BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan (selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep (prsecription) dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai (LKPP Unhas,2016). Dalam dunia farmasi kita dapat mempelajari mengenai berbagai macam tumbuhan yang kita dapatkan melalui mata kuliah botani farmasi. Botani merupakan Ilmu yang mempelajari
tentang tumbuhan
dan peran
tumbuhan bagi kehidupan. Mempelajari botani tidak hanya mempelajari tumbuhan secara teoritis tapi mendalami ilmu botani untuk lebih menghargai & menyadari peran penting tumbuhan secara fungsional bagi kehidupan. Botani juga tidak hanya mempelajari kelompok dari kerajaan tumbuhan saja tetapi juga mempelajari Jamur (mikologi), bakteri (bakteriologi), lumut kerak (lichenology), dan fikologi. Orang yang menekuni bidang botani disebut sebagai botanis (Universitas Hasanuddin,2004). Salah satu sapek yang diperlukan dalam mempelajari tumbuhan (botani) adalah pengetahuan tentang nama botani (ilmiah/latin) jenis-jenis tumbuhan. Sebab seseorang yang bekerja dengan suatu jenis tumbuhan harus yakin bahwa materi yang ditanganinya benar-benar sesuai dengan nama menurut standar taksonomi tumbuhan. Sekali ia mempublikasikan hasil pekerjaannya dan menyebarluasakannya, seluruh dunia akan siap menyerap informasi tentang jenis tumbuhan yang dipublikasikan tersebut dengan berpegang kepada nama botani yang dikenakan. Nama ilmiah suatu tumbuhan merupakan sebuah kunci mukjizat untuk membuka khazanah yang berisi 1
semua pengetahuan tentang jenis tumbuhan tersebut (Naiola, 1986). Selain mempelajari bentuk dan struktur luar dari tumbuhan serta peran tumbuhan bagi kehidupan, botani juga mempelajari mengenai benda - benda ergastik pada tumbuhan. Didalam sel terdapat bagian-bagian yang tidak hidup atau biasa disebut dengan istilah benda ergastik. Benda ergastik dibagi menjadi dua jenis, yaitu benda ergastik padat dan benda ergastik cair. Yang termasuk kedalam benda ergastik padat, yaitu amilum, aleuron, kristal Ca-Oksalat. Sedangkan yang termasuk kedalam benda ergastik cair, yaitu asam organik, karbohidrat, lemak, protein, zat penyamak, antosianin, alkaloid, minyak atsiri, dan terpentin. Amilum mempunyai rumus empiris (C6H10O5)n, berupa karbohidrat atau polisakarida yang berbentuk tepung disebut amiloplas, dapat dibedakan menjadi leukoamiloplas yang berwarna putih dan menghasilkan tepung cadangan makanan dan kloroamiloplas berwarna hijau dan menghasilkan tepung asimilasi. Aleuron ditemukan pada endosperm yang mengering. Prosesnya : keringnya biji, yang berarti mengeringnya endosperm menjadi semakin sedikit sehingga konsentrasi konsentrasi zat-zat yang terlarut seperti putih telur, garam dan lemak akan smakin besar, kemudian vakuola pecah hal ini akan terus berlangsung hingga vakuola pecah menjadi kecil-kecil yang mengandung zat-zat yang mengkristal yang disebut aleuron. Kristal yang terdapat pada tumbuahn merupakan hasil akhir dari metabolisme, umumnya terbentuk dari kristal Ca-oksalat yang diendapkan. Kristal tersebut tidak larut dalam asam cuka namun larut dalam asam kuat (Kimball, 1983). Benda ergastik adalah bahan non protoplasma, baik organik maupun anorganik, sebagai hasil metabolisme yang berfungsi untuk pertahanan, pemeliharaan struktur sel, dan juga sebagai penyimpanan cadangan makanan, terletak di baigan sitoplasama, dinding sel, maupun di vakuola. Dalam sel benda ergastik dapat berupa karbohidrat (amilum), protein (aleuron dan gluten), lipid (lilin, kutin, dan suberin), dan Kristal (Kristal ca-oksalat dan silika). Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa benda ergastik memiliki banyak fungsi untuk sel, misalnya penyimpanan cadangan
2
makanan, contohnya amilum : pemeliharaan struktur (lilin) dan perlindungan, misalnya adanya Kristal Ca oksalat dalam suatu jaringan tumbuhan dapat menyebabkan reaksi alergi bagi hewan yang memakannya, sehingga hewan tersebut tidak akan bernafsu menyentuhnya untuk yang kedua kali (Priyandoko, 2004) 1.2. Maksud dan Tujuan 1. Mahasiswa mampu menentukan bentuk-bentuk pati. 2. Mahasiswa mampu menentukan bentuk-bentuk Kristal. 3. Mahasiswa mampu menetukan bentuk-bentuk aleuron. 4. Mahasiswa mampu menentukan bentuk-bentuk sistolit. 5. Mahasiswa mampu menetukan bentuk-bentuk minyak etheris. 1.3. Manfaat 1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pati. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kristal. 3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk aleuron. 4. Untuk mengetahui bentuk-bantuk sistolit. 5. Untuk mengetahui bentuk-bentuk minyak etheris.
3
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Benda Ergastik Benda-benda ergastik, merupakan produk non-protoplasmik pada proses metabolisme protoplasma; butir pati, tetes minyak, kristal dan cairan tertentu ; terdapat pada sitoplasma, vakuola, dan dinding sel (Anatomi Tumbuhan, Hal : 405). Benda-benda ergastik adalah komponen non-protoplasmik didalam sel tumbuhan. Benda atau zat ergastik ini ada yang bersifat cair dan ada pula yang bersifat padat (Penuntun Praktikum Botani, Hal : 10). Benda-benda ergastik adalah hasil proses metabolisme berbentuk butir-butir tepung atau gelembung atau kristal yang terdapat dalam sitoplasma (Kamus Biologi Hal : 72). Berikut ini 4 macam benda ergastik, pati , kristal, sistolit dan minyak eteris. 1.
Tepung Tepung atau amilum (pati) tergolong polisakarida yang tak larut dalam air. Butir
tepung terdapat secara berlimpah dalam organ tumbuhan penyimpan, misalnya umbi, akar, batang dalam tanah, korteks batang, endodermis, butir-butir biji, buah pisang dan sebagainya. Butir tepung mempunyai berbagai bentuk yang dapat digunakan untuk identifikasi tumbuhan. Butir tepung tidak terdapat pada jamur dan kelompok alga tertentu. Butir tepung mempunyai bentuk berbeda-beda yang merupakan karakter tumbuhan, misalnya butir tepung oval pada kentang, pipih pada rumput, poligonal pada jagung, bentuk tongkat pada sel-sel lateks beberapa Euphorbia. Ukuran butir tepung berkisar 5-100 mikron. Butir tepung padi terkecil dan pada Canna terbesar. Butir tepung terdapat didalam kloroplas atau leukoplas pada jaringan penyimpanan pada cadangan makanan. Struktur butir tepung biasanya memperlihatkan lamel-lamel yang mengelilingi bintik membulat gelap yang disebut hilum atau filus. Hilum merupakan titik awal butir tepung dibentuk. Berdasarrkan letak filum butir tepung
4
dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu butir tepung konsentrik dan eksentrik (Anatomi Tumbuhan, Hal 35-36). 2.
Kristal Kristal sangat umum terdapat dalam tumbuhan. Diduga asam oksalat yang
banyak dapat bersifat racun bagi tumbuhan karena itu terjadi pengendapan garam oksalat. Kristal ini merupakan hasil akhir atau hasil sekresi dari suatu pertukaran zat yang terjadi didalam sitoplasma. Ada yang menduga bahwa asam oksalat bebas merupakan racun bagi tumbuhan, karenanya diendapkan berupa garam kalsium oksalat. Daun dan organ lain dari kebanyakan tumbuhan mengandung Kristal kalsium oksalat yang nyata. Kristal kalsium oksalat terdapat didalam plasma sel atau didalam vakuola. Kristal kalsium oksalat ini tidak larut dalam asam lemah (misalnya asam cuka), tetapi larut dalam asam kuat (misalnya asam klorida). kristal kalsium oksalat mempunyai berbagai bentuk, berikut variasi bentuk kristal kalsium oksalat. a.
Rafida Rafida adalah Kristal bentuk jarum atau sapu lidi, biasanya tersusun sejajar dan
membentuk berkas. Kadang-kadang berkas kristal bentuk jarum ini berasa dalam kantung dan apabila kantung ini rusak maka kristal tersebut dapat hancur meninggalkan kantung. Rafida umum terdapat pada Alucasia, Colocasia, Pistia, juga terdapat pada daun bunga pukul empat (Mirabilis jalapa), batang dan akar lidah buaya (Aloe sp.), dan daun nanas (Ananas comocus).
Rafida tertentu dapat
menimbulkan rasa sangat gatal sehingga dapat melindungi tanaman dari hewan. Rafida menjadi rusak karena perebusan karena itu makanan atau sayuran yang mengandung rafida tidak menimbulkan rasa gatal apabila direbus (Anatomi Tumbuhan,Hal:41). b.
dioblas Idioblas adalah kristal kalsium oksalat bentuk bintang, biasanya terdapat dalam
aerenkim tumbuhan air dan menjadi penguat jaringan tersebut. Idioblas dapat ditemukan misalnya pada teratai, Trapa. Idioblas kristal juga mempunyai arti bahwa
5
sel tempat kristal tersebut berbeda bentuk (umumnya berbeda ukuran) maupun isinya dari sel-sel yang berada disekelilingnya (Anatomi Tumbuhan, Hal : 41). c.
Kristal roset druse atau Kristal kluster Kristal ini berupa kristal majemuk berbentuk roset atau bintang. Kristal druse
dapat ditemukan misalnya pada Eucalyptus, Nerium, Ixora, Korteks batang melinjo (Gnetum gnemon), tangkai daun begonia (Begonia sp.), daun kecubung (Datura metel), korteks batang delima (Punica granatum), dan batang jarak (Ricinus communis) (Anatomi Tumbuhan, Hal : 41). d.
Kristal bentuk prisma Kristal kalsium ini merupakan kristal tunggal disebut juga kristal tunggal besar.
Kristal bentuk prisma dapat berbangun segiempat, belah ketupat, menyerupai piramid, atau poliedris. Kristal ini misalnya terdapat pada daun jeruk (Citrus sp.) dan korteks Gnetum indicu (Anatomi Tumbuhan, Hal : 42). e.
Kristal pasir Kristal bentuk pasir biasanya berbangun piramid-piramid yang kecil, misalnya
terdapat pada daun dan akar tumbuhan tertentu dalam suku Solanaceae, tangkai daun bayam (Amaranthus sp.), tangkai daun tembakau (Nicotiana tabacum), dan begonia (Begonia sp) (Anatomi Tumbuhan, Hal : 43). 3.
Sistolit Sistolit atau yang dikenal dengan kristal kalsium karbonat. Biasanya terdapat
pada sel epidermis daun tumbuhan bunga, misalnya pada tumbuhan yang termasuk suku Moraceae, Urticaceae, Acanthaceae dan Cucurbitaceae. Penyusun utama sistolit adalah selulosa penjuluran dinding kalsium karbonat dalam bentuk granula (Anatomi Tumbuhan, Hal : 40) 4.
Minyak Etheris Minyak eteris merupakan jenis benda ergastik yang berbentuk cair. Badan
ergastik ini tersebar pada seluruh tubuh tumbuhan dan untuk setiap tanaman jumlahnya bervariasi. Minyak eteris merupakan senyawa yang mempunyai bias
6
cahaya yang kuat, sehingga bagian yang mengandung minyak eteris tampak mengkilap (Penuntun Praktikum Botani, Hal : 15-16) 2.2 Uraian Tanaman 2.2.1 Umbi Kentang (Solanum tuberosum) a. Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2010) Regnum : Plantae Divisi : spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Solanum Spesies : Solanum Tuberosum b. Morfologi (FrediKurniawan, 2007)
Gambar 2.2.1 Umbi Kentang (Solanum Tuberosum)
1. Daun Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun terletak berselang-seling pada batang tanaman, berbentuk oval agak bulat dengan ujung yang meruncing dan tulang daun yang menyirip. Warna pada daun mulai dari hijau muda sampai hijau tua hingga kelabu 2. Batang Berbentuk segi empat atau segilima, tergantung varietasnya, tidak berkayu dan bertekstur agak keras. Warna pada batang umumnya hijau tua dengan pigmen ungu. Batang bercabang dan setiap cabang ditumbuhi daun yang rimbun. 3. Akar Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tanaman berwarna keputih-putihan dan berukuran sangat kecil. Diantara akar ini ada yang nantinya berubah bentuk dan fungsi menjadi bakal umbi, yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang
7
4. Bunga Tanaman kentang ada yang berbunga dan tidak tergantung varietasnya. Warna pada bunga yaitu kuning atau ungu. Kentang varietas desiree berbunga ungu. Varietas cipanas, segunung dan cosima berbunga kuning. 5. Umbi Ukuran, bentuk dan warna umbi kentang bermacam-macam, tergantung varietasnya. Ukuran umbi bervariasi dari kecil hingga besar. Bentuk umbi ada yang bulat, oval, bulat panjang. Umbi kentang berwarna kuning, putih dan merah. c. Manfaat/Kegunaan (Widjayakusuma, 1994) 1. Menurunkan Tekanan Darah 2. Menjaga kesehatan otak dan sistem saraf 3. Menjaga kekebalan tubuh 4. Mengurangi peradangan 5. Melancarkan pencernaan 6. Menjaga kesehatan jantung 7. Membantu kinerja atletik 2.2.2 Ubi Jalar (Ipomea Batatas) a. Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2010) Regnum Divisio Kelas Ordo Familia Genus Species
: Plantae : Spermatophyta : Dicotyledoneae : Convolvulales : Convolvulaceae : Ipomea : Ipomea Batata
Gambar 2.2.3 Ubi Jalar (Ipomea Batatas)
8
b. Morfologi (Hasnunidah, 2010) 1. Akar Tanaman ubi jalar memiliki dua perakaran yaitu akar penyerap dan akar lumbung. Akar penyerap adalah akar yang berfungsi untuk menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Sedangkan akar lumbung adalah akar untuk menyimpan makanan dan akar membesar seiring berjalanan waktu selama daun masih ada. Akar lumbung inilah yang nantinya akan membentuk ubi. Akar ubi jalar mampu menembus ke dalam tanah tidak lebih dari 45 cm. 15% dari seluruh akar yang terbentuk akan menebal dan membesar membentuk ubi. 2. Batang Batang ubi jalar memiliki beberapa warna, yaitu hijau, merah dan ungu. Batang berbentuk silinder dan panjang serta memiliki ruas. Ukuran panjang
ruas
bervariasi
mulai dari pendek
sampai
panjang.
Ukuran diameter batang juga bervariasi mulai dari tipis hingga tebal. 3. Daun Daun-daun sederhana dan secara spiral diatur bergantian pada batang dalam pola yang dikenal sebagai 2/5 phyllotaxis (ada 5 daun spiral diatur dalam 2 lingkaran di sekitar batang untuk setiap dua daun berada di bidang vertikal yang sama pada batang). 4. Bunga Bunga ubi jalar sengat menarik yang memiliki warna ungu keputihputihan dan berbentuk corong berdiameter 3-4 cm. Bunganya adalah biseksual. Penyerbukan bunga dibantu oleh serangga. 5. Buah Buah ubi jalar berbentuk kapsul yang mengandung 1-3 biji. 6. Biji
9
Biji berbentuk pipih, bertekstur keras, dan berwarna hitam. Saking kerasnya kulit biji sehingga diperlukan pengausan untuk membantu proses perkecambahan. c. Manfaat/Kegunaan (Heyne, 1987) 1. Membantu kekebalan tubuh 2. Mengatasi peradangan 3. Atasi bronkitis dan asma 4. Meredakan sakit artritis 5. Baik bagi pencernaan 6. Bantu atasi kanker 7. Menjaga keseimbangan air 8. Sumber karbohidrat diabetes 9. Menambah berat badan 2.2.3 Batang daun pepaya (Carica papaya). a. Klasifikasi tanaman papaya (Tjitrosoepomo, 2010) Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman pepaya (Carica papaya) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dikotiledon
Ordo
: Caricales
Famili
: Caricaceae
Genus
: Carica
Spesies
: Carica papaya L.
Gambar 2.2.3 Papaya ( carica papaya)
10
b. Morfologi (Fredikurniawan, 2007) 1. Habitus Deskripsi pohon pepaya berupa tumbuhan berbatang tunggal tegak dan basah dengan payungan daun di ujungnya, dapat tumbuh setinggi 270 – 900 cm serta mengandung getah putih di seluruh bagian pohonnya. Ciriciri tumbuhan pepaya tersebut juga dipengaruhi varietas. 2. Daun Bentuk daun pepaya yakni tunggal, menjari 5-9 bagian. Tangkai daun panjang berongga 50-100 cm (tergantung umur). 3. Batang Batang Pepaya berbentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm, semi berkayu, berongga dan bergabus dengan kulit yang lembut berwarna abuabu. Permukaan batang dipenuhi dengan bekas tangkai daun. Arah pertumbuhan batang tegak lurus ke atas dan tidak bercabang, kecuali bagian ujung pucuk mengalami pelukaan atau titik tumbuhnya terpotong. 4. Bunga Berdasarkan tipe bunganya, bagian-bagian bunga pepaya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pepaya jantan, pepaya betina dan pepaya hermafrodit. Pepaya jantan memiliki bunga jantan yang majemuk dan tersusun menggantung pada malai.
c. Manfaat/Kegunaan (Widjayakusuma, 1994) Tanaman pepaya bernilai ekonomi tinggi karena mempunyai banyak kegunaan, baik bagian buah, akar, batang, daun, maupun bunganya. Buah pepaya yang masak biasa disajikan sebagai pencuci mulut dan penyuplai nutrisi, terutama karoten, kalsium, zat besi, vitamin A dan B, serta kaya akan vitamin C. Buah pepaya juga dapat diolah menjadi bentuk makanan lain, seperti sari pepaya dan dodol. Buah ini juga sering dijadikan campuran dalam pembuatan saus tomat untuk menambah cita rasa, warna dan kadar vitamin. 11
Dalam bidang farmasi, akar pepaya dimanfaatkan sebagai obat penyakit ginjal dan kandung kemih, sedangkan daunnya sebagai obat penyakit malaria, kejang perut dan demam. Daun muda dan bunganya juga biasa dijadikan lalapan dan urap untuk menambah nafsu makan. Bunga pepaya seringkali dijadikan alternatif pengganti bunga melati sebagai bunga rangkai. 2.2.4 Lidah buaya (Aloe vera) a. Klasifikasi (Tjitrosoepomo, 2010) Regnum Divisio Kelas Ordo Familia Genus Species
: Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Asparagales : Asphodelaceae : Aloe : Aloe vera
b. Morfologi (Fahn, 1991)
Gambar 2.2.6 Lidah buaya (Aloe vera)
1. Akar Karena tergolong tumbuhan monokotil maka Lidah buaya mempunyai akar yang serabut yang panjangnya bisa mencapai 30-40cm tergantung pada perkembangan lidah buaya. 2. Batang Batang dari lidah buaya sangat pendek bahkan jarang terlihan dikarenakan terhalang oleh kumpulan daun lidah buaya, panjang batang lidah buaya sekitar 3-4 cm . batang lidah buaya berserat dan berkayu juga dapat menghasilkan tunas baru pada batangnya. 3. Daun Daun tanaman lidah buaya berbentuk pita dengan helaian yang memanjang. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat sukulen (banyak mengandung air) dan banyak mengandung getah atau lendir (gel) sebagai bahan baku obat
12
4. Bunga Bunga lidah buaya menyerupai terompet atau tabung kecil dengan panjang rata rata sekitar 2-3cm, bunga lidah buaya mempunyai batang dengan panjang 50 sampai 100cm dan warna dari lidah buaya berwarna kuning sampai orange. c. Manfaat/Kegunaan (Widjayakusuma, 1994) 1. Menyembuhkan ruam dan iritasi kulit 2. Mengobati luka bakar 3. Menyembuhkan luka 4. Melembapkan rambut dan kulit kepala 5. Mengobati sembelit 6. Membantu sistem pencernaan 7. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh 8. Antioksidan dan mengurangi peradangan 2.2.5 Batang Suji a. Klasifikasi tanaman (Setyawan, 2009) Regnum : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Asparagales Famili : Ruscaceae Genus : Dracaena Spesies : Dracaena angustifolia b. Morfologi tanaman (Hasnunidah, 2010)
Gambar 2.2.5 Batang Suji ( Dracaena angustifolia )
Suji (Pleomele angustifolia N.E.Brown) merupakan perdu tegak atau pohon kecil dengan tinggi 6 - 8 m, sering bercabang banyak; daun memita-melanset, menyempit di bawah dasar pelepah, sangat meruncing; Pembungaan malai, bercabang, panjang lebih dari 75 cm; bunga kekuning-kuningan - putih. Buah membulat dengan 3 cuping, diameter 1,5-2,5 cm, jingga terang, 1-3 biji.
13
1. Akar Tanaman suji mempunyai akar berupa akar tunggang dan berwarna putih. 2. Batang Tanaman suji adalah tanaman perdu yang tumbuh tegak atau pohon kecil Dengn tinggi mencapai 6 sampai 8 meter, batang tanaman suji berkayu dan beralur melintang serta warna putih kotor. 3. Daun Tanaman suji memikili daun yang berbentuk seperti pita atau lanset dengan ujungnya sangat meruncing,daun suji adalah daun tunggal yang letaknya selang seling dan bagian tepi daun merata. c. Manfaat tanaman (Hasnunidah, 2010) 1. Mengobati Sakit Perut Sakit perut bisa diobati menggunakan rebusan air daun suji. Hal itu dikarenakan dalam daun suji ada flavonid bersamaan dengan tanin yang bersifat anti bakteri. Bakteri yang menyebabkan sakit perut bisa dihilangkan sehingga sakit perut pun bisa diatasi. 2. Meredakan Sakit Gigi Sakit gigi bisa diobati menggunakan rebusan air daun suji. Sifat anti bakteri pada tanin dan flavonoid bisa bermanfaat untuk menghilangkan bakteri-bakteri yang menyebabkan sakit gigi pada gigi seseorang. 3. Mengobati Gusi Berdarah Infeksi yang menyebabkan gusi berdarah juga bisa disebabkan oleh bakteri yang ada di dalam gusi. Untuk meredakan pendarahan pada gusi dan mengobatinya, bisa berkumur menggunakan rebusan air daun suji yang masih hangat. 4. Mencegah Kerusakan Sel Daun suji bermanfaat untuk mencegah kerusakan sel di dalam tubuh. Kandungan polifenol dan flavonoid yang ada dalam daun suji bisa 14
menangkal radikal bebas. Radikal bebas bisa membuat kerusakan sel. Sehingga jika radikal bebas bisa ditangkal dan diatasi, kerusakan sel pun bisa dicegah. 5. Mencegah Kerusakan Kulit Kerusakan kulit bisa diakibatkan oleh radikal bebas. Kulit yang rusak bisa menyebabkan kusam dan tentunya rentan terkena penuaan. Oleh sebab itulah, kerusakan kulit harus dicegah menggunakan daun suji. Kandungan polifenol yang ada di dalam daun suji bisa mencegah kerusakan kulit. 2.2.6
Jahe ( Zingiber officinale )
a. Klasifiasi tanaman (Tjitrosoepomo, 2005) Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta.
Kelas
: Monocotyledoneae.
Ordo
: Zingiberales.
Famili
: Zingiberaceae.
Genus
: Zingiber.
Species
: Zingiber officinale
Gambar 2.2.6 Jahe (Zingiber officinale)
b. Morfologi tanaman (Tjitrosoepomo, 2005) 1.Tanaman sejenis herba, tumbuh tegak dengan ketinggian pohon antara 3060 cm. 2.Batang pohon semu, beralur dan memiliki warna hijau. 3.Daun tunggal dan berwarna hijau tua, tangkai daun berbulu halus, helai daun berbentuk lanset, bagian tepi rata dan bagian ujung runcing serta pangkal daun tumpul. Panjang daun antara 20-40 cm dan lebar antara 2-4 cm. 4.Bunga berupa malai tumbuh dari dalam tanah berbentuk tongkat atau bundar telur, panjang malai berkisar antara3,5-5 cm dengan lebar 1,5-1,75 cm. 15
Gagang bunga hampir tidak berbulu dengan panjang sekitar 25 cm, sisik pada bunga berjumlah 5-7 buah, berbentuk lanset. Letaknya berdekatan, panjang sisik 3-5 cm. mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm dengan helai agak sempit, memiliki bentuk tajam, warna kuning kehijauan, panjang sekitar 1,5 – 2,5 mm dengan lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, dengan panjang 9 mm, tangkai putik berjumlah 2. 5.Buah berbentuk bulat hingga bulat panjang, berwarna coklat sedang biji berbentuk bulat dengan warna hitam. c. Manfaat tanaman (Dalimartha, 2006) 1. Mengatasi masalah pencernaan Manfaat jahe memiliki sejarah panjang dalam mengatasi masalah terkait pencernaan. Dikenal dari generasi ke generasi, jahe merupakan salah satu bahan
alternatif
untuk
memperlancar
sistem
pencernaan.
Kandungan phenolic dalam jahe berfungsi untuk meredakan gejala iritasi gastrointestinal, menstimulasi air liur, mencegah terjadinya kontraksi pada perut, hingga membantu pergerakan makanan dan minuman selama berada di pencernaan. Jahe juga disebut sebagai carminative, suatu substansi yang dapat membantu mengeluarkan gas berlebih yang ada di sistem pencernaan Anda. Masalah pencernaan seperti kolik dan dispepsia dapat diatasi dengan jahe. 2. Mengurangi mual Manfaat jahe dapat meredakan mual yang disebabkan oleh morning sickness, vertigo, maupun efek samping pengobatan kanker. Anda dapat memakan jahe secara mentah atau menjadikanya minuman, jahe dalam bentuk permen juga dapat bekerja dengan baik terutama dalam mengatasi mual yang diderita ibu hamil. 3. Mengurangi rasa sakit 16
Suatu penelitian yang dilakukan di University of Georgia menyatakan bahwa konsumsi suplemen jahe setiap hari dapat mengurangi sakit-sakit otot yang diakibatkan oleh berolahraga hingga 25%. Manfaat jahe juga dapat mengurangi sakit akibat dysmenorrhea, rasa sakit pada saat menstruasi. Dalam suatu penelitian, disebutkan bahwa 60% wanita merasa rasa sakit yang dikarenakan oleh menstruasi berkurang setelah mengonsumsi jahe. 2.4
Uraian Bahan
2.3.1
Alkohol (Dirjen POM,1979)
Nama Resmi Nama Lain Rumus Molekul Rumus Struktur
: AETHANOLUM : Etanol, Alkohol : C2H5OH : H H H
C
C
H
H
OH
Berat Molekul Pemerian
2.3.2
: 46 g/mol : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala api biru yang tidak berasap. Kelaruran : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P, dan dalam eter P Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api Kegunaan : Sebagai zat tambahan Aquades (FI Edisi III Hal 96) Nama Resmi Nama Lain Rumus Molekul Rumus Struktur
: AQUA DESTILLATA : Aquadest, air suling : H2O :
17
Berat Molekul Pemerian Kelarutan Penyimpanan Kegunaan
2.3.3
: 18,02 g/mol : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa : Larut dengan semua jenis larutan : Dalam wadah tertutup kedap : Zat pelarut
Asam asetat (FI edisi III, hal 42) Nama resmi
: ACIDUM ACETICUM GLACIALE
Nama lain
: Asam asetat glacial, asam cuka
Rumus molekul
: CH3COOH
Rumus struktur
:
Berat molekul
: 60,05 g/mol
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, tajam, jika diencerkan dengan air, rasa asam
Kelarutan
: Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan gliserol P
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Zat tambahan
18
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Sel Tumbuhan dilaksanakan pada hari Rabu 24 Oktober 2018 pukul 12.45 WITA – 15.45 WITA di Laboratorium Bahan Alam, Farmasi Universitas Negeri Gorontalo. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1. Alat a. Alu b. Kaca objek c. Lumpang d. Micro glass e. Mikroskop f. Pensil g. Pinset h. Silet 3.2.2. Bahan a. Aquades b. Alkohol 70 % c. Asam cuka d. Aloe vera folium e. Amaranthus folium f. Ananas commosus folium g. Begonia petiolus h. Carica papaya petiolus i. Cytrus sp fructus j. Datura mebel folium k. Ficus benyamina
19
l. Gnetum gnemon korteks m. Ipomea batatas tuber n. Melaleue leucodendrum folium o. Oryza sativa semen p. Pleumele angustifolia caulis q. Ricinus communis semen r. Solanum tuberosum tuber s. Zingiber officinale t. Tisu 3.3. Prosedur Kerja 3.3.1 Pati 1. Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya. 2. Kerok bagian dalam umbi kentang dengan pingset atau jarum pentul. 3. Pindahkan cairan tersebut di atas permukaan kaca dan tetesi aquades lalu tutup. 4. Amati dibawah mikroskop objektif lemah dan kuat. 5. Gambarlah bentuk butir pati kentang tersebut 3.3.2 Amilum 1. Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya. 2. Kerok bagian dalam umbi ubu jalar dengan pingset atau jarum pentul sementara butir beras dihaluskan dengan menggunakan limpang. 3. Pindahkan cairan tersebut di atas permukaan kaca dan tetesi aquades lalu tutup. 4. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif lemah dan kuat. 5. Gambarlah bentuk amilum pada sampel tersebut. 6. apa saja kesimpulan dari pengamatan preparat tersebut. 3.3.3 Aleuron 1. Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya. 2. Ambil biji jarak yang belum terlalu tua lalu lepaskan kulit bijinya dengan pisau dan ambil endospermanya.
20
3. Iris endosperma tersebut setipis mungkin lalu pindahkan ke atas objek glass lalu tetesi dengan air dan tutup. 4. Amati dibawah mikroskop objektif lemah dan kuat. 5. Gambar beberapa sel endosperma yang mengandung butir aleuron tersebut lalu tentukan dimana letak butir aleuron dalam sel tersebut. 3.3.4 Kristal dan Bentuknya 1. Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya. 2. Ambil tangkai daun pepaya, batang belinjo, dan tangkai daun kecubung lalu iris setipis mungkin dan pindahkan di atas objel glass, beri air dan tutup. 3. Amati dibawah mikroskop objektif lemah dan kuat. 4. Gambar beberapa buah sel yang berisi kristal kalsium oksalat, bentuk apakah kristal masing-masing sampel tersebut. 3.3.5 Bentuk Kristal 1. Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya. 2. Ambil tangkai daun bayam dan tangkai daun begonia lalu iris setipis mungkin dan pindahkan di atas objel glass, beri air dan tutup. 3. Amati dibawah mikroskop objektif lemah dan kuat. 4. Gambar beberapa buah sel yang berisi kristal kalsium oksalat, bentuk apakah kristal masing-masing sampel tersebut? 5. Apa kesimpulan anda dari pengamatan tersebut. Bentuk apakah krisral dalam preparat yang sedang anda amati. 3.3.6 Kristal Kalsium Oksalat 1. Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya. 2. Ambil batang suji, daun lidah buaya, dan daun nanas lalu iris setipis mungkin dan pindahkan di atas objel glass, beri air dan tutup. 3. Amati dibawah mikroskop objektif lemah dan kuat. 4. Gambar beberapa buah sel yang berisi kristal kalsium oksalat, bentuk apakah kristal masing-masing sampel tersebut? 5. Apa kesimpulan hasil pengamatan anda? 21
6. Sebutkan pula bentuk kristal dari masing-masing preparat tersebut. 3.3.7 Sistolit 1. Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya. 2. Ambil sehelai daun beringin yang tidak terlalu tua, iris secara melintang setipis mungkin kemudian letakkan di atas kaca objek, tetesi aquades dan tutup. 3. Amati dibawah mikroskop objektif lemah dan kuat. 4. Gambar sel-sel epidermis mengandung sistolit. 5. Catat pula apa yang terjadi pada reaksi dengan asam cuka 3.3.8 Minyak Etheris 1. Siapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya. 2. Ambil kulit buah jeruk, rimpang jahe, dan daun kayu putih kemudian iris setipis mungkin secara melintang. 3. Pindahkan preparat tersebut diatas glas objek. Lalu tetesi air dan tutup. 4. Amati dibawah mikroskop objektif lemah dan kuat. 5. Gambarlah beberapa sel yang mengandung minyak etheris. Apa kesimpulan dari pengamatan preparat tersebut.
22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. No.
Hasil Gambar Hasil
Gambar Literatur
Keterangan
Pengamatan 1
Pada kentang (Solanum tuberosum) diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10x/0.25 agar dapat terlihat : 1. butir amilum
2
Pada ubi jalar (Ipomea batatas) diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10x/0.25 agar dapat terlihat : 1. butir amilum
3
Menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10x/0.25 terlihat dari penampang tangkai daun papaya adalah: 1. Kristal berbentuk druse.
23
4
Dengan menggunakan pembesaran 10x/0.25 yang dapat dilihat dari penampang batang suji (Pleunele angustifolia) : 1. Kristal rafida
5
Dengan pembesaran 10x/0.25 yang dapat diamati dari penampang membujur daun lidah buaya adalah : Kristal kalsium oksalat bentuk jarum
6
Jahe (Zingiber officinale) dengan pembesaran 10x/0.25 didapatkan : Bentuk minyak etheris
4.2.
Pembahasan Benda-benda ergastik adalah bahan non-protoplasma, baik organik maupun
non-organik sebagai
hasil metabolisme yang berfungsi untuk
pertahanan,
pemeliharaan struktur sel, dan juga sebagai penyimpanan cadangan makanan, terletak dibagian sitoplasma, dinding sel, maupun di vakuola (Fahn, 1995)
24
Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan terhadap benda-benda ergastik yang terdapat pada tanaman Aloe vera, Carica papaya, Ipomea batatas, Pleumele angustifolia, Solanum tuberosum,,dan
Zingiber officinale. Adapun alat
yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Alu, Kaca Objek, Lumpang, Mikro Glass, Mikroskop, Pipet, Pensil, Pinset, dan Silet. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Aquadest, Alkohol 70%, Asam Cuka, Aloe vera, Carica papaya, Ipomea batatas, Pleumele angustifolia, Solanum tuberosum,,dan Zingiber officinale. Langkah pertama untuk memulai praktikum kali ini adalah disiapkan mikroskop sesuai dengan prosedur penggunaannya. Langkah kedua dibersihkan objek glass menggunakan alcohol 70% agar bersih daridebu dan lemak yang menempel. Kami menggunakan alkohol 70%, karena dapat mematikan mikroorganisme yang ada menempel pada alat sehingga alat menjadi steril (Hastuti, 2008). Langkah selanjutnya yaitu sampel diiris setipis mungkin hal ini dilakukan agar preparat dapat tembus cahaya sehingga dapat diamati dengan jelas. Oleh krena itu preparat harus diiris setipis mungkin dengan ketebalan tidak lebih dari 50 mikron (Djoko arisworo, 2006). Kemudian, sampel ditetesi aquadest, hal ini bertujuan agar memudahkan mikro glasss menempel pada gelas dan mengurangi tmbulnya bias (isma’il,2009). Selanjutnya ditutup dengan mikro glass dan dihindari munculnya gelembung udara pada preparat karena gelembung udara dapat menyebabkan tergangunya objek gambar yang akan diamati (Fahri, 2009). Kemudian diamati di bawah mikroskop mengunakan perbesaran objektif lemah kemudian mengunakan perbesaran objektif kuat. Pada langkah terakhir, sel-sel tumbuhan yang terlihat pada mikroskop digambar dan dibandingkan dengan literatur yang ada. Dari pengamatan yang kami lakukan menggunakan perbesaran 10x/0.25 kami dapat melihat butir-butir amilum pada Solanum tuberosum. Menurut Hidayat (1995),
25
Amilum kentang berupa butir-butir tunggal, berbentuk oval dengan ukuran 100 mikrometer.Terdapat hilus eksentris di bagian pinggir dan terdapat lamella. Dengan menggunakan pembesaran 10x/0.25, yang dapat diamati dari ubi jalar adalah butir-butir amilum. Menurut Hidayat (1995), butir tepung konsentris, hillusnya ditengah dan lamella mengelilingi hillus. Susunan butir tepungnya monoadelph, yaitu butir tepung memiliki satu hilus dan lamella mengelilingi. Menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10x/0.25 pada penampang melintang tangkai daun papaya didapat Kristal kalsium oksalat yang berbentuk druse. Menurut (Huang, dkk. 2007) kristal-kristal berbentuk druse merupakan kumpulan kristal bentuk seperti bola dengan banyak segi. Menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10x/0.25 pada penampang membujur batang suji dan pada penampang membujur daun lidah buaya didapat bentuk Kristal rafida. Menurut (Hidayat, 1995) bentuk rafida biasanya terhimpun dalam berkas. Menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10x/0.25 pada irisan jahe didapat bentuk minyak etheris.
26
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari praktikum ini kami dapat menyimpulkan bahwa 1. Benda ergastik adalah bahan non protoplasma, baik organik maupun anorganik, sebagai hasil metabolisme yang berfungsi untuk pertahanan, pemeliharaan struktur sel, dan juga sebagai penyimpanan cadangan makanan, terletak di bagian sitoplasma, dinding sel, dan juga sebagai penyimpanan cadangan makanan. Dalam sel benda ergastik dapat berupa karbohidrat amilum, protein, aleuron, dan glutent. 2. Bentuk dari pati amulim terdapat lamela -lamela yang mengellingi hilus.Bagian-bagian benda ergastik dari pati / inti sel, dinding sel, vakuola, sitoplasma, dan amilum. Bentuk-bentuk daripada kristal ada yang berbentuk prisma teratur, bentuk jarum dan bentuk butiran kecil. Benda ergastik dari pada kristal / inti sel, dinding sel, vakuola, sitoplasma dan kalsium oksalat. 3 . Bentuk aleuron seperti butir-butir protein dalam sitoplasma. Bentuk benda ergastik dari pada aleuron / inti sel, dinding sel, vakuola, sitoplasma dan endosperm. 4 . Bentuk pada minyak eteris tampak mengkilap dan juga memiliki senyawa cahaya dan kuat. 5 . Bentuk sistolit terjadi penebalan ke dalam dan penebalan ke luar. 5.2 Saran 5.2.1
Jurusan Dapat memberikan dukungan bagi seluruh praktikan dalam hal tempat agar
praktikan dapat menjalankan Praktikum dengan lebih maksimal. Yaitu dengan menambah fasilitas laboratorium agar praktikum dapat berjalan lebih maksimal. 5.2.2
Asisten Diharapkan agar kerjasama antara asisten dengan praktikan lebih ditingkatkan
dengan banyak memberi wawasan tentang benda-benda ergastik, asisten dan praktikan diharapkan tidak ada missed communication selama proses praktikum agar
27
hubungan antara asisten dengan praktikan tetap terjaga baik, hubungan asisten dengan praktikan diharapkan selalu terjaga keharmonisannya agar dapat tercipta suasana kerjasama yang baik. 5.2.3
Praktikan Untuk praktikan diharapkan lebih banyak menguasai materi mengenai benda-
benda ergastik ini, praktikan diharpakan dapat tepat waktu dalam proses pelaksanaan praktikum. Praktikan diharapkan dapat mengikuti peraturan yang telah ditetapkan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
28