BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Warna merupakan faktor penting yang pertama kali dilihat oleh konsumen yang juga berperan sebagai sarana untuk memperkuat tujuan dan aspek identitas suatu produk. Penggunaan zat warna sudah semakin luas terutama dalam makanan, minuman maupun tekstil, karena warna memberikan daya tarik bagi konsumen (Winarti dkk., 2008). Zat warna yaitu suatu zat aditif yang ditambahkan pada beberapa produk industri. Menurut Cahyadi (2009) berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat warna, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Pewarna sintetis adalah zat warna yang mengandung bahan kimia mempunyai banyak kekurangan diantaranya harga relatif mahal dan menyebabkan pencemaran lingkungan karena adanya
zat yang dapat meracuni lingkungan seperti asam sulfat, asam
klorida, tembaga (Lestari, 2000). Pewarna alami merupakan zat warna yang berasal dari ekstrak tumbuhan dan digunakan sebagai alternatif pewarna yang tidak toksik, dapat diperbaharui, mudah terdegradasi dan ramah lingkungan (Yernisa dkk, 2013). Zat warna alam dapat diperoleh dari tanaman ataupun kotoran hewan berupa pigmen. Beberapa jenis pigmen yang ada di
sekitar
kita diantaranya berupa klorofil pada daun berwarna hijau, karotenoid, tanin dan antosianin (Simanjuntak & Sinaga, 2014). Salah satu pigmen yang bisa dimanfaatkan untuk sumber pewarnaan terdapat pada rumput laut sargassum
sp. Sargassum sp merupakan golongan ganggang coklat (Phaeophyta) yang terdapat banyak diwilayah pantai Wane Kabupaten Bima. Sargassum sp banyak mengandung algin, tannin dan phenol yang banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi dan kosmetik. Selain itu Sargassum sp biasanya dicirikan oleh tiga sifat yaitu adanya pigmen coklat yang menutupi warna hijau, fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminaran dan dapat menghasilkan algin atau alginat, selulosa, fikoidin dan manitol yang komposisinya sangat tergantung pada jenis (spesies), masa perkembangan dan kondisi tempat tumbuhnya (Maharani dkk, 2010). Ada beberapa teknologi proses yang dapat digunakan untuk pengambilan zat warna alam dari sumbernya salah satunya dengan sistem ekstraksi (Prayitno dkk, 2005). Ekstraksi ialah suatu metode yang digunakan untuk mengeluarkan satu komponen campuran dari zat padat dengan bantuan zat cair sebagai pelarut (Murbantan dkk, 2010). Salah satu metode ekstraksi yang dapat digunakan yaitu metode maserasi (Suliasih dkk, 2013). Metode maserasi adalah proses ekstraksi bahan alami yang paling sederhana, menggunakan pelarut yang cocok dengan beberapa kali pengadukan pada suhu ruangan (Ditjen POM, 2000). Terdapat beberapa faktor dalam proses ekstraksi yang memengaruhi faktor ekstraksi diantaranya jenis pelarut, rasio berat bahan dengan volume pelarut, suhu, pengadukan, waktu ekstraksi dan ukuran sampel (Distantina dkk, 2008). Ekstraksi dapat dilakukan dengan pelarut air maupun pelarut organik (Sintha, 2008). Menurut I Wayan Suarsa (2011) pelarut air dan pelarut etanol dalam proses ekstrasi bahan-bahan alami memiliki rendeman
tertinggi hal ini disebabkan pelarut air dan etanol merupakan pelarut polar yang memiliki gugus hirdroksil (OH), dimana gugus hidroksil pada air dan etanol dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen.
Sehingga
pada
penelitian kali ini bertujuan untuk mengekstrak zat warna rumput laut sargassum sp menggunakan berbagai pelarut air dan etanol dengan menvariasikan lama waktu proses maserasi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana pengaruh pelarut terhadap ekstraksi zat warna rumput
laut sargassum sp ? 2. Berapakah waktu optimum pada
proses maserasi terhadap zat
warna dari rumput laut sargassum sp ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menentukan pengaruh pelarut terhadap zat warna rumput laut sargassum sp 2. Menentukan waktu optimum metode maserasi terhadap zat warna dari rumput laut sargassum sp
D. Kegunaan penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan untuk mengembangkan penelitian tentang zat warna yang bisa dihasilkan dari rumput laut sargassum sp yang tumbuh di perairan Indonesia dengan berbagai
pelarut. Sehingga dapat memberikan alternatif penggunaan zat warna alami sebagai pewarna tekstil yang aman dan ramah lingkungan. E. Definisi Operasional 1. Alginat adalah polimer linier organik polisakarida yang terdiri dari monomer α-L asam guluronat (G) dan β-D asam manuronat (M), atau dapat berupa kombinasi dari kedua monomer tersebut 2. Pigmen atau zat warna adalah zat yang mengubah warna cahaya tampak sebagai akibat proses absorpsi selektif terhadap panjang gelombang pada kisaran tertentu. 3. Pelarut adalah suatu zat yang melarutkan zat terlarut (cairan, padat atau gas yang berbeda secara kimiawi), menghasilkan suatu larutan. 4. Spektrofotometrik UV-VIS merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.