Bab I & Ii Pm2,5.docx

  • Uploaded by: Istiqma Azmi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I & Ii Pm2,5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,632
  • Pages: 8
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara merupakan masalah yang cukup pelik dan merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan merupakan komponen penting dalam menentukan kualitas hidup manusia. Udara menjadi suatu faktor lingkungan yang tidak dapat tergantikan untuk menjamin kelangsungan dan kualitas hidup manusia. Zat pencemar atau polutan di udara dapat berupa partikulat. Polutan berupa partikulat tersuspensi atau disebut juga particulate matter (PM) atau debu partikulat merupakan komponen penting yang berpengaruh terhadap kesehatan. Salah satu jenis partikulat adalah PM2,5 berukuran 2,5 µm yang berasal dari abrasi tanah, debu jalan (debu dari ban atau kampas rem), dan agregasi partikel sisa pembakaran. Partikel ini dapat masuk dan terdeposit di saluran pernapasan utama yaitu paru-paru (US Environmental Protection Agency, 2013). PM2,5 lebih toksik daripada partikulat yang lebih besar dan telah terbukti mengakibatkan efek terhadap kesehatan. PM2,5 dapat terhirup dan mengendap di organ pernapasan. Jika terpapar dalam jangka panjang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Paparan dalam waktu singkat berdampak pada peningkatan risiko sistem kardiovaskular dan beberapa gangguan fisiologis pada sistem pernapasan, seperti penurunan fungsi paru-paru dan mengganggu rongga pernapasan seseorang yang menderita asma (Pui et. al., 2014).

1.2 Tujuan 1. Mengidentifikasi pencemaran udara dengan melakukan pengukuran PM2,5 di sekitar kampus Universitas Indonesia. 2. Mengidentifikasi risiko kejadian penyakit akibat paparan PM2,5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi PM2,5 Menurut BMKG, partikulat (PM2,5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (mikrometer). PM2,5 merupakan campuran antara partikel padat dan cair yang ditemukan di udara, pada pola suhu normal dapat membuat PM2,5 tetap berada di udara selama beberapa jam hingga beberapa hari. Bentuknya dapat berupa debu, kotoran, atau asap yang berukuran sangat kecil sehingga hanya dapat dideteksi menggunakan mikroskop (US Environmental Protection Agency, 2017). Komponen kimia utama PM2,5 adalah sulfat, nitrat, komponen organik dan komponen amonium. Selain itu, PM2,5 juga mengandung material acid, logam, dan kontaminan lain yang berkaitan dengan efek buruk terhadap kesehatan (US Environmental Protection Agency, 2017).

2.2 Sumber PM2,5 Partikulat di udara tidak hanya dihasilkan dari emisi langsung berupa partikulat, tetapi dihasilkan juga dari emisi gas-gas tertentu yang mengalami kondensasi dan membentuk partikulat. Sumbernya dapat berupa sumber alami dan sumber antropogenik. Sumber partikulat alami antara lain berasal dari debu vulkanik, kebakaran hutan, spora bunga yang diterbangkan oleh angin, angin yang membawa partikel tanah dan serpihan batuan serta penguapan garam-garam air, dan lainnya (Alfiah, 2012). Sumber antropogenik dapat berasal dari udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam ruang (indoor air). Sumber dari udara luar ruangan dapat berasal dari kegiatan industri seperti asap dari cerobong pabrik, penanganan limbah padat, pembakaran kayu, kebakaran hutan, asap rokok dan asap kendaraan/transportasi (Alfiah, 2012). Sedangkan sumber dari udara dalam ruang dapat berasal dari asap pembakaran rumah tangga dari bahan bakar pada kompor tradisional untuk memasak, paparan asap rokok dalam ruang,

bahan bangunan, debu pakaian, serat asbes dari bahan bangunan, serta fiberglass yang terdapat dalam saluran pipa AC (Arjani, 2011).

2.3 Nilai Ambang Batas PM2,5 Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 10 µg/m3 untuk rata-rata tahunan dan 25 µg/m3 untuk rata-rata 24 jam (WHO, 2018). Sedangkan di Indonesia ditetapkan Baku Mutu Udara Ambien Nasional untuk PM2,5 yang tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah adalah sebesar 15 µg/m3 untuk rata-rata waktu pengukuran 1 tahun dan 66 µg/m3 untuk rata-rata waktu pengukuran 24 jam. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (US Environmental Protection Agency) memberikan gambaran mengenai tingkat PM2,5 yang berbahaya dan tindakan pencegahan yang sesuai untuk dilakukan pada setiap tingkatan PM2,5 (Tabel 1). Level PM2,5

Indeks Kualitas Udara

Efek Kesehatan

Pencegahan

0 - 12

Aman (0-50)

Tak ada risiko

Tak ada

12,1 - 35,4

Sedang (51-100)

Individu sensitif

Hindari pekerjaan terlalu

kemungkinan mengalami

berat dan lama

gejala pernapasan 35,5 - 55,4

55,5 - 150,4

Tak sehat bagi

Meningkatnya gejala

Penderita penyakit

kelompok yang

pernapasan, penyakit

pernapasan dan jantung

sensitif (101-150)

jantung dan paru-paru

harus membatasi kerja

Tak sehat

Meningkatnya risiko

Penderita penyakit

(151-200)

penyakit jantung,

pernapasan, jantung,

kematian dini bagi

orangtua, anak-anak harus

penderita

membatasi kerja yang

kardiopulmoner dan

berkepanjangan

meningkatkan risiko pernapasan populasi umum 150,5 -

Sangat tidak sehat

Peningkatan signifikan

Penderita penyakit

250,4

(201-300)

memburuknya penyakit

pernapasan, jantung,

jantung, paru-paru,

orangtua, dan anak-anak

kematian dini penderita

dilarang ke luar rumah

kardiopulmoner dan

maupun kerja

meningkatnya risiko

berkepanjangan

pernapasan populasi umum 250,5 -

Sangat berbahaya

Risiko kematian dini,

Semua orang dilarang ke

500,4

(301-500)

penyakit jantung dan

luar rumah

paru-paru, populasi umum terancam efek penyakit pernapasan serius

2.4 Epidemiologi PM2,5 Sejak beberapa tahun belakangan PM2,5 sudah menjadi ancaman serius baik di dunia maupun di Indonesia.dalam sebuah riset yang dirilis pada tahun 2017 di Jurnal Lancet, diketahui bahwa India dan Cina adalah dua negara dengan tingkat kematian dini akibat polusi PM2,5. Dalam studi tersebut, dari total kematian dini global, 52 persennya ada di Cina dan India. Cina memegang rekor dengan 1.108 kematian dan India dengan 1.090 kematian. Rata-rata partikel PM2,5 di daerah dengan populasi padat di India naik dari 59 µg/m3 di tahun 2015. Namun, dalam penelitian ini kematian tertinggi tidak semua disebabkan konsentrasi PM2,5 terbanyak. Konsentrasi PM2,5 terbanyak di level global berada di Qatar dengan kandungan sebesar 107,3 µg/m3 (Hindu Times, 2017). Kematian dini akibat polusi PM2,5 di tingkat global juga mengalami peningkatan sejak 1990 hingga 2016. Pada tahun 1990, kematian dini akibat polusi PM2,5 sebesar 3,5 juta jiwa dan meningkat menjadi 3,8 juta jiwa pada tahun 2000. Angka ini terus meningkat hingga pada tahun 2016 menyentuh angka 4,2 juta jiwa. Sebanyak 91% kematian dini di dunia terjadi di negaranegara dengan penghasilan rendah dan menengah, dan jumlah terbesar berada di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat (WHO, 2018). Permasalahan di India, Cina, Bangladesh, dan Jepang adalah peningkatan paparan PM2,5 dikombinasikan dengan peningkatan pertumbuhan populasi dan penuaan

menghasilkan

tingkat

kematian

yang

besar.

Paparan

polusi

udara

meningkatkan jumlah orang sakit dan orang mati dini. Paparan populasi yang dihasilkan kendaraan, pembangkit listrik, dan industri menyebabkan 254.000 kematian di tingkat global (Muawal, 2017). Di Indonesia, PM2,5 juga menjadi masalah yang cukup serius. Pemantauan kualitas udara dilakukan oleh Greenpeace Indonesia selama Februari dan Maret 2017 melalui alat pemantau yang diletakkan di 19 titik di kawasan Jakarta dan sekitarnya memperlihatkan hasil yang mencengangkan. Di wilayah perumahan seperti Cibubur, tingkat rata-rata PM2,5 selama dua bulan berada di angka 103,2 µg/m3, di daerah perumahan lainnya yaitu Kebagusan sebesar 65,9 µg/m3 dan Gandul-Depok sebesar 71,5 µg/m3 sama tingginya yang sudah melebihi nilai ambang batas. Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, hanya tiga titik yang memenuhi Baku Mutu Udara Ambien Nasional yaitu daerah Setiabudi sebesar 60 µg/m3, Permata Hijau sebesar 58 µg/m3, dan Utan Kayu sebesar 65 µg/m3 (Greenpeace, 2017).

2.5 Dampak PM2,5 Pencemaran udara oleh PM2,5 sangat berbahaya bagi kesehatan terutama kelompok rentan seperti bayi, anak-anak, ibu hamil, dan lanjut usia. Penyakit yang dapat terjadi akibat PM2,5 yang tinggi antara lain stroke, penyakit jantung, infeksi saluran pernapasan, kanker, dan penyakit paru kronis. Khusus untuk penyakit pernapasan, PM2,5 menjadi partikel pencemar yang dapat memperparah keadaan pernapasan dengan lebih cepat karena partikel ini dapat mengendap pada saluran pernapasan daerah bronki dan alveoli. Hal ini dikarenakan PM2,5 yang masuk ke dalam saluran pernapasan tidak disaring dalam sistem pernapasan dan dapat menempel pada gelembung paru sehingga menyebabkan penurunan kemampuan paru-paru dalam pertukaran gas (Muawal, 2017). Efek yang ditimbulkan oleh PM2,5 tergantung dari besarnya pajanan (kadar/dosis di udara dan lama/waktu pajanan) dan faktor kerentanan individu (Azhar dkk, 2016). Dikarenakan ukuran PM2,5 sangat kecil dan ringan, partikel ini cenderung tinggal lebih lama di udara dan meningkatkan

kemungkinan manusia untuk menghirupnya ke dalam tubuh. Partikel ini mampu melewati hidung dan tenggorokan hingga menembus jauh ke dalam paru-paru bahkan mungkin memasuki sistem peredaran darah. Selain itu, dapat juga memicu atau memperburuk penyakit kronis seperti asma, serangan jantung, bronkitis, dan masalah pernapasan lainnya (Bliss, 2018). Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association menunjukkan bahwa paparan jangka panjang PM2,5 dapat menyebabkan deposit plak arteri, menyebabkan peradangan pembuluh darah dan pengerasan pembuluh darah yang pada akhirnya dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke. Para ilmuwan dalam penelitian ini memperkirakan bahwa setiap 10 µg/m3 peningkatan polusi udara terjadi peningkatan 4%, 6% dan 8% peningkatan risiko semua penyebab kematian akibat kanker paru-paru dan gangguan pernapasan lainnya. Terdapat pula hubungan antara paparan ibu oleh PM2,5 dengan kejadian cacat lahir. Anakanak, orang dewasa yang lebih tua (usia lanjut) atau penderita penyakit jantung sangat rentan terhadap paparan PM2,5 dan harus mengambil tindakan pencegahan khusus ketika kadar PM2,5 di udara ambien melewati tingkat yang tidak sehat.

DAFTAR PUSTAKA Alfiah, Taty. 2012. Partikulat (Particulate Matter – PM). MK Pencemaran Udara, Teknik Lingkungan, ITATS. Tersedia di https://tatyalfiah.files.wordpress.com/2009/09/partikulat-_pm_1.pdf. Arjani, I.A.M.S. 2011. Kualitas Udara dalam Ruang Kerja. Jurnal Skala Husada. 8(2). Azhar, Khadijah, Ika Dharmayanti, Ida Mufida. 2016. Kadar Debu Partikulat (PM2,5) dalam Rumah dan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kota Bekasi Tahun 2014. Media Litbangkes, Vol. 26, No. 1, hal. 45-52. Bliss. 2018. What is PM2,5 and Why You Should Care. Tersedia di https://blissair.com/what-is-pm-2-5.htm. BMKG. 2018. Informasi Konsentrasi Partikulat (PM2,5). Tersedia di https://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/informasi-partikulat-pm25.bmkg. Muawal, Akhmad Hasan. 2017. Partikel yang Membunuh dalam Senyap itu Bernama PM2,5. Tersedia di https://tirto.id/partikel-yang-membunuh-dalamsenyap-itu-bernama-pm-25-cnrb. Greenpeace. 2017. Kualitas Udara Jabodetabek Bruruk!. Tersedia http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/releases/Kualitas-UdaraJabodetabek-Buruk/.

di

Hindu Times. 2017. 52% of Global Air Pollution Deaths from India and China in 2015 Finds Lancet Study. Tersedia di https://www.hindustantimes.com/mumbai-news/52-of-global-air-pollutiondeaths-from-india-and-china-in-2015-finds-lancet-study/story-9uHqAt0nN KfBDoCVvWRIFJ.htm. Journal of American Medical Association. 2002. Lung Cancer, Cardiopulmonary Mortality, and Long-term Exposure to Fine Particulate Air Pollution. NCBI, 287 (9); 1132-41. Tersedia di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11879110. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah. Pui, D.Y, et. al. 2014. PM2.5 in China: Measurements, Sources, Visibility and Health Effects, and Mitigation. Particulogy. Vol. 13, Pg. 1-26. US Environmental Protection Agency. 2013. Air Quality Criteria for Particulate Matter. http://cfpub2.epa.gov/ncea/cfm/recordisplay.cfm?deid=87903. US Environmental Protection Agency. 2017. Particulate Matter (PM) Basics. Tersedia di https://www.epa.gov/pm-pollution/particulate-matter-pmbasics#PM. World Health Organization (WHO). 2018. Ambient (Outdoor) Air Quality and Health. Tersedia di https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/ambient-(outdoor)-air-quality-and-health.

Related Documents

Bab I Dan Bab Ii
December 2019 60
Bab I,ii,iii.pdf
June 2020 18
Bab I Ii Ii.docx
November 2019 25
Bab I, Ii, Iii.docx
June 2020 20
Bab I, Ii, Ii.docx
June 2020 5
Bab I, Ii, Iii.docx
April 2020 10

More Documents from "Dyah Anggraini"