BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima dan diakuinya keperawatan sebagai profesi pada lokakarya nasional keperawatan (sitorus, 2006). Sesuai dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Dalam pengembangan keperawatan dimasa depan yang menjadi prioritas utama adala menejemen keperawatan. Menejemen
keperawatan harus
dapatdiaplikasinkan dalam tatanan pelayananan nyata yaitu dirumah sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Menejemen keperawatan adalah pengorganisasian seluruh sumber daya melalui perencanaan, pengprganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Hendry L. Silk) Berdasarkan ilmu keperawatan yang kukuh, layanan keperawatan atau kesehatan diberikan bedasarkan landasan ilmu yang kukuh dan bukan layanan yang menekankan pada prosedur tindakan. Tenaga kesehatan harus bertanggung jawan untuk terus belajar dan mengembangkan ilmu keperawatan melalui kegiatan penelitian. Keperawatan dan kepemimpinan menjadi sumber penting dalam membuat keputusan klinik dan merupakan strategi dalam meningkatkan mutu peleyanan kesehatan dan asuhan keperaawatan yang bermutu (Kozier et al, 1997). Sasaran pembangunan kesehatan di Indonesia diantaranya adalah terselenggaranaya pelayanan kesehatan yang semakin bermutu dan merata. Untuk mencapai sasaran ini, maka ditetapkan peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit sebagai bagian dari tujuan program pembangunan kesehatan. Mutu pelayanan menunjukkan pada tingkat kesempatan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap asien (Serbaguna 2000). Tuntutan masyarakat terhadap kualitas peleyanan keperawatan dirasakan sebagi suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaanya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem 1
Model Pratek Keperawatan Profesional (MPKP) mulai dari ketenagaan/ pasien, penetapan sistem MPKP, dan perbaikan dokumentasi keperawatan dengan menerapkan prinsip yang sesuai dtandar, mudah dilaksanakan, efisien dan efektif. Menejemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan dimasa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan oerubahan memerlukan pengelolaan seara profesional dan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Pelayanan kesehatan ynag disebut profesional bukan sekedar terampil dalam melakukan prosedur keperawatan tetapi mencakup keterampilan interpersonal, keterampilan intelektual dan keterampilan teknikal. Dalam keterampilan intelektuan dan intepersonal komunikasi antara dua orang atau kelompok yang dianggap adal dalam lingkungan keperawatan profesional misalnya antara perawat dengan sesama perawat, perawat dengan pasien, perawat dengan dokter, dan perawat dengan menejer ( Roger, 2000). Rumah sakit sebagai suatu tempat pelayanan kesehatan memilki suatu sistemyang terdiri dari tim pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya, ynag mempunyai satu tujuan unntuk meningkatkan pelanan kesehatan. Salah satu upaya meningkatkan menejerial yang kompeten selain didapatkan dibangku kuliah juga harus melalui pembelajaran praktik dilahan praktik. Praktik Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung duharapak untuk mengaplikasikan langsung pengetahuan menejerial diruang E1 RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar dengan arahan dari pembimbing lahan dan akademik secara intensif. Diharapkan pada proses parktik ini mammpu memberikan dan mengelola suatu ruangan perawatan dengan pendekatan proses keperawatan.
B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu
melakukan
asuhan keperawatan dengan menggunakan
keterampilan menejmen da kepemimpinan untuk menghasilkan kulaitas pelayanan profesional yang berkualitas tinggii dan memberikan pembaharuan sesuia teori-teori menejeman keperawatan di ruang E1 RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo
2
2. Tujuan Khusus a. Identifikasi dan menetapkan masaah tentang menejemen keperwatan sesuai dengan prioritas masalah b. Mengkoorinasikan setiap palaksanaan kegiatan keperawatan c. Melkukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan d. Melakukan pengarahan dalam upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan e. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yangg sesuai diruangan f. Memberikan usulan dan saran kepada ruangan E1 khususnya untuk tindak lanjut perbaikan sistem menejemen di Ruangan.
C. MANFAAT 1. Ruang E1 Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan sesuai standar profesional melalui pengelolaan menejemen keperawatan sesuai peran dan fungsi menejemen diruangan. 2. Perawat Meningkatkan mutu pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan. Dapat mengaplikasikan konsep-konsep menejemen keperawatan terutama diruang E1 RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo 3. Kepala Ruangan Memberikan pengetahuan bagi seorang kepala ruangan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan. 4. Katua Tim Memberikan pengetahuan khususnya ketua tim dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. MENEJEMEN KEPERAWATAN Manajemen adalah suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi (Grant dan Massey, 1999). Manajemen juga didefinisikan sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi (P. Siagian). Didalam menejemen tersebut mencakup kegiatan POAC (planning, Organizing, Actuanting, Controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2007). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber- sumber yang ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat, Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkun bagi individu, keluarga dan masyarakat. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas peleyanan keperawatan dirasakan sebagi suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan kemasa depan. Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga perawata ynag profesional. Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling begantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan 4
proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk pengembangan dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan. Perubahan-perubahan ini akan membawa dampak yang positif seperti makin meninkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang diselenggarakan, makin sesuaianya jenis dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat, bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Oleh kerena alasan-alasan diatas maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu perlu adanya menejemen keperawatan. Menejemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri
B. FUNGSI MENEJEMEN KEPERAWATAN a. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya, melalui perencanaan yang akan daoat ditetapkan tugas- tugas staf. Dengan tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas- tugasnya b. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi. c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakan adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia. d. Controlling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. 1. Peran Manejer Peran menejer dapat mempengearuhi faktor mativasi dan lingkungan. Tetapi faktor lain yang mungkin mempengaruhi ketergantungannya tugas, khususnya 5
bagaimana manejer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran menejer dapat dinilai dari kemampuanya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, dimana dalam kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran menejer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada menejer agar diciptakan suasanan keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Menejer mempunyai limam dampak terhadap faktor lingkungan dalam tugasa profesional sebagaimana dibahas sebelumnya (Nursalam, 2002). Menurut Rewland & Rewland (1997), ada dua belas kunci utama dalam kepuasan kerja, yaitu : input, hubungan menejer dengan staf, disilin kerja,, lingkungan tempat kerja,, istirahat dan makanan yang cukup, diskriminasi, kepuasan kerja, penghargaan penampilan, klasifikasi kebijaksanaan, prosedur dan keuntungan, mendapatkan kesempatan, pengambil keputusan, dan gaya menejer.
2. Peran Kepala Ruangan Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah peran kepala runagan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, betanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan. Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan.
Berbagai metode pemberian asuhan
keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman staf di unit yang bersangkutan (Arwani, 2005).
Fungsi Kepala Ruangan Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut: 1. Perencanaan Dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturanperaturan, membuat perencanaan jangka panjang dan jangka pendek untuk 6
mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi, menetapkan biaya -biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelolaan rencana perubahan. 2. Pengorganisasian Meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuaan unit, serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewenang dengan tepat, 3. Ketenagaan Pengaturan ketenagaan dimulai dari rekrutmen, interview, mencari, orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosial isasi staf, dan sosialisasi staf 4. Pengarahan Mencakup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi dan memfasilitasi kolaborasi. 5. Pengawasan Meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan pofesional. Seorang manejer dalam mengerjakan kelima fugsinnya tersebut sehari-hari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, personalia dan lain - lain.
3. Peran Perawat Pelaksana Dalam asuhan keperawatan sabagai perawat yang profesional salah satu peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien indivudu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keprawatan secara langsung atau tidak langsung (Praptianingsih, 2006). Dalam melaksanakan peran sebagai pelaksana perawat bertindak sebagai : a. Comforter yaitu perawat berusaha memberikan kenyamanan dan rasa aman pada klien atau pasien. 7
b. Protector dan advocat yaitu perawat dapat melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. c. Communicator yaitu perawat dapat bertindak sebagai mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. d. Rehabilitator yaitu berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan yaitu mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi secara normal
Peran perawat pelaksana juga dapat ditunjukkan dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat berupa asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi pemberian asuhan pencegahan pada tingkat 1, 2 atau 3 baik direct maupun indirect.
C. PROSES MENEJEMEN KEPERAWATAN Proses menejemen pada model praktik keperawatan profesional terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengendalian (controlling). 1. Planning Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan, prosedur, dan peraturan-peraturan dalam pelayanan keperawatan, kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka pendek dan jangka panjang serta menentukan jumlah biaya dan mengatur adanya perubahan berencana. 2. Organizing Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menetapkan struktur organisasi, menentukan model penugasan keperawatan
sesuai
dengan keadaan klien
danketenagaan, mengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan dari unit,bekerja dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan dan memahami sertamenggunakan kekuasaan dan otoritas yang sesuai. 3. Actuanting Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik, pendelegasian,cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi. 4. Controlling 8
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggungjawaban keuangan, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.
Menejemen keperawatan terdiri dari beberapa komponen yang tiap-tiap komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu : 1. Input Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas. 2. Proses Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses manajemen diperlukan keterampilan teknik,keterampilan hubungan antar manusia,dan keterampilan konseptual. 3. Output Ouptput adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. 4. Kontrol Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. 5. Mekanisme timbal balik Yaitu berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat. Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama – sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
D. SARANA MANAJEMEN KEPERAWATAN Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F dan Presthus Robert V (1960), manajemen mempunyai 5 unsur (5M), yaitu: a. Men 9
b. Money c. Materialis d. Machines e. Methods George R. Terry dalam bukunya Principle Of management, ada 6 sumber daya pokok/sarana dari manajemen, yaitu: a. Men and Women b. Materials c. Meachines d. Methods e. Money f. markets Sistematika dari pandangan para ahli itu jelas menunjukan manusia merupakan unsure manajemen yang pokok, Manusia tidak dapat disamakan dengan benda, Ia mempunyai peranan, pikiran, harapan serta gagasan. Reaksi psikisnya terhadap keadaan sekeliling dapat menimbulkan pengaruh yang lebih jauh dan mendalam serta sukar untuk diperhintungkan secara seksama. Oleh karena itu, manusia perlu senang tiasa untuk diperhatikan dan dikembangkan kearah yang positif sesuai dengan martabat dan kepribadiaannya sebagai manusia.
Man/Women Man/Women merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen factor manusia adalah yang paling menetukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan prosesuntuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
Money Uang merupakan salah satu unsure yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar menukar yang memiliki nilai guna tinggi. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. oleh karena itu uang merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan 10
karena segala sesuatu harus diperhintungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi
Material Material terdiri dari bahan setengah jadi dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik selain manusia tang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab, materi dan manusia tidak dapat dipisahkan. Tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki
Machine Mesin digunakan untuk member kemudahan atau menghasilkan keuntunganyang lebih besar serta menciptakan efisiensi kerja.
Methode Adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan maneje. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat, meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman, maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya
Market Pasar adalah tempat dimana organisasi menyebar luaskan produknya. Memasarkan produk sudah tentu sangat penting, sebab bila barang uang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, Proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan factor penentu dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli konsumen.
11
E. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN Prinsip-prinsip manajemen menurut Arwani (2006) adalah : a) Division of work / pembagian pekerjaan b) Authority and responsibility / kewenangan dan tanggung jawab c) Diccipline / disiplin d) Unity of comment / kesatuan komando e) Unity of direction / kesatuan arah f) Subordination of individual to generate interest / kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum g) Renumeration of personal / penghasilan pegawai h) Centralization / sentralisasi i) Scalar of hierarchy / jenjang hirarki j) Order / ketertiban k) Stability of tenure of personal / stabilitas jabatan pegawai l) Equity / keadilan m) Inisiative / prakarsa n) Esprit de corps / kesetiakawanan korps
Seperti juga prinsip-prinsip manajemen secara umum, prinsip-prinsip yang mendasari Manajemen Keperawatan adalah : a)
Manajemen keperawatan seharusnya berlandaskan perencanaan, karena melalui fungsi perencanaan pimpinan / pengelola keperawatan dapat menurunkan resiko terhadap pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang tidak efektif dan tidak efisien.
b) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer , pengelola keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu dan perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya. c)
Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan yang tepat di berbagai tingkat manejerial.
d) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer / pengelola keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, 12
pikir, yakini, dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari tujuan keperawatan. e)
Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi pelayanan untuk mencapai tujuan.
f)
Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervise, koordinasi dan pengendalian pelaksaan rencana.
g) Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kinerja yang baik. h) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai. i)
Pengembangan staff penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawatperawat pelaksana menduduki posisi yng lebih tinggi ataupun upaya manajer keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j)
Pengendalian merupakan elemen manajemen keperwatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standard an memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para administrator dan manajer keperawatan diharapkan bekerja bersama-sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsifungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
F. PRINSIP-PRINSIP YANG MENDASARI MANAJEMEN KEPERAWATAN Menurut nursalam (2007), prinsip-prinsip manajemen keperawatan adalah a) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana. b) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. 13
c) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan diberbagai tingkat manajerial. d) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan point utama dari seluruh tujuan keperawatan. e) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhn organisasi untuk mencapai tujuan. f) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervise, kordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan. g) Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik. h) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalah pahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah, dan pengertian diantara pegawai. i) Pengembangan staff penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawatperawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan. j) Pengendalian merupakan elemen menajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip-prinsip
melalui
penetapan
standar,
membandingkan
penampilan dengan standard an memperbaiki kekurangan. Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manager dan administrator diharapkan bekerja bersama-sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. G. LINGKUP MANAJEMEN KEPERAWATAN Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industry besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang 14
memadai diteruskan sebagai besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya ( Nursalam,2015)
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi: a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan. b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnose. c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat. d. Menerima akuntabilitas untuk hasil-hasil keperawatan. e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari : a. Manajemen Operasional Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu : 1) Manajemen puncak 2) Manajemen menengah 3) Manajemen bawah Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) Kemampuan menerapkan pengetahuan 2) Ketrampilan kepemimpinan 3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin 4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen b. Manajeman Asuhan Keperawatan Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatau proses keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi. 15
H. MACAM – MACAM METODE ASUHAN KEPERAWATAN a. Konsep Metode Tim Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat proesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memeberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat ynag tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan timm yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja srta memiliki pengetahuan dibidanganya (registered nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin
kelompok atau ketua group bertanggung jawab
mengarahkan anggota group atau tim. Selain itu ketua group bertugas memberi pengerahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan kepada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagi pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan kategori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan profesional (Marquis & Hutson, 2000). Dibawah pimpinan perawat profsional, kelompok perawat akan dapat bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional, penugasan terhadap pasien disebut untuk tim yang terdiri dari ketua tim, dan anggota tim. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusinya didalam memncapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi satu 16
keatuan yng dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta timbul rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangan bergantung pada filosfi ketua tim apakah berorentasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang brperan sebagai ketua tim bertangggung jawab untuk menegtahui kondisi da kebutuhan semua psien yang ada didalam tim nya dan merencanakan perawatan klien, tugas ketua tim meliputi: mengkaji angggota tim, memberi arahann perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan mengkoordinasikan aktivitas klien.
1) Tujuan Metode Tim Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah: a) Untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan ibjektif pasien sehingga pasien merasa puas. b) Dapat meningkatkan kerja sama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan adanya transfer of knowladge dan transfer of experiences diantara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. c) Meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan d) Memfasilitasi pelayanan keperwatan yang komprehensif e) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar f) Menyatukan kemampuan anggota tim ynag berbeda
2) Prinsip-Prinsip Tim Keperawatan a) Suatu model keperawatan yang dilaksanakan oleh suatu team terhadap suatu atau sekelompok klien/pasien b) Team di pimpin oleh seorang perawat yang cera klisis kompeten, mempunyai kemampuan yang baik dalam komunikasi, pengorganisasian dan memimpin c) Dalam model ini team dapat terdiri dari pelaksana asuhan dengan level kemampuan yang berbeda tetapi semua aktifitas team harus terkordinasi secara baik d) Seua anggota team harus paham terhadap permasalahan klien- intervensi dan dampaknya, karena nya di butuhkan case conference secara periodic dan berkisambungan 17
e) Dalam proses asuhan dibutuhkan kesinambungan antar team untuk setiap shif (pagi, sore, malam). Dokumentasi akutrat, timbang terima berbasis pasien
3) Kelebihan dan Kelemehan Metode Tim a) Kelebihan
Dapat memfasilitasi pelayanan keprawatan secara komprehensif
Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan
Konflik antar staf dapat dikendalikan melauli rapat dan efektif untuk belajar
Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal
Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda secara efekif
Peningkatan kerja sama dan komunikasi diantara anggota tim dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperabaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan.
Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan
Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
b) Kelemahan
Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik.
Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak diimplementasikan dengan total
Rapat tim mebutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar anggota tim terganggu
Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf berlindung kepada anggota tim yang mampu
Akuntabilitas dari tim menjadi kabur
Tidak efesien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi 18
b. Metode Fungsional Metode fungsional merupakan metode yang berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan yang merupakan pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama (ada saat perang dunia kedua). Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Contoh Perawat A bertugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua pasien serta menjawab semua pertanyaan tentang pasien. 1) Keuntungan metode fungsional a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga c) Perawat senior diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman d) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana. e) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu. 2) Kelemahan metode fungsional a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat b) Pelayanan keperawatan terpisah pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja d) Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan 19
e) Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan Pelayanan terputus-putus f) Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
c. Metode Primer Metode primer adalah metode dalam pemberian asuhan keperawatan yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat Metode primer merupakan metode yang berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan dari hasil pengkajian kondisi pasien untuk mengkoordinir asuhan keperawatan. Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selma 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawata, ada kejelasan antara pembuat rencana suhan dan pelasksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus anatar pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merancanakan, melakukan, koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
1) Keuntungan metode primer a) Bersifat kontunuitas dan komprehensif b) Perawata primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri c) Mendorong kemandirian perawat d) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat e. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat e) Memberikan
kepuasan
bagi
klien
dan keluarga menerima asuhan
keperawatan. f) Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa di manusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan., dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. 20
2) Kelemahan metode primer a) Hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu b) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat c) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional d) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
d. Metode Kasus Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU. Metode kasus merupakan metode yang berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu. Rasio pasien perawat adalah1:1. Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien untuk satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti: isolasi, intesive care. 1) Keuntungan metode kasus a) Perawat lebih memahami kasus per kasus b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih muda 2) Kelemahan metode kasus a) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama 21
c) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh d) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan e) Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab pasien bertugas.
e. Metode Primer Modifikasi Metode primer modifikasi adalah metode gabungan antara metode penugasan tim dengan metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang. Pada model ini, digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S.Sudarsono (2000), penerapan sistem model ini didasarkan pada beberapa alasan: 1) Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara. 2) Keperawatan tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim 3) Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagain besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan. Untuk ruang model ini di perlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat, juga Ners, Perawat Associate(PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan ( 3orang) dan SPK (18 orang). a) Keuntungan metode primer modifikasi 22
1)) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh 2)) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan 3)) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah di atasi dan memberikan kepuasaan pada anggota tim 4)) Saling memberi pengalaman antar sesama tim 5)) Bersifat kontunuitas dan komprehensif 6)) Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri 7)) Mendorong kemandirian perawat 8)) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat b. Kelemahan metode primer modifikasi 1)) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya 2)) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat 3)) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim 4)) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat 5)) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional 6)) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
23