BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa aromatic.
Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabkan warna pada bunga, kayu pohon tropis, bermacam-macam kapang dan lumut termasuk zat alizarin. Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu cincin aromatic yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene, naftalen dan antrasen. Cincin karboaromatik ini biasanya tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus lainnya yang ekivalen ditinjau dari biogenetiknya. Oleh karena itu senyawa bahan alam aromatic ini sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas. Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam kandungan tumbuhan. Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang dihasilkan.Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah. 1.2
Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari flavonoid minor? 2. Bagaimana Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari Xanthone? 3. Bagaimana Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari Stilbena?
1
4. Bagaimana Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari Tannin ? 5. Bagaimana Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari Pigmen quinon ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui Bagaimana Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari flavonoid minor? 2. Untuk mengetahui Bagaimana Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari Xanthone? 3. Untuk mengetahui Bagaimana Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari Stilbena? 4. Untuk mengetahui Bagaimana Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari Tannin ? 5. Untuk mengetahui Bagaimana Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari Pigmen quinon?
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan
dari
flavonoid minor A.
Pengertian Flavonoid minor Flavonoid minor merupakan organisme menetap dilingkungan yang beragam
dan tidak konstan. Organisme ini mudah beradabtasi dengan kehidupan serta strukturnya relevansi
dalam bidang biokimia dan farmakologis. Flavonoid juga
dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang dihasilkan. Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Flavonoid termasuk senyawa polifenol karena mengandung dua atau lebih gugus hidroksil, bersifatagak asam sehingga dapat larut dalambasa. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Dua cincin benzen (C6-) terikat pada satu rantai propan (C3) sehingga membentuk suatu susunan (C6-C3-C6) dengan struktur 1,3-diarilpropan. Senyawasenyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis, bergantung pada tingkat oksidasi rantai propan dari sistem1,3-diarilpropan. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai flavonoid autama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut.
3
Kerangka dasar flavonoid
Flavanoida
merupakan
salah
satu
golongan
fenol
alam
terbesar.
Flavonoidamencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan. Sebagaipigmen bunga, flavonoida berperan untuk menarik perhatian burung dan serangga penyerbuk bunga. Beberapa derivat flavonoid antara lain khalkon, auron,flavonon, dihidrokhalkon, dan isoflavon. Derivat ini disebut “flavonoid minor” karena penyebaran masing-masing kelas ini terbatas terdapat sccara sporadik (misalnya flavonon)
atau
terbatas
pada
sangat
sedikit
isovflavon pada leguminosae dan iridaceae. Flavonoid
taksa
Minor,
tumbuhan Xanton
dan
misalnya Stilbena
mempunyai kerangka struktur yang sama dengan antosianin, flavonol dan flavon yaitu (A) C6 – C3 – C6. Klasifikasi dari flavonoid minor adalah khalkon, auron, flavanon, dan isoflavanon, disebut flavonoid minor karena penyebarannya jarang pada tumbuhan. Flavanon dan isoflavanon hanya terdapat pada tumbuhan leguminosae dan iridaceae. Khalkon, dan auron dalam tumbuhan tidak stabil atau cepat berubah menjadi senyawa lain dalam tumbuhan compositae. B.
Klasifikasi flavonoid minor Berikut merupakan klasifikasi Flavonoid minor secara rinci yaitu :
1.
Khalkon Senyawa khalkon merupakan golongan flavonoid minor dan merupakan
senyawa flavonoid yang memiliki kerangka karbonnya terdiri dari gugus C6-C3-C6. 4
Khalkon adalah aglikon flavonoid yang dianggap pertama kali terbentuk pada biosintesis, khalkon umumnya terdapat pada tanaman yang termasuk dalam family Heliatheatribe, Coreopsidinae dan Compositae. Khalkon (tidak memiliki ikatan rangkap pada posisi α‐β seperti yang terdapat di khalkon. Contoh senyawa dari khalkon yaitu butein dan phloridzin (phloretin‐2’‐O‐D‐glukosida). Butein merupakan pigmen warna kuning yang banyak terdapat di berbagai macam bunga. Phloridzin terdapat di daun apel
dan dilaporkan dapat menjadi anti tumor (Vermerris dan
Nicholson 2006). OH OH
HO
β
α
OH
O
Struktur khalkon 2.
Auron Auron merupakan senyawa turunan dari khalkon yang mengalami siklisasi.
Seperti halnya khalkon jenis flavonoid ini juga mengekspresikan warna kuning, diantara jenis flavonoid auron khalkon yang paling jarang dijumpai. Senyawa ini ditemukan pada bunga Antirrhinum majus dan bunga Dahlia (Dahlia variabilis) OH HO
O
OH
O
Struktur Auron
5
3.
Flavanon Jenis Flavonoid ini mirip dengan jenis flavonoid flavon tetapi pada flavanon
tidak memiliki ikatan rangkap pada cincin C. flavonoid ini berdasarkan tingkat oksidasi dan kejenuhan pada cincin C. Pada flavonoid beberapa senyawa yang termasuk kedalam jenis ini adalah hespertin yang terdapat pada buah jeruk yang diperoleh dalam bentuk glikosidanya ,senyawa ini merupakan suatu aglikon. Senyawa ini juga memiliki efek sebagai antioksidan dan anti inflamantory pada tubuh manusia. OH HO
O
OH
O
Struktur Flavanon 4.
Isoflavanon. Isoflavanon atau isoflavon merupakan golongan isoflavonoida yang jumlahnya
sangat sedikit, dan sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna mana pun. Beberapa isoflavon berwarna biru muda bila dilihat dibawah sinar ultraviolet setelah diberi uap ammonia. Adanya gugus OH ganda, gugus OH pada atom C3 atau pun C5 yang berdekatan dengan gugus C=O pada struktumya berhubungan terhadap aktifitas biologisnya. Bentuk struktur ini merupakan bentuk modifikasi yang memperlihatkan modifikasi cincin C.
6
HO
O
OH
O OH
Struktur Isoflavanon C.
Kegunaan Flavonoid Minor Dari klasifikasi diatas terdapat banyak kegunaan dari senyawa-senyawa
flavonoid minor yaitu : a. Seperti halnya pada turunan khalkon yang dapat dijasikan sebagai anti tumor b. Sebagai senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan, dapat menghambat pertumbuhan sel-selkanker c. Memberi pengaruh baik dalam tubuh untuk mencegah radikal bebas dalam tubuh d. Membantu tubuh menyerap vitamin C dengan lebih baik e. Membantu mencegah dan/atau mengobati alergi, infeksi virus, arthritis, dan kondisi peradangan tertentu. f. Dapat memperbaiki sel yang rusak akibat radikal bebas. g. Mampu meningkatkan gejolak suasana hati yang diakibatkan oleh gangguan mood hingga depresi. h. Menurunkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, namun hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
7
D.
Biosintesis Senyawa Flavonoid Minor jalur asetat-malonat
jalur sikimat CH3
sinamil alkohol
H3C
lignin
OH OH HO
OH HO
O
isomerase OH
O OH
khalkon
O
flavanon
OH HO HO
O
O
OH OH
O
O OH
auron
isoflavanon
8
2.2
Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan
dari
Xanthone A.
Pengertian Xanthone Xanthone merupakan sekelompok senyawa organik yang pertama kali berhasil
dideteksi pada tahun 1855 oleh ilmuwan Jerman bernama Schmid W. Liebigs. Saat itu, efek xanthone bagi tubuh dan kesehatan manusia memang belum banyak ditelusuri. Akan tetapi, berbagai penelitian mengenai xanthone sejak awal abad ke20 hingga sekarang telah memunculkan banyak pemahaman baru mengenai senyawa yang merupakan bagian dari golongan senyawa polifenol ini. Xanthone adalah senyawa organik dengan rumus molekul C₁₃H₈O₂. Dapat dibuat dengan memanaskan fenil salisilat. Xanthone ialah suatu bahan kimia aktif yang memiliki struktur 3 cincin sehingga menjadikannya sangat stabil ketika berada dalam tubuh manusia Senyawa xanthone yang telah teridentifikasi antara lain alfa-mangostin dan gamma-mangostin. Xanthone dapat ditemukan secara alamiah dalam konsentrasi yang beragam pada tanaman tropis. Xanthone terdiri dari kumpulan senyawa bioaktif yang kaya dengan antioksidan. Kemampuan senyawa antioksidan ditentukan berdasarkan pada kemampuannya dalam mengurangi gugus radikal bebas. Antioksidan dalam manggis memiliki kemampuan lebih daripada 8 kali antioksidan yang terkandungan dalam buah jeruk. Kemampuan tersebut dihitung berdasarkan satuan ORAC atau oxygen radikal absorbance capacity. Nilai yang menunjukan kemampuan antioksidan dalam mengurangi radikal oksigen. Xanthones biasanya ditemukan dalam tumbuhan berbunga dan tumbuhan dari keluarga manggis-manggisan. Di alam, ditemukan lebih dari 200 jenis turunan Xanthones. Empat puluh di antaranya, terdapat dalam tanaman manggis, terutama pada bagian kulit buah manggis. Xanthone adalah senyawa polifenol dari senyawa keton siklik polifenol dengan rumus molekul C13H802. Struktur dasar xanthone
9
terdiri dari tiga benzena dengan satu benzena yang terdapat di tengahnya berupa keton. Pada umumn senyawa turunan xanthones mempunyai gugus fenol. Oleh karenanya, senyawa xanthones sering juga disebut sebagai polipenol. Beberapa senyawa turunan xanthones adalah: Garcinone A, Garcinone B, Garcinone C, Garcinone D, Garcinone E, BR-xanthone A, BR-xanthone B, Bezoquinon atrovirinnon, Calabaxanthone, Garcimangosone A, Garcimangosone B, Garcimangosone C, 1-Isomangostin, 3-Isomangostin, 1-Isomangostin hydrate, 3Isomangostin
hydrate,
Gartanin,
Demethylcalabaxanthone,
Mangostenone,
Mangostanin, Maclurin, Mangostano, Mangostin, Mangostinone, Mangostinone A, Mangostinone B, a-mangostin, b-mangostin, y-mangostin, Mangostanol, Norathriol, Tovophyllin A, Tovophyllin B, Trapezifolixanthone, Garcinidon A, Garcinidon B, Garcinidon C.
O
O Struktur Dasar Xanthone
H3C
CH3 O
OH
CH3 CH3
HO
O
OH
Struktur Senyawa Xanthones Garcinone B
10
B.
Klasifikasi xanthone Turunan senyawaxanthone yang sudah diidentifikasi ada 20 jenis dan
senyawayang paling banyak terdapat pada kulit buah manggis adalah alfamangostin.Senyawaalfa-mangostin
sebagai
turunanxanthone
memiliki
kemampuandalam menekan pembentukan senyawakarsinogen pada kolon. Adapun beberapa turunan xanton yaitu: H3C
CH3
O
OH
CH3
O H3C
CH3 HO
O
OH
α – mangostin
H3C
CH3
O
OH
CH3
O H3C
CH3 HO
O
O
CH3
β– mangostin
11
H3C
CH3
O
OH
O H3C CH3 HO
O
O
CH3
9-hydroxycalabaxanthone H3C
CH3
O
OH
O H3C CH3 HO
O
O
CH3
3-isomangostin OH
O
OH
CH3 CH3
O
OH
OH
H3C
CH3
Gartanin
12
O
OH
CH3 CH3
O
OH
OH
H3C
CH3
8- desoxygartanin
C.
Biosintesis Xanthone Metode biosintesis xanthone telah diekperimenkan oleh ahli kimia dalam
memperoleh senyawa xanthone, sejalan dengan ini, ahli kimia telah mencoba mengembangkan beberapa metode sintesis xanthone yaitu :
Metode klasik Grover, shah dan shah Yang pertama diketahui sintesis kimia xanthone diciptakan oleh kostanecki di
pada tahun 1892 dan jalur ini dikenal sebagai metode michael-kostanecki. Dalam metode ini campuran molar dari asam salisilat polifenol dan dipanaskan oleh agen dehidrasi seperti anhidrida asetat atau seng klorida. Namun,hal ini menghasilkan hydroxyxanthone sederhana. Selain itu, kemungkinan auto-kondensasi ekarboksilasi dan banyak reaksi samping yang lain juga kelemahan metode sintesis ini. Pendekatan sintesis diperbaiki oleh Grover,Shah dan Shah pada tahun 1955. Dalam metode klasik Grover ,Shah dan shah xanthone diperoleh oleh kondensasi antar asam orto-oxygen benzoat dan diaktifkan polifenol seperti phloroglucinol. Penggunaan pereaksi Eaton ( fosfor pentoksida dan methanesulfonic asam : P2O5/CH3SO3H). Sebagai bahan penghubung telah menghasilkan hasil xanthone yang tinggi. 13
O
OH
OH
COOH
+
P2O5/CH3SO3H
HO
OR
OH
ortho-oxygenated benzoic acid
plhoroglucinol
OH
OH
OH
benzophenone intermediete H2O
O
OH
O
OH
1,3-dihydroxyxanthone
D.
Kegunaan xanthone untuk kesehatan tubuh : 1)
Memperkuat sistem kekebalan.
2)
Menyembuhkan peradangan.
3)
Memperbaiki komunikasi antarsel.
4)
Menggagalkan kerusakan DNA.
5)
Alat bantu sistem getah bening.
6)
Memelihara optimal fungsi kelenjar gondok.
7)
Mengurangi resistansi insulin.
8)
Membantu penurunan berat badan.
9)
Menyembuhkan kerusakan urat saraf.
10) Menyeimbangkan sistem kelenjar endokrin. 11) Alat bantu dari sinergi tubuh. 12) Meringankan wasir. 13) Membantu menurunkan kadar gula dalam darah (hypoglycemia). 14) Meringankan penyakit kulit kemerah-merahan/bersisik (psoriasis). 15) Membantu menyembuhkan luka.
14
16) Meringankan sakit akibat carpal tunnel syndrome (penyakit yang terjadi pada pergelangan tangan serta jari yang disebabkan oleh tekanan yang sering terjadi pada bagian tersebut. Dan biasanya sering diakibatkan karena terlalu sering memakai keyboard dan mouse). 17) Menghilangkan penyakit kulit kering bersisik kronis (neurodermatitis). Kandungan anti peradangan dari manggis dapat mengurangi sisik dan gatal pada penyakit kulit. 18) Mengatasi telinga berdenggung
2.3
Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari Stilbena
A.
Pengertian Stilbena Stilben adalah etilen yang tersubstitusi oleh dua cincin fenil. Cincin A biasanya
memiliki dua gugus hidroksi dalam posisi m dan memiliki jalur biosintesis asam mevalonat, sedangkan cincin B membawa sebuah gugus hidroksi dan metoksi dalam posisi o-,m-,p- dan jalur biosintesisnya asam shikimat. Stilben aglikon dan stilben glikosida terbentuk secara alami pada lumut dan tumbuhan tingkat tinggi.senyawa ini merupakan bagian terpenting dari antifungal pitoaleksins fenolik yang biasanya disintesis hanya melalui respon terhadap infeksi atau luka. Suatu kesatuan senyawa –senyawa terbentuk berdasarkan pada jumlah dan lokasi gugus hidroksil:kehadiran gugus ini dapat tersubstitusi oleh gula, metal, metoksi dan residu lainnya:konfigurasi sterik bagi molekul-molekul identik secara kimia ; kemampuannya untuk memasuki reaksi membentuk dimmer, trimer, atau polimer-polimer besar. Stilben memiliki struktur C6-C2-C6.
15
HO
H3C
OH Selben
Struktur dasar Stilbena
Senyawa turunan stilben dipercaya memiliki aktivitas antioksidan. Stilben, trans resveratrol telah diisolasi pertama kali pada tahun 1940 dari akar veratrum grandiflorum. Senyawa ini sering diperoleh dari berbagai spesies pada sembilan famili tumbuhan, bersama-sama oksiresveratrol dalam Gymnospermae, Lilaceae, Moraceae, dan Myrtaceae. Cis dan trans resveratrol telah dilaporkan dari Arachis hypogen (Fabaceae) dan dari Eucalyptus spesies dari Myrtaceae. Dihidroksi stilben dan tetrahidroksi stilben sering terdapat di alam. Stilben terprenilasi telah dilaporkan hanya dari tumbuhan Leguminous. Dengan cara yang sama, hanya dua stilben terprenilasi yang telah diperoleh dari Chlorophlora excelsa pada tanaman famili Moraceae. Stilben aglikon terdistribusi diantara 17 famili tanaman berbunga. Pinaceae, Cupressaceae dan Gnetaceae adalah famili Gymnospermae yang dilaporkan mengandung stilben. Akan tetapi, stilben juga telah diidentifikasi dalam anggota Malvaceae. Banyak stilben alam telah diisolasi sebagai trans isomer. Meskipun trans stilben itu sendiri telah dilaporkan dari spesies Alnus, kehadirannya sebelumnya telah diusulkan dalam minyak Perubalsam berdasarkan pada titik lelehnya. Stilben glukosida telah diisolasi dari beberapa tumbuhan termasuk 4 famili tumbuhan, dengan mayoritas dari mereka terjadi dalam spesies dari spesies Picea
16
pada Pinaceae. Stilben glukosida astringin dan isorhapontin ada dalam tingkat tinggi dalam kulit kayu pada kebanyakan dari tujuh spesies Picea. Tingkatan mereka di bagian lain dari tanaman ini seperti getah kayu dan akar yang relatif rendah. Selain itu, tumbuhan lain yang tergolong stilben glukosida dalah Rhapontin, yang merupakan glukosida yang pertama kali dikenal, telah dilaporkan berasal dari Rheum rhaponticum. Resveratrol glukosida ”piceid” terdapat dalam anggota dari tiga famili tanaman, dimana glukosida pada piceatannol telah dilaporkan hanya dari spesies Picea. Sedikit stilben glukosida dikenal dari genera Gaylussacia dan Polygonium. B.
Klasfikasi Stilbena
Senyawa stilbena di golonglkan kedalam senyawa dimer yang merupakan senyawa kimia yang terdiri dari dua molekul ( dua monomer ) yang terikat bersamasama. H
O OH
HO
H H
OH H
OH
OH hemsleyanol A
17
HO
OH H
O H
H H
OH
OH HO
OH heimiol A
C.
Biosintesis Stilbena Stilben adalah etilen yang tersubstitusi oleh dua cincin fenil. Cincin A biasanya
memiliki dua gugus hidroksi dalam posisi m dan memiliki jalur biosintesis asam mevalonat, sedangkan cincin B membawa sebuah gugus hidroksi dan metoksi dalam posisi o-,m-,p- dan jalur biosintesisnya asam shikimat. Stilben aglikon dan stilben glikosida terbentuk secara alami pada lumut dan tumbuhan tingkat tinggi.senyawa ini merupakan bagian terpenting dari antifungal pitoaleksins fenolik yang biasanya disintesis hanya melalui respon terhadap infeksi atau luka. Suatu kesatuan senyawa – senyawa terbentuk berdasarkan pada jumlah dan lokasi gugus hidroksil:kehadiran gugus ini dapat tersubstitusi oleh gula, metal, metoksi dan residu lainnya:konfigurasi sterik bagi molekul-molekul identik secara kimia ; kemampuannya untuk memasuki reaksi membentuk dimmer, trimer, atau polimer-polimer besar.
18
Jalur Biosintesis Stilbenoid : Jalur Asam Shikimat
Jalur Asam Mevalonad O H3C
O
O ScoA ScoA C O
4
2
ScoA 1 O
6
3
5
7
O
O
O
HO
H3C
OH
stilbena
19
Stilben memiliki struktur C6-C2-C6. Senyawa turunan stilben dipercaya memiliki aktivitas antioksidan. Stilben, trans resveratrol telah diisolasi pertama kali pada tahun 1940 dari akar veratrum grandiflorum. Senyawa ini sering diperoleh dari berbagai spesies pada sembilan famili tumbuhan, bersama-sama oksiresveratrol dalam Gymnospermae, Lilaceae, Moraceae, dan Myrtaceae. Cis dan trans resveratrol telah dilaporkan dari Arachis hypogen (Fabaceae) dan dari Eucalyptus spesies dari Myrtaceae. Dihidroksi stilben dan tetrahidroksi stilben sering terdapat di alam. Stilben terprenilasi telah dilaporkan hanya dari tumbuhan Leguminous. Dengan cara yang sama, hanya dua stilben terprenilasi yang telah diperoleh dari Chlorophlora excelsa pada tanaman famili Moraceae. Stilben aglikon terdistribusi diantara 17 famili tanaman berbunga. Pinaceae, Cupressaceae dan Gnetaceae adalah famili Gymnospermae yang dilaporkan mengandung stilben. Akan tetapi, stilben juga telah diidentifikasi dalam anggota Malvaceae. Banyak stilben alam telah diisolasi sebagai trans isomer. Meskipun trans stilben itu sendiri telah dilaporkan dari spesies Alnus, kehadirannya sebelumnya telah diusulkan dalam minyak Perubalsam berdasarkan pada titik lelehnya. Stilben glukosida telah diisolasi dari beberapa tumbuhan termasuk 4 famili tumbuhan,
dengan
mayoritas
dari
mereka
terjadi
dalam
spesies
dari
spesies Picea pada Pinaceae. Stilben glukosida astringin dan isorhapontin ada dalam tingkat tinggi dalam kulit kayu pada kebanyakan dari tujuh spesies Picea. Tingkatan mereka di bagian lain dari tanaman ini seperti getah kayu dan akar yang relatif rendah. Selain itu, tumbuhan lain yang tergolong stilben glukosida dalah Rhapontin, yang merupakan glukosida yang pertama kali dikenal, telah dilaporkan berasal dari Rheum rhaponticum. Resveratrol glukosida ”piceid” terdapat dalam anggota dari tiga famili tanaman, dimana glukosida pada piceatannol telah dilaporkan hanya dari spesies Picea. Sedikit stilben glukosida dikenal dari genera Gaylussacia dan Polygoni um.
20
D.
Kegunaan senyawa Stilbena Senyawa Stilbena manfaatnya dalam range yang luas yaitu : 1. Aktivitas biologi termasuk toksisitas terhadap fungi, rayap serangga 2. Sebagai anti fungal dan bentuk dimer dan trimernya dalam daun vitis vinera telah dihubungkan dengan ketahanan penyakit 3. Sebagai anti mikroba 4. Aktivisa biologi lainnya adalah sitotoksisitas antara lain viniferin yang aktif terhadap sel leukemia 5. Anti inflamasi 6. Sebagai senyawa antioksidan 7. Senyawa stilbena juga dapat digunakan sebagai anti kanker yang digunakan oleh NCI (National Cancer Institute) untuk skrining ekstrak.
2.4
Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari Tannin
A.
Pengertian Tannin Tanin (dari bahasa Inggris tannin; dari bahasa Jerman Hulu Kuno tanna, yang
berarti “pohon ek” atau “pohon berangan”) pada mulanya merujuk pada penggunaan bahan tanin nabati dari pohon ek untuk menyamak belulang (kulit mentah) hewan agar menjadi kulit masak yang awet dan lentur. Namun kini pengertian tanin meluas, mencakup aneka senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung cukup banyak gugus hidroksil dan gugus lain yang sesuai (misalnya karboksil) untuk membentuk perikatan kompleks yang kuat dengan protein dan makromolekul yang lain. Tanin (atau tanin
nabati,
sebagai
lawan
tanin
sintetik)
adalah
suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid.Senyawa-senyawa tanin ditemukan pada banyak jenis tumbuhan; berbagai senyawa ini berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora dan hama, serta dalam pengaturan pertumbuhan.
21
Tanin
yang
terkandung
dalam buah muda
menimbulkan
rasa
kelat
(sepat),perubahan-perubahanyang terjadi pada senyawa tanin bersama berjalannya waktu berperan penting dalam proses pemasakan buah.Kandungan tanin dari bahan organik (serasah, ranting dankayu) yang terlarut dalam air hujan (bersamaan eka subtansi humus),
menjadikan
air
yang
tergenang
di rawa-rawa dan rawa
gambut berwarna coklat kehitaman seperti air teh, yang dikenal sebagai air hitam (black water). Kandungan tanin pula yang membuat air semacam ini berasa kesat dan agak pahit. HO
OH OH
HO
OH
OH
OH
O
O
O
O
HO
OH OH
O
O
O
HO O HO
OH
OH
Struuktur dasar Tannin
B.
Klasifikasi Tannin Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya senyawa
yangmemiliki bagian berupa fenolik. Klasifikasi senyawa poli fenol telah dibahas pada babyang lain jadi untuk bab ini hanya difokuskan pada klasifikasi senyawa tanin.Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu yaitu tani yang terhidrolisis dan tanin yangterkondensasi. Jenis-jenis senyawa diatas akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut : 1. Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins).Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis denganmenggunakan asam sulfat atau asam
22
klorida. Salah satu contoh jenis tanin iniadalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari kabohidrat denganasam galat. OH OH O OH
OH
O OH
HO
O OH
O
HO
O
O
OH
OH
galic acid asam galat
OH
O
O OH
OH
O
O
O
HO
OH
OH OH HO
OH
Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk taninterhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins.Ellagitanin sederhana disebut jugaester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadiasam galic jika dilarutkan dalam air. OH O
gallotannin
OH HO
OH
gallic acid
23
HO
OH
O
OO
eliagitannin
O
HO
OH HO
OH
HO
OH
HO
OH
OH HO
hexahydroxydiphenic acid (HHDP)
O O
ellagic acid
2. Tanin terkondensasi (condensed tannins).Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimerflavonoid yang merupakan senyawa fenol dan telah dibahas pada bab yang lain.Nama lain dari tanin ini adalah
Proanthocyanidin.
Proanthocyanidin merupakan
polimer
dari
flavonoid yang dihubungan dengan melalui C 8 dengan C4. Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin. OH OH O
HO
OH OH
OH
OH HO
O
15 OH
OH
OH
OH
HO
O
OH OH
sorghum procyanidin
24
Senyawa ini jika dikondensasi maka akan menghasilkan flavonoid jenis flavan dengan bantuan nukleofil berupa floroglusinol phloroglucinol (or other nucleophile)
OH
OH HO
OH
O OH HO
O OH
OH HO OH
H+
OH2 OH
OH OH
HO
O OH
OH
HO
OH OH OH
H+ HO
OH
O OH OH
OH HO
O OH
OH
procyanidin epicatochin2 4 β
β
OH
8 catechin
OH
2 derivitized extenders + catechin( end groud)
C.
Kegunaan Tanin a. Astrigensia - Pengelat dan Anti diare Tanin dapat menciutkan (adstrigensia) dan mengeraskan dinding usus, sehingga
dapat mengurangi keluar masuknya cairan dalam usus. Tanin juga dapat digunakan untuk menciutkan pori-pori kulit. b. Anti bakteri Efek antibakteri tanin antara lain melalui reaksi dengan membran sel. Flavonoid dalam tanin akan mendenaturasi dan mengkoagulasi protein serta merusak membran dinding sel. c. Antioksidan Ketekin dalam tanin mempunyai sifat antioksidatif yang berperan dalam melawan radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh. d. Antidotum - Penawar racun Tanin akan mengeluarkan asam tamak yang tidak larut dan bereaksi dengan alkaloida membentuk tanat yang mengendap.
25
D.
Biosintesis Tanin
Biosintesa dari Tanin secara umum : Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid NH2 O
H2C
+
COOH
HC
Fenil Alanin
HC
H3C
O
As. Kafeat
+
HC
COOH
+
COOH
HC
+
OH As. 3,4,5 Trihidroksi Sinamat
+
COOH
OH
O COOH As. Kafeat
OH
O
As. p kumarat
As. Sinamat
HO OH
O
COOH
HO
OH OH As. Galat
1) Tannin-terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain untuk tanin-terkondensasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.
26
2) Tannin terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana adalahdepsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh limagugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asamgalat, yaitu asam heksahidroksidifenat, disini pun berikatan dengan glukosa. Biladihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat. Tannin terhidolisiskan ini padapemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat menghasilkan gallic atau ellagic.Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh asam lemah atau basa lemah untuk menghasilkankarbohidrat dan asam fenolat. Contoh gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalamasam tannic (C76H52O46), ditemukan dalam daun dan kulit berbagai jenis tumbuhan. 2.5
Pengertian, Struktur, Klasifikasi, Biosintesis dan Kegunaan dari Pigmen Quinon
A.
Pengertian Pigmen Quinon Pigmen Quinon atau baisa disebut dengan quinon merupakan golongan senyawa
organic yang diturunkan senyawa aromatic seperti benzene atau naftalena dengan perubahan –CH= menjadi kelompok –C(=O)- dengan penataan ulang ikatan ganda sehingga menjadi struktur diketon yang terkonjugasi. Pigemen qiunon juga merupakan pigmen warna tumbuhan yang beragam, sering terdapat pada kulit ,akar,atau dalam jaringan lain (misalnya daun) ,tetapi pada jaringan tersebut warna tertutupi pigmen lain. O O
Struktur dasar Quinon
27
B.
Klasifikasi Pigmen Quinon Pigmen kuinon diturunkan dari oksidasi senyawa aromatic dan sering dibuat
dari senyawa aromatic yang reaktif dengan subtituen penyumbang elektron seperti fenol dan katekol, yang meningkatkan sifat nukleofilik pada cincin dan memberikan potensial redoks yang dibutuhkan untuk memecahkan aromatisistas (quinon terkonjugasi bukan aromatic). Berikut senyawa turunan dari Quinon adalah 1,2Benzoquinon, 1,4-Benzoquinon, 1,4-Napthoquinon, dan 9,10-Anthraquinon.
O O
1,2-Benzoquinon O
O
1,4-Benzoquinon O
O
1,4-Napthoquinon
28
O
O
9,10-Anthraquinon. C.
Kegunaan Pigmen Quinon Pigmen Quinon sangat bermanfaat bagi kehidupan dialam diantaranya yaitu : 1. Sebagai akseptor elektron dalam rantai transport elektron dalam fotosintesis Turunan-turuna quinon juga dikenal sebagai vitamin K ,seperti yang digunakan oleh hewan untuk membantu membentuk protein tertentu yang terlibat dalam pembentukan tulang, pembekuan darah 2. Kuinon alami atau sintetik menunjukkan aktivitas Sebagai anti tumor 3. Anti mikroba dan anti parasit 4. Pewarna pigmen quinon digunakan sebagai pewarna alami seperti turunan quinon yang diekstrak dari tanaman Rubia ,adalah yang pertama pewarna alami disintesis dari tar batubara. 5. Sebagai reagen dalam kimia organik yaitu benzoquinon sebagai agen pengoksidasi.
D.
Biosintesis Pigmen Quinon OH
O CH 3COOH *CH 3 (Metionin)
* H3C
* CH3
O
CH3 COOH
* CH3
* H3C
HO
CH3
HO
COOH
OH
OH
* H3C
* CH3
CH 2OH OH
* CH3
* H3C
HO
CH 2OH OH
SHANORELIN
29
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam kandungan tumbuhan. Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang dihasilkan.Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.
3.2 Saran Melalui makalah ini, kami mengharapkan apa yang kami tuangkan dalam hal ini dapat memberi pengetahuan akan penjelasan tentang flavonioid. Tentunya dalam pembahasan ini, memiliki kekurangan olehnya kami mengaharapkan sebuah saran yang dan kritikan yang membangun dari anda.
30