > 75%
Skala Ukur
Ordinal
-Sedang: apabila skor 4075% -kurang: apabila skor <40%
Pengisian kuesioner - Tingi : oleh responden jika nilai dengan memilih total > jawaban: 36,4 a. SS: Sangat Setuju b. ST: Setuju - Rendah : c. RR:Ragu- ragu jika nilai d. TS: Tidak Setuju total ≤ e. STS:Sangat Tidak 36,4 Setuju
Ordinal
24
3.5 Instrumen Pengumpulan Data Agar data yang dikumpulkan baik dan benar, instrumen pengumpulan datanya pun harus baik. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pembagian angket (questionare). Angket (questionare) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai permintaan pengguna, jenis angket (questionare) dalam penelitian ini adalah angket terbuka yang diberikan dan di isi secara langsung oleh responden untuk memperoleh informasi yang diharapkan.(19) Adapun angket yang disebar terdiri dari angket pengetahuan yang terdiri dari 15 pertanyaan dengan pilihan a, b, c, d dan angket diskriminasi berjumlah 16 pertanyaan dengan pilihan STS= Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, RR= Ragu – Ragu, ST= Setuju, SS= Sangat Setuju .
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik observasional dengan tujuan memperoleh hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan terjadinya diskriminasi pada ODHA. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan cross sectional (studi potong lintang) dimana pengumpulan data baik untuk variabel independen maupun variabel dependen dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus pada satu saat tertentu. 4.2 Populasi Penelitian Populasi disebut juga universe, adalah sekelompok individu yang tinggal di wilayah yang sama atau sekelompok individu atau objek yang memiliki karakteristik yang sama.(20) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Gampong Mulia Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh yang berjumlah 4217 jiwa yang memenuhi kriteria inklusi. 4.3 Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian kecil populasi yang digunakan dalam uji untuk memperoleh informasi statistik mengenai keseluruhan populasi.(20) Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Gampong Mulia kecamatan Kuta Alam
Kota Banda Aceh, yang berjumlah 97 jiwa yang
memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.(18) Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
25
26
1) Kriteria Inklusi Masyarakat yang bersedia menjadi subjek penelitian Masyarakat yang berumur 19-50 tahun saat pengambilan data Masyarakat yang berdomisili di gampong Mulia Masyarakat dengan pendidikan akhir sekolah menengah atas
2) Kriteria Eksklusi Masyarakat yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian Masyarakat yang tidak bertempat tinggal di gampong Mulia Masyarakat yang berusia di bawah 19 atau diatas 50 tahun Masyarakat yang tidak menempuh pendidikan formal
4.3.1 Besar Sampel Besar Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 97 orang, dengan tingkat kepercayaan 90 %, diambil dengan menggunakan rumus Slovin :
𝑛=
𝑁 1 + 𝑁 (𝑑 2 )
Keterangan : n
: besar sampel
N
: besar populasi
d
: tingkat kesalahan (absolut) yang dapat ditoleris (ditetapkan oleh peneliti sebesar 10 %)
27
Perhitungan besar sampel dihitung dengan:
4217
n = 1+4217 (0,12) n = 97 Subjek 4.3.2 Teknik Sampling Sampel yang termasuk kriteria inklusi dalam penelitian ini akan ditentukan dan kemudian nantinya akan dilakukan teknik pengambilan samping dengan metode simple random sampling, setiap sampel yaitu masyarakat gampong Mulia diberi nomor dan dipilih secara acak. 4.4 Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian atau sebagai sesuatu yang berkaitan dengan fokus komponen yang diteliti.18 Unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat yang diukur pengetahuannya tentang HIV/AIDS dengan terjadinya diskriminasi pada ODHA. 4.5 Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Gampong Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. 4.6 Waktu Penelitian Keseluruhan kegiatan penelitian dari persiapan hingga seminar hasil akan dilaksanakan selama kurang lebih tujuh bulan mulai dari bulan Desember 2016 Juni 2017.
28
4.7 Metode Pengumpulan Data Subjek penelitian akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai penelitian ini, hal yang dijelaskan terkait tujuan, manfaat, cara pengambilan data dan segala resiko yang ada. Setelah mendapat persetujuan, subjek penelitian akan mengisi lembar persetujuan dan bersedia untuk mengikuti rangkaian penelitian sampai selesai. Tahapan metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: Mulai
Meminta surat permohonan kepada Dekan Fakultas Kedokteran untuk dapat melakukan penelitian
Meminta izin kepada keuchik Gampong Mulia
Masalah
Studi observasi
Studi pustaka
Penyebaran kuesioner
Pengumpulan data
Input data
Analisis data
Hasil
Gambar 4.7. Metode Pengumpulan Data Selesai
29
4.7.1 Data Primer Merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Dalam hal ini mencakup pengetahun tentang HIV/AIDS dengan terjadinya diskriminasi pada ODHA. Pengukuran pengetahuan dan diskriminasi akan dilakukan menggunakan kuesioner. 4.7.2 Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pihak kelurahan untuk mendapatkan jumlah dan profil masyarakat gampong Mulia kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh.
4.8 Rancangan Pengolahan Data Menurut Notoadmojo data yang telah didapatkan akan diolah dengan tahap-tahap berikut18 : 1) Editing, hasil wawancara, angket atau hasil pengukuran penelitian perlu
disunting (edit) terlebih dahulu. Kegiatan pengeditan dimaksudkan untuk meneliti kembali atau melakukan pengecekan jika ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap. 2) Coding sheet, setelah selesai editing, peneliti melakukan pengkodean data
secara manual dengan lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertanyaan. 3) Transfering, kegiatan mengklasifikasikan jawaban, data yang telah diberi
kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti. 4) Tabulating, kegiatan memindahkan data, pengelompokan responden yang
telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabe datal sesuai dengan tujuan penelitian.
30
4.9 Rancangan Analisa Data 4.9.1 Analisis Univariat Analisa
univariat
adalah
analisa
yang
digunakan
dengan
menjabarkan secara deskriptif untuk melihat variabel yang diteliti baik variabel dependen maupun variabel independen. Kemudian semua variabel ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi terdiri dari nilai dan persentase, dengan rumus. (18) 𝐹
P = 𝑛 𝑥 100 % Keterangan : P = Persentase n = Sampel F = Frekuensi Teramati
4.9.2 Analisis Bivariat Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel bebas diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Untuk menguji hipotesis dilakukan analisa statistika dengan Uji Chi square Test pada tingkat kemaknaan 95 % (P < 0,05). (18)
31
Rumus chi square adalah sebagai berikut : (𝑶 − 𝑬𝟐 ) 𝒙 =∑ 𝑬 𝟐
Keterangan : X2 : nilai chi square O : nilai hasil pengamatan ( observed ) E : nilai ekspetasi ( expected )
Nilai p (p-value) akan dibandingkan dengan nilai α = 0,05 : (1) Jika p value > 0,05, maka hubungan kedua variabel adalah tidak signifikan pada α = 0,05. (2) Jika p value < 0,05, maka hubungan kedua variabel adalah signifikan pada α = 0,05 4.10 Etika Penelitian Etika penelitian merupakan perilaku peneliti atau perlakuan terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk memperhatikan etika yang harus dipatuhi dalam pelaksanaannya. Etika dalam penelitian ini meliputi : (20) 1) Informed consent (lembar persetujuan), merupakan lembar persetujuan yang memuat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama penelitian. Apabila responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa.
32
2) Confidentiality (kerahasiaan), yaitu informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang terkumpul akan disimpan, dijamin kerahasiannya dan hanya menjadi koleksi peneliti.
4.11. Jadwal Penelitian Jadwal penelitian yang diperkirakan oleh peneliti dari awal hingga selesai sebagai berikut :
Tabel 4.11. Jadwal Penelitian
WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN DESEMBER
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
2016
2017
2017
2017
2017
2017
2017
KEGIATAN
1 STUDI OBSERVASI/ STUDI PUSTAKA PENYEBARAN KUESIONER PENGUMPULAN DATA INPUT DATA ANALISIS DATA HASIL
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4