BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas bagi penerus bangsa. Dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualitas yang dapat bersaing di tingkat global, mendapatkan tantangan yang cukup berat. Mengingat begitu penting dan strategisnya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas maka hadirlah suatu lembaga pembelajaran yang dimulai sejak usia dini yaitu lembaga pembelajaran anak usia dini (AUD). Pembelajaran anak usia dini diselenggarakan sebagai upaya meletakkan dasar perkembangan anak sebelum memasuki pembelajaran sekolah dasar (SD). Pembelajaran anak usia dini yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran nasional, bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak lembaga pembelajaran anak usia dini. Apalagi sasaran pembelajaran anak usia dini adalah usia 0 sampai dengan 6 tahun, sehingga sebagian besar waktunya adalah bersama keluarga. Dengan demikian agar tidak terjadi ambiguitas dalam perkembangan anak, maka satunya pemahaman, stimulasi dan cara mendidik yang sesuai dengan pola perkembangan anak antara pihak lembaga pembelajaran anak usia dini dan orangtua adalah suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi. Pemberian pendidikan sejak dini yang baik pada anak akan memberi pengaruh pada proses perkembangan anak. Menurut Soegeng Santoso, (2009: 98) Dalam kamus psikologi, perkembangan diartikan sebagai tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa perkembangan merupakan tahapan dari perubahan aspek jasmani dan rohani manusia ke arah yang lebih maju. Secara umum ada tiga tahapan perkembangan yang dilalui oleh individu sampai dia menjadi dirinya sendiri (person) yaitu tahapan proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah), tahapan
1
proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari rahim ibu ke dunia bebas), dan tahapan proses perkembangan bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas (Syah, 2008: 48). Dalam mempelajari perkembangan manusia ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya sebagai berikut: proses pematangan (khususnya pematangan fungsi kognitif), proses belajar, dan pembawaan atau bakat (Syah, 2008: 43). Sejak anak lahir sampai anak berusia tiga tahun mereka memiliki kepekaan dalam hal menyerap berbagai hal yang terjadi di sekelilingnya atau di lingkungnnya. Usia satu setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun anak memiliki daya sensoris yang berfungsi untuk menyerap bahasa, sehingga merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam berbahasa dan berbicara. Berdasarkan hasil studi di bidang tersebut diketahui bahwa pada saat usia empat tahun perkembangan kognitif anak sudah mencapai 50%, usia delapan tahun mencapai 80% dan saat usia delapan belas tahun perkembangan kognitif anak genap menjadi 100% (Osborn, White, dan Bloom). Perkembangan kognitif dapat
diartikan
sebagai
perkembangan
fungsi
intelektual
atau
proses
perkembangan kemampuan/ kecerdasan otak anak (Syah, 2008: 60). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat pula diketahui bahwa setiap anak mengalami masa emas dalam hidupnya, khususnya saat mereka masih berada pada usia dini. Oleh kerena hal itu maka masa emas perkembangan anak tersebut harus dimanfaatkan dengan baik dan tidak boleh disia-siakan. Menurut Mar’at (dalam Walgito, 2010: 67) persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognitif. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman proses belajar, cakrawala dan pengetahuan. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat dan pengetahuan, cakrawalanya memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut. Melalui komponen kognitif akan menimbulkan ide baru kemudian konsep dari apa yang dilihat. Setelah diketahui bahwa anak memiliki masa perkembangan emas di usia dini, hal tersebut semakin menguatkan asumsi bahwa pembelajaran yang penting
2
bagi seorang anak tidaklah dimulai ketika seorang mulai masuk kedalam sekolah formal seperti SD (Sekolah Dasar), melainkan harus dimulai sedini mungkin agar perkembangan emas dari anak tidak sia-sia dan tidak terlambat. Dengan kata lain pembelajaran anak usia dini (PAUD) untuk anak sangat penting diberikan sebelum seorang anak menempuh pembelajaran yang tingkatnya lebih tinggi seperti sekolah dasar (SD), dalam Indrawati (2008: 17). Pembelajaran anak usia dini (AUD) merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pembelajaran untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pembelajaran lebih lanjut. (Apriana, 2009: 87). Pembelajaran anak usia dini di Indonesia belum begitu mendapat perhatian dari masyarakat. Data Depdiknas tahun 2002 misalnya, menunjukkan bahwa baru 28% dari 26,1 juta anak usia 0-6 tahun yang mendapatkan pembelajaran anak usia dini. Dari 26% anak Indonesia memperoleh pembelajaran dengan masuk ke sekolah dasar (SD) pada usia lebih awal, 2,5 juta anak mendapat pembelajaran melalui Bina Keluarga Balita (BKB), 2,1 juta anak bersekolah di TK, dan sekitar 100.000 anak bersekolah di play group atau kelompok bermain (Enung, 2009: 76). Dari data tersebut terlihat bahwa pembelajaran anak usia dini (AUD) belum bnayak mendapat perhatian, padahal pada usia dini anak memiliki perkembangan kognitif yang hebat. Dalam hal pemberian pembelajaran usia dini pada anak, dibutuhkan peran serta dari para orang tua. Dalam hal ini tinggi rendahnya tingkat pengetahuan orang tua tentang pembelajaran akan berpengaruh pada pemberian pembelajaran terhadap anak. Jika pembelajaran orang tua tinggi maka pengetahuan akan pentingnya pemberian pembelajaran pada anak juga tinggi, termasuk pemberian pembelajaran pada anak usia dini mengingat pada usia tersebut anak mengalami masa emas perkembangan yang bagus sehingga tidak boleh terlewatkan dengan sia-sia. Jika pengetahuan orang tua tentang pembelajaran rendah maka pemberian pembelajaran kepada anaknya juga akan rendah, bahkan mereka tidak tahu akan adanya masa emas yang dialami oleh anaknya sehingga mereka melewatkannya
3
begitu saja tanpa memberikan stimulus yang akan mampu mengembangkan masa emas yang dimiliki anaknya seperti perkembangan kognitif anak. Keberadaan lembaga pembelajaran anak usia dini yang semakin marak merupakan salah satu wujud nyata peran serta dan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pembelajaran anak. Namun hal itu juga harus dibarengi dengan pemahaman yang benar para orang tua tentang pola perkembangan anak agar perannya dalam proses pembelajaran anak sejalan dengan apa yang diberikan oleh lembaga pembelajaran anak usia dini. Jumlah lembaga pembelajaran anak usia dini dari masa ke masa menunjukkan adanya kemajuan. Keberadaannya pun kini tidak hanya di pusatpusat kota, melainkan telah masuk sampai ke desa. Kesadaran dari para orang tua akan perlunya memberikan pembelajaran kepada anak sejak usia dini juga telah tumbuh, dengan memasukkan anak mereka ke dalam lembaga pembelajaran anak usia dini seperti TK dan Kelompok Bermain (Play Group). Demikian halnya yang terjadi di Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara, dimana saat ini terdapat salah satu lembaga pembelajaran anak usia dini yaitu PAUD Mekar Jaya. Namun demikian, pemahaman orang tua akan pentingnya pembelajaran anak usia dini bukan hanya terletak pada kesadaran untuk memasukkan anaknya di lembaga PAUD, akan tetapi lebih kepada pengetahuan orang tua akan metode dan sistem pembelajaran di PAUD. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa orang tua
yang menginginkan
anaknya
langsung mendapatkan
materi
pembelajaran Calistung (Baca, tulis, berhitung), yang seharusnya hal itu tidak diperlukan dalam pembelajaran untuk tahap anak usia dini. Selain itu, terdapat orang tua yang sering ikut dalam proses belajar anak, yang seharusnya hanya bertindak sebagai pendamping sehingga menyebabkan anak tidak mandiri dalam melakukan aktifitas belajarnya. Dan ada pula orang tua yang tidak terlalu memperhatikan proses pembelajaran dan pembelajaran anaknya di PAUD, sehingga menjadikan anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Dalam penelitian ini peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran anak usia dini yang didirikan di desa Mootinelo karena
4
peneliti ingin mengetahui sesungguhnya bagaimana persepsi dari para orang tua dengan kehadiran lembaga pembelajaran anak usia dini di desa Mootinelo serta untuk mengetahui bagaimana perkembangan yang ditunjukkan oleh anak mereka setelah menempuh pembelajaran anak usia dini khususnya di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo sebelum menempuh pembelajaran di sekolah dasa.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasikan dalam penelitian ini yaitu: 1. Adanya
beberapa
orang tua
yang menginginkan
anaknya
langsung
mendapatkan materi pembelajaran Calistung. 2. Terdapat orang tua yang sering ikut dalam proses belajar anak sehingga menyebabkan anak tidak mandiri dalam melakukan aktivitas belajarnya. 3. Ada pula orang tua yang tidak terlalu memperhatikan proses pembelajaran dan pembelajaran anaknya di PAUD, sehingga menjadikan anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
1.3 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi orang tua terhadap pembelajaran anak usia dini di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara?.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi orang tua terhadap pembelajaran anak usia dini di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi persepsi orang tua dalam pembelajaran anak usia dini.
5
b. Untuk mengetahui proses pembelajaran yang diterapkan kepada anak usia dini khususnya di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. c. Untuk mengetahui penyelenggaran pembelajaran khususnya pada anak usia dini di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis: 1. Manfaat Teoritis Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti tentang pembelajaran anak usia dini khususnya di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. 2. Manfaat Praktis a. Bagi para orang tua diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pembelajaran anak usia dini (PAUD). b. Bagi mahasiswa penelitian ini dapat dijadikan sabagai referensi dan bahan literatur awal untuk penelitian tentang pembelajaran anak usia dini (PAUD). c. Bagi pendidik PAUD, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk lebih mengembangkan mutu pembelajaran di institusi mereka agar dapat menunjang perkembangan anak secara signifikan. d. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tentang perlunya pemberian pembelajaran pada anak usia dini.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Hakikat Pembelajaran Anak Usia Dini
2.1.1 Pengertian Pembelajaran Anak Usia Dini Menurut Ebbeck (dalam Isjoni, 2011: 19) menyatakan bahwa PAUD adalah pelayanan kepada anak mulai dari lahir sampai umur enam tahun. UU sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa PAUD adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sebelum dibicarakan tentang pembelajaran terlebih dahulu akan dibahas tentang anak usia dini. Adapun yang dimaksud dengan anak usia dini adalah adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pembelajaran Nasional), adapun berdasarkan para pakar pembelajaran anak, yaitu kelompok manusia yang berusia 0-8 tahun. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya, yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi yang utuh. Pembelajaran bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pembelajaran bagi
7
anak usia dini merupakan sebuah pembelajaran yang dilakukan pada anak yang baru lahir sampai dengan delapan tahun. pembelajaran pada tahap ini memfokuskan pada physical, intelligence, emotional, social education. Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pembelajaran bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahaptahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Upaya pembelajaran anak usia dini bukan hanya dari sisi pembelajaran saja, tetapi termasuk upaya pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran anak usia dini dilakukan secara terpadu dan komprehensif. Pembelajaran anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pembelajaran pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Oleh karena anak merupakan pribadi yang unik dan melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang diupayakan oleh pendidik dan orangtua yang dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana, hendaklah memperhatikan keunikan anak-anak dan disesuaikan dengan tahap perkembangan kepribadian anak. Contoh: jika anak dibiasakan untuk berdoa sebelum melakukan kegiatan baik di rumah maupun lingkungan sekolah dengan cara yang paling mudah dimengerti anak, sedikit demi sedikit anak pasti akan terbiasa untuk berdoa walaupun tidak di damping oleh orang tua ataupun guru mereka. Pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dan anak didik dan atau lingkungan secara sadar, teratur, terencana dan sistematis guna membantu pengembangan potensi anak didik secara maksimal. Pengertian ini dianggap lebih lengkap dan memadai daripada pengertian-pengertian tentang pembelajaran yang dikemukakan oleh banyak ahli di bidang pembelajaran.
8
Setelah dikatakan anak usia dini, berikut dipaparkan tentang pembelajaran anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyuluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif. Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif), maka anak diajarkan dengan mendengarkan
kaset
yang
diselingi
dengan
menunjukkan
gambarnya
(demonstrasi). dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan harapan, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Dengan demikian, Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koodirnasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), social emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosiokultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Dengan kata lain bahwa pengertian pembelajaran anak usia dini adalah pembelajaran yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta perkembangan kejiwaan peserta didik usia nol sampai enam tahun, yang dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan keluarga.
9
2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Pembelajaran Anak Usia Dini Kumaidi Tujuan Pembelajaran AUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta pihakpihak yang terkait dengan pembelajaran dan perkembangan anak usia dini. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: a) Dapat mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia dini dan mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam pengembangan fisiologis yang bersangkutan. b) Dapat memahami perkembangan kreatifitas anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya. c) Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini. d) Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini. e) Dapat
memahami
pendekatan
pembelajaran
dan
aplikasinya
bagi
pengembangan anak usia kanak-kanak. (http://www.jakarta.ac.id, diakses 3 Agustus 2015) Kumaidi Tujuan pembelajaran anak usia dini secara umum adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus kegiatan pembelajaran bertujuan agar: a) Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesama. Contoh: pendidik mengenalkan kepada anak didik bahwa Allah SWT menciptakan berbagai makhluk selain manusia, seperti binatang, tumbuhan, dan sebagainya yang semua itu harus kita sayangi. b) Anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-garakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik (panca indera). Contoh: menari, bermain bola, menulis ataupun mewarnai. c) Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar.
10
Contoh: ketika sudah melakukan pembahasan tema, diberikan kepada anak didik untuk bertanya atau menjawab isi tema yang telah diberikan. d) Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat. Contoh: mencari pasangan gambar yang berkaitan dengan sebab akibat, lalu anak akan berusaha memecahkan masalah dan memberika alasan tersebut. e) Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap postif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki. f) Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta menghargai hasil karya yang kreatif. Contoh: anak yang senang dan menyukai dengan musik, saat mendengar lagu maka akan segera mengikutinya, ataupun ketika diminta melanjutkan syair kedua hingga selesai, maka anak mampu melakukannya. (http://www.jakarta.ac.id, diakses 3 Agustus 2015). Beberapa fungsi pembelajaran bagi anak usia dini yang harus diperhatikan, dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Contoh: menyiapkan media pembelajaran yang banyak sesuai dengan kebutuhan dan minat anak; (2) Mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Contoh: field trip ke Taman Safari, selain dapat mengenal bermacam-macam hewan ciptaan Allah juga dapat mengenal berbagai macam tumbuhan dan hewan serta mengenal perbedaan udara panas dan dingin; (3) Mengembangkan sosialisasi anak. Contoh: bermain bersama teman, melalui bermain maka anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi sehingga proses sosialisasi anak dapat berkembang; (4) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak. Contoh: mengikuti peraturan atau tata cara upacara bendera, dapat menanamkan peraturan dan mengenal arti penghormatan kepada pahlawan perjuangan bangsa; (5) Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya. Contoh: bermain bebas sesuai dengan minat dan keinginan anak; (6) Memberikan stimulus kultural pada anak. Fungsi lainnya yang perlu diperhatikan, yakni penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pembelajaran anak usia dini; penyiapan bahan perumusan standar, kriteria, pedoman, dan prosedur di bidang pembelajaran anak usia dini; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembelajaran anak usia dini;
11
pelaksanaan pemberdayaan peran serta masyarakat di bidang pembelajaran anak usia dini; pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat (Direktorat PAUD, 2008: 76). Selain itu, fungsi pembelajaran AUD lainnya yang penting diperhatikan, adalah: (1) Sebagai upaya pemberian stimulus pengembangan potensi fisik, jasmani, dan indrawi melalui metode yang dapat memberikan dorongan perkembangan fisik/motorik dan fungsi inderawi anak; (2) Memberikan stimulus pengembangan motivasi, hasrat, dorongan dan emosi ke arah yang benar dan sejalan dengan tuntutan agama; (3) Stimulus pengembangan fungsi akal dengan mengoptimalkan daya kognisi dan kapasitas mental anak melalui metode yang dapat
mengintegrasikan pembelajaran agama dengan upaya mendorong
kemampuan kognitif anak. (http://fungsi pembelajaran AUD.com). Dari beberapa fungsi yang telah dipaparkan, dapat terlihat bahwa fungsi pembelajaran anak usia dini adalah memberikan stimulus kultural kepada anak. Pembelajaran pada usia dini sebenarnya merupakan ekspresi dari stimulasi kultural tersebut. Maimunah Berdasarkan tujuan pembelajaran anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi program stimulasi edukasi, yaitu: a) Fungsi Adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri. b) Fungsi
Sosialisasi,
berperan
dalam
membantu
anak
agar
memiliki
keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari di mana anak berada. c) Fungsi Pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan potensi tersebut ke arah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun lingkungannya. d) Fungsi Bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakikatnya bermain itu sendiri merupakan hak anak
12
sepanjang rentang kehidupannya. Melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun pengetahuannya sendiri. e) Fungsi Ekonomik, pembelajaran yang terencana pada anak merupakan investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Terlebih lagi investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan (the golden age) yang akan memberikan keuntungan berlipat ganda. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak merupakan salah satu peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. (www.kompasiana.com tujuan-fungsidan-prinsip-prinsip dalam pendidikan anak usia dini. (di akses pada tanggal 4 Agustus 2015).
2.1.3
Tahap-Tahap Perkembangan Anak Usia Dini Anak yang lahir dari kandungan ibunya tumbuh dan berkembang sesuai
dengan kehidupan yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa (Allah SWT). Pertumbuhan dan perkembangan anak dilihat dari fisik jasmani berbeda-beda. Ada anak yang pertumbuhan jasmaninya cepat dn sehat dan ada pula pertumbuhannya lambat dan sakit-sakitan dan lain sebagainya.Demikian pula pertumbuhan dan perkembangan dari segi mental rohaninya, ada anak yang sehat dan cepat menanggapi apa yang dia dengar maupun yang dia lihat dan ada pula yang mentalnya kurang baik, lama perkembangannya, sehingga yang di dengar dan di lihat lama tanggapan dan pemahamannya. Namun dalam uraian ini yang penulis
kemukakan
adalah
Anak
Usia
Dini
yang
pertumbuhan
dan
perkembangannya normal dalam kaitannya dengan pendidikan. Menurut para ahli paling tidak anak usia dini mempunyai 4 (empat) tahapan perkembangan anak usia dini. Keempat tahapan itu sebagai berikut : 1. Pada anak usia 0-3 tahun yang menonjol adalah kecerdasan linguistik-verbal dan kinestik jasmani. 2. Pada usia 3-4 tahun yang menonjol adalah kecerdasan spasial, dan kecerdasan logis-matematik dan kecerdasan musical. 3. Pada usia 4-6 tahun yang menonjol adalah kecerdasan logis matematik, kecerdasan musik, kecerdasan spasial.
13
4. Pada usia 6-8 tahun yang menonjol adalah kecerdasan linguistik-verbal, kecerdasan logis, matematik, kecerdasan antar pribadi, dan kecerdasan naturalis. (Syamsu Yunus, 2009: 207) Keempat tahapan perkembangan anak usia dini, maka yang masuk dalam kategori anak usia dini dalam uraian ini yaitu tahapan perkembangan 1,2 dan 3. sedang tahapan yang keempat telah masuk pada tahapan perkembangan anak usia tingkat Sekolah Dasar. Memperhatikan ketiga tahapan perkembangan di atas, sangat penting artinya kehadiran Anak Usia Dini dalam kehidupan masyarakat sebagai suatu generasi penerus pada masa yang akan datang. Nova memformulasikan aspek-aspek perkembangan anak yang sebagai berikut: 1. Perkembangan Fisik Berkaitan dengan perkembangan gerakan motorik, yakni perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. "Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Keduanya diperlukan agar anak dapat berkembang optimal. Bedanya, kalau perkembangan motorik kasar sangat tergantung kematangan anak. Kita tak bisa memosisikan anak untuk berjalan atau berlari saat itu juga, padahal anak belum siap baik secara fisik maupun psikis misalnya. Sementara motorik halus bisa dilatih. Anakanak yang perkembangan motorik halusnya kurang, biasanya disebabkan stimulasi dari lingkungan juga kurang. Latihan menulis, meronce atau meremas-remas lilin misalnya bisa dilakukan melatih motorik halus.
14
2. Perkembangan Emosi Ini harus dipupuk sejak dini. Misalnya, orang tua harus bisa memberikan kehangatan, sehingga anak akan merasa nyaman. Anak juga akan belajar dari model di lingkungannya. Nah, apa yang ia rasakan akan ia berikan kembali ke lingkungannya. Jika orang tuanya bersikap hangat, ia pun akan bersikap yang sama terhadap lingkungan. Dapat diprediksi jika orang tua tak pernah memberikan kehangatan pada anak. Anak akan merasa ditolak. Akibatnya, ia bisa depresi yang tentu akan memengaruhi kemampuannya berinteraksi dengan lingkungan. Akibat lain, anak bisa takut mencoba, malu bertemu dengan orang, dan sebagainya. 3. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif atau proses berpikir anak adalah proses menerima, mengolah sampai memahami info yang diterima. Aspeknya antara lain intelegensi, kemampuan memecahkan masalah, serta kemampuan berpikir logis. Intinya adalah kemampuan anak mengembangkan kemampuan berpikir. Kemampuan ini berkaitan dengan bahasa dan bisa dilatih sejak anak mulai memahami kata. Pada tahap dimana anak mulai memberikan respon dan memahami kata, bisa dimasukkan informasi-informasi sederhana. Misalnya, aturan-aturan yang ada di lingkungan. Bisa juga mengenalkan konsep-konsep dasar, seperti warna, angka, dan sebagainya. Proses pengenalan ini harus dilakukan dengan cara bermain. Hambatan dalam bidang kognitif bisa dilihat dari seberapa cepat atau lambat anak menangkap informasi yang diberikan, atau seberapa sulit anak mengungkapkan pikiran. Keterlambatan seperti ini berkaitan dengan kapasitas intelektual yang akan menjadi terbatas pula. 4. Perkembangan Psikososial Berkaitan dengan interaksi anak dengan lingkungannya. Misalnya, di usia setahun, anak sudah bisa bermain dengan teman-teman seusianya. Jika anak sudah punya kemampuan itu, orang tua bisa memberikan dukungan. Anak juga sebaiknya juga dikenalkan dengan lingkungan baru. Ajarkan ia cara beradaptasi.
15
Hambatan perkembangan psikososial akan membuat anak mengalami kecemasan, sulit berinteraksi dengan orang yang baru dikenal, bisa juga jadi pemalu. Atau sebaliknya, jika orang tua overprotektif, anak menjadi sulit berpisah dengan orang tua, sulit mengerjakan segala sesuatuya sendiri karena tidak pernah diberi kesempatan untuk itu. (Nova Tabloid. Pentingnya Memahami
Perkembangan
Si
Kecil
(online)
dihttp://www.tabloidnova.com/ articles.asp?id=5496 2004. h. 2-3
tersedia diakses
tanggal (3 Agustus 2015).
2.2
Hakekat Persepsi
2.2.1 Pengertian Persepsi Menurut Desiderato (dalam Rakhmat, 2005: 51) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, atau juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori. Menurut Daryanto (2010: 77) persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasaaan dan pencium. Menurut Muda (2006: 414) persepsi adalah tanggapan langsung atau sesuatu. Sedangkan menurut Agustin (2009: 409) persepsi adalah pengamatan, penyususnan dorongan-dorongan dalam kesatuan-kesatuan, hal mengetahui, melalui indera, tanggapan (indera), daya memahami. Terdapat berbagai pengertian tentang persepsi. Persepsi dapat diartikan sebagai sudut pandang atau cara pandang seseorang terhadap suatu objek. Persepsi seseorang akan memberi pengaruh terhadap proses pengambilan keputusan. Apabila persepsi seseorang
baik atau positif terhadap suatu hal, maka
16
pengambilan keputusan pun akan selaras dengan persepsi tersebut ataupun sebaliknya. Menurut Kotler (dalam Zuhairi, 2009: 192) menyebutkan bahwa “Perception is the process by which people select, orgineze, and interpret into form a meaningful picture of the world.” Jadi persepsi merupakan pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Oleh kerena itu setiap orang dalam memberi arti terhadap stimulus dapat berbeda antara satu dan yang lainnya. Persepsi berkaitan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang objek atau kejadian pada saat tertentu, oleh kerena itu maka persepsi akan terjadi kapan saja ketika stimulus menggerakkan indera. Persepsi juga merupakan proses psikologis sebagai hasil penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk poses berpikir. Walgito (2010: 22) menyimpulkan bahwa persepsi adalah kesan ynag pertama untuk mencapai suatu keberhasilan. Persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus, dan penterjemahan atau penafisiran stimulus, yang telah diorganisasi dengan cara yang mampu mempengaruhi perilaku dan sikap. Menurut Kotler dan Amstrong (dalam Zuhairi, 2009: 186) seseorang dapat memiliki persepsi yang berbeda kepada objek yang sama karena ada 3 proses yaitu: Distortion selective, Disturbance selective, dan Memory selective. Distortion selective adalah proses dimana seseorang memperlihatkan sejumlah stimuli setiap hari, namun seseorang tidak dapat menimbulkan stimuli. Disturbance selective adalah kecenderungan seseorang untuk menerima informasi dalam pengertiannya, sedangkan memory selective adalah proses dimana seseorang akan cenderung menyimpan informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka. Jika persepsi seseorang berbeda, maka pola perilaku dan sikap yang dihasilkan akan berbeda. Hal tersebut karena seseorang mengalami proses penerimaan, pengorganisasian sampai
pengiterpretasian atau penterjemahan
objek/stimulus yang berbeda sehingga menghasilkan pandangan yang berbeda pula. Dalam penelitian ini hal tersebut tercermin dari adanya masyarakat yang memberikan pembelajaran anak usia dini kepada anaknya dan ada pula
17
masyarakat yang tidak memberikan pembelajaran pada anak usia dini. Adanya pengambilan
keputusan
yang
berbeda
tersebut
dikarenakan
dalam
menginterpretasikan atau menterjemahkan pembelajaran anak usia dini untuk anak prasekolah terdapat perbedaan.
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Mar'at (dalam Aryanti, 2009: 75) mengemukakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan terhadap objek psikologis. Rakhmat (dalam Aryanti, 2009: 87) mengemukakan bahwa persepsi juga ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural. dari luar individu antara lain: lingkungan keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap obyek psikologis. Faktor-faktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku, nilai-nilai dalam masyarakat. Pelaku orang lain dan menarik kesimpulan tentang penyebab perilaku tersebut atribusi dapat terjadi bila: a. Suatu kejadian yang tidak biasa menarik perhatian seseorang, b. Suatu kejadian memiliki konsekuensi yang bersifat personal, c. Seseorang ingin mengetahui motif yang melatarbelakangi orang lain (http://id.shoving.com). Brems & Kassin (dalam Aryanti, 2009: 98) mengatakan bahwa persepsi sosial memiliki beberapa elemen, yaitu: a. Person, yaitu orang yang menilai orang lain. b. Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk menilai sesuatu. c. Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh orang lain. Ada dua pandangan mengenai proses persepsi, yaitu: Pertama, persepsi sosial, berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak pertimbangan orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan cepat berdasarkan penampilan
18
fisik dan perhatian sekilas. Kedua, persepsi sosial, adalah sebuah proses yang kompleks, orang mengamati perilaku orang lain dengan teliti hingga di peroleh analisis secara lengkap terhadap person, situasional, dan behaviour. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi suatu proses aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang merupakan faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai terhadap objek tersebut. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari, dihilangkan atau disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi (http://id.shoving.com). Beberapa faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subyektif. Faktor struktural atau faktor Terbentunya pada individu dipengaruhi oleh banyak hal, seperti yang dikemukakan David dan Ricard Cruthfield (dalam Jalaludin Rahmat, 2009: 52) membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi menjadi dua yaitu faktor fungsional dan faktor struktural. a. Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal yaitu karakteristik orang yang memberikan respon pada stimulus tersebut. Oleh kerena itu menunjukkan bahwa berat ringannya penilaian terhadap objek tergantung pada rangkaian objek yang dinilainya, yang dipengaruhi oleh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya. b. Faktor struktural Faktor struktural adalah faktor yang semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Persepsi tersebut sesuai dengan yang dirumuskan pada teori gesalt yaitu bila kita ingin mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan. Hal ini berarti apabila ingin
19
memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah melainkan kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi. Proses sosialisasi ini tampaknya terpisah, tetapi sebenarnya saling berhubungan satu sama lainnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (dalam Muhibbin, 2009: 127), yaitu sebagai berikut. a. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat. b. Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat. c. Mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat. Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini, individu akan terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok individu sosial dan individu nonsosial. Kelompok individu sosial adalah mereka yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka mampu untuk mengikuti kelompok yang diinginkan dan diterima sebagai anggota kelompok. Adakalanya mereka selalu menginginkan adanya orang lain dan merasa kesepian apabila berada seorang diri. Selain itu mereka juga merasa puas dan bahagia jika selalu berada dengan orang lain. Adapun kelompok individu nonsosial, mereka adalah orang-orang yang tidak berhasil mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang tidak tahu apa yang diharapkan kelompok sosial sehingga tingkah laku mereka tidak sesuai dengan harapan sosial. Kadang-kadang mereka tumbuh menjadi individu antisosial, yaitu individu yang mengetahui harapan kelompok sosial, tetapi dengan sengaja melawan hal tersebut. Akibatnya individu antisosial ini ditolak atau dikucilkan oleh kelompok sosial. Selain kedua kelompok tadi, dalam perkembangan sosial ini adapula istilah individu yang introvert dan extrovert. Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Minat, sikap ataupun keputusan-keputusan yang diambil selalu didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Orang-orang dengan kecenderungan introvert, biasanya pendiam dan tidak membutuhkan orang lain karena merasa segala kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri. Sedangkan extrovert adalah kecenderungan
20
seseorang untuk mengarahkan perhatian ke luar dirinya sehingga segala minat, sikap, dan keputusan-keputusan yang diambilnya lebih ditentukan oleh peristiwaperistiwa yang terjadi di luar dirinya. Orang-orang extrovert biasanya cenderung aktif, suka berteman, dan ramah-tamah. Seorang ahli menyatakan introvert dan extrovert hanya merupakan suatu tipe dari reaksi yang ditunjukkan seseorang. Jika seseorang menunjukkan reaksi yang terus-menerus seperti itu atau sudah menjadi kebiasaan barulah bisa dianggap sebagai tipe kepribadiannya. Sementara ahli lain menyatakan bahwa suatu kepribadian yang sehat atau seimbang haruslah memiliki kedua kecenderungan ini. Dengan demikian, kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta kebutuhan akan prestasi dan refleksi diri keduanya bisa terpuaskan.
2.2.3 Syarat Terjadinya Persepsi Walgito (2010: 70) mengemukakan beberapa syarat sebelum individu mengadakan peresepsi yang meliputi adanya objek (sasaran ynag diamati), objek atau sasaran yan diamati akan menimbulkan stimulus atau rangsangan apabila mengenai alat indera atau reseptor, dan adanya indera yang cukup baik. Berikut adalah penjelasan dari syarat- syarat tersebut. a. Adanya objek yang dipersepsi Objek atau sasaran yang diamati akan menimbulkan stimulus atau rangsangan yang mengenai alat indera. Objek dalam hal ini adalah persepsi para orang tua tentang pembelajaran anak usia dini (PAUD) terhadap perekembangan anak prasekolah. b. Adanya indera atau resepsi Alat indera yang dimaksud adalah alat indera untuk menerima stimulus yang kemudian diterima dan diteruskan oleh syaraf sensoris yang selanjutnya akan disampaikan ke susunan syaraf pusat sebagai pusat kesadaran. Oleh kerena itu para orang tua diharapkan memiliki panca indera yang cukup baik sehingga stimulus yang akan diterima akan diteruskan kepada susunan syaraf otak dan berujung pada persepi yang berkualitas pada objek.
21
c. Adanya perhatian Perhatian adalah langkah awal atau kita sebut sebagai persiapan untuk mengadakan persepsi. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus, oleh karena itu apa yang diperhatikan akan betul-betul disadari oleh individu dan dimengerti oleh individu yang bersangkutan. Persepsi dan kesadaran mempunyai hubungan yang positif, karena makin diperhatikan objek oleh individu maka objek tersebut akan makin jelas dimengerti oleh individu itu sendiri.
2.2.4 Persepsi Orang Tua Terhadap Pembelajaran Anak Usia Dini persepsi sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Persepsi setiap individu/personal tentang obyek atau peristiwa sangat tergantung pada suatu kerangka ruang dan waktu yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri seseorang (aspek kognitif) dan faktor dari luar (stimulus visual). Secara implisit persepsi dikatakan bahwa, persepsi suatu individu terhadap suatu obyek sangat mungkin memiliki perbedaan dengan persepsi individu lainnya terhadap obyek yang sama. Orang tua, sebagai anggota yang paling dominan dalam suatu kelompok sosial terkecil, yaitu keluarga, dalam menjalani peran dan fungsinya, dituntut partisipasinya dalam pembelajaran anak-anaknya. Partisipasi orang tua terhadap pembelajaran
anak
usia
dini,
tidak
hanya
diwujudkan
dalam
bentuk
“menyekolahkan” anak dalam lembaga pembelajaran anak usia dini, namum lebih pada upaya orang tua dalam ikut mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya, karena sebagaimana diungkapkan oleh Witherington, (2009: 87) bahwa pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja dilakukan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang. Menyediakan lingkungan dan sarana belajar yang kondusif, berinteraksi dengan anak secara emosional dan intelektual, memberikan kesempatan anak untuk dapat bereksplorasi dalam lingkungan yang lebih luas, memberikan keteladanan yang baik, menanamkan kebiasaan yang baik bagi anak di rumah, mengadakan
22
komunikasi yang baik dengan pihak sekolah merupakan wujud nyata partisipasi orangtua dalam pembelajaran anak usia dini. Pada zaman sekarang PAUD dianggap beberapa keluarga sangat penting untuk dijalani oleh anak mereka. Dalam memutuskan pilihan agar anak memasuki PAUD, keluarga cenderung berperan penting dalam memutuskan hal tersebut. Keluarga merupakan adalah wadah yang sangat penting di antara individu. Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama, dimana anak-anak menjadi anggotanya, dan pada keluargalah tempat untuk mengadakan sosialisasi. Keluarga adalah orang yang pertama dimana anak mengadakan kontak dan yang pertama pula untuk mengajar pada anak bagaimana dia hidup dengan orang lain. Sampai anak memasuki sekolah, mereka mengabiskan seluruh waktunya di dalam unit keluarga. Dengan kata lain, secara ideal perkembangan anak akan optimal apabila mereka bersama keluarganya. Grotberg (dalam Zuhairi, 2008: 56) mengemukakan “It seems quite clear that educational stimulation and emotional support from parents are the critical factors in differentiating children’s education and development.” Pernyataan ini menegaskan bahwa tugas orang tua (parental role) dalam hubungannya dengan proses pembelajaran anak adalah memberikan stimulasi edukasi (educational stimulation) dan dukungan emosi (emotional support). Stimulasi edukasi adalah pemberian kesempatan pada anak untuk dapat mengembangkan potensi dirinya baik secara emosional maupun intelektual, penyediaan sarana dan prasarana belajar, seperti buku-buku, alat permainan, serta pemberian kesempatan bagi anak untuk dapat bereksplorasi pada lingkungan yang lebih luas. Sedangkan yang dimaksud dengan dukungan emosi adalah hubungan interpersonal antara anak dan orang tua. Bila kita menggabungkan pendapat Grotberg yang lebih menitikberatkan pada partisipasi orang tua di rumah dengan kategori partisipasi yang dikembangkan baik oleh Epstein maupun Baker, dapat ditarik satu benang merah bahwa peran orang tua dalam pembelajaran anaknya meliputi tiga aspek, yaitu: interaksi orang tua-anak, komunikasi orang tua-guru dan penyediaan sarana dan
23
lingkungan edukasi. Dan ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Seseorang akan dikatakan sebagai orangtua jika mereka telah mempunyai anak. Setelah mempunyai anak, maka kita akan beroperasi dengan pemikiran yang sudah melekat dalam diri kita. Pemikiran inilah yang menjadi dasar setiap tindakan kita. Pemikiran ini menjadi persepsi. Satu hal yang kebanyakan orang tidak sadari adalah persepsi ini bisa mengunci pemikiran kita. Persepsi ini menjadi koridor pemikiran kita. Ia memerangkap kita di dalamnya. Sebaik-baiknya kemampuan berpikir kita jika persepsi awalnya salah maka tidak akan menemui jawaban yang kita inginkan. Ambil contoh seorang anak yang sedang disuapi makan berlarian kesana kemari. Jika persepsi awal kita mengatakan bahwa anak ini nakal, makannya rewel, tidak menghargai waktu saya dan berbagai persepsi awal negatif lainnya maka tindakan kita akan negatif juga. Marah misalnya. atau mengatakan sesuatu yang nadanya jengkel, misal "Ayo cepat! Mama kan masih ada pekerjaan lain bukan urusi kamu saja!", anak merasa dirinya tidak penting, ia merasa dirinya tidak bisa memenuhi harapan orangtuanya, tetapi ia memang tidak ingin makan. Akhirnya anak mengalami konflik diri yang tidak kentara dan harga dirinya menjadi terkontaminasi. Atau "Kalau lari-lari seperti itu Mama tidak akan suapi kamu lagi!". Kenyataannya adalah besok ia disuapi lagi. Orangtua menjadi tidak konsisten di mata anak. Tetapi jika persepsi awal kita adalah positif misalnya,"Saya harus membantunya mengerti mengapa ia perlu makan sekarang", atau "Ia adalah seorang anak yang perlu dimengerti" maka tindakan berikutnya bagi kita bisa sangat berbeda. Mungkin kita akan menanyainya dengan penuh perhatian mencari sebab mengapa ia berlarian ketika disuapi makan. Akibatnya adalah si anak merasa diperhatikan dan dimengerti. Ia bisa merasa diterima sehingga harga dirinya berkembang sehat. dari contoh tersebut jelaslah bahwa persepsi mengarahkan tindakan kita. Dan tindakan kita akhirnya memicu reaksi dari anak. Reaksi dari anak akan memicu pemikiran tertentu. Dan pemikiran ini akan membentuk persepsi anak tentang dirinya sendiri. Akhirnya konsep diri anak terbentuk. Bisakah anda melihat peranan anda sebagai orangtua sangat besar dalam membentuk konsep diri anak anda? Tahukah anda bahwa
24
konsep diri inilah yang akan menentukan masa depannya kelak? Orangtua, dalam tingkat tertentu yang signifikan, ikut menentukan masa depan dan nasib seorang anak melalui sikap dan tindakan mereka kepada anaknya. Sebagai orangtua kita sangat berkewajiban untuk mengembangkan kontrol diri dan kesadaran yang sangat tinggi melalui upaya pembelajaran terus menerus sehingga kita sanggup memberikan teladan dan contoh terbaik bagi anak-anak kita. Ibarat pohon dan buah, kita orangtua adalah akar yang menentukan kualitas buah seperti apa yang akan kita hasilkan. Jika sebagai akar kita tidak mampu menyerap nutrisi di sekitar kita dan tidak mampu menyalurkannya ke batang pohon maka buah di atas sana tidak
akan
berkembang
dengan
baik.
Sebagai
orang
tua
kita
perlu
mengembangkan diri untuk memperbaiki diri dengan cara mengontrol persepsi kita dan menelitinya kembali asal mula persepsi itu terbentuk dalam diri kita demi masa depan anak-anak kita.
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Hal itu karena pembelajaran anak usia dini telah mulai diperhatikan oleh masyarakat sekitar sebagai suatu lembaga alternatif untuk mendidik anak pada usia dini. Di samping itu, lokasi tersebut dekat dengan peneliti sehingga akan lebih memudahkan akses peneliti dalam memperoleh data atau informasi. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni.
3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Studi etnografi (ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Meskipun makna budaya itu sangat luas, tetapi studi etnografi biasanya dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual dan cara-cara hidup (Sukmadinata, 2009: 62). Tujuan penelitian etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat (Spradley, 2009: 3-4). Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. Alasan menggunakan metode kualitatif karena permasalahan belum jelas, kompleks, dinamis sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode kuantitatif dengan instrumen. Selain itu peneliti pada dasarnya bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam dan menemukan pola sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa data tertulis atau
26
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan diarahkan pada individu secara holistik (utuh). 3.3 Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti adalah sebagai instrumen utama yang sudah tentu harus beradaptasi dengan kondisi yang ada di lapangan guna kepentingan penelitian sehingga kehadiran peneliti di lokasi penelitian diketahui oleh objek penelitian. Selain itu peneliti sebagai pengamat partisipan, yaitu peneliti terlibat langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengumpulkan data sehingga data yang dikumpulkan benar-benar akurat sesuai dengan kebutuhan peneliti.
3.4 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan guna mendukung penelitian ini adalah data yang benar-benar diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya keabsahannya yaitu: 1) Data Primer Yaitu data yang diperoleh melalui tahapan observasi di lapangan dan wawancara langsung dengan subjek penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi atau pengamatan di desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Kepala PAUD, guru dan orang tua. 2) Data Sekunder Untuk mendukung penelitian ini maka peneliti menggunakan data sekunder yang diperoleh berasal dari buku-buku, hasil penelitian, dokumen, dan sumbersumber yang relevan dengan tema penelitian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan sehubungan dengan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tentang kondisi
yang terjadi selama dilapangan
yang berkaitan dengan
pembelajaran AUD.
27
2. Wawancara Teknik ini digunakan untuk mengetahui informasi yang lebih deteil dan mendalam dari informan. Wawancara dilakukan dengan dua cara, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur menggunakan seperangkat pertanyaan baku secara tertulis sebagai pedoman untuk wawancara. Pada wawancara terstruktur setiap informan diberikan pertanyaan yang sama. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan, sehingga itu peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh informan. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari informan tersebut, maka peneliti mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah kemasalah penelitian. 3. Dokumentasi Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen (data sekunder) (Sugiyono, 2010:329). Fungsinya sebagai pendukung dan pelengkap data primer yang diperoleh melalui pengamatan ini adalah dokumen yang memuat informasi tentang penelitian yang diangkat.
3.6
Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan dalam penelitian kualitatif sifatnya lebih
induktif, dimana analisis berdasarkan data yang telah diperoleh kemudian dikembangkan ke dalam pola hubungan tertentu dan menjadi sebuah hipotesis. Penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif artinya data yang dianalisa dalam bentuk deskriptif fenomena tidak berbentuk angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel, sehingga tidak membutuhkan analisis secara statistik. Patton (dalam Moleong, 2009: 103), tahapan analisis data adalah sebagai berikut:
28
a) Pengumpulan data Dalam pengumpulan data, peneliti mencatat semua data secara obyektif, sehingga apa yang dicatat adalah sesuai dengan data dari hasil observasi dan wawancara di lapangan. b) Reduksi data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat dengan teliti dan rinci. Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting sehingga hal-hal yang tidak perlu atau tidak terkait dengan masalah penelitian dapat dihilangkan. c) Penyajian data Setelah data selesai direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan selanjutnya. Teks naratif sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif. d) Pengambilan keputusan atau verifikasi Verifikasi adalah pemeriksaan terhadap hasil penelitian. Hal ini dilakukan agar diketahui benar tidaknya hasil dari penelitian yang telah kita reduksi, untuk kemudian dapat dibuat kesimpulan yang dapat dipercaya kebenarannya.
3.7 Tahap-Tahap Penelitian Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap pra lapangan (pengamatan) a. Observasi/pengamatan di lokasi penelitian b. Menyusun rancangan penelitian 2. Tahap Pekerjaan Lapangan a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri b. Mengumpulkan data dengan cara observasi dan wawancara 3. Melakukan Analisis Data 4. Membuat Laporan
29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lembaga PAUD Pada awalnya tanggal 17 juli tahun 2006 kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh anak usia dini masih meminjam rumah warga selama 2 bulan. Setelah itu mereka pindah ke gedung kantor desa selama 10 bulan. Lalu pada awal bulan oktober 2006 mendapat bantuan dana dari PPK (Program Pengembangan Kecamatan) binaan PNPM Mandiri. Pembangunan gedung pembelajaran untuk PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara di mulai pada bulan Desember 2006 dan selesai pada bulan juni 2007. Pada tahun ajaran baru 2007 tepatnya bulan Juli 2007, pendidik di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara sudah mulai menerima anak didik baru dan mulai menggunakan gedung pembelajaran tersebut hingga sekarang. Gedung tersebut terdiri atas 2 bangunan dimana bangunan yang satu digunakan untuk pembelajaran Taman Kanak-Kanak (TK). Hingga saat ini gedung
tersebut masih dalam keadaan terawat dan digunakan 6 hari dalam
seminggu untuk melaksanakan proses pembelajaran. 1) Keadaan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Alat Permainan Edukatif (APE) yang ada di lembaga PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara ini masih terbatas dari segi jumlah namun cukup bervariasi dari segi bentuk dan warna sehingga anak usia dini merasa senang dalam menggunakan APE tersebut. Sedangkan keadaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang proses pembelajaran sudah cukup tersedia meskipun belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan. Data mengenai keadaan sarana dan prasarana pembelajaran serta jumlah APE dapat dilihat pada tabel berikut :
30
Tabel 4.1. Keadaan Sarana dan Prasarana Pembelajaran No Jenis Sarana dan Prasarana Pembelajaran Jumlah 1 Meja dan kursi pendidik 2 2 Meja belajar anak didik 34 3 Kursi anak didik 34 4 Gedung Pembelajaran 1 Sumber Data : Profil PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2015 Tabel 4.2. Keadaan Tenaga Pendidik No Nama Nama Pendidik Pendidikan Terakhir 1 Risna Hasan, S.Pd S1 2 Santi Hasan, S.Pd S1 Sumber Data : Profil PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2015 Tabel 4.2 Keadaan Anak No 2014/2015
Jenis kelamin L P 1. 34 14 20 Jumlah 34 14 20 Sumber Data : Profil PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2015
Tabel 4.3. Keadaan Alat pembelajaran Edukatif (APE) No Jenis Alat Permainan Edukatif (APE) Jumlah Keterangan 1 Puzzle Binatang 8 Ape Dalam 2 Puzzle Buah-buahan 8 Ape Dalam 3 Puzzle Huruf Hijaiyah 4 Ape Dalam 4 Puzzle Angka 4 Ape Dalam 5 Puzzle Huruf Abjad 4 Ape Dalam 6 Bola – bola 4 Ape Dalam 7 Boneka 1 Set Ape Dalam 8 Alat Masak-memasak 1 Set Ape Dalam 9 Lucuran 1 Ape Luar 10 Ayunan 2 Ape Luar 11 Tangga majemuk 1 Ape Luar 12 Terowongan 1 Ape Luar 13 Mangkuk putar 1 Ape Luar Sumber Data : Profil PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2015
31
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, persepsi orang tua terhadap pembelajaran anak usia dini sangat beragam. Orang tua mempersepsikan pembelajaran anak usia dini adalah pembelajaran yang hanya dilakukan di sekolah. Padahal, pembelajaran untuk anak usia dini tidak hanya dilakukan di sekolah, namun juga di dalam keluarga. pembelajaran yang diberikan orang tua kepada anak merupakan pembelajaran untuk anak. Orang tua juga belum mengetahui fungsi dan tujuan pembelajaran bagi anak usia dini dengan benar. Orang tua hanya mengetahui bahwa pembelajaran AUD berfungsi untuk mempersiapkan anak sebelum anak masuk ke sekolah selanjutnya. Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses pemahaman terhadap apa yang terjadi dilingkungan orang yang sedang berpersepsi dan hubungan antara lingkungan dengan manusia dan tingkah lakunya. Persepsi adalah tanggapan seseorang tentang suatu objek yang sangat menentukan perilakunya terhadap objek yang dilihatnya. Dengan kata lain lingkungan sangat aktif berinteraksi dengan manusia melalui inderanya menangkap rangsangan sampai akhirnya timbul makna yang spontan yang akan ditampilkan dalam perilaku. Dengan demikian perilaku individu tidak terlepas dari persepsinya. Anak usia dini merupakan kelompok yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan dan memiliki
pola
pertumbuhan dan
perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus. 4.2.1
Pengalaman Pengalaman
adalah
peristiwa
yang
benar-benar
pernah
dialami.
pengungkapan pengalaman secara narasi berarti mengemukakan atau memaparkan suatu peristiwa atau pengalaman yang pernah dialami berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Pengalaman maksudnya semua proses, peristiwa dan aktivitas yang dialami orang tua untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Anak didik yang dibimbing oleh orang tua yang berbeda akan mendapatkan pengalaman yang berbeda pula. Untuk merumuskan pengalaman orang tua hendaknya memperhatikan beberapa faktor antara lain:
32
1. Karakteristik konsep yang diajarkan, Karakteristik konsep yang dimaksud adalah tuntutan dan tuntunan yang sudah melekat untuk tiap konsep. Sebagai contoh, konsep evolusi yang berarti perubahan secara perlahan-lahan dalam waktu yang sangat lama, memberikan petunjuk bahwa pengalaman belajar yang paling tepat dengan mengobservasi dan menganalisis bukti-bukti evolusi. 2. Kesiapan, Faktor kedua yang harus diperhatikan dalam memilih pengalaman adalah kesiapan. Orang tua hendaknya mempertimbangankan kesiapan anak. Untuk itu Orang tua hendaknya juga memperhatikan tingkat perkembangan, terutama perkembangan kognitif. Apabila tingkat berfikir anak diperkirakan masih pada tingkat konkret, tentunya konsep tersebut akan sulit dipahami siswa apabila hanya lewat penjelasan. anak yang demikian tentunya akan lebih baik apabila pengalaman belajarnya adalah pengalaman belajar langsung dengan objek nyata. 3. Fasilitas yang tersedia Faktor ketiga yang juga penting dipertimbangkan Orang tua adalah ketersediaan alat. Orang tua tentunya tidak bisa merancang alat suatu kegiatan yang akan menggunakan alat atau bahan yang tidak dapat diperolehnya. Untuk itu dalam merancang pengalaman belajar guru harus mempertimbangkan betul ketersediaan alat dan bahan yang dibutuhkannya. Pengalaman orangtua harus bersifat real atau jangan bersifat abstrak. Artinya, dalam belajar orangtua harus berorientasi kepada kehidupan nyata atau kehidupan keseharian yang pernah dialami. Sering terjadi kebosanan anak dalam belajar karena contoh-contoh tidak ditemukan dalam kehidupan nyata atau sulit didapatkan. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap orang tua anak usia dini dapat dilihat sebagai berikut: ”Pengalaman merupakan serangkaian proses dan peristiwa yang dialami oleh seseorang dalam kehidupannya yang terjadi pada suatu waktu. Pengalaman belajar merupakan serangkaian proses dan peristiwa yang dialami oleh setiap individu khususnya anak dalam ruang lingkup tertentu sesuai dengan metode ataupun strategi pembelajaran yang diberikan oleh masing-masing orang tua. Setiap orangtua memiliki strategi mengajar yang berbeda sehingga hal ini dapat mengisi pangalaman belajar anak. (WW.HA, Kamis 9 April 2015).”
33
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa persepsi orang tua terhadap pengalaman khususnya pada pengalaman belajar yang diterapkan kepada anak usia dini selama ini sangat penting terlebih lagi usia anak yang mengikuti pembelajaran di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara masih tergolong pada kelompok usia 3-4 tahun. Tanggapan salah satu dari orang tua terhadap pengalaman belajar AUD selama ini dapat dilihat pada hasil wawancara sebagai berikut: ”Pengalaman belajar erat kaitannya dengan pengembangan keterampilan proses. Makin aktif anak secara intelektual, manual dan sosial tampaknya makin bermakna pengalaman belajar anak. Dengan melakukan sendiri, anak akan lebih menghayati. Hal itu berbeda jika hanya dengan mendengar atau sekedar membaca. Ada ungkapan yang sering dilontarkan dalam dunia pendidikan yaitu “Pengalaman adalah guru yang paling baik” dimana melalui pengalaman yang nyata seseorang belajar. (WW.YU, Kamis 9 April 2015)”. Dalam pengalaman khususnya pada pengalaman belajar yang diterapkan kepada anak usia dini ini, orang tua menaruh harapan yang besar terhadap anak. Hal ini terlihat dari hasil wawancara peneliti bersama orang tua anak berikut ini: ”Setiap orang mempunyai pengalaman mendapatkan penghargaan dari orang lain seperti pengakuan terhadap sesuatu yang telah dilakukannya. Dengan penghargaan seperti ini ia akan merasa berguna karena mampu memberikan sesuatu atau dapat berperan untuk membantu orang lain. Begitu pula dengan anak-anak, mereka merasa senang apabila melakukan sesuatu dan mendapat penghargaan dari guru, orangtua, dan atau dari orang dewasa yang lain. Dengan demikian, anak yang melakukan sesuatu yang baik patut mendapatkan penghargaan. Penghargaan yang berulangulang akan menumbuhkan kepercayaan pada diri anak. Selain itu, anak juga membutuhkan kasih sayang dari orangtua dan orang dewasa yang lain. Dengan diberikannya kasih sayang yang tulus, anak akan, merasa bahagia dan gembira sehingga anak bebas dari ketegangan-ketegangan. Kasih sayang yang diberikan orangtua atau orang dewasa yang lain dapat berbentuk kata-kata, sikap dan perbuatan seperti memberi senyum atau membelai. Selanjutnya antara penghargaan, kasih sayang dan persahabatan merupakan hal yang saling berhubungan satu dengan lain. Anak-anak membutuhkan suatu persahabatan yaitu yang antara anak dengan orangtua atau orang dewasa yang lain atau dengan remaja atau dengan teman sebaya. Namun yang paling menonjol di sini adalah hubungan antara teman sebaya karena mereka bisa saling berkomunikasi tentang kebutuhan dan keinginan mereka. Dengan demikian, dapat
34
dikatakan bahwa tugas orang dewasa adalah membantu anak agar dapat bergaul dengan teman sebayanya. (WW.SG, jumat 10 April 2015)”. Selain SG, tanggapan orang tua terhadap harapan mereka pada pengalaman belajar khususnya yang diterapkan pada anak usia dini di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara adalah sebagai berkut: ”Harapan saya sebagai orang tua ketika pada awalnya memasukkan anak ke lembaga PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara ini, Anak akan merasa aman apabila merasa bahwa orang dewasa telah menerimanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sebaliknya, anak akan merasa terganggu apabila mendapat perlakuan yang kurang tepat dari orang tua seperti kurang peduli, kurang memberi perhatian yang wajar, acuh tak acuh, membiarkan anak atau terlalu memanjakan anak. Kondisi dan pola pengasuhan seperti ini akan menimbulkan efek perkembangan psikologis yang merugikan anak, seperti timbul perasaan cemas, malu, tidak percaya diri, menjauhkan diri dari teman-teman atau sebaliknya anak akan bersifat agresif. Selain itu, masa kanak-kanak merupakan masa munculnya rasa ingin tahu (sense of curiosity) yang tinggi, terutama pada usia 3 - 4 tahun (WW.ML, jumat 10 April 2015)”. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, nampak bahwa Pengalaman belajar yang diberikan oleh orangtua sangat penting bagi anak agar anak dapat memiliki kompetensi dasar. Ada dua hal yang dapat membantu orang tua dalam memberikan pengalaman belajar kepada anak yaitu dengan penggunaan multimetode dan multimedia yang disesuaikan sesuai dengan kondisi anak dan kemampuan sekolah. dapat dilihat berikut ini: ”Metode adalah cara yang digunakan untuk menimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang biasa digunakan demi mengimpelementasiakan startegi pemebelajaran sehingga terbentuk pengalaman belajar bagi anak. Penggunaan media dalam proses pembelajaran juga dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak. Salah satu media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu penggunaan media untuk memudahkan anak belajar. Dengan bantuan media tersebut dapat diajarkan cara-cara mencari inforamsi baru. (WW.HS, Jumat 10 April 2015)”.
35
4.2.2 Proses Belajar Kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pembelajaran yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku. dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap orang tua anak usia dini dapat dilihat sebagai berikut: Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya. (WW.NB, Jumat, 10 April 2015) Selain YU, tanggapan orang tua terhadap proses belajar anak usia dini di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara adalah sebagai berkut : Proses belajar adalah suatu kebutuhan bagi anak dan sebagai orang tua kita harus memberi kesempatan kepada anak untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses berdasarkan pengalaman yang mereka dapat. Pembelajaran dengan menekankan kepada proses belajar dilatar belakangi oleh konsep-konsep belajar. Dalam pembelajaran anak usia dini ini ada beberapa tahapan yang perlu dilewati dalam proses belajar, berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama orang tua anak berikut ini: 1) Mendengarkan, adalah salah satu aktivitas belajar, setiap orang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika orang tua menggunakan metode cerama, maka setiap anak di haruskan mendengarkan apa yang di sampaikan. 2) Memandang, yang di maksud di sini adalah mengarahkan suatu penglihatan ke suatu objek. di rumah, seorang anak memandang papan tulis yang berisikan tulisan yang baru saja di tulis, tulisan yang anak pandang itu menimbulkan kesan dan
36
selamnjutnya tersimpan dalam otak. 3) Meraba, Membau, dan Mencicipi / Mencecap, Adalah indra manusia yang dapat di jadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar, artinya aktivitas meraba, membau. dan mencecap dapat memberikan kesempatan bagi orang untuk belajar. Tentu saja aktivitasnya harus di sadari oleh suatu tujuan. 4) Menulis atau mencatat, Catatan sangat berguna untuk menampung sejumlah informasi, yang tidahanya bersifat fakta-fakta, melainkan juga terdiri atas materi hasil dari bahan bacaan. 5) Membaca, Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak di melakukan selama belajar di rumah. Kalau belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca salah jalan menuju pintu ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju pinti ilmu pengetahuan ini berarti untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tidak ada cara lain yang harus di lakukan kecuali memperbanyak membaca. Kalau begitu membaca identik dengan mencari ilmu pengetahuan agar menjadi cerdas dan mengabaikan berarti kebodohan. Proses belajar akan berjalan sebagaiman mestinya bila anak ikut berpartisispasi dengan aktif. Pemilihan jenis pengalaman belajar cenderung kepada bagaimana mengaktifkan anak di dalam mempelajari materi yang diajarkan. Tentu saja pengalaman belajar yang lampau sangat mempengaruhi proses belajar yang sedang dialami anak. Kalau pengalaman belajar yang lampau hanya sekedar berlatih keterampilan memanipulasi simbol-simbol tanpa pengertian, dikhawatirkan proses pemahaman terhadap konsep-konsep baru tidak dapat tercapai. proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu. 4.2.3 Cakrawala Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari mereka anak-anak mula-mula menerima pendidikan. Corak pendidikan dalam rumah tangga secara umum tidak berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situsi atau iklim pendidikan. Timbulnya iklim atau suasana tersebut, karena adanya interaksi yaitu hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Sebagai peletak pertama pendidikan, orang tua memegang peranan penting bagi pembentukan watak dan kepribadian anak,
37
maksudnya bahwa watak dan kepribadian tergantung kepada pendidikan awal yang berasal dari orang tua terhadap anaknya. Orang tua (ayah dan ibu) memegang peranan yang penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak anak lahir, ibu yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu seorang anak pada umumnya lebih cinta kepada ibu karena ibu merupakan orang yang pertama dikenal anak. Maka dari itu ibu harus menanamkan kepada anak, agar mereka dapat mencintai ilmu, membaca lebih banyak, lebih dinamis, disiplin, dan ibu memberikan motivasi yang sehat dan menjadi teladan bagi anak mereka. Pengaruh ayah terhadap anak juga sangat besar, di mata anak ayah seorang yang terpandai di antara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah melakukan pekerjaan sehari-hari berpengaruh kepada cara kerja anaknya. Dengan demikian tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah suatu keniscayaan, apakah tanggung jawab pendidikan itu diakui secara sadar atau tidak diterima sepenuh hati atau tidak hal ini tidak dapat dihindari karena merupakan fitrah yang telah dikodratkan Allah Swt kepada setiap orang tua. Peranan orang tua selaku pendidik dalam keluarga adalah pangkal ketentraman dan kedamaian hidup, bahkan dalam perspektif Islam keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, melainkan sampai pada lingkungan yang lebih besar dalam arti masyarakat secara luas, yang darinya memberi peluang untuk hidup bahagia atau celaka. Tanggung jawab yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua kepada anak adalah sebagai berikut: 1.
Memelihara dan membesarkannya.
2.
Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan, penyakit, atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.
3.
Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi hidupnya.
4.
Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah Swt sebagai tujuan akhir hidup muslim.
38
Dengan demikian, orang tua sebagai pendidik utama pertama dan terakhir pada hakikatnya memiliki tanggung jawab yang komprehensip dan sangat kompleks, menyangkut semua aspek kehidupan baik pendidikan jasmani maupun pendidikan rohani dan tanggung jawab tersebut dimanifestasikan melalui pendidikan aqidah, ibadah, akhlak, intelektual, dan kematangan psikis. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap orang tua anak usia dini dapat dilihat sebagai berikut: Seorang anak apabila telah memasuki usia sekolah menjadi tugas dan tangung jawab orang tua untuk menyerahkan anaknya kepada sekolah. Faktor lain yang menjadi tanggung jawab orang tua adalah menyediakan alat-alat perlengkapan belajar anak di rumah, memperhatikan lingkungan pergaulan, memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaiakan dan mengungkapkan masalahnya. berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat. (WW.NH, Jumat, 10 April 2015) Pandangan tersebut di atas menunjukkan betapa perlunya orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan dan kemajuan pendidikan anakanaknya, sebab perhatian dan bimbingan yang cukup dari orang tua sangat menunjang bagi keberhasilan pendidikan anak. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya mempunyai dasar yang kuat. Salah satu wujud nyata dari tanggung jawab yang dimaksud adalah memperhatikan kebutuhan dalam pendidikan anak-anak mereka, menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang dibutuhkan anak. Semua dilakukan atas dasar kerjasama kedua orang tua (ayah dan ibu). Hal ini ditambahkan oleh salah orang tua berdasarkan Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap orang tua anak usia dini dapat dilihat sebagai berikut: Peranan pendidik atau orang tua dalam hal anak sebagai tanaman yang tumbuh adalah sebagai tukang kebun, dan sekolah merupakan rumah kaca di mana anak tumbuh dan matang sesuai dengan pola pertumbuhannya yang wajar. Sebagai tukang kebun, pendidik atau orang tua berkewajiban untuk menyirami, memupuk, merawat, dan memelihara tanaman yang ada
39
dalam kebun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai pendidik harus melaksanakan proses pendidikan agar dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Dapat dikatakan, bahwa apa yang terjadi pada anak tergantung pada pertumbuhan secara wajar dan lingkungan yang memberikan perawatan. Pertumbuhan yang alami adalah kegiatan bermain dan kesiapan atau proses kematangan. Isi dan proses belajar terkandung dalam kegiatan bermain dan materi serta aktivitas dirancang untuk kegiatan bermain yang menyenangkan dan tidak membahayakan. (WW.NH, Jumat, 10 April 2015) Pada masa anak-anak yang umumnya siap untuk belajar adalah melalui motivasi dan bermain. Hal itu menunjukkan bahwa anak-anak akan siap untuk dikembangkan keterampilannya apabila telah mencapai suatu tingkatan di mana merek dapat mengambil keuntungan dari suatu instruksi yang tepat. Setiap anak mempunyai jadwal kematangan berbeda dan merupakan faktor bawaan. Masingmasing anak berbeda waktunya, maka hendaknya sebagai orang tua dan pendidik tidak memaksakan anak untuk belajar sesuatu apabila belum siap. Apabila anak belum siap belajar menunjukkan bahwa anak itu belum matang, proses yang alami belum terjadi. Oleh karena itu, orang tua hendaknya selalu memberi motivasi dalam kegiatan bermain untuk mengembangkan keterampilan anak. 4.2.4 Pengetahuan Terhadap Objek Psikologis Pengetahuan adalah Informasi yang telah diproses dan diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman, pembelajaran dan pengalaman yang terakumulasi sehingga bisa diaplikasikan ke dalam masalah/proses tertentu. Informasi yang diproses untuk mengekstrak implikasi kritis dan merefleksikan pengalaman masa lampau menyediakan penerima dengan pengetahuan yang terorganisasi dengan nilai yang tinggi. Pengetahuan dapat juga diartikan sebagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pada saat seseorang memakai akal budinya untuk mengenali suatu kejadian tertentu yang belum pernah dirasakan sebelumnya itu dapat meunculkan sebuah Pengetahuan. Pada dasarnya pengetahuan mempunyai kemampuan prediktif/perkiraan terhadap sesuatu sebagai hasil dari pengenalan suatu bentuk/pola. Data dan Informasi terkadang dapat membingungkan seseorang, maka pengetahuanlah yang mengarahkan tindakan.
40
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Selain DA, tanggapan orang tua terhadap pengetahuan terhadap objek psikologis di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara, Bagaimana persepsi orang tua khususnya pada objek psikologis anak? Objek psikologi tentunya tidak lepas dari perkembangan manusia sebagai pribadi. Psikologi perkembangan yang utama tertuju pada perkembangan manusianya sebagai person. Masyarakat merupakan tempat berkembangya person. psikologi lebih tertarik pada struktur yang berbeda-beda yang tampak dalam person yang berkembang itu. dengan begitu orang bicara mengenai masa-masa penghidupan, yang jelas dapat dibedakan antara masa kanak-kanak, masa dewasa, dan masa tua. Masa remaja kurang jelas batasnya dengan masa kanak-kanak maupun masa dewasa awal, meskipun memang ada ciri-ciri yang khas yang membedakan masa remaja dengan masa sebelumnya. Berhubung dengan sifat seseorang yang khas dengan jalan perkembangannya yang khas pula, maka psikologi perkembangan juga dapat dipandang sebagai psikologi jalan hidup seseorang. (WW.JK, Sabtu, 11 April 2015) Sementara itu hampir sebagian besar jawaban dari orang tua anak usia dini yang diwakilkan oleh salah seorang ibu dari anak usia dini sebagai berikut : Perkembangan Anak Usia Dini meliputi beberapa aspek diantaranya aspek pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik, aspek perkembangan kognitif, aspek perkembangan sosio emosional, aspek perkembangan bahasa, serta aspek perkembangan moral agama. Pengembangan seluruh aspek-aspek tersebut secara menyeluruh dan berkesinambungan menjadi suatu hal yang sangat berarti. Dalam memberikan stimulasi untuk mengembangkan aspek-aspek tersebut, tentunlah pemahaman akan konsep dasar berkaitan dengan hal tersebut sangat diperlukan. Untuk itulah makalah ini mengupas berbagai hal berkaitan dengan konsep dan teori serta strategi yang dapat digunakan untuk mengembangan kemampuan dasar anak usia dini terutama pada perkembangan kemampuan kognitif. (WW.JK, Sabtu, 11 April 2015) Bagaimana peran orang tua dalam memberikan dukungan kepada anak usia dini terhadap lingkungannya? Peran orang tua sangat penting dalam memberikan dukungan kepada anak karena perkembangan anak sangat tergantung pada individu anak, peran orang tua, dewasa lingkungan masyarakat dan termasuk
41
anak. Hal ini ditambahkan oleh salah orang tua berdasarkan Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap orang tua anak usia dini dapat dilihat sebagai berikut: Orang tua berperan dalam memotivasi, mengawasi, dan menjadi mitra dalam kegiatan bermain anak. Peran orang tua yang baik dalam kegiatan bermain akan menimbulkan dampak yang baik pula dalam perkembangan kognitif anak (WW.NH, Sabtu, 11 April 2015) Dalam penyelenggaraan pembelajaran anak usia dini, orang tua memiliki tanggung jawab yang sama dalam rangka menyukseskan kegiatan pembelajaran tersebut. Pendapat ini ditegaskan oleh pengelola PAUD (DA) disela-sela kegiatannya di lembaga PAUD. Hasil wawancara tersebut dapat dilihat berikut ini: ”Dalam penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini, orang tua memiliki tanggung jawab yang besar sebab dalam waktu 24 jam pendidik hanya mempunyai waktu sekitar 4 jam untuk berinteraksi dengan anak baik saat bermain maupun belajar. Namun pendidik juga memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendidik anak usia dini dengan berbagai hal baru dalam kehidupan mereka ketika mereka berada di lingkungan lembaga PAUD. Sehingga disini saya menyimpulkan bahwa antara orang tua dan pendidik sama-sama bertanggung jawab dalam pendidikan anak usia dini meskipun dalam konteks yang berbeda (WW.DA, jumat 10 April 2015)”. Sementara itu hampir sebagian besar jawaban dari orang tua anak usia dini yang diwakilkan oleh salah seorang ibu dari anak usia dini sebagai berikut : ”Menurut saya bahwa pendidikan anak usia dini adalah sepenuhnya tugas dan tanggung jawab pendidik dan lembaga pendidikan, sebab kami sebagai orang tua telah memasukkan anak ke lembaga pendidikan dan memenuhi kewajiban administrasi yang telah ditentukan (WW.HS, Jumat 10 April 2015)”. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat terlihat bahwa selama ini masih ada kenyataan yang terjadi di masyarakat adanya orang tua yang masih mempunyai pola pikir bahwa pendidikan itu sepenuhnya tanggung jawab pihak lembaga pendidikan saja. Sebagian orang tua menumpu harapan terlalu tinggi pada lembaga pendidikan dan tidak sedikit orangtua yang menuntut lembaga
42
pendidikan harus berbuat seperti yang dikehendaki dan kecewa jika hasil pendidikan di lembaga tersebut tidak sesuai dengan harapannya. Bagaimana pandangan orang tua terhadap pembelajaran anak usia dini tergantung pada sosialisasi yang dilakukan untuk memperkenalkan pendidikan anak usia dini terhadap orang tua sehingga orang tua dapat lebih dekat dengan pembelajaran yang berlangsung. Setelah program ini disosialisasikan maka orang tua dapat memberikan saran-saran mereka terkait pembelajaran anak usia dini. Hasil wawancara antara peneliti bersama orang tua anak usia dini dapat dilihat berikut ini: “Adapun saran saya terhadap pembelajaran anak usia dini agar kiranya dapat lebih ditingkatkan lagi meskipun sebenarnya pembelajaran yang berlangsung selama ini sudah cukup baik. Selain itu agar pendidik lebih meningkatkan lagi kegiatan pembelajaran dan memperbanyak alat pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan belajar seraya bermain bagi anak usia dini (WW.HS, Sabtu 11 April 2015)”. Pandangan orang tua terhadap pembelajaran anak usia dini di Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara selama ini sudah baik. Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa beberapa orang tua anak usia dini masih memandang bahwa tanggung jawab pembelajaran dan pendidikan anak usia dini semata-mata adalah tanggung jawab pendidik dan lembaga pendidikan. Sementara dukungan yang diberikan orang tua terhadap pembelajaran anak usia lebih tertuju pada pemberian bantuan dana. Menyikapi cara pandang orang tua yang seperti itu, maka perlu adanya upaya-upaya yang dapat mengubah pemahaman orang tua terhadap penyelenggaraan pembelajaran anak usia dini di Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Pembelajaran pada anak usia dini digunakan acuan menu pembelajaran. Acuan menu pembelajaran anak usia dini adalah seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pengembangan dan pendidikan yang dirancang sebagai pedoman dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan selanjutnya disingkat menjadi menu pembelajaran. Dalam implementasi
pembelajaran, orang tua
sebaiknya juga mengetahui acuan menu pembelajaran yang digunakan agar orang
43
tua dapat ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pembelajaran di PAUD
tersebut. Untuk menilai penyelenggaraan pembelajaran anak usia dini standar kompetensi yang terdapat dalam kurikulum menjadi tolak ukurnya. Hal ini dijelaskan oleh pendidik anak usia dini sebagai berikut: “Untuk menilai penyelenggaraan pembelajaran yang telah diselenggarakan di PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara ini, pendidik menggunakan standar kompetensi yang terdapat pada kurikulum yang digunakan selama ini. Dalam kurikulum tersebut akan terlihat perkembangan pengetahuan anak didik telah mengalami peningkatan atau tetap dan tidak mengalami perubahan(WW. YU, Senin 13 April 2015)”. Kurikulum yang digunakan pada pembelajaran PAUD Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara ini dijabarkan kedalam bentuk Rencana Pembelajaran Tahunan (RPT), Rencana Pembelajaran bulanan (RPB), Rencana Pembelajaran Mingguan (RPM), serta Rencana Pembelajaran Harian (RPH). Hasil penelitian yang tertuang dalam wawancara mengenai penyelenggaraan pembelajaran anak usia dapat dilihat berikut ini: “Pembelajaran anak usia dini saat ini mulai meningkat meskipun masih terdapat banyak kekurangan yang ada, meskipun dari aspek tenaga pendidik masih honorer semua, namun dengan mengikuti berbagai diklat serta pelatihan sehingga tenaga pendidik yang ada semakin mampu dalam mendidik anak usia dini dengan baik (WW.DA, Senin 13 April 2015).” Dalam penyelenggaraan pembelajaran anak usia dini terdapat faktor pendukung yang mempengaruhi proses maupun hasil pembelajaran anak usia dini yang
dilaksanakan.
Berikut
faktor
pendukung
dalam
penyelenggaraan
pembelajaran anak usia dini : “Adapun faktor pendukung dalam penyelenggaran pembelajaran anak usia dini ini adalah orang tua, faktor lingkungan lembaga pendidikan, serta faktor sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran anak usia dini (WW.HS, Senin 13 April 2015)”. Faktor pendukung yang telah ada tersebut sebaiknya dikelola agar dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan pembelajaran anak usia dini di lembaga PAUD yang bersangkutan. Dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran anak
44
usia dini tersebut, juga terdapat beberapa kendala. Seperti yang dikemukakan oleh penyelenggara PAUD berikut ini: “Dalam meningkatkan mutu pembelajaran di PAUD ini, terdapat beberapa kendala yang menghambat, seperti kurangnya pendidik yang berkompeten dalam bidang pendidikan anak usia dini, terbatasnya sarana dan prasarana yang ada serta alat permainan edukatif yang terbatas baik dari segi kuantitas maupun kualitas (WW.DA, Selasa 14 April 2015)”. Berdasarkan hasil wawancara di atas, nampak terlihat adanya faktor penghambat dalam penyelenggaraan pembelajaran anak usia dini antara lain masih kurangnya pengalaman dan pengetahuan dari para pendidik yang sebagian besar masih berstatus sebagai tenaga honorer, mengenai layanan pendidikan anak usia dini sehingga masih perlu diberikan/diikutkan berbagai pelatihan. Selain faktor tenaga pendidik, kurang tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran serta alat permainan
edukatif (APE) yang belum sepenuhnya mencukupi
kebutuhan sehingga kadang- kadang menghambat proses pembelajaran yang dilaksanakan tersebut. 4.3 Pembahasan Pengalaman yang diberikan oleh orangtua kususnya pada pengalaman belajar sangat penting bagi anak agar dapat memiliki berbagai macam pengalaman. Ada dua hal yang dapat membantu orang tua dalam memberikan pengalaman belajar kepada anak yaitu dengan penggunaan multimetode dan multimedia yang disesuaikan sesuai dengan kondisi anak dan kemampuan sekolah. Proses belajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh orangtua dan anak atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara orangtua dan anak ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di rumah maupun di sekolah, seringkali orangtua terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara anak dibuat pasif, sehingga interaksi antara orangtua dengan anak dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh orangtua, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, orangtua dituntut agar 45
mampu memberikan rangsangan kepada anak sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif anak juga dapat dibimbing oleh orangtua dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (kognitif) dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal Tanpa menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat. Pengetahuan adalah kemampuan manusia yang dihasilkan dari informasi yang ditafsirkan. Pemahaman tersebut mengakar pada kombinasi data, informasi, pengalaman, dan interpretasi individu. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Dari pengamatan akal itulah manusia dapat memperoleh informasi dan keterangan mengenai suatu hal. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan anak, dan harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. bahwa kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidup merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Orang tua juga berperan aktif dalam mendidik dan memberikan dorongan atau motivasi tentang harga diri, kepemilikan dan penguasaan emosionalnya. Anak akan mengembangkan harga diri yang tinggi dengan menerima cinta, dorongan, dan dukungan yang tepat, anak juga mampu mengembangkan berbagai keterampilan dalam upaya mencapai sesuatu karena orang tua memberikan peluang pada anaknya. Kesalahan orang tua yaitu saat orang tua mencoba mngembangkan harga diri yang besar dalam diri anak dengan memberikan terlalu banyak cinta, dorongan, dan dukungan, maka orang tua seolah-lah mengambil alih
46
kepemilikan prestasi anak mereka. Anak perlu memperoleh kepemilikan atas minat, upaya dan prestasi dalam hidup mereka. Kepemilikan ini berarti mereka terlibat dalam sebuah kegiatan karena kecintaan mereka pada kegiatan itu dan karena tekad mereka sendiri untuk melakukan yang terbaik. Kepemilikan memberi mereka rasa syukur sangat besar yang semakin memotivasi mereka untuk berupaya mencapai prestasi yang lebih tinggi. Orang tua perlu memberikan peluang kepada anak untuk mengalami emosi secara penuh-baik yang positif maupun yang negatif-dan memberikan mereka bimbingan untuk memahami dan menguasai kehidupan emosional mereka. Anak yang tidak berkembang secara emosional masih bisa meraih prestasi, tapi mereka sering meresa tidak puas dan bahagia dalam keberhasilan mereka. Penguasaan emosi tidak hanya membuat anak bisa meraih sukses, tapi juga membuat mereka bisa menemukan kepuasan dan sukacita dalam upaya-upaya mereka. Dalam kenyataannya dari beberapa definisi yang dilontarkan oleh berbagai pakar di bidangnya tidak satu pun definisi yang disepakati bersama. Kutipan berikut dari "Theory of Knowledge" Bertrand Russell menggambarkan kesulitan dalam mendefinisikan pengetahuan: “The question how knowledge should be defined is perhaps the most important and difficult of the three with which we shall deal. This may seem surprising: at first sight it might be thought that knowledge might be defined as belief which is in agreement with the facts. The trouble is that no one knows what a belief is, no one knows what a fact is, and no one knows what sort of agreement between them would make a belief true. Let us begin with belief." Artinya: “Pertanyaan bagaimana pengetahuan harus didefinisikan mungkin yang paling penting dan sulit dari tiga didalamnya yang akan kita tangani sebelumnya. Ini mungkin terlihat mengejutkan : pada pandangan pertama mungkin akan berpikir bahwa pengetahuan itu dapat didefinisikan sebagai keyakinan yang sesuai dengan fakta-fakta. Masalahnya adalah tidak ada seseorang pun yang tahu apa itu kepercayaan, tidak ada pula yang tahu apa itu fakta dan tidak ada yang tahu seperti apa kesepakatan di antara mereka dalam membuat keyakinan yang benar. Mari kita mulai dengan keyakinan.” Inilah mengapa hal ini terus diperdebatkan oleh para filsuf di bidang epistemologi.
47
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan bahwa Persepsi orang tua terhadap pembelajaran anak usia dini di Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara selama ini sudah baik dan ditunjang oleh indikator sebagai berikut: 1) indikator pengalaman merupakan peristiwa dan aktifitas yang sudah pernah dialami oleh seseorang dalam hal ini orang tua harus menanamkan pengalaman pembelajaran yang baik bagi anak-anak karena proses pembelajaran yang diterapkan kepada anak sangat penting, orang tua memiliki tanggung jawab yang besar untuk berinteraksi dengan anak baik saat bermain maupun belajar, 2) indikator proses belajar merupakan suatu proses belajar yang dilaksanakan oleh orang tua dengan anak untuk mewujudkan terhadap hasil yang telah diinginkan dalam belajar, 3) indikator cakrawala yang di maksud disini adalah orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan dan kemajuan pendidikan anak-anaknya, sebab perhatian dan bimbingan yang cukup dari orang tua sangat menunjang bagi keberhasilan pendidikan anak. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya mempunyai dasar yang kuat. Salah satu wujud nyata dari tanggung jawab yang dimaksud adalah memperhatikan kebutuhan dalam pendidikan anak-anak mereka, menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang dibutuhkan anak.dan 4) indikator pengetahuan terhadap objek psikologis merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan di atas maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada keluarga terutama orang tua agar dapat memperhatikan kebutuhan dan memberikan dorongan yang positif kepada anak dalam mngembangakan kemampuannya, supaya anak bisa mencapai suatu keberhasilan yang baik.
48
2. Orang tua diharapkan dapat memandang bahwa pendidikan itu tidak hanya sebagai sarana untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik saja. orang tua harusnya mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama bahwa tujuan dari pendidikan adalah selain untuk mendapatkan kecerdasan secara kognitif, tetapi juga memperoleh kecerdasan secara afektif berupa moral, akhlak, serta yang sifatnya psikomotorik yaitu implikasi dari pendidikana seperti cerdas secara pemikiran dan intelektual tetapi dapat bersosialisasi dengan baik dan mempunyai akhlak, moral, serta nilai-nilai kemanusiaan yang baik.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Prinsip dan Praktek Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD. Apriana, Rista. 2009. Skripsi. Hubungan Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD) dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Semarang. Universitas Diponegoro. Agsutina Risa. 2009. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:Serba Jaya. Aryanti. 2009. Model Pembelajaran Anak Usia Dini, Bandung: Alfabeta. Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya. Enung, F. 2009. Psikologi perkembangan: Perkembangan Peserta didik. Bandung: CV Pustaka Setia. Isjoni. 2011. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta. Kumaidi. 1998. Tujuan dan Fungsi pembelajaran AUD. Jurnal llmu Pendidikan, (Online), Jilid 6, No. 2, (http://www.jakarta.ac.id, diakses 3 Agustus 2015). Muda Ahmad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Reality Publisher. Nova Tabloid. Pentingnya Memahami Perkembangan Si Kecil (online) tersedia di http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=5496 2004. h. 2-3 diakses tanggal (3 Agustus 2015) Rakhmat J. 2009. Teori dan Aplikasi Persepsi Masyarakat Pesisir. Bandung: Alfabeta. . 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Soegeng Santoso. 2009. Dasar-Dasar Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka. Spradley, James P. 2009. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Sukmadinata. 2009. Teori dan Aplikasi Sosial Budaya. Jakarta: Renika Cipta. Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pembelajaran dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
50
Syamsu Yunus, 2009. Perkembangan Anak Remaja. Bandung, Remaja Rosda Karya. Walgito, Bimo. 2010. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: ANDI. Witherington. 2009. Analisis Persepsi Orang Tua. Terjemahan Kamaludin dan Sudarjo. Jakarta: Erlangga. Zuhairi. 2009. Persepsi Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak. Bandung: Pustaka Ceria. (http://www.tabloidnova.com. di akses pada tanggal 11 Mei 2015 (http://id.shoving.com). di akses pada tanggal 11 Mei 2015 (http://fungsi pembelajaran AUD.com). diakses pada tanggal 3 Agustus 2015. (www.kompasiana.com tujuan-fungsi-dan-prinsip-prinsip dalam pendidikan anak usia dini. (di akses pada tanggal 4 Agustus 2015).
51
LAMPIRAN 1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Judul Penelitian :Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Orang Tua Terhadap Pembelajaran Anak Usia Dini Di Paud Mekar Jaya Desa Mootinelo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. . Judul Indikator Pertanyaan 1 2 3 Analisis Faktor-Faktor a. Pengalaman 1. Bagaimana pengalaman orang tua dalam memberikan pembelajaran kepada anak Yang Mempengaruhi usia dini? Persepsi Orang Tua 2. Bagaimana Pengalaman belajar erat Terhadap Pembelajaran kaitannya dengan pengembangan Anak Usia Dini Di keterampilan proses pembelajaran kepada Paud Mekar Jaya Desa anak usia dini? Mootinelo Kecamatan 3. Bagaimana harapan orang tua dalam memberikan pengalaman khususnya Kwandang Kabupaten pengalaman belajar pada anak usia dini? Gorontalo Utara b. Proses 1. Bagaimana proses belajar yang diterapkan Belajar kepada anak usia dini? 2. Bagaimana tahapan proses belajar yang diberikan kepada anak usia dini? 3. Bagaimana peran orang tua dalam menerapkan proses pembelajaran yang efektif kepada anak usia dini? c. Cakrawala 1. Bagaiamana pandangan orang tua dalam memperhatikan perkembangan dan kemajuan pendidikan anak usia dini? 2. Bagaimana peranan orang tua dalam pembelajaran anak usia dini? d. Pengetahuan 1. Bagaimana persepsi orang tua khususnya Terhadap pada objek psikologis anak? Objek 2. Bagaimana peran orang tua dalam Psikologis memberikan dukungan kepada anak usia dini terhadap lingkungannya? 3. Bagaimana proses penyelenggaraan pembelajaran anak usia dini? 4. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran anak usia dini?
52
LAMPIRAN 2 PEDOMAN WAWANCARA
Pertanyaan! 1. Bagaimana pengalaman orang tua dalam memberikan pembelajaran kepada anak usia dini? 2. Bagaimana Pengalaman belajar erat kaitannya dengan pengembangan keterampilan proses pembelajaran kepada anak usia dini? 3. Bagaimana harapan orang tua dalam memberikan pengalaman khususnya pengalaman belajar pada anak usia dini? 4. Bagaimana proses belajar yang diterapkan kepada anak usia dini? 5. Bagaimana tahapan proses belajar yang diberikan kepada anak usia dini? 6. Bagaimana peran orang tua dalam menerapkan proses pembelajaran yang efektif kepada anak usia dini? 7. Bagaiamana pandangan orang tua dalam memperhatikan perkembangan dan kemajuan pendidikan anak usia dini? 8. Bagaimana peranan orang tua dalam pembelajaran anak usia dini? 9. Bagaimana persepsi orang tua khususnya pada objek psikologis anak? 10. Bagaimana peran orang tua dalam memberikan dukungan kepada anak usia dini terhadap lingkungannya? 11. Bagaimana proses penyelenggaraan pembelajaran anak usia dini? 12. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran anak usia dini?
53
LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI
Gambar 1. Nama Lembaga
Gambar 2. Peneliti Melakukan wawancara dengan orang tua
54
Gambar 3. Peneliti Melakukan wawancara dengan orang tua
Gambar 4. Peneliti Mengamati anak dalam pembelajaran
55
Gambar 5. Peneliti mengamati anak dalam belajar
Gambar 6. Anak-anak sedang bermain.
56
CURICULUM VITAE
A. Identitas Nama
: Amina Husain
Nim
: 121 412 033
Tempat Tanggal lahir
: Molingkapoto, 06 Juli 1973
Jenis Kelamin
: Perempuan
Angkatan
: 2012
Fakultas
: Ilmu Pendidikan
Jurusan
: Pendidikan Luar Sekolah
Agama
: Islam
Alamat
Molingkapoto Selatan Kecamatan : Desa Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara
Pekerjaan
Mahasiswi
B. Riwayat Pendidikan a. SDN 1 Molingkapoto Tahun 1987. b. SMP Negeri 1 Kwandang Tahun 1990. c. SKB Kwandang Tahun 2009. d. S1 Universitar Negeri Gorontalo Tahun 2015.
57