BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Human
Developmant
Report
(UNDP)
menyebutkan
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2011 Indonesia menduduki urutan ke – 124 dari 182 negara, terendah diantara negara- negara kawasan Asia Tenggara dan hal ini tentunya erat
hubungannya
dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat antara lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat (Depkes RI, 2007). Upaya pengembangan kualitas SDM dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006). Tumbuh kembang seorang anak dapat dikontrol sejak dini, pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan sejak awal untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) (syafrudin dkk, 2009). Pertumbuhan pada balita dapat dipantau melalui penimbangan berat badan anak setiap bulan. (Kemenkes RI, 2013). Pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulan menunjukan bahwa persentase balita umur 6- 59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir cenderung meningkat 25,5% (2007), 23,8% (2010) menjadi 34,3% (2013). (Kemenkes RI, 2013) Jumlah anak balita yang berstatus gizi baik masuk kepada posisi rawan terus meningkat mengikuti pertambahan usia, 21,3% anak balita masuk kedalam kategori rawan dan dari 21,3% balita tersebut ada 10% balita sangat rawan untuk menjadi status gizi rendah (gizi kurang) oleh karena itulah sangat diperlukan gizi yang bersifat preventif (Basuni, 2011). 1
Menurut Kemenkes tahun 2015 terdapat hubungan antara balita yang ditimbang dengan status gizi buruk dan kurang. Balita yang ditimbang tidak teratur memiliki 1,5 kali mengalami gagal tumbuh dibandingkan yang ditimbang teratur. (Ramadini, 2013) Pelaksanaan penimbangan pada balita dapat dilakukan di pos pelayanan terpadu (Posyandu). Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memiliki tujuan untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita ( AKBA). (Kemenkes RI, 2013) AKBA di Indonesia mengalami penurunan yaitu antara tahun 2003 sampai 2012 dari 46/1.000 menjadi 40/1.000 kelahiran hidup (BPS, 2012) Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normative AKBA yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140 per 1.000 kelahiran hidup, tinggi dengan nilai 71 – 140 per 1.000 kelahiran hidup, sedang dengan nilai 20 – 70 per kelahiran hidup, dan rendah dengan nilai < 20 per 1.000 kelahiran hidup. Artinya untuk Indonesia sendiri masuk kedalam kategori sedang (BPS, 2012). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPKMN) 20102014 telah menetapkan empat sasaran pemangunan kesehatan, yaitu 1) Meningkatkan Umur Harapan Hidup menjadi 72 tahun, 2) Menurunkan AKB menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup (KH), 3) Menurunkan AKI menjadi 118 per 100 ribu KH dan, 4) Menurunkan Prevalensi gizi kurang menjadi 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi 32%. (Kemenkes RI, 2010) Untuk mencapai sasaran RPJMN 2010- 2014 bidang kesehatan pemerintah telah menetapkan rencana strategi 2010- 2014 yang dibuat oleh Kementerian yaitu dengan menetapkan indikator 1) Balita ditimbang berat badan (D/S), 2) Balita gizi buruk mendapat perawatan. (Kemenkes RI, 2010) Di wilayah kerja Puskesmas Bangko membawahi 10 Desa dan 2 Kelurahan, yaitu 1) Kecamatan Bangko : Kelurahan Pasar Atas Bangko, Kelurahan Pasar Bangko, Desa Sungai Kapas, Desa Kungkai, 2) Kecamatan Bangko Barat : Desa Pulau Rengas, Desa Pulau Rengas Ulu, Desa Biuku 2
Tanjung, Desa Bedeng Rejo, Desa Sungai Putih, Desa Bukit Beringin. Desa Kungkai merupakan desa yang cakupan sasaran timbangan bayi dan balita nya masih rendah.Hal ini menyebabkanbelum tercapainya indikator cakupan penimbangan di Posyandu pada Tahun 2017 yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu 80%.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan, pekerjaan dan sikap ibu dengan rendahnya angka kunjungan bayi dan balita ke Posyandu untuk ditimbang di Desa Kungkai Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Tahun 2017.
1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulis yaitu : 1. Ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan rendahnya angka kunjungan bayi dan balita ke Posyandu untuk ditimbang 2. Ingin mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan rendahnya angka kunjungan bayi dan balita ke Posyandu untuk ditimbang 3. Ingin mengetahui hubungan sikap ibu dengan rendahnya angka kunjungan bayi dan balita ke Posyandu untuk ditimbang 4. Mencari pemecahan masalah dari rendahnya capaian kunjungan bayi dan balita untuk ditimbang ke Posyandu di Desa Kungkai Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Tahun 2017.
3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Posyandu Posyandu
merupakan
salah
satu
bentuk
Upaya
Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. (Kemenkes RI, 2012)
2.1.1 Kegiatan Posyandu 1. Kegiatan utama Kegiatan utama yang dilakukan oleh masing- masing Posyandu diantaranya yaitu pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan Keluarga Berencana, pelayanan Imunisasi, pelayanan dan pemeriksaan gizi, pencegahan dan penanggulangan diare. 2. Kegiatan pengembangan/ pilihan Masing- masing Posyandu dapat menambah kegiatan baru disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini apabila dilaksanakan pada masing- masing Posyandu maka Posyandu tersebut dinamakan dengan Posyandu Terintegrasi. Adapun contoh kegiatan tambahannya yaitu : a. Bina Keluarga Balita (BKB) b. Tanaman Obat Keluarga (TOGA) c. Bina Keluarga Lansia (BKL) d. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
2.1.2 Manfaat Posyandu a. Kemudahan untuk mendapat informasi dan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita. b. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk. 4
c. Bayi dan anak balita mendapat kapsul vitamin A. d. Bayi memperoleh imunisasi lengkap. e. Ibu hamil terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah (Fe) serta Imunisasi Tetanus Toksoid (TT). f. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe). g. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
2.2 Balita Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau lebih populer dengan anak dibawah lima tahun (Muaris, 2006). Pada anak balita 6- 59 bulan, masa ini adalah masa dimana anak mulai bisa melakukan penyesuaian
sepanjang
rentan
hidup
yaitu
dengan
mengembangkan
keterampilan dasar untuk membaca, menulis, berhitung, mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tata nilai belajar menyesuaikan diri dengan teman- teman seusianya, membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum, dan mencapai kebebasan pribadi (Syafrudin dkk, 2009).
2.3 Penimbangan 2.3.1 Definisi Penimbangan merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikkan gizi yang menitik beratkan pada pencegahan dan peningkatan keadaan gizi anak. Penimbangan terhadap bayi dan balita yang merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangannya. Partisipasi masyarakat dalam penimbangan tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan, maka semakin banyak pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita.
5
2.3.2 Faktor-Faktor yang Merupakan Pengetahuan Ibu Terhadap Pentingnya Penimbangan Berat Badan Bayi/Balita Secara Rutin. a. Tingkat Pendidikan Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena tingkat pendidikan yang tinggi maka mereka dengan mudah mendapatkan solusi tentang kesehatan mereka, dibandingkan dengan seorang wanita yang pendidikannya sangat rendah. Pendidikan adalah upaya atau pembelajaran kepada masyarakat atau melakukan tindakan praktek untuk memelihara mengatasi masalah-masalah, dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2007) Pada pertengahan tahun 2007 masih banyak penduduk Indonesia yang masih buta huruf dan sekolah dasar, sedangkan pada tahun 2006 penduduk usia lebih dari 10 tahun yang berpendidikan kondisi ini menunjukkan tentang taraf pendidikan perempuan belum setara dikarenakan terbentuk dari masyarakat. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh,pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. Sebagian besar ibu tingkat pendidikan tertinggi adalah SLTA, yaitu sebesar 55,3%. Pendidikan yang baik belum tentu menjamin bahwa ibu balita mengerti tentang penimbangan (Hary, 1996) Segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat. Pendidikan juga merupakan suatu proses yang menumbuhkan sikap yang lebih tanggap terhadap perubahanperubahan atau ide-ide baru. Pendidikan ibu juga akan mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap pentingnya penimbangan dalam pertumbuhan bayi/balita. (Notoatmodjo, 2007)
b. Umur Umur adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya. Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikanpenyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam 6
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan umur perkembangan bayi yaitu : 1. 0-12 bulan 2. 1-3 tahun 3. 3-5 tahun Jika pendidikan yang diharapkan mempunyai kemampuan untuk mandiri dan meningkatkan taraf hidup dan kesehatannya (Widyastuti, 2006). Sedangkan pendapat Abu Ahmadi mengatakan bahwa bertambahnya umur seseorang
dapat
berpengaruh
pada
pertambahan
pengetahuan
yang
diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu kemampuan untuk menerima atau mengingat sesuatu pengetahuan akan berkurang (Ahmadi, 2001). Lamannya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Jika dihubungkan dengan pengetahuan ibu dengan bertambahnya umur ibu, maka akan semakin banyak pengalaman yang diperoleh sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pengetahuan ibu. Dalam kaitannya dengan asupan gizi dalam pertumbuhan balita, maka dengan semakin bertambahnya umur, akan semakin banyak pengalaman (Notoatmodjo, 2007).
c. Pekerjaaan Merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kehidupan seharihari. Dilihat dari segi pekerjaan, mengemukakan bahwa pekerjaan/pendapatan keluarga akan menunjang perkembangan anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder. Pekerjaan yang ditekuni seorang ibu memiliki hubungan mendatangkan pengetahuan tentang suatu hal baru baik yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri maupun mengenai hal-hal yang lain. (Notoatmodjo, 2007) Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder (Soetjininsih, 1998) Pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan 7
perhatian anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahanpun tidak terpenuhi oleh karena itu keluarga berencana tetap diperlukan. Hal tersebut mempengaruhi kurangnya asupan makanan yang mengandung gizi tinggi untuk diberikan kepada balita sebesar 68,08% asupan makanan yang diberikan tergolong kurang.
d. Sikap Ibu Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan ransangan yang diterimanya. Pengertian sikap berdasarkan unsur kepribadian adalah berkaitan dengan motif yang mendasari tingkah laku seseorang berdasarkan keyakinan, kebiasaan, pendapat dan konsep (Wirawan, 20012)
e. Paritas Paritas mempunyai hubungan yang erat dengan pengetahuan dan pengalaman seorang wanita dalam menjalankan proses kehamilan, karena kehamilan merupakan proses alami dan normal, seorang wanita akan mengalami sekali, duakali, bahkan berkali-kali dalam kehidupannya, setiap ibu mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Pada seorang wanita yang pernah melakukan penimbangan berat badan bayi/balita, maka lebih baik dari pada ibu yang jarang melakukan penimbangan berat badan bayi/balita (Arikunto, 2007). Laju kelahiran yang tinggi berkaitan dengan kejadian kurang gizi, karena jumlah pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Akan tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut. Pada survey didapatkan 1 keluarga yang memiliki 1 balita dan jarak usianya dengan anak sebelumnya 10 tahun sebesar 95,7%. Dalam hal ini dapat diasumsikan bahwa jumlah balita dan jarak usia dengan anak sebelumnya tidak berpengaruh terhadap rendahnya angka keberhasilan penimbangan (Suhardjo, 2003). 8
f. Sumber Informasi Sumber informasi mempengaruhi baik dari orang atau media informasi. Informasi dari orang yaitu dari keluarga, teman. Adapun dari tenaga kesehatan yaitu mendapatkan penyuluhan tentang gizi dari kader posyandu sebesar 68,1%. Hampir sebagian besar ibu balita tingkat pengetahuan tentang posyandu baik yaitu 89,36%. Hal ini menunjukkan ibu balita mengerti manfaat penimbangan berat badan pada bayi/balita secara rutin (Notoatmodjo, 2005). Sedangkan Widyastuti mengatakan bahwa dengan kemajuan teknologi maka semakin mudah para ibu hamil mendapat informasi tentang kesehatan. Jika ibu hamil hanya mendapat informasi dari orang tua itu sangat kurang karena
pengetahuan
selalu
berkembang
sehingga
ibu
hamil
sulit
memahaminya (Widyastuti, 2006). Sumber adalah semua bentuk informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu. Sumber informasi kesehatan biasanya berasal dari petugas kesehatan maupun media massa. Pada umumnya cara yang dilakukan oleh petugas kesehatan adalah melakukan sosialisasi tentang pemakaian produkproduk baru kesehatan. Sedangkan sumber informasi melalui media cetak, sumber informasi kesehatan yang tepat mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan pengetahuan individu atau seseorang untuk menerapkan informasi yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007).
9
BAB III GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
3.1 Data Situasi Umum No. Kode Puskesmas
: 05050101
No. Kode Pos
: 37312
No. Telp
: 0746- 21265
Nama Puskesmas
: Pasar Atas
Kecamatan
: Bangko
Kabupaten
: Merangin
Propinsi
: Jambi
3.2 Geografis Puskesmas Bangko dengan luas wilayah kerja kurang lebih 384 km2yang terdiri dari 10 desa (2 kelurahan dan 8 desa) berada tepat di Kota Bangko, yang berati aksesnya cukup mudah dijangkau dari semua desa. Adapun nama-nama desa di wilayah kerja Puskesmas Bangko sebagai berikut:
Tabel 3.1 Nama-nama desa wilayah kerja Puskesmas No Nama Kecamatan A
Nama Desa
Jumlah Dusun
Kel.Pasar Atas Bangko
22 Rt
Kel.Pasar Bangko
11 Rt
Desa Sungai Kapas
6 Dusun
Desa Kungkai
6 Dusun
Kecamatan Bangko
10
B
Kec. Bangko Barat Desa Pulau Rengas
3 Dusun
Desa Pulau Rengas Ulu
4 Dusun
Desa Biuku Tanjung
3 Dusun
Desa Bedeng Rejo
2 Dusun
Desa Sungai Putih
4 Dusun
Desa Bukit Beringin
4 Dusun
Sumber : Data Dasar Puskesmas
Dari tabel 3.1 Puskesmas Bangko Berada tepat di kota Bangko, yang berarti cukup mudah dijangkau dari semua desanya. Umumnya geografi desa berbukit dan sedikit dataran. Masing-masing desa dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat, kecuali untuk 2 desa transmigrasi yang sulit dijangkau apabila musim hujan (Sungai Putih dan Bukit Beringin). Dengan jarak tempuh dari desa dengan puskesmas berkisar antara 20-40 km, dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam, 2 kelurahan yang berada di pusat kota Bangko, dimana merupakan jalur Lintas Sumatera, mempunyai faktor resiko tinggi terhadap masalah kesehatan. Wilayah Puskesmas Bangko memiliki bata-batas wilayah sebagai beikut:
Sebelah utara berbatasan dengan
: Kel. Pematang Kandis
Sebelah selatan berbatasan dengan
: Desa Sekancing
Sebelah timur berbatasan dengan
: Kec.Batang Mesumai
Sebelah barat berbatasan dengan
: Desa Pinang Merah
11
Gambar peta wilayah Kerja Puskesmas Bangko
3.3 Demografis Wilayah kerja Puskesmas dengan
jumlah penduduk 29.849 jiwa,
tersebar di 10 (2Kel dan 8 desa) yang penyebaran penduduknya setiap desa tidaklah merata.
Tabel 3.2 Distribusi jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bangko No
Nama Kecamatan
Laki-Laki
Perempuan Jumlah
( Orang )
( Orang )
Penduduk (Orang)
A
Kecamatan Bangko Kel.Pasar Atas Bangko
3186
3193
6379
Kel.Pasar Bangko
1526
1551
3077
Desa Sungai Kapas
3597
3337
6934
Desa Kungkai
1911
1928
3839
12
B
Kec. Bangko Barat Desa Pulau Rengas
910
882
1792
Desa Pulau Rengas Ulu 826
715
1541
Desa Bedeng Rejo
625
539
1164
Desa Sungai Putih
1202
1073
2275
Desa Bukit Beringin
15088
1410
25048
Sumber : Data Dasar Puskesmas
3.4 Sosial Budaya Penduduk diwilayah kerja Puskesmas Bangko mempunyai social budaya yang beraneka ragam,untuk 3 desa yang berada diwilayah transmigrasi umumnya berasal dari suku jawa dan ada satu desa yang berpenduduk asli Suku Anak Dalam(SAD), yaitu desa Bukit Beringin, sedangkan desa lainnya merupakan penduduk asli. Penduduk di 2 kelurahan umumnya pendatang yang berasal dari berbagai wilayah Sumatera, seperti: Padang, Batak, Palembang dan lain sebagainya. Penduduk wilayah kerja Puskesmas Bangko berlatar belakang suku Melayu dan mayoritas beragama Islam. Perilaku masyarakat Sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, seperti persatuan yang diwujudkan dalam sikap kegotong royongan yang kokoh. Ini terlihat pada acara-acara seperti selamatan, pernikahan dan masih banyak lagi acara-acara lain yang sangat mencerminkan budaya atau adat istiadat setempat. Sarana transportasi yang digunakan adalah angkutan umum dan ojek.
3.5 Sosial Ekonomi Dari segi perekonomian umumnya masyarakat desa bermata pencarian petani, umumnya petani karet dan sawit. Dan di kelurahan sebagian besar adalah pegawai, pedagang dan wiraswasta. 13
Grafik 3.1 Distribusi mata pencarian di wilayah kerja Puskesmas Bangko Tahun 2017
20 50
petani pns
30
swasta/dagang
3.6 Sarana dan Prasarana Tabel 3.3 Sarana pelayanan Puskesmas Bangko
No
Nama barang
Jumlah
1.
Puskesmas
1 unit
2.
Puskesmas Pembantu
5 unit
3.
Rumah Bides
7 unit
4.
Mobil ambulance
2 unit
5.
Sepeda motor
4 unit
Puskesmas
Puskesmas Bangko berlokasi di Jl. Prof.M.Yamin, SH, Kel. Pasar Atas Bangko, Kecamatan Bangko Kab Merangin Provinsi Jambi. Terbagi atas : -
Ruang Ka. Puskesmas
-
Ruang Ka. Tata Usaha
-
Ruang Tata Usaha
-
Ruang P2M
-
Ruang Inovasi 14
-
Ruang Bendahara
-
Laboratorium Sederhana
-
Loket
-
Informasi
-
Poli Umum
-
Ruang Tindakan
-
Ruang Pemeriksaan Gigi
-
Ruang Kesling dan Promkes
-
Poli Anak
-
Ruang Obat
-
Ruang Imunisasi
-
Ruang KIA/KB
-
Ruang /Gudang Obat
-
Aula
-
Kamar mandi/ WC 2 buah
Unit Pustu masing-masing :
-
Pustu Pulau Rengas
-
Pustu Bedeng Rejo
-
Pustu Sungai Kapas
-
Pustu Sungai Putih
-
Pustu Bukit Beringin
Unit Poskesdes masing-masing :
-
PoskesdesKungkai
-
PoskesdesSungai Putih
-
PoskesdesPulau Rengas Ulu
-
Poskesdes Biuku Tanjung
Unit Polindes
-
Polindes Sungai Kapas 15
-
Polindes Biuku Tanjung
-
Polindes Bukit Beringin
30 Posyandu masing-masing :
-
2 Posyandu di Kelurahan Atas Bangko
-
2 Posyandu di Kelurahan Bangko
-
6 Posyandu di Desa Sungai Kapas
-
1 Posyandu di Desa Kungkai
-
1 Posyandu di Desa Pulau Rengas
-
1 Posyandu di Desa Pulau Rengas Ulu
-
2 Posyandu di Desa Biuku Tanjung
-
4 Posyandu di Desa Sungai Putih
-
5 Posyandu di Desa Bukit Beringin
-
1 Posyandu di Desa Bedeng Rejo
3.7 Ketenagaan Tabel 3.4 Sumber daya tenaga petugas Puskesmas Bangko No
Pendidikan
Jumlah
1
Dokter Umum
4orang
2
Dokter gigi
1 orang
3
Sarjana kesehatan Masyarakat
10 orang
4
Sarjana Keperawatan
1 orang
5
Bidan ( DIII )
13 orang
6
Perawat gigi ( DIII )
2 orang
7
Perawat ( DIII )
13 orang
8
Asisten Apoteker ( DIII )
3 orang
9
Ahli Gizi ( DIII )
8 orang
10
Laboratorium ( DIII )
2 orang
11
Ahli Gizi ( DI )Bidan ( D1 )
1 orang
12
Bidan ( D1 )
4 orang 16
13
Sanitasi ( SPPH )
3 orang
14
Perawat ( SPK )Asisten Apoteker
3 orang
15
Admistrasi
1 orang
16
LCPK
1 orang
17
Cleaning service
2 orang
Sumber : Kepegawaian Puskesmas
3.8 Pembiayaan Tabel 3.5 Sumber pembiayaan Puskesmas Bangko tahun 2017 No
Sumber Dana
Jumlah Dana
1
DOP
RP.
2
BOK
RP.
3
JAMPERSAL
RP.
4
BPJS
RP.
Keterangan
Sumber : Bendahara Puskesmas
3.9 UKBM ( Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat ) Dalam upaya preventif, promotif Puskesmas Bangko dibantu UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) diantaranya adalah oleh 25 pos pelayanan terpadu( Posyandu ) dengan berbagai macam stata yaitu 6 strata pratama, 15 strata madya, 3 strata purnama dan 1 strata mandiri.
Tabel 3.6 Strata Posyandu Puskesmas Bangko tahun 2017 No
Desa/Kel
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Posy Aktif
1
Kel.Pasar Atas
2
-
-
-
2
2
Kel.Pasar Bangko
-
2
-
-
2
3
Sungai Kapas
-
4
2
-
6 17
4
Kungkai
-
1
-
-
1
5
Pulau Rengas
-
-
1
-
1
6
Pulau Rengas Ulu
-
1
-
-
1
7
Biuku Tanjung
2
-
-
-
2
8
Bedeng Rejo
-
-
-
1
1
9
Sungai Putih
-
4
-
-
4
10
Bukit Beringin
-
3
1
-
4
Sumber : Promkes
Dimana jumlah posyandu aktif semua, Posyandu ini beranggotakan unsur masyarakat dengan kader-kader yang berasal dari berbagai kalangan Selain itu Puskesmas juga dibantu upaya promotif dan preventifnya oleh desa siaga yang berjumlah 10 Desa siaga aktif.
Tabel 3.7 Klafikasi Desa Siaga Puskesmas Bangko tahun 2017 No
Desa/Kel
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Jml
1
Kel.Pasar Atas
-
1
-
-
1
2
Kel.Pasar Bangko
-
1
-
-
1
3
Sungai Kapas
-
-
-
1
1
4
Kungkai
-
-
1
-
1
5
Pulau Rengas
-
-
-
1
1
6
Pulau Rengas Ulu
-
-
1
-
1
7
Biuku Tanjung
-
-
1
-
1 18
8
Bedeng Rejo
-
-
-
1
1
9
Sungai Putih
-
-
1
-
1
10
Bukit Beringin
-
-
-
1
1
Sumber : Promkes
Wilayah kerja Puskesmas Bangko adalah daerah endemis malaria dan demam berdarah, karena kepadatan penduduk yang tinggi dan serapan air yang kurang baik, oleh karena itu dibentuklah UKBM Remantik ( Relawan Pemantau Jentik ) yang beranggotakan masyarakat dalam pemantauan jentik secara berkala dan penyuluhan tentang pentingnya pembrantasan sarang nyamuk. Untuk itu diperlukan kerja sama dengan lintas sektoral yang terkait yang terdapat diwilayah kerja Puskesmas Bangko.
19
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 Jumlah Bayi Dan Balita Tahun 2017 Table 4.1 Jumlah Bayi Usia 0- 23 Bulan Pada Tahun 2017 Jumlah Bayi Usia 0- 23 Bulan (S)
Bulan
Total
Laki- laki
Perempuan
Januari
55
40
95
Februari
58
44
102
Maret
51
37
88
April
63
44
107
Mei
55
40
95
Juni
53
40
93
Juli
62
52
114
Agustus
55
53
108
September
63
52
115
Oktober
64
54
118
November
64
37
101
Desember
80
72
152
Dari data diatas laki- laki berjumlah 723 bayi dan perempuan 565 bayi. Jumlah bayi keseluruhan yaitu 1.288 bayi.
Tabel 4.2 Jumlah Balita Usia 24- 59 Bulan Pada Tahun 2017 Bulan
Jumlah Balita Usia 24- 59 Bulan (S)
Total
Laki- laki
Perempuan
Januari
76
90
166
Februari
76
90
166
Maret
74
86
160 20
April
96
93
189
Mei
90
90
180
Juni
86
80
166
Juli
84
75
159
Agustus
80
73
153
September
80
85
165
Oktober
90
90
180
November
85
80
165
Desember
84
80
164
Dari data diatas laki- laki berjumlah 1.001 balita dan perempuan 1.006 balita. Jumlah balita keseluruhan yaitu 2.007 balita.
4.2 Jumlah Bayi Dan Balita Yang Ditimbang Sepanjang Tahun 2017 Table 4.3 Jumlah Bayi Yang Ditimbang usia 0- 23 bulan Jumlah Bayi Yang ditimbang (D)
Bulan
Total
D/S (%)
Laki- laki
Perempuan
Januari
38
32
70
73,7
Februari
20
28
48
47
Maret
14
12
26
29,5
April
14
12
26
24,3
Mei
10
10
20
21
Juni
10
10
20
21,5
Juli
10
10
20
17,5
Agustus
58
39
97
89,8
September
30
30
60
52,2
Oktober
50
58
108
91,5
November
33
47
80
79,2 21
Desember
40
50
90
59,2
Dari tabel 4.3 maka dapat dilihat persentase bayi yang ditimbang mengalami perubahan setiap bulannya. Dimana persentase tertinggi yaitu pada bulan oktober 91,5%. Artinya dari target 80% maka cakupan sasaran penimbangan pada bulan Oktober sudah tercapai. Sedangkan untuk persentase rendah yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. Table 4.4 Jumlah Balita Yang Ditimbang usia 24- 59 bulan Jumlah Balita Yang Bulan
ditimbang (D)
Total
D/S (%)
Laki- laki
Perempuan
Januari
44
85
129
77,7
Februari
42
53
95
57,2
Maret
11
15
26
16,2
April
15
16
31
16,4
Mei
13
14
27
15
Juni
12
13
25
15
Juli
10
15
25
15,7
Agustus
67
70
137
89,5
September
60
69
129
78,1
Oktober
75
75
150
83,3
November
53
47
100
60,6
Desember
45
55
100
61
Dari tabel 4.4 maka dapat dilihat persentase balita yang ditimbang mengalami perubahan setiap bulannya. Dimana persentase tertinggi yaitu pada bulan Agustus 89,5%. Artinya dari target 80% maka cakupan sasaran penimbangan pada bulan Agustus sudah tercapai. Sedangkan untuk persentase rendah yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. 22
Dengan adanya persentase tersebut maka penulis mencoba mencari penyebab dari rendahnya pencapaian penimbangan bayi dan balita pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. Ada beberapa alasan ibu tidak membawa anaknya ke Posyandu untuk di timbang setiap bulannya, diantaranya :
Pengetahuan ibu yang kurang mengenai pentingnya menimbang bayi dan balita setiap bulannya.
Sikap ibu yang masih menganggap bahwa jika anak tidak sakit maka tidak perlu dibawa ke Posyandu.
Pekerjaan juga menjadi salah satu alasan tidak membawa anak untuk ditimbang.
Adanya bulan Vitamin A yaitu Februari dan Agustus, dimana bayi dan balita sebelum diberi Vitamin A juga dilakukan penimbangan. Sehingga untuk bulan berikutnya ibu- ibu beralasan bahwa anaknya sudah ditimbang bulan lalu.
23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis data diatas didapatkan :
Pengetahuan ibu sangat berperan dalam tumbuh kembang anak salah satunya gizi anak. Hal ini tentunya berpengaruh dengan pengetahuan ibu, gizi baik didapat dari pengetahuan ibu yang baik pula.
Sikap ibu yang kurang peduli terhadap tumbuh kembang anak juga dapat berhubungan langsung dengan gizi anak.
Pekerjaan ibu juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, dimana ibu yang bekerja memilik waktu dengan anak sangat sedikit sehingga kurang memperhatikan tumbuh kembang anak.
Selain itu tumbuh kembang anak juga ada kaitannya dengan keinginan ibu untuk tau apakah gizi anak itu baik atau buruk, itu dapat diketahui dari penimbangan anak setiap bulannya.
5.2 Saran
Agar angka kunjungan bayi dan balita memenuhi target setiap bulannya sebaiknya diadakan penyuluhan mengenai tumbuh kembang anak oleh petugas kesehatan.
Bukan hanya petugas kesehatan saja yang berperan sebaiknya ikut sertakan juga tokoh masyarakat dalam membantu perbaikan gizi pada bayi dan balita.
Penimbangan bayi dan balita juga dapat dilakukan di rumah dengan cara kunjungan ke rumah – rumah yang ibunya bekerja di siang hari, sehingga tidak ada alasan lagi bagi ibu untuk tidak tau gizi anaknya.
Untuk bayi dan balita yang dikategorikan Bawah Garis Merah (BGM) dapat dibantu dengan pemberian makanan tambahan setiap bulannya.
24
Dengan ini diharapkan ada peningkatan berat badan bayi dan balita yang ditimbang sehingga persentase bayi dan balita BGM diharapkan menurun.
Peran serta tokoh masyarakat dan pemerintah setempat sangat diharapkan untuk tumbuh kembang anak terutama menyangkut gizi anak.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadani, 2001. Buku Perawatan Pada Perkembangan Anak- Anak. EGC, Jakarta Arikunto, 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta, Jakarta. Basuni, Abas Jahari. 2011. Kecenderungan Masalah Gizi buruk di Indonesia. Pusat penelitian dan pengembangan gizi dan makanan. BPS. 2013. Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin 2013. Kemenkes RI, 2012. Ayo ke Posyandu setiap bulan. Jakarta. Pusat promosi kesehatan kemetrian kesehatan republic Indonesia. Kemenkes RI, 2013. Buku 2 Pedoman paket Gizi Masyarakat. Jakarta; Kementrian Kesehatan RI. Muaris, Hindah. 2006. Sarapan sehat untuk anak balita. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama. Notoatmodjo, 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta. Profil Puskesmas Bangko Tahun 2017. Ramadini, Nuani dkk. 2013. Status Gizi balita berdasarkan index of anthropometric failure. Jurnal kesmas nasional vol. 7 no 12. Soetjiningsih, 1998. Penimbangan Berat Badan, TIM, Jakarta Syafrudin, Fathidina, Yudhia. 2009. Promosi Kesehatan untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta Timur; CV Trans Info Medika. Widyastuti, 2006. Buku Panduan Perawatan Bayi, EGC, Jakarta
26