Bab I Gh.docx

  • Uploaded by: ratu incess
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Gh.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,528
  • Pages: 15
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah investasi utama bagi pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasar nya adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, serta kemampuan setiap orang untuk dapat berperilaku hidup yang sehat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tinggi nya. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu perencanaan pembangunan kesehatan yang sistematis, terarah, terpadu dan menyeluruh, serta dibutuhkan keterlibatan berbagai sektor dan seluruh komponen bangsa dalam pelaksanaannya. (DEPKES RI, 2017). Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor yang terbesar dan sangat mempengaruhi kesehatan adalah faktor lingkungan. Upaya kesehatan lingkungan sebagai bentuk kegiatan preventif ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap individu atau masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).

2

Derajat kesehatan merupakan gambaran profil kesehatan individu atau kelompok masyarakat disuatu daerah dan dapat diukur dengan menggunakan indikator salah satunya angka morbiditas beberapa penyakit (Kemenkes RI, 2014). Strategi kemenkes tahun 2015-2019 menguraikan bahwa salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan yaitu dengan cara miningkatkan kesehatan baik fisik maupun kesehatan jiwa meliputi pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif) penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) secara merata dan menyeluruh (Kemenkes RI, 2015). Kesehatan merupakan hal penting dan sangat berpengaruh di dalam kehidupan manusia karena dengan kondisi sehat individu dapat mencapai tujuan dan aktivitasnya secara optimal, oleh karna itu kita wajib untuk dapat menjaga kesehatan tersebut, salah satu penyakit yang tidak bisa di sembuhkan tetapi dapat dikendalikan dengan pola hidup sehat dan teratur yaitu penyakit diabetes melitus ( kemenkes RI,2015 ) Diabetes melitus (DM) Diabetes

melitus merupakan masalah

kesehatan yang terjadi hampir di seluruh lapisan masyarakat di dunia yang memicu krisis kesehatan terbesar abad ke-21 (American Diabetes Association, 2010). Dunia modern pada zaman saat ini, memicu terjadinya perubahan gaya hidup pada masyarakat didalamnya. Salah satu perubahan gaya hidup dan pola hidup adalah dengan mengkomsumsi makanan yang

3

tidak sehat yang banyak mempengaruhi kadar gula darah seperti makan cepat saji, minuman-minuman bersoda dan jenis makanan yang lainnya. Hal ini menjadi salah satu faktor pemicu peningkatan terjadinya penyakit degeneratif dalam hal ini seperti Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan peningkatan kadar gula darah dalam darah atau hiperglikemia yaitu kondisi terjadinya abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Nurarif & Kusuma, 2015). International Diabetes Federation (IDF) tahun 2012 melaporkan, ada sekitar 230 juta penderita diabetes di seluruh dunia dan akan terus bertambah hingga mencapai 3% (sekitar 7 juta orang) setiap tahun, serta diperkirakan mencapai 350 juta pada tahun 2025. Penderita diabetes 80% terpusat di negara yang penghasilannya kecil dan menengah seperti India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (International Diabetes Federation, 2012). Indonesia menempati urutan keempat terbesar dalam jumlah penderita diabetes setelah Amerika, India, dan China dengan prevalensi 3% dari total penduduk. Jumlah kasus diabetes di Indonesia 7,6 juta pada 2012 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (International Diabetes Federation, 2012). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi diabetes yang terdiagnosis oleh dokter sebesar 2,1% (Riset Kesehatan Dasar, 2013 dalam www.depkes.go.id di akses pada tanggal 16

4

Februari, 2019). Di Jawa Barat sendiri, angka kejadian diabetes mencapai 4,2% dengan jumlah prediabet sebesar 7,8% (Dalam www.jabarprov.go.id , 2017 ) , Data riset kesehatan dasar prevelensi penderita diabetes mellitus di jawa barat sebanyak 1,3% dari jumlah prevelensi nasional 1,1% angka ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan secara signifikan penderita DM di jawa barat. ( Depkes,2014 ) Berdasarkan data yang didapat dari ruang H.Muraz ns 1 RSUD R.Syamsu din SH Kota Sukabumi jumlah yang mengalami diabetes melitus sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jumlah Penyakit Rawat Inap RSUD R.Syamsudin SH Kota Sukabumi Ruang H.Muraz ns 1 bulan juli 2018- Februari 2019 No 1.

Diagnosa CKD

Kasus 205

Persentase% 38,8%

2.

Thypoid fever

97

18,37%

3.

Diabetes mellitus

93

17,61%

4.

Anemia

82

15,53%

5.

Tuberculosis

51

9,66%

Total

528

100%

(Sumber: Rekam Medis RSUD R.Syamsudin SH Ruang H.Muraz ns 1 Kota Sukabumi 2018).

Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa penderita diabetes melitus menduduki ke tiga yang tercatat sebanyak 93 kasus atau (17,61%) dari 528 kasus dari lima diagnosa penyakit pada 8 bulan terakhir yaitu juli 2018, sampai Februari 2019.

5

Peningkatan angka penderita diabetes berpengaruh bagi status kesehatan masyarakat secara menyeluruh karena akan menyandang diabetesi seumur hidup. American Diabetes Association, (2013) mengklasifikasikan DM berdasarkan etiologi menjadi : DM tipe I, DM tipe II, dan DM gestasional. Di Indonesia DM tipe 2 menjadi kejadiaan tertinggi dan meningkat pada daerah perkotaan. Penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi DM tipe2 di berbagai penjuru dunia (PERKENI, 2011). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 pun menemukan, prevalensi pencetus diabetes militus tipe 2 (DMT2) Indonesia sebesar 6,9 persen dan prevalensi prediabetes mencapai 2 sampai 3 kali lipat jumlah penderita diabetes. Komplikasi yang dapat muncul dari diabetes melitus digolongkan menjadi dua, yaitu komplikasi jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis). Jangka pendek meliputi hipoglikemia, ketoasidosis diabetik, dan sindrom HHNK (Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik). Komplikasi jangka panjang meliputi penyakit mikrovaskuler (retinopati diabetik, nefropati diabetik), penyakit makrovaskuler (penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskuler, dan penyakit arteri perifer), neuropati diabetik, rentan infeksi, dan kaki diabetik (Sutanto, 2013, hal 40-49). Kaki diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan mudah mengalami luka, dan cepat berkembang menjadi ulkus (gangrene) bila tidak dirawat

6

dengan benar. Ulkus (luka) diabetikum pada pasien dm merupakan tanda adanya komplikasi vaskular dan neuropathy. Ulkus diabetikum disebabkan karena kurangnya suplai darah pada arteri dan atau vena. Seperti pada pasien ulkus kronik umumnya, pasien ulkus dm dapat merasakan kehilangan sensasi, mudah terjadi trauma dan kerusakan kulit, deformitas kaki bahkan sampai mengalami hospitalisasi hingga amputasi (Ribu & Wahl, 2014 dalam Ernawati, 2017). Dari beberapa pusat penelitian di Indonesia, lama perawatan ulkus/ gangren diabetes adalah 28-40 hari. Dampak dari ulkus kaki diabetik akan menyebabkan tingginya biaya perawatan, menurunkan produktifitas pasien, gangguan konsep diri dan bahkan dapat menurunkan kualitas hidup (Hastuti, 2010) Ulkus Diabetikum merupakan komplikasi yang paling ditakuti pasien Diabetes Mellitus karena berkurangnya suplay darah ke jaringan tersebut menyebabkan kematian jaringan dan diperparah dengan infeksi bakteri yang dapat menyebabkan amputasi bahkan berdampak luas karena dapat menyebabkan kematian, morbiditas, peningkatan biaya perawatan, dan penurunan kualitas hidup. Insiden ulkus kaki pada pasien Diabetes Mellitus yaitu 1-4% dan 10-30 kali lipat Ulkus kaki menyebabkan risiko amputasi (ujung kaki, kaki maupun tungkai bawah). Diperkirakan setiap tahunnya satu juta pasien yang menderita Ulkus Diabetik menjalni amputasi ekstremitas

7

bawah (85%) dan angka kematian yaitu 15-40% setiap tahunnya serta 3980% setiap 5 tahunnya (Bilous & Donelly, 2015). Masalah kesehatan yang berdampak pada kehilangan fungsi tubuh, penurunan toleransi aktivitas dan kesulitan dalam penanganan penyakit kronis seperti Ulkus Diabetikum inilah yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada konsep diri individu (Bilous & Donelly, 2015). Penyakit DM dapat memberikan beban psikososial yaitu; ansietas, harga diri rendah, citra tubuh dan ketidakberdayaan bagi penderita maupun anggota keluarganya. Respon psikologis yang negatif terhadap diagnosis bahwa seseorang mengidap penyakit ini dapat berupa penolakan atau tidak mau mengakui kenyataan, marah, merasa berdosa, cemas dan depresi (Novitasari, 2012) Penderita diabetes memiliki risiko 93% lebih besar mengalami gangguan kecemasan dibandingkan orang pada umumnya. Kaplan dan Sandock (2009) mengungkapkan bahwa ensefalopati metabolik mampu menimbulkan perubahan proses mental, perilaku dan fungsi neurologi. Klien kadang mengalami agitasi, cemas dan hiperaktif, namun yang lainnya dapat menjadi pendiam, menarik diri dan tidak aktif lagi. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa klien DM memiliki risiko tinggi mengalami masalah psikososial seperti ansietas. Ketika seseorang telah mengalami komplikasi maka kecemasan akan makin meningkat, berbagai respon mungkin akan muncul seperti respon kehilangan, gangguan harga diri, hubungan keluarga, ikatan perkawinan yang akhirnya berisiko terhadap

8

semua aspek dalam kehidupan sehari hari dari individu tersebut (Smeltzer & Bare, 2003). Penderita DM Tipe 2 harus mengalami banyak perubahan dalam hidupnya, mulai dari pengaturan pola makan, olah raga, kontrol gula darah, dan lain-lain yang harus dilakukan secara rutin sepanjang hidupnya. Perubahan hidup yang mendadak membuat penderita DM menunjukkan beberapa reaksi psikologis yang negatif salah satu nya kecemasan yang meningkat dan depresi. Stres pada penderita DM berakibat gangguan pada pengontrolan kadar gula darah (Hert, et. al., 2011). Ansietas

(cemas)

merupakan

perasaan

tidak

nyaman

atau

kekhawatiran yang samar disertai dengan respon autonom atau perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya (Nanda, 2012). Menurut Stuart (2007), kecemasan merupakan suatukekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Anderson, dkk (2001) menyatakan bahwa salah satu perubahan psikologis yang sering terjadi pada klien DM adalah depresi. Menurut Surveil-lance and Epidemiology Branch, Centre for Health Protection of the Department of Health Hong Kong (2012), Ansietas merupakan perasaan tidak nyaman yang belum jelas penyebabnya serta tidak didukung oleh situasi, bila ansietas tidak diatasi akan mengakibatkan meningkatkan norepinephrine diikutipula oleh peningkatan dopamine, kortisol serta serotonin (Videbeck, 2011). Peningkatan hormon

9

kortisol juga berkibat pada meningkatnya konversi asam amino, laktat dan piruvat di hati menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis kemudian akan diikuti oleh peningkatan glukosa darah, tentu kondisi merupakan kondisi yang tidak diharapkan pada pasien yang mengalami ulkus diabetic dengan neuropati perifer (Brunner and Suddarth, 2001). Dukungan sosial, efektifitas strategi koping dan sumber daya pendukung lainnya sangat membantu individu dalam berespon terhadap kenyataan atau situasi yang penuh tantangan baik dalam mempertahankan maupun meningkatkan harga diri (Brunner & Suddart, 2013). Selama ini belum ada intervensi khusus yang dilakukan untuk mengatasi ansietas di rumah sakit terutama untuk menurunkan ansietas saat dilakukan perawatan luka. Intervensi yang rutindilakukan hanya nafas dalam, itupun hanya untuk menurunkan nyeri karena diharapkan dengan penurunan nyeri akan diikuti juga oleh penurunan ansietas pasien. Intervensi nafas dalam belum mampu menurunkan nyeri secara cepat pada skala sedang apalagi skala tinggi sehingga perlu dipikirkan alternatif intervensi lainnya. Salah satu intervensi pembanding yang ditawarkan adalah intervensi tens karena intervensi ini sudah terbukti dapat menurunkan nyeri skala ringanhingga sedang pada pasien diabetes mellitus dengan neuropati perifer saat dilakukan perawatan luka (Pranata, Hs, & Sujianto, 2016). Dengan berkurangnya nyeri pasien, akan diikutijuga oleh penurunan ansietas (Sharma et al., 2015).

10

Hasil penelitian Rahmawati (2007), menunjukkan kemungkinan gangguan perilaku 45,8% pasien DM tipe-2 Jenis gangguan perilaku psikososial yang tersering adalah gangguan internalisasi seperti merasa sedih dan tidak bahagia, mudah putus asa, perasaan cemas, khawatir, menyalahkan diri sendiri dan tampak tidak gembira. Ansietas atau perasaan cemas merupakan salah satu masalah psikososial yang dapat terjadi pada klien dengan DM. Klien yang menderita DM sering kali merasa cemas saat pertama kali didiagnosa atau saat mengalami komplikasi DM padahal telah mencoba menjalani terapi DM. Hasil studi pendahuluan pada bulan februari 2018, didapatkan di Ruang H.Muraz ns 1 RSUD R.Syamsudin S.H Kota Sukabumi hasilnya ada 8 pasien menjalani rawat inap yang terdiagnosa Diabetes Melitus dan 3 pasien yang mengalami luka ulkus diabetikum dimana 1 pasien ulkus diabetikum diwawancarai dan diobservasi, pasien mengalami gangguan kecemasan : ansietas seperti pasien cemas penyakit nya tidak akan sembuh dan cemas takut tambah parah , tidak nafsu makan, pasien susah tidur karena cemas teringat akan penyakitnya, pasien merasa lemah, suka melamun, bosan dengan hidupnya yang selalu dibatasi, pasien merasa sedih, cemas dan pasien merasa menambah beban bagi keluarganya, terlihat agak minder dengan orang lain dimana terlihat pasien menghindar dan berdiam diri apabila ada pasien yang membesuknya, pasien pun merasa khawatir tentang biaya perawatan yang akan dikeluarkan untuk berobat semenjak pasien menderita

11

luka ulkus. Hal ini yang dilakukan pasien ketika di wawancarai dan diobservasi mengenai gangguan kecemasan : ansietas akibat masalah ulkus yang di deritanya. Peran perawat dalam membantu pasien dengan gangguan kecemasan, seorang perawat harus selalu mengembangkan sikap, perilaku dan pengetahuan dalam melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi hingga evaluasi dalam praktiknya. Sikap dan perilaku yang harus dikembangkan oleh perawat salah satunya yaitu perilaku caring (De Wit, 2011). Caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar, caringmerupakan jantung profesi, artinya sebagai komponen yang unik,fundamental dan menjadi fokus sentral dari keperawatan. Caring merupakan esensi dari keperawatan yang membedakan perawat dengan profesi lain,Watson (2009) dalam Kusmiran (2015). Caring merupakan suatu proses yangmemberikan kesempatan kepada perawat baik sebagai memberi asuhan (care)maupun sebagai pribadi yang berempati atas orang lain dan bersama-sama berinteraksi dalam hubungan interpersonal Kusmiran (2015). Penderita DM rentan mengalami berbagai masalah keperawatan psikososial. Ansietas merupakan masalah yang sering kali dialami oleh klien DM. Asuhan keperawatan yang tidak optimal pada masalah psikososial menyebabkan ansietas tidak tertangani dengan baik. Ansietas yang berlarut dapat berkembang menjadi berbagai masalah psikososial lainnya, seperti ketidakberdayaan, respon kehilangan maupun harga diri rendah, Asuhan

12

keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan kesehatan secara holistik dan caring yang bertujuan untuk mencegah munculnya resiko gangguan jiwa, serta meningkatkan kesejahteraan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu penulis tertarik mengangkat judul pada karya tulis ilmiah ini dengan “Asuhan Keperawatan Pada Pada Tn.X Dengan Gangguan Kecemasan : Ansietas Akibat Ulkus Diabetikum Di Ruang H.MURAZ Ns 1 RSUD R.Syamsudin, S.H Kota Sukabumi. Asuhan Keperawatan Pada Pada Tn.X Dengan Gangguan Kecemasan : Ansietas Akibat Ulkus Diabetikum Di Ruang H.MURAZ Ns 1 RSUD R.Syamsudin, S.H Kota Sukabumi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuaraikan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana Memberikana asuhan keperawatan pada pada tn.x dengan gangguan kecemasan : ansietas akibat ulkus diabetikum di ruang H.MURAZ ns 1 RSUD R.Syamsudin, S.H Kota sukabumi. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Penulis mampu memperoleh pengalaman secara nyata dalam melakukan asuhan keperawatan psikososial pada pasien dengan masalah pada tn.x dengan gangguan kecemasan : ansietas akibat ulkus

13

diabetikum di ruang H.MURAZ ns 1 RSUD R.Syamsudin, S.H Kota sukabumi. secara komprehensif serta meliputi aspek baik bio-psikososio-spiritual, berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah didapatkan secara pendidikan. 1.3.2 Tujuan khusus 1) Mampu melakukan pengkajian data pada tn.x dengan gangguan kecemasan : ansietas akibat ulkus diabetikum 2) Mampu menganalisia dan menegakkan diagnosa atau masalah keperawatan pada tn.x dengan gangguan kecemasan : ansietas akibat ulkus diabetikum. 3) Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien dengan Ansietas akibat ulkus diabetikum sesuai dengan data pengkajian yang di dapat di ruang H.MURAZ ns 1 RSUD R.Syamsudin, S.H Kota sukabumi. 4) Mampu mempelajari dan mampu menentukan intervensi keperawatan secara menyeluruh pada tn.x dengan gangguan skecemasan : ansietas akibat ulkus diabetikum 5) Mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada tn.x dengan gangguan kecemasan : ansietas akibat ulkus diabetikum 6) Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada tn.x dengan gangguan kecemasan : ansietas akibat ulkus diabetikum

14

7) Mampu

mendokumentasikan

sebagai

tolak

ukur

guna

menerapkan asuhan keperawatan pada tn.x dengan gangguan kecemasan : ansietas akibat ulkus diabetikum 8) Mampu mengidentifikasi kesenjangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada tn.x dengan gangguan kecemasan : ansietas akibat ulkus diabetikum. 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Bagi Penulis Hasil tugas akhir ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada tn.x dengan gangguan kecemasan : ansietas akibat ulkus diabetikum 1.4.2 Bagi Stikes Sukabumi Dapat meningkatkan kualitas dan pengembangan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan psikososial khususnya ANSIETAS dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan (referensi) serta masukan bagi kampus stikes Sukabumi sehingga dapat mengetahui lebih banyak jenis pelayanan yang ada.

15

1.4.3 Bagi Rsud R.Syamsudin, S.H Hasil

tugas

akhir

asuhan

keperawatan

ini

dapat

dipergunakan sebagai bahan masukan terhadap hasil penerapan asuhan keperawatan yang telah diberikan untuk mendeteksi secara dini penyakit diabtes melitus, membuat diagnosa penyakit diabetes melitus, dan memberi pelayanan terbaik seperti memberikan terapi yang efektif ,mencegah komplikasi lebih lanjut peyakit ulkus diabetikum dan sebagai langkah memajukan mutu pelayanan keperawatan.

Related Documents

Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72
Bab-i-bab-v.doc
May 2020 71
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 67
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 65
Bab I-bab Iii.docx
November 2019 88

More Documents from "Nara Nur Gazerock"

Askep Mater Kelompok 9.docx
December 2019 5
Bab I Gh.docx
December 2019 7
Daftar Isidel.docx
May 2020 11
Print.docx
June 2020 13