BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Penggunaan motor sebagai salah satu peralatan listirk saat ini sudah menjadi kebutuhan yang bisa dikatakan primer. Salah satunya adalah motor asinkron 3 fasa. Motor asinkron 3 fasa sangat umum digunakan dalam bidang industri, termasuk industri maritime. Baik itu adalah motor asinkron 3 fase rotor sangkar maupun rotor belit. Oleh karena itu pengenalan mengenai bagianbagian beserta fungsinya, serta aplikasi penggunaannya menjadi sangat berguna untuk dipelajari Untuk menunjang mata kuliah listrik perkapalan diadakan praktikum yaitu praktikum motor asinkron 3 fase rotor belit. Untuk mengetahui perbedaan pada penggunaan motor asinkron 3 fase rotor sangkar dan rotor belit maka diadakan praktikum motor asinkron 3 phase dengan jenis rotor belit agar lebih memahami perbedaan, prinsip kerja, fungsi dan aplikasi dari motor asinkron 3 fase rotor belit 1.2.
Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah : Mengetahui performa motor asinkron 3 fase rotor belit 1.3. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat disimpulkan dari praktikum Motor Asinkron 3 Phase adalah sebagai berikut: Bagaimana performa yang dihasilkan oleh motor asinkron 3 fase rotor belit?
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengertian Motor 3 Fasa Motor induksi 3 fasa merupakan salah satu cabang dari jenis motor listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak berupa putaran yang mempunyai slip antara medan stator dan rotor dengan sumber tegangan 3 fasa. Arus rotor motor ini bukan diperoleh dari suatu sumber listrik, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar. Motor induksi 3 fasa berputar pada kecepatan yang pada dasarnya adalah konstan. Kecepatan putaran motor ini dipengaruhi oleh frekuensi, dengan demikian pengaturan kecepatan tidak dapat dengan mudah dilakukan terhadap motor ini, namun motor induksi 3 fasa merupakan jenis motor listrik yang paling banyak digunakan pada dunia industri karena sesuai kebutuhan dan memiliki banyak keuntungan. Dikatakan sebagai motor induksi karena motor baru bisa bekerja bila konduktor rotor terinduksi oleh medan putar magnet pada stator. Dikatakan motor asinkron karena motor ini bekerja berdasarkan adanya perbedaan antara putaran medan stator (Ns) dan putaran rotor (Nr). Dikatakan motor slip karena motor berputar apabila Ns>Nr. Motor induksi / motor asinkron yang 3 fasa sistem supplynya adalah supply tegangan 3 fase ( R,S,T)
2.2. Bagian-bagian Motor 3 Fasa 1. Stator
Gambar 2.2.1. Stator
Stator adalah bagian pada motor listrik atau dinamo listrik yang berfungsi sebagai stasioner dari sistem rotor. Jadi penempatan stator biasanya mengelilingi rotor, stator bisa berupa gulungan kawat tembaga yang berinteraksi dengan angker dan membentuk medan magnet untuk mengatur perputaran rotor. Stator inilah yang dihubungkan langsung ke sumber tegangan 3
fase. 2. Rotor Rotor adalah bagian dari motor listrik atau generator listrik yang berputar pada sumbu rotor. Perputaran rotor di sebabkan karena adanya medan magnet dan lilitan kawat email pada rotor. Sedangkan torsi dari perputaran rotor di tentukan oleh banyaknya lilitan kawat dan juga diameternya.
Gambar 2.2.2. Rotor
2.3. Jenis-jenis Rotor Macam-macam rotor: Rotor Sangkar Jenis motor induksi ini terdiri dari tumpukan lempengan besi tipis yang dilaminasi dan batang konduktor yang mengitarinya, tumpukan besi yang dilaminasi tersebut disatukan untuk membentuk inti rotor. Alumunium (sebagai batang konduktor) dimasukan ke dalam slot dari inti rotor untuk membentuk serangkaian konduktor yang mengelilingi inti rotor. Rotor yang terdiri dari sederetan batang-batang konduktor yang terletak pada alur-alur sekitar permukaan rotor, ujung-ujungnya dihubung singkat dengan menggunakan cincin hubung singkat (shorting ring) atau disebut juga dengan end ring. Motor induksi jenis ini tidak terdapat komutator sehingga tidak memercikan bunga api. Motor induksi jenis ini mempunyai arus awal tinggi, torsi awal rendah dan Kapasitas Overload tinggi. Serta efesiensi dan faktor kerjanya lebih tinggi dibanding rotor belitan..
Gambar 2.5 Rotor Sangkar
Rotor Belit Jenis motor induksi ini mempunyai belitan kumparan 3 fasa sama seperti kumparan statornya serta kumparan stator dan rotornya mempunyai jumlah kutub yang sama. Belitan 3 fasa pada motor jenis ini biasanya terhubung Y dan ujung 3 kawat belitan rotor tersebut di hubungkan pada slipring yang terdapat pada poros rotor. Belitan-belitan rotor ini kemudian di hubung singkatkan melalui sikat (brush) yang menempel pada slipring dengan sebuah perpanjangan kawat untuk tahanan luar. slipring dan sikat merupakan penghubung belitan rotor ke tahanan luar (fungsi tahanan luar yaitu membatasi arus awal yang besar). Tahanan luar ini kemudian perlahan dikurangi hingga nol sebagaimana kecepatan motor yang bertambah telah mencapai kecepatan penuh.
Setelah mencapai kecepatan penuhnya, 3 buah sikat akan terhubung singkat (tanpa tahanan luar ) maka rotor belitan ini akan bekerja mirip seperti rotor sangkar. Motor induksi jenis ini mempunyai arus awal yang rendah dan torsi awal yang tinggi.
Gambar 2.6 Rotor Belit 2.3.1
Perbedaan Rotor Sangkar dan Rotor Belit Perbedaan mendasar dari rotor belit dan rotor sangkar adalah terdapat pada konstruksi rotor. a. Rotor Sangkar - Tahanan Rotor Tetap - Arus Starting tinggi - Torsi starting rendah b. Rotor Belit - Arus Starting rendah - Torsi starting tinggi - Memungkinkan tahanan luar dihubungkan ke tahanan rotor melalui slip ring yang terhubung ke sikat
2.4. Prinsip kerja Motor Asinkron 3 Fasa
Gambar 2.8 Prinsip kerja motor asinkron 3 fasa
Gambar 2.9 Grafik Sinusoidal Motor3 fasa
Motor asinkron 3 phase biasa juga disebut dengan motor induksi 3 phase, dimana motor ini berfungsi mengubah energi listrik 3 phase menjadi sebuah energi mekanik. Prinsip kerja dari motor induksi adalah sebagai berikut: 1. Bila sumber tegangan tiga fasa dipasang pada kumparan stator, maka pada kumparan stator akan timbul medan putar dengan kecepatan, ns = 120f/P , ns = kecepatan sinkron, f = frekuensi sumber, p = jumlah kutup. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. 2. Medan putar stator akan memotong konduktor yang terdapat pada sisi rotor, akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi ( ggl ) sebesar E2s = 44,4fnØ. Keterangan : E = tegangan induksi ggl, f = frekkuensi, N = banyak lilitan, Q = fluks 3. Karena kumparan rotor merupakan kumparan rangkaian tertutup, maka tegangan induksi akan menghasilkan arus ( I ). 4. Adanya arus dalam medan magnet akan menimbulkan gaya ( F ) pada rotor. 5. Bila torsi awal yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar untuk memikul torsi beban, maka rotor akan berputar searah dengan arah medan putar stator. 6. Untuk membangkitkan tegangan induksi E2s agar tetap ada, madddka diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan putar rotor (nr). 7. Perbedaan antara kecepatan nr dengan ns disebut dengan slip ( S ) yang dinyatakan dengan Persamaan S = ns-nr/ns (100%) 8. Jika ns = nr tegangan akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada rotor, dengan demikian tidak ada torsi yang dapat dihasilkan. Torsi suatu motor akan timbul apabila ns > nr. 9. Dilihat dari cara kerjanya motor tiga phasa disebut juga dengan motor tak serempak atau asinkron 2.4.1 Menghitung Frekuensi Terhadapat Kecepatan Putaran Motor 120 f Ns= P Keterangan : Ns = Kecepatan Putar Medan Stator f = Frekuensi Sumber P = Jumlah Kutub motor Dari persamaan di atas, maka jika kita ingin merubah-rubah nilai Ns, dapat dilakukan dengan mengubah nilai frekuensi dari sumber (f) atau mengubah jumlah kutub motor (p). Semakin besar frekuensi maka semakin besar pula kecepatan putaran motor (Ns)
yang kita dapatkan, begitu juga sebaliknya. Sedangkan semakin banyak jumlah kutub, maka semakin kecil pula kecepatan motor yang dihasilkan, dan berlaku juga sebaliknya.
2.4.2 Menghitung Besarnya Slip Terhadap Kecepetan Putaran Motor Ns−Nr Slip= x 100 Ns Keterangan : Ns = Kecepetan Putar Medan Stator Nr = Kecepetan Putaran Rotor Dari persamaan di atas maka kita dapat mengetahui besaran slip dari putaran stator dengan rotor, dikatakan motor slip karena motor berputar apa bila kecepatan putar stator lebih besar dari pada kecepatan putaran rotor. 2.4.3 Menghitung Torsi Pada Motor Secara umum torsi (torque) merupakan gaya yang digunakan untuk menggerakan sesuatu dengan jarak dan arah tertentu, dari pernyataan tersebut sehingga didapat :
=F.l dimana : = Torsi (Torque), Newton meter (N.m); F =Gaya penggerak, Newton (N) l = jarak, meter (m) 2.4.4 Rumus Torsi Dengan Putaran Torsi pada motor dipengaruhi oleh Daya dan kecepatan radial dari motor tersebut, dengan penurunan lanjutan dapat kita ketahui putaran motor akan mempengaruhi torsi semakin besar putaran semakin kecil pula torsi yang dihasilkan, putaran dan torsi berbanding terbalik, seperti dibawah ini. P ω P τ= 2πxN τ=
Dimana = Torsi (Torque), Newton Meter (N.m) N = Putaran Motor (RPS) P = Daya Motor (Watt) 2.4.5 Rumus Hubungan Putaran dengan Hambatan
Putaran pada motor, berpengaruh pada tegangan jangkar sedangkan tegangan jangkar akan berpengaruh pada tegangan yang diberikan ke motor atau dari sumber, dan juga arus dan hambatan pada rotornya. Hal tersebut dapat lebih dipahami dari rumus berikut. Vt = Ea + Ia . Ra Ea = C . n . Ø R = e/(3 .I) R2+Rvar = K x N /(3-1/2 x Irr) Dimana : Vt = tegangan masukan pada motor/terminal (V) -2
Ea = tegangan pada jangkar (V) Ia = arus jangkar (A) Ra = tahanan jangkar (Ω) n = putaran/ kecepatan motor (rad/sec) C = constante of armature winding Ø = magnetic flux of field winding 2.5. Pengaruh Putaran Motor 2.5.1. Pengaruh tegangan terhadap kecepatan putaran motor Kecepatan putaran motor dapat diatur dengan merubah tegangan sumber,tetapi perubahan tersebut sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja motor. Dengan menurunkan tegangan dibawah tegangan kerja, kerja motor menjadi terbatas, efisiensi dayanya menurun, dan motor menjadi cepat panas akibat over current 2.5.2. Pengaruh frekuensi terhadap kecepatan putaran motor Perubahan frekuensi dengan tegangan dibuat konstan mengakibatkan fluks magnetik tidak stabil. Ketidak stabilan fluks magnetic mengakibatkan kerja motor menurun, efisiensi daya menurun dan over current. Untuk menghasilkan kestabilan fluks, maka perubahan frekuensi harus diikuti perubahan tegangan. 2.5.3. Pengaruh kutub terhadap kecepatan putaran motor Perubahan pada kutub dapat menghasilkan nilai efisiensi motor lebih rendah dari motor standart. 2.5.4 Pengaruh Hambatan Terhadap Kecepatan Putaran Motor Pada motor asinkron 3 fasa rotor belit kecepatan putaran motor diatur melalui hambatan pada rotornya. Pada saat starting hambatan yang diberikan besar agar putaran pada rotor tidak langsung besar. Untuk menambah kecepatan putaran motor hambatan yang diberikan pada rotor dikurangi dan mencapai keceptan penuh ketika hambatan yang diberikan adalah sama dengan 0. 2.6. Rugi-Rugi Pada Motor Rugi Tembaga
Rugi - rugi yang ditimbulkan sebanding dengan nilai I2.R , dimana I merupakan arus yang mengalir pada belitan tembaga dan R merupakan besarnya nilai tahanan tembaga tersebut. Sehingga semakin besar arus maka semakin besar rugi - rugi pada tembaga tersebut. Yang berarti semakin besar beban yang dikerjakan oleh sebuah motor, semakin besar arus yang mengalir dibelitan tembaga sehingga rugi - rugi tembaga pada motor tersebut akan menjadi besar.
Rugi Inti Besi Untuk rugi - rugi pada inti besi, rugi - rugi tersebut tidak terkait penuh dengan besar kecilnya beban yang diberikan pada motor tersebut. Faktor yang mempengaruhi besarnya rugi - rugi pada inti besi adalah hysterisis dan eddy current (arus eddy). Dan hal ini lebih dipengaruhi pada konstruksi motor itu sendiri
Rugi Mekanik Sedangkan untuk rugi - rugi mekanik pada umumnya disebabkan faktor mekanikal seperti hambatan dan gesekan, seperti pada bearing, udara dll. Total rugi - rugi yang dijelaskan diatas akan memperbesar daya listrik yang dibutuhkan untuk menggerakan beban oleh sebuah motor.
2.7. Aplikasi 2.7.1. Aplikasi pada bidang maritim Motor pompa air laut Di kapal pompa air laut berfungsi untuk menghisap air laut dari luar kapal, yang nantinya air laut tersebut dapat digunakan untuk berbagai hal, misalnya untuk sistem pendingin dan sistem ballast. Induksi yang terjadi di motor 3 fasa akan memutar poros impeller.
Gambar 2.9 Motor pompa air laut (Sumber : http://google.com
Crane Crane berfungsi untuk pengangkutan material lepas ( loose material ) dengan jarak tempuh yang relatif jauh, alat yang digunakan dapat berupa belt, truck dan wagon.
Gambar 2.10 Crane
2.7.2. Aplikasi pada bidang non-maritim Coveyor Conveyor adalah suatu system mekanik yang mempunyai fungsi memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Conveyor banyak dipakai di industry untuk transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak dan berkelanjutan karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Gambar 2.11 Conveyor
Eskalator Sarana angkut vertikal yang bekerja secara mekanik elektrik adalah eskalator dan travolator yang merupakan alat transportasi antar lantai pada gedung bertingkat yang menggunakan tangga berjalan yang digerakkan oleh motor listrik.
Gambar 2.12 Eskalator
BAB III DATA PRAKTIKUM 3.1 PERALATAN DAN FUNGSI No
Nama
Gambar
Fungsi
1
2
Motor Asinkron 3 phase
Three phase motor starter 65 - 150
Sebagai tempat dimana rotor berputar dan menghasilan putaran
Untuk memberikan hambatan pada rotor motor asinkron 3 phase rotor belit
Sebagai alat ukur arus dan 3
Single & three phase measurements 68 – 100
tegangan pada praktikum
Sebagai sumber untuk memberikan supply daya
4
Three phase supply control 60-100
5
Kabel
pada praktikum
Sebagai penghubung antar rangkaian
3.2 Langkah Percobaan Percobaan motor asinkron 3 fasa dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1.
Membuat rangkaian seperti gambar di bawah ini
2.
Sambungkan ketiga resistor pada terminal rotor belit K, L, M.
3.
Atur resistances pada 25Ω.
4.
Sambungkan panel mesin pada hubungan Y.
5.
Berikan tegangan 380V AC 3 Phase.
6.
Operasikan motor pada keadaan putaran penuh 3000 rpm dan atur kembali resistances pada range 0Ω
3.3 Data Hasil Praktikum Hambata n Ω 25
Frekuens i Hz 50
Day a Wat 87.5
Vlin e V 385
20
50
85.7
383
15
50
81
383
10
50
85.1
383
5
49.9
82.4
383
0
50
97.2
384
3.4 Gambar Rangkaian
Vphase R 38 2 38 2 38 2 38 2 38 2 38 3
S 384
T 385
I line mA 334
I phase
384
384
326
333
344
311
2230
0.37
384
383
333
325
331
321
2400
0.37
384
384
323
337
329
332
2550
0.32
384
383
330
323
335
323
2702
0.37
384
384
352
378
388
342
2831
0.38
R 327
S 331
T 321
Putara n RPM 2082
cos ∏ 0.36
Gambar 3.1 Gambar Rangkaian Motor 3 Fase Rotor Belit
BAB IV Analisis Data 4.1. Perhitungan Tabel 4.1 Hambata n Ω 25
Frekuens i Hz 50
Day a Wat 87.5
Vlin e V 385
20
50
85.7
383
15
50
81
383
10
50
85.1
383
5
49.9
82.4
383
0
50
97.2
384
Vphase R 38 2 38 2 38 2 38 2 38 2 38 3
S 384
T 385
I line mA 334
I phase
384
384
326
333
344
311
2230
0.37
384
383
333
325
331
321
2400
0.37
384
384
323
337
329
332
2550
0.32
384
383
330
323
335
323
2702
0.37
384
384
352
378
388
342
2831
0.38
R 327
S 331
T 321
Putara n RPM 2082
cos ∏ 0.36
Dengan data hasil praktikum pada tabel 4.1, maka dapat dicari hitungan data lainnya dengan menggunakan rumus yang sudah ditentukan dan mendapatkan data baru yang dibutuhkan. 4.1.1. Perhitungan pada saat hambatan = 25 Ω Daya Motor (Pin)
P=√ 3 x V x I x cos φ=√ 3 x 385 x 0.334 x 0.36=80.086 watt Dimana
cos θ = 0.36
Torsi
¿
P .60 80.086 . 60 = =0,368 2 π . N 2 π .2082
Error daya pada data dan daya pada hitungan
Error=
x 1−x 2 x1
x 100
=
4.1.2. Perhitungan pada saat hambatan = 20 Ω
87.5−80.086 x 100 =8.47 87.5
Daya Motor
P=√ 3 x V x I x cos φ=√ 3 x 383 x 0.326 x 0.37=79.922 watt Dimana
cos θ = 0.37
Torsi
¿
P .60 79.922. 60 = =0.342 2 π . N 2 π . 2230
Error daya pada data dan daya pada hitungan
Error=
x 1−x 2 x1
x 100
=
85.7−79.922 x 100 =6.74 85.7
4.1.3. Perhitungan pada saat hambatan = 15 Ω Daya Motor
P=√ 3 x V x I x cos φ=√ 3 x 383 x 0,333 x 0,37=81.638 watt Dimana
cos θ = 0.37
Torsi
¿
P .60 81.638 . 60 = =0,325 2 π . N 2 π .2400 Error daya pada data dan daya pada hitungan
Error=
x 1−x 2 x1
x 100
=
81−81.368 x 100 =−0.79 81
4.1.4. Perhitungan pada saat hambatan = 10 Ω Daya Motor
P=√ 3 x V x I x cos φ=√ 3 x 383 x 0,323 x 0,32=68.485 watt Dimana
cos θ = 0.37
Torsi
¿
P .60 68.485 .60 = =0,257 2 π . N 2 π . 2550 Error daya pada data dan daya pada hitungan
Error=
x 1−x 2 x1
x 100
=
85.1−68.485 x 100 =19.52 85.1
4.1.4. Perhitungan pada saat hambatan = 5 Ω Daya Motor
P=√ 3 x V x I x cos φ=√ 3 x 383 x 0,330 x 0,37=80.902 watt Dimana
cos θ = 0.37
Torsi
¿
P .60 80.902 .60 = =0,286 2 π . N 2 π .2702 Error daya pada data dan daya pada hitungan
Error=
x 1−x 2 x1
x 100
=
82.4−80.902 x 100 =1.82 82.4
4.1.4. Perhitungan pada saat hambatan = 0 Ω Daya Motor
P=√ 3 x V x I x cos φ=√ 3 x 384 x 0,352 x 0,38=88.859 watt Dimana
cos θ = 0.37
Torsi
P .60 88.859 . 60 ¿ = =0,3 2 π . N 2 π .2831 Error daya pada data dan daya pada hitungan
Error=
berikut:
x 1−x 2 x1
x 100
=
97.2−88.859 x 100 =8.58 97.2
Maka dengan data yang didapat pada praktikum, didapatkan perhitungan dengan data sebagai
Tabel 4.2 Tegangan
Arus
Pin
Pout
Torsi
efisiensi
error
V
A
Wat
Wat
N.m
%
%
385.000
0.334
80.08 6
80.086
0.368
100%
8.47%
383.000
0.326
79.92 2
79.922
0.342
100%
6.74%
383.000
0.333
81.63 8
81.638
0.325
100%
-0.79%
383.000
0.323
68.48 5
68.485
0.257
100%
19.52%
0.330
80.90 2
80.902
0.286
100%
1.82%
0.352
88.85 9
88.859
0.300
100%
8.58%
383.000 384.000
4.2 Analisa Grafik
4.2.1. Grafik Perbandingan Putaran Motor dan Torsi
Perbandingan Torsi dengan Putaran 2831 2702
2900
Putaran (RPM
2700
2550
2500
2400 2230
2300
2082
2100 1900 0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
Torsi (N.m)
Grafik 4.1 Perbandingan Putaran dengan Torsi Pada Grafik 4.1 menunjukkan bahwa kecepatan putaran motor berbanding terbalik dengan torsi pada motor. Karena torsi yang besar lebih mudah diperoleh pada RPM yang rendah. Grafik menurun tidak lurus dikarenakan pada perhitungan torsi saat hambatan 5 dan 0 torsi kembali meningkat. Hal ini sesuai dengan persamaan rumus:
¿
P 2 π . N (rps)
Grafik diatas menunjukan bahwa dari 6 percobaan yang dilakukan dengan hambatan yang berbeda-beda mempunyai efisiensi sempurna. Hal ini diakibatkan saat percobaan motor tidak diberikan beban.
4.2.3. Grafik Perbandingan Daya Hitungan dan Daya Display
Chart Title
daya (P)
200 80.086 180 160 140 120 87.5 100 80 60 40 20 0 1
88.859 79.922
81.638
85.7
81
85.1
82.4
2
3
4
5
68.485
80.902
97.2
daya hitungan daya dis pl ay
6
percobaan ke-
Grafik 4.3 Perbandingan daya hitungan dengan daya display Grafik diatas menunjukkan bahwa daya display yang didapatkan pada praktikum dan daya yang dihitung memiliki perbedaan dengan nilai koreksi atau error sebesar 0%-19% pada masing-masing data. Pada hasil praktikum kali ini tidak dapatkan hasil nilai daya yang sama pada daya hitungan dan daya display hal ini dikarenakan kurangnya ketelitian dalam mengambil data.
BAB V KESIMPULAN 1. Perbedaan pada motor asinkron 3 fasa rotor sangkar dan rotor belit terletak pada konstruksi rotor nya. Pada rotot belit memiliki karakteristik arus starting yang rendah dan torsi starting yang tinggi. Sedangkan pada rotor sangkar mempunyai karakteristik sebaliknya. 2. Kecepatan putaran motor adalah berbanding terbalik dengan torsi yang dihasilkan.
Semakin besar torsi yang dihasilkan semakin kecil pula kecepatan putaran yang dihasilkan. Hal ini berlaku juga sebaliknya. Hal ini dibuktikan dengan rumus = P/w (Nm)
= P/2 π rps
3. Daya yang dilihat pada display dan daya yang dihasilkan oleh hitungan memiliki perbedaan dengan error yang dihasilkan berkisar 0-19 % karena saat pengambilan data terjadi ketidaktelitian. 4. Pada motor asinkron 3 fasa rotor belit dihasilkan efisiensi sempurna atau efisiensi 100% ketika motor tidak diberikan beban. 5. Pada motor asinkron 3 fassa rotor belit kecepatan putaran motor diatur melalui hambatan pada rotornya. Saat starting hambatan yang diberikan besar agar putaran pada rotor tidak langsung besar. Untuk menambah kecepatan putaran rotor diatur dengan mengurangi hambatan yang ada seperti pada praktikum hambatan awal diberikan 25 dikurangi sampai putaran penuh dengan beban 0. 6. Motor 3 phase asinkron rotor belit yang digunakan pada praktikum memiliki frekuensi sebesar 50 hz, sesuai dengan spesifikasi dari Motor 3 phase asinkron rotor belit yang digunakan pada praktikum