BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Persalinan
dengan
distensi
uterus
harus
ditangani
hati-hati
untuk
mencegah
morbiditas ataupun mortalitas ibu dan janin. Morbiditas utama yang disebabkan oleh distensi uterus adalah perdarahan. Pembesaran uterus yang lebih besar pada saat kehamilan biasa disebabkan oleh unsure uterus, air keruban, plasenta, ataupun janinnya sendiri. Pembesaran uterus karena janin adalah makrosomia dan kehamilan ganda, sedangkan air ketuban yang membuat pembesaran uterus adalah polihindroamnion. Kehamilan dengan parut uterus adalah kehamilan pada pasien yang pernah mengalami seksio sesarea pada kehamilan sebelumnya atau pernah mengalami operasi pada dinding rahim (misalnya miomektomi). Kehamilan dengan parut uterus diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya luka parut di abdomen bawah. Semua wanita hamil beresiko komplikasi obstetri. Komplikasi yang mengancam jiwa kebanyakan terjadi selama persalinan, dan ini semua tidak dapat diprediksi. Prenatal screening tidak mengidentifikasi semua wanita yang akan mengembangkan komplikasi Perempuan
tidak
diidentifikasi
sebagai
"berisiko
tinggi"
dapat
dan
melakukan
mengembangkan komplikasi obstetrik. Kebanyakan komplikasi obstetrik terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan 1
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana persalinan dnegan distensi uterus? 2. Bagaimana kehamilan dan persalinan dengan parut uterus? 3. Bagaimana gawat janin dalam persalinan? 4. Bagaimana prolapsus tali pusat? 5. Bagaimana demam dalam kehamilan?
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui persalinan dnegan distensi uterus. 2. Untuk mengetahui kehamilan dan persalinan dengan parut uterus. 3. Untuk mengetahui gawat janin dalam persalinan. 4. Untuk mengetahui prolapsus tali pusat. 5. Untuk mengetahui demam dalam kehamilan.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Persalinan dengan Distensi Uterus 2.1.1 Pengertian Distensi uterus merupakan masalah dalam kehamilan dimana ibu bersalin dengan uterus lebih besar dari umur kehamilan. Volume uterus pada aterm adalah 5L, tetapi dapat juga mencapai 20 L dengan berat rata-rata 1.100gr. Pembesaran uterus yang lebih besar pada saat kehamilan biasa disebabkan oleh unsure uterus, air keruban, plasenta, ataupun janinnya sendiri. Pembesaran uterus karena janin adalah makrosomia dan kehamilan ganda, sedangkan air ketuban yang membuat pembesaran uterus adalah polihindroamnion. Persalinan dengan distensi uterus harus ditangani hati-hati untuk mencegah morbiditas ataupun mortalitas ibu dan janin. Morbiditas utama yang disebabkan oleh distensi uterus adalah perdarahan.
2.1.2 Faktor penyebab Distensi Uterus 1. Faktor Uterus Paling sering disebabkan oleh tumor jinak uterus seperti mioma uteri dan adenomiosis. Jenis mioma uteri yang mempengaruhi persalinan terutama jenis intramural dan submukosum. Sementara itu adenomiosis sesuai dengan perangainya
dapat
berupa
pulau-pulau
endometrium
di
dalam
jaringan
miometrium mempengaruhi sifat kontraksi dan miometrium sendiri.
2. Faktor Air Ketuban Faktor air ketuban yang meregang uterus biasanya disebabkan polihidroamnion a. Pengertian Polihidramnion
3
Polihidramnion adalah penumpukan air ketuban yang berlebihan selama masa kehamilan. Kondisi abnormal ini membutuhkan pemantauan secara rutin dari dokter agar terhindari dari kemungkinan komplikasi. Hidramnion adalah Suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 L.
b. Etiologi Etiologi hidramnion belum jelas. Secara teori hidramnion bisa terjadi karena: 1. Produksi air ketuban bertambah Diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuban juga bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anensefal.
2. Pengaliran air ketuban terganggu Air ketuban yang telah dibuat dilahirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus dan dialirkan ke plasenta, akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan, seperti pada atresia esophagus, anensefal, atau tumor-tumor plasenta.
Pada anensefal dan spina bifida diduga bahwa hydramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sumsum belakang. Selain daripada itu anak anensefal tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak kencing berlebihan. Pada atresia oesophagei hydramnion terjadi karena anak tidak menelan.Pada gemelli mungkin disebabkan karena salahsatu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan karena itu juga menghasilkan banyak air kencing.Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar.
4
c. Komplikasi Setiap kehamilan pasti memiliki risiko komplikasi masing-masing. Namun, ada sejumlah risiko komplikasi yang akan meningkat apabila Anda mengalami polihidramnion. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi termasuk: 1) Kelahiran prematur. 2) Posisi bayi yang sungsang. 3) Tali pusar yang keluar mendahului bayi saat persalinan. 4) Perdarahan yang parah pasca-melahirkan. 5) Plasenta yang terlepas dari dinding rahim sebelum persalinan karena ukuran rahim yang menyusut secara drastis seiring berkurangnya air ketuban. 6) Infeksi saluran kemih pada sang ibu akibat peningkatan tekanan pada saluran kemih. 7) Hipertensi selama kehamilan. 8) Bayi terlahir dalam keadaan mati (stillbirth). Diagnosis: USG :Air ketuban yang terdalam secara vertikal > 80 mm Klasifikasi berdasarkan pengukuran kedalaman suatu kantong air ketuban yang terdalam secara vertikal melebihi angka 80mm. Dapat digolongkan menurut ringan (80 – 99 mm), sedang (100 – 120 mm), berat ( > 120 mm)
3. Faktor plasenta Plasenta yang lebih tebal biasa ditemukan pada kehamilan DM, inkompatibilitas rhesus, talasemia mayor, mola parsial, dan infeksi sifilis.
4. Faktor Janin a. Jumlah janin Gemeli b. Makrosomia Adalah salah satu komplikasi pada kehamilan yang akan berdampak buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir apabila komplikasi tersebut tidak dideteksi secara dini dan segera ditangani. Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Pada 5
normalnya, berat bayi baru lahir adalah sekitar 2500-4000 gram. Factor risiko yang dapat menyebabkan makrosomnia adalah usia kehamilan lebih dari 42 minggu dapat menyebabkan makrosomia sekita 2,5%. Berat ibu yang lebih dari 90 kg, multipara, diabetes gestasional. Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gran pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran pada persalinan. Kesukaran pada persalinan normal dapt terjadi karena kepala besar atau kepala yang lebih keras (pasa post maturitas) tdak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar yang sulit melalui rongga panggul. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet, janin dapat meninggal akibat afiksia. Pada disproporsi sefalopelvik (tidak seimbang kepala panggul) karena janin besar, seksio sesaria perlu dipertimbangkan. c. BB janin sedang namun ibu kecil d. Adanya kelainan pada bayi : anecefali, spina bifida, sumbatan saluran makanan bayi, tumor dileher bayi dan lain-lain
2.1.3 Hal yang Perlu Diperhatikan pada Persalinan Distensi Uterus Proses persalinan merupakan suatu urutan peristiwa yang ditandai dengan adanya kontraksi miometrium yang teratur, progresif serta terkoordinasi sampai pembukaan mencapai 10 cm dan dikenal sebagai persalinan kala I. Tenaga yang timbul secara spotan dan berkesinambungan ini diharapkan akan mendorong turunnya bagian terbawah janin serta membuka jalan lahir. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan persalinan dengan regangan uterus: a. Antisipasi pelepasan plasenta sebelum waktunya (solutio plasenta) b. Prolaps tali pusat saat ketuban pecah c. Kelainan letak janin (miring, lintang) d. Gawat janin e. Retensio plasenta f. Perdarahan pascapersalinan
6
2.1.4 Penanganan 1. Diagnosis a. Jika palapsi abdomen hanya teraba 1 janin kemungkinan taksiran persalinan salah, polihidramnion, atau janin besar. b. Jika teraba beberapa bagian fetus yang mengarah ke gamelli, carilah: 1) Kepala janin relative lebih kecil dibandingkan ukuran uterus. 2) Besar uterus melebihi lamanya amenorrhea. 3) Teraba 2 balotemen atau lebih. 4) Terdengar lebih dari 1 DJJ. c. Lakukan USG untuk menentukan jumlah, presentasi dan taksiran berat janin serta jumlah cairan amnion. d. Jika USG tidak ada, lakukan pemeriksaan radiologis (anterior-posterior) untuk menentukan jumlah janin dan presentasi.
2. Penanganan Khusus a. Kehamilan tunggal dengan anak besar 1) Pimpin persalinan untuk aprtus spontan. 2) Hati-hati kmeungkinan partus tidak maju, distosia bahu dan perdarahan pascapersalinan. 3) Periksa tanda-tanda diabetes pada ibu. b. Hidramnion 1) Biarkan persalinan berlangsung dan gunakan partograph untuk memantau persalinan. 2) Jika ibu terganggu karena uterus yang terlalu besar/cairan amnion yang terlalu banyak lakukan tindakan amniosentesis melalui dinding perut: a) Lakukan palpasi b) Bersihkan kulit dengan cairan antiseptic c) Dalam kondisi aseptic, masukkan jarum spinal no 20 melalui abdomen dan dinding uterus dan tarik tsilet keluar 7
d) Aspirasi cairan dengan menggunakan suntikan besar. e) Jika ibu tampak tidak menderita lagi akibat overdistensi, masukkan stilet dan jarum ditarik keluar. 3) Jika terdapat indikasi untuk pemecahan ketuban pecahkan ketuban dnegan pengait amnion atau klem kokher. 4) Jika ketuban pecah spontan, periksa apakah ada prolapsus tali pusat. Jika ada persalinan tidak mungkin segera terjadi, lakukan seksio sesaria.
c. Kehamilan Ganda 1) Janin pertama a) Siapkan peralatan resusutasi dan perwatan bayi. b) Pasang infuse dan berikan cairan iv c) Pantau keadaan janin dengan auskultasi DJJ. Jika < 120 atau >160 denyut per menit maka curigai adanya gawat janin. d) Periksa presentasi janin: Jika presentari vertex usahakan persalinan spontan dan monitoring dnegan partograph. Jika persalinan bokong usahakan persalinan spontan sebagaimana persalinan tunggal dnegan presentasi bokong dan monitoring dengan pertograf. Jika letak lintang lakukan seksio sesaria. 2) Janin kedua a) Segera setelah bayi pertama lahir, lakukan: palpasi abdomen untuk menentukan letak janin kedua, jika perlu lakukan versi luar agar janin kedua letak memanjang serta periksa DJJ. b) Lakukan periksa dalam vagina untuk menentukan presentasi janin kedua, selaput ketuban utuh atau pecah, dan prolapsus tali pusat.
2.1.5 Komplikasi Komplikasi ibu: a. Anemia b. Abortus 8
c. Hipertensi pada kehamilan dan pre eklamsia d. Insersia uteri e. Hidramnion f. Retensio plasenta g. Perdarahan pascapersalinan
Komplikasi janin: a. Plasenta previa b. Solusio plasenta c. Insufiensi plasenta d. Persalinan preterm e. BBLR f. Malpresentasi g. Prolapsus tali pusat h. Kelainan congenital
2.2 Kehamilan dan Persalinan dengan Parut Uterus 2.2.1 Kehamilan dengan parut uterus a. Definisi Kehamilan dengan parut uterus adalah kehamilan pada pasien yang pernah mengalami seksio sesarea pada kehamilan sebelumnya atau pernah mengalami operasi pada dinding rahim (misalnya miomektomi).
b. Diagnosis Kehamilan dengan parut uterus diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya luka parut di abdomen bawah. Parut uterus biasanya didapat dari bekas seksio sesarea, miomektomi, atau ruptureuteri.
9
c. Tatalaksana Tatalaksana Umum: 1. Keputusan cara persalinan pada pasien dengan riwayat parut uterus disetujui oleh pasien dan dokternya sebelum waktu persalinan yang diperkirakan/ditentukan (ideal pada usia kehamilan 36 minggu). 2. Persalinan pervaginam (vaginal birth after cesarean section, VBAC) pada kehamilan dengan parut uterus dapat dipertimbangkan sebagai pilihan bila hal-hal berikut ini dipenuhi: a) Hanya pernah 1 (satu) kali seksio sesarea transversal pada segmen bawah, tanpa komplikasi b) Presentasi janin verteks normal c) Tidak ada kecurigaan disproporsi sefalopelvik d) Ada fasilitas untuk seksio sesarea darurat 3. Kontraindikasi VBAC meliputi: a) Pasien dengan riwayat seksio sesarea klasik atau inverted T b) Pasien dengan riwayat histerotomi atau miomektomi yang menembus kavum uteri c) Pasien dengan riwayat insisi pada uterus selain dari seksio sesarea transversal pada segmen bawah tanpa komplikasi (harus dilakukan
penilaian
lengkap
mengenai
riwayat
operasi
sebelumnya oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi) d) Pasien dengan riwayat dua kali seksio sesarea transversal pada segmen
bawah
tanpa
komplikasi
(harus
diberikan
informasi yang lengkap oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi) e) Riwayat ruptura uteri atau bila risiko ruptura berulang tidak diketahui f) Tiga kali atau lebih riwayat seksio sesarea g) Penyembuhan luka yang tidak baik pada seksio sesarea yang lalu h) Tipe insisi pada operasi sebelumnya tidak diketahui 10
4. Konseling antenatal harus didokumentasikan dalam rekam medis. 5. Ketika dilakukan VBAC, pantau ibu dengan partograf dan awasi secara ketat. Segera lakukan seksio sesarea jika didapati kondisi berikut: a) Persalinan melampaui garis waspada dan dicurigai adanya obstruksi atau disproporsi pelvik b) Ada tanda-tanda ruptura uteri: perdarahan, denyut nadi >100x/menit, nyeri menetap di abdomen dan/atau suprapubik, serta gawat janin. 6. Pada seksio sesarea, sedapat mungkin lakukan insisi pada segmen bawah
rahim
kecuali
tidak
memungkinkan
karena
adanya
perlengketan segmen bawah rahim, segmen bawah rahim belum terbentuk, gawat janin, atau plasenta previa.
Tatalaksana Khusus : Jika terjadi kasus ruptura uteri, lihat panduan tatalaksana ruptura uteri.
2.2.2 Persalinan dengan parut uterus Dengan berkembangnya teknik pertolongan persalinan, tindakan persalinan pervaginam pada parut uterus meningkat. Dahulu ditakutkan terjadinya rupture uteri. Di Amerika Serikat angka kejadian VBAC meningkat dari 18,9 % menjadi 28,3% dalam kurun waktu tahun 90-an. Gambaran ini memperlihatkan bahwa penanganan persalinan pervaginam lebih diutamakan pada akhir-akhir ini.
a. Prosedur persalinan pervaginam dengan parut uterus (Menurut ALARM International). Hal dasar yang perlu diperhatikan : 1. Identifikasi pasien apakah memenuhi syarat untuk dilakukan pertolongan persalinan pervaginam 2. Jelaskan dengan cermat mengenai rencana pertolongan persalinan dengan diakhiri penandatanganan persetujuan pasien/ keluarga (informed consent) 11
3. Persiapkan pemantauan ibu dan janin dalam persalinan secara terusmenerus termasuk pencatatan denyut jantung tiap 30 menit. 4. Persiapkan sarana operasi segera untuk menghadapi kegagalan VBAC/TOLAC 5. Pemilihan pasien persalinan pervaginam dengan parut uterus : kenali jenis operasi dahulu, bila mungkin mengenal kondisi operasi terdahulu
dari
laporan
operasinya
(adakah
kesulitan
atau
komplikasinya), dianjurkan VBAC dilakukan hanya pada luka parut sayatan transversal segmen bawah rahim (SBR).
b. Kontraindikasi pasien persalinan pervaginam dengan parut uterus (VBAC) Kontraindikasi dilakukan persalinan pervaginam secara umum, luka parut uterus jenis klasik, jenis luka T terbalik atau jenis parut yang tidak diketahui, luka parut pada otot rahim di luar SBR, bekas terus rupture, kontraindikasi relative (misalnya panggul sempit relative), dua atau lebih luka parut transversal di SBR, kehamilan ganda. Pertolongan persalinan dilakukan sesuai dengan Standart Prosedur Tetap yang dibuat sesuai dengan kondisi serana pelayanan persalinan setempat. Perlu mendapat perhatian : observasi proses persalinan dengan baik termasuk kondisi ibu dan kesejahteraan janin, bila perlu berikan analgesia, ingat kemungkinan terjadi uterus rupture.
2.3 Gawat Janin dalam Persalinan 2.3.1 Pengertian Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi pada masa antepartum atau intrapartum. Kegawatan janin antepartum menjadi nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan intrauterin. Hipoksia janin peningkatan tahanan vaskular pada pembuluh darah janin. (Nelson, Ilmu Kesehatan Anak). Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 ). Secara luas istilah gawat janin telah 12
banyak dipergunakan, tapi didefinisi istilah ini sangat miskin. Istilah ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio secarea atau persalinan buatan lainnya. Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ). Dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak benarkan . Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan asidosis, tapi juga oleh hipotemia, sekunder dari infeksi intra uterin. Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia janin atau asidosis.sebaliknya, bila DJJ normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin. Untuk kepentingan klinik perlu ditetapkan kriteria apa yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut gawat janin bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau dibawah 100 / menit, denyut jantung tidak teratur , atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.
2.3.2 Etiologi Penyebab dari gawat janin yaitu: a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu singkat) : 1. Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan
pemberian oksitosin.
2. Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang. 3. Solusio plasenta. 4. Plasenta previa dengan pendarahan. b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama) : 1. Penyakit hipertensi 13
2. Diabetes mellitus 3. Postmaturitas atau imaturitas c. Kompresi (penekanan) tali pusat 1. Oligihidramnion 2. Prolaps tali pusat 3. Puntiran tali pusat d. Penurunan kemampuan janin membawa oksigen 1. Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal 2. Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan komplikasi 3. Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit 4. Sekuele neorologis neonatal 5. Disfungsi multi organ neonatal 6. PH arteri tali pusat 7,0
2.3.3 Patofisiologi
Ada beberapa proses atau tahapan terjadinya peristiwa Fetal Distress, antara lain :
a. Perubahan pada kehamilan Postterm Terjadi beberapa perubahan cairan amnion, plasenta dan janin pada kehamilan postterm. Dengan mengetahui perubahan tersebut sebagai dasar untuk mengelola persalinan postterm.
b. Perubahan cairan amnion Terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion. Jumlah cairan amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu sekitar 1000 ml dan menurun sekitar 800 ml pada 40 minggu. Penurunan jumlah cairan amnion berlangsung terus menjadi sekitar 480 ml , 250 ml, 160 ml pada usia kehamilan 42 dan 43 minggu.
14
Penurunan tersebut berhubungan dengan produksi urin janin yang berkurang. Dilaporkan bahwa aliran darah janin menurun pada kehamilan postterm dan menyebabkan oligohidramnion.
Selain perubahan volume terjadi pula perubahan komposisi cairan amnion menjadi kental dan keruh. Hal ini terjadi karena lepasnya vernik kaseosa dan komposisi phosphilipid. Dengan lepasnya sejumlah lamellar bodies dari paru-paru janin dan perbandingan Lechitin terhadap Spingomielin menjadi 4 : 1 atau lebih besar. Dengan adanya pengeluaran mekonium maka cairan amnion menjadi hijau atau kuning.
Evaluasi volume cairan amnion sangat penting. Dilaporkan kematian perinatal meningkat dengan adanya oligohidramnion yang menyebabkan kompresi tali pusat. Keadaan ini menyebabkan fetal distress intra partum pada persalinan postterm.
Untuk memperkirakan jumlah cairan amnion dapat di ukur dengan pemeriksaan ultrasonografi. Metode empat kuadran sangat popular. Dengan mengukur diameter vertikal dari kantung paling besar pada setiap kuadran. Hasil penjumlahan 4 kuadran disebut Amniotic Fluid Index ( AFI ). Bila AFI kurang dari 5 cm indikasi oligrohidramnion. AFI 5 – 10 cm indikasi penurunan volume cairan amnion. AFI 10 – 15 cm adalah normal. AFI 15 – 20 cm terjadi peningkatan volume cairan amnion. AFI lebih dari 25 cm indikasi polihidramnion.
c. Perubahan pada plasenta Plasenta sebagai perantara untuk suplai makanan dan tempat pertukaran gas antara maternal dan fetal. Dengan bertambahnya umur kehamilan, maka terjadi pula perubahan struktur plasenta.
Plasenta pada kehamilan postterm memperlihatkan pengurangan diameter dan panjang villi chorialis. Perubahan ini secara bersamaan atau di dahului dengan 15
titik-titik penumpukan kalsium dan membentuk infark putih. Pada kehamilan atterm terjadi infark 10 % - 25 % sedangkan pada postterm terjadi 60% - 80 %. Timbunan kalsium pada kehamilan postterm meningkat sampai 10 g / 100 g jaringan plasenta kering, sedangkan kehamilan atterm hanya 2 – 3 g / 100 g jaringan plasenta kering.
Secara histology plasenta pada kehamilan postterm meningkatkan infark plasenta, kalsifikasi, thrombosis intervilosus, deposit fibrin perivillosus, thrombosis arterial dan endarteritis arterial. Keadaan ini menurunkan fungsi plasenta sebagai suplai makanan dan pertukaran gas. Hal ini menyebabkan malnutrisi dan asfiksia.
Dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diketahui tingkat kematangan plasenta. Pada kehamilan postterm terjadi perubahan sebagai berikut : 1) Piring korion : lekukan garis batas piring korion mencapai daerah basal. 2) Jaringan plasenta : berbentuk sirkuler, bebas gema di tengah, berasal dari satu kotiledon ( ada darah dengan densitas gema tinggi dari proses kalsifikasi, mungkin memberikan bayangan akustik ) . 3) Lapisan basal : daerah basal dengan gema kuat dan memberikan gambaran bayangan akustik. Keadaan plasenta ini di kategorikan tingkat 3.
d. Perubahan pada janin Sekitar 45 % janin yang tidak di lahirkan setelah hari perkiraan lahir, terus berlanjut tumbuh dalam uterus. Ini terjadi bila plasenta belum mengalami insufisiensi. Dengan penambahan berat badan setiap minggu dapat terjadi berat lebih dari 4000 g. keadaan ini sering disebut janin besar. Pada umur kehamilan 38 – 40 minggu insiden janin besar sekitar 10 % dan 43 minggu sekitar 43 %. Dengan keadaan janin tersebut meningkatkan resiko persalinan traumatik.
Janin postmatur mengalami penurunan jumlah lemak subkutaneus, kulit menjadi keriput dan vernik kaseosa hilang. Hal ini menyebabkan kulit janin berhubungan
16
langsung dengan cairan amnion. Perubahan lain yaitu : rambut panjang, kuku panjang, warna kulit kehijauan atau kekuningan karena terpapar mekonium.
2.3.4 Komplikasi
a. Pada Kehamilan Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan karena pada gawat janin, maka harus segera dikeluarkan. b. Pada persalinan Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan : 1) Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera dikeluarkan 2) Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps, vakum ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan sectio saesarea (SC)
2.3.5 Diagnosa
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.
2.3.6 Klasifikasi Jenis gawat janin yaitu : a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah 1. Gawat janin iatrogenic
17
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin. 2. Posisi tidur ibu Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava sehingga timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral. 3. Infus oksitosin Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan. Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik. 4. Anestesi Epidural Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural dapat menimbulkan kelainan pada denyut jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai
pengaruh terhadap otot jantung janin dan
vasokontriksi arteri uterina.
b. Gawat janin sebelum persalinan 1. Gawat janin kronik Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu. 2. Gawat janin akut Suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi oksigenasijanin. 3. Gawat janin selama persalinan
18
Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun. (Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekkologi, 1994 : 211-213)
2.3.7 Penatalaksanaan a. Penanganan umum: 1. Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan pembawaan oksigen dari obu ke janin lebih lancer. 2. Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin. 3. Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin, karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis janin. 4. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai. 5. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin: a) Bebaskan setiap kompresi tali pusat b) Perbaiki aliran darah uteroplasenter c) Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada faktorfaktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.
b. Penatalaksanaan Khusus 1. Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan
19
aliran
darah
uteroplasenter.
Perubahan
dalam
posisi
juga
dapat
membebaskan kompresi tali pusat. 2. Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal. 3. Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke ruang intervilli. 4. Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % berbanding larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik. 5. Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan persalinan. 6. Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai
usaha untuk
menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal.
2.4 Prolapsus Tali Pusat 2.4.1 Pengertian Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketubah pecah (Saifuddin, 2008).
Prolaps tali pusat merupakan salah satu kasus kegawat daruratan obstetri. Prolaps tali pusat terdiri dari tali pusat terkemuka, tali pusat menumbung dan tali pusat tersembunyi. Insiden terjadinya prolaps tali pusat adalah 1:3000 kelahiran, sedangkan tali
pusat
tersembunyi
50%
tidak
diketahui.
Myles
melaporkan
hasil
penelitiannyadalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolaps tali pusat berkisar antara0,3% sampai 0,6% persalinan. Keadaan prolaps tali pusat mungkin terjadi pada mal presentasi atau mal posisi janin, antara lain: presentasi kepala(0,5%), letak sungsang (5%), presentasi kaki (15%), dan letak lintang (20%).prolaps tali pusat
20
juga sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah. Mortalitas tali pusat menumbung pada janin sekitar11-17% (Yusuf,2010).
Prolaps tali pusat secara langsung tidak mempengaruhi keadaan ibu, sebaliknya sangat membahayakan janin. Tali pusat menumbung, dimana ketuban sudah pecah dan tali pusat berada di bawah bagian janin, keadaan tersebut membuat tali pusat
dapat
terkena antara bagian terendah janin dan dinding panggul yang akhirnya menimbulkan asfiksia pada janin. Bahaya terbesar adalah pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat dapat menjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir sehingga mengakibatkan gangguan oksigenasi janin. Pada tali pusat terkemuka, sebelum ketuban pecah,ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah bahaya kematian janin sangat besar (Winkjosastro, 2007)
2.4.2 Pembagian prolaps tali pusat Prolaps tali pusat dibagi menjadi: 1. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli) Adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada disamping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan diluar vagina setelah ketuban pecah. 2. Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka) Adalah jika tali pusat berada disamping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedangkan ketubah masih intek atau belum pecah. 3. Occult prolapse adalah keadaan dimana tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat pelvis tapi tidak
dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.
(Winkjosastro,2005).
2.4.3 Etiologi 1. Etiologi fetal a. Sebagian besar dari tali pusat menumbung terjadi pada presentasi: 1) Letak lintang 21
2) Letak sungsang presentasi bokong, terutama bokong kaki. b. Prematuritas Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil. c. Gemeli Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan adaptasi,frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar. d. Polihidramnion Ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke bawah. 2. Etiologi Maternal a. Disproporsi kepala panggul Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat menumbung. b. Bagian terendah yang tinggi Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun panggul normal. 3. Etiologi dari tali pusat dan plasenta a. Tali pusat yang panjang Semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah menumbung. b. Plasenta letak rendah Jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi penurunan bagian terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih dekat serviks.
2.4.4 Diagnosis Ibu tidak dapat merasakan adanya prolaps tali pusat pada dirinya. Masalh tampak ketika memonitor denyut jantung bayi yang menunjukkan penurunan denyut jantung (brakikardi), dan penemuan saat melakukan vaginal toucher. Alat bantu yang dapt digunakan antara lain: Doppler, kardiotograf, ultrasonografi. Gawat janin yang tampak dengan alat tersebut menunjukkan deselerasi variabel sebagai konsekuensi dari kompresi tali pusat. Diagnostik tali pusat menumbung lebih mudah ditegakkan ketika 22
terlihat atau terabanya jerat tali pusat di dalam vagina yang terkadang sudah menjulur sampai diluar vulva. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menegakkan diagnosa kemungkinan adanya tali pusat tersembunyi, letak terkemuka atau tali pusat menumbung. Janin yang masih hidup teraba tali pusat berdenyut sebaliknya pada janin yang sudah mati tali pusat tak berdenyut lagi (Winkjosastro, 2007).
2.4.5 Komplikasi 1. Pada Ibu Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban menyebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua
serta
pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi merupakan bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama(Chuningham dkk, 2005). 2. Pada janin a. Gawat janin Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup. Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut: 1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit. 2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 x / hari). 3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan(jika bayi lahir dengan letak kepala). b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan ketrampilan motorik (kemampuan untuk bergerak dalam cara yang terkoordinasidan terarah)akibat dari rusaknya otak karena trauma lahir atau patologi intrauterin (Chuningham dkk, 2005).
23
2.4.6 Penanganan Upaya –upaya sebelum tindakan pengakhiran kehamilan segera,sebagai berikut: 1. Memposisikan ibu untuk menungging atau posisi tredelenbrug untuk mengurangi tekanan pada tali pusat. 2. Mendorong bagian terendah janin kearah kranial untuk mengurangi tekanan pada tali pusat. 3. Memantau terus denyut jantung dan pulsai tali pusat 4. Resusitasi intrauterine melalui oksigenasi pada ibu
Penanganan tali pusat menurut lokasi/tingkat pelayanan 1. Polindes: a. Lakukan VT jika ketuban sudah pecah dan bagian terbawah janin belum turun. b. Jika teraba tali pusat, pastikan tali pusat masih berdenyut atau dengan meletakkan tali pusat diantara dua jari. c. Lakukan resposisi tali pusat. Jika berhasil usahakan bagian terbawah janin memasuki bagian rongga panggul dengan menekan fundus uteri dan usahakan dengan segera persalinan pervaginam. d. Suntikkan terbulatin 0,25 mg subkutan. e. Dorong keatas bagian terbawah janin dan segera rujuk ke puskesmas atau langsung ke rumah sakit. 2. Pukesmas: a. Penanganan sama seperti diatas b. Jika persalinan pervaginam tidak mungkin dilaksanakan segera rujuk kerumah sakit. 3. Rumah Sakit: a. Lakukan evaluasi/penanganan seperti diatas b. Jika persalinan pervaginam tidak mungkin terjadi segera lakukan SC. (Winkjosastro, 2007).
24
2.5 Demam dalam Kehamilan 2.5.1 Pengertian Demam merupakan kenaikan Suhu tubuh diatas normal. Demam dapat merupakan manifestasi penyakit neoplastik, gangguan-gangguan peradangan noninfeksi atau katabolisme berlebihan pada keadaan-keadaan metabolik tertentu.
Demam pada saat kehamilan sebetulnya sama seperti demam pada keadaan biasa. Namun demam yang terjadi pada masa kehamilan bisa menjadi masalah serius karena dapat menyebabkan kelainan bawaan, kelahiran prematur, hingga kematian ibu dan janin. Karena itu, calon ibu harus mengerti jenis demam yang dialaminya supaya bisa melakukan penanganan yang tepat.
2.5.2 Penyebab
Berikut beberapa penyebab umum timbulnya demam: 1. Adanya infeksi seperti infeksi saluran kemih (sering buang air kecil atau buang air kecil disertai rasa pedih), infeksi streptokokus pada tenggorokan (sering kali disertai dengan radang tenggorokan), infeksi sinus (rasa sakit di atas atau di bawah kedua mata), dan abses gigi (bengkak di bagian mulut). 2. Infeksi mononucleosis yang disertai rasa lelah. 3. Tertular suatu penyakit saat berada di luar negeri. 4. Kelelahan karena kepanasan atau terbakar sinar matahari hebat
Penyebab demam pada kehamilan:
Penyebab demam pada saat kehamilan yang paling umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah infeksi virus dan bakteri. Meski keduanya sama-sama berbahaya, namun infeksi virus memiliki tingkat kecacatan dan kematian janin yang lebih tinggi. Namun infeksi akibat bakteri maupun parasit tidak boleh diabaikan. Seperti pada kasus infeksi TORCH, yang terdiri dari entitas parasit dan virus Toxoplasma, Others 25
(Parvovirus, Varicella, Morbili, dsb), Rubella, Cytomegalovirus(CMV),dan Herpes, akan menyebabkan kelainan otak, jantung, pendengaran, penglihatan, dan kelainan struktur tubuh
Selain itu, infeksi saluran kencing dan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan bakteri dapat pula menyebar naik ke kandungan secara langsung maupun lewat sirkulasi darah. Bakteri-bakteri tersering penyebab infeksi saluran kencing antara lain, E.coli, P.mirabilis, Streptococcus grup B, spesies Enterobacter dan Klebsiella, Staphylococcus
saprophyticus.
Adapun
Chlamydia
trachomatis,
Neisseria
gonorrhoeae, Gardnerella vaginalis merupakan bakteri penyebab tersering timbulnya IMS pada ibu hamil. Penyakit-penyakit tersebut apabila tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan kelahiran prematur atau bahkan keguguran.Penyebab demam yang jarang terduga, Human Immunodeficiency Virus (HIV) juga mendapatkan perhatian khusus dewasa ini karena jumlah kasusnya yang semakin banyak.
Oleh karena itu, penyebab demam pada kehamilan harus dicari hingga tuntas sehingga dapat ditatalaksana dengan baik. Hindari penyebab-penyebab tersebut dengan selalu menjaga kebersihan diri, keluarga, dan lingkungan, serta selalu menyediakan obat penurun demam, yaitu golongan parasetamol agar komplikasi yang bisa diakibatkan oleh demam tersebut dapat dihindari.
2.5.3 Penatalaksanaan
Demam pada umumnya : 1. Pemberian obat antipiretik (ex: paracetamol) 2. Perbanyak minum agar mencegah terjadinya dehidrasi 3. Jangan terlalu sering menggunakan pakaian atau kain yang tebal-tebal. 4. Kompres dengan air hangat kuku, jangan menggunakan air dingin karena dapat membuat pasien kedinginan. 5. Konsumsi makanan yang adekuat serta cukup istirahat
26
Tips Hadapi Demam saat Hamil : 1. Hindari dehidrasi dan cukupi hidrasi tubuh dengan cukup minum air putih karena peningkatan suhu tubuh 0.1o akan meningkatkan kebutuhan carian tubuh. 2. Bila hendak mengkonsumsi obat penurun demam, bisa menggunakan golongan parasetamol yang aman untuk ibu hamil namun dosis harap dikonsultasikan kepada dokter anda 3. Bila demam terus berlanjut lebih dari 24 jam atau lebih dari 39
o
Celsius maka
sebaiknya diperiksakan ke dokter. 4. Tetaplah untuk didalam ruangan karena suasana lebih nyaman dan sejuk
2.5.4 Resiko
Reaksi yang biasa ditimbulkan akibat demam pada umum nya: 1. Berkurangnya nafsu makan 2. Membuat gelisah 3. Menyebabkan kejang Rata-rata pada anak yang berumur antara 6 bulan-5 tahun. 4. Meningkatkan konsumsi oksigen (misalnya pada pneumonia sangat berat, gagal jantung, atau meningitis)
Berikut beberapa penyakit yang mengarah pada kemungkinan ditimbulkan oleh gejala demam pada ibu hamil.
1. TORCH a. Pengertian TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
27
Kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis.
b. Pencegahan
Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang merencanakan kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat mempertimbangkan saran-saran berikut agar bayi Anda dapat terlahir dengan baik dan sempurna. 1) Makan makanan bergizi
Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik untuk perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak akan menginfeksi tubuh. 2) Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan
Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan. Anda dapat memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi TORCH. Jika Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan tunda kehamilan hingga benar-benar sembuh. 3) Melakukan vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH. Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian. 4) Makan makanan yang matang
Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau parasit penyebab TORCH bisa terdapat pada makanan 28
dan tidak akan mati apabila makanan tidak dimasak sampai matang. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu konsumsi makanan matang dalam keseharian Anda. 5) Periksa kandungan secara teratur
Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh Anda ternyata terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi tidak menjadi buruk. 6) Jaga kebersihan tubuh
Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan, sangatlah penting. 7) Hindari kontak dengan penderita penyakit
Seorang wanita hamil harus menghindari kontak dengan siapa pun yang menderita infeksi virus, seperti rubela, yang juga disebut campak Jerman.
Dengan mencari lebih banyak informasi tentang kehamilan serta merawat dirinya sebelum dan selama masa kehamilan maupun dengan memikirkan masak-masak jauh di muka tentang berbagai aspek melahirkan, seorang wanita akan melakukan sebisa-bisanya untuk memastikan kehamilan yang lebih aman. Maka, bagi seorang wanita hamil, cobalah untuk selalu waspada terhadap berbagai penyakit seperti TORCH agar bayi Anda terlahir sehat. c. Pengobatan Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya. 29
Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula beberapa cara pengobatan alternatif yang ditawarkan.
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan menggunakan
obat
spiramisin
(spiromicine),
azithromisin
dan
klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut sering kali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.
2. Malaria
a. Pengertian Malaria merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah.
Infeksi malaria lebih mudah terjadi pada kehamilan jika dibandingkan dengan populasi umum. Keadaan ini disebabkan oleh sistem imun dan imunitas dapatan terhadap malaria pada ibu hamil menurun. Karena perubahan sistem imun dan hormonal, jumlah parasit 10 kali lebih tinggi sehingga komplikasi Parasit falsiparum lebih sering pada ibu hamil dibandingkan yang tidak hamil dan mortalitas dua kali lipat dibandingkan dengan perempuan tidak hamil (13% berbanding 6,5%).
30
Malaria dapat mengakibatkan kematian ibu dan kematian bayi, atau menyebabkan berbagai komplikasi pada ibu, janin, dan bayi baru lahir. Komplikasi malaria pada ibu hamil meliputi anemia, demam, hipoglikemia, malaria serebral, edema paru, dan sepsis. Terhadap janin dalam kandungan, malaria dapat mengakibatkan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur, kematian janin dalam kandungan, gangguan/hambatan pertumbuhan janin, dan malaria bawaan.
b. Penyebab 1. Plasmodium adalah jenis parasit yang menyebabkan malaria. Ada banyak sekali jenis parasit Plasmodium, tapi hanya lima jenis yang menyebabkan malaria pada manusia. Parasit Plasmodium hanya disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina. Gigitan ini lebih sering terjadi pada malam hari. Melalui gigitan nyamuk, parasit masuk ke dalam aliran darah manusia. 2. Terdapat lima jenis parasit plasmodium. Kasus yang paling banyak ditemukan di Indonesia disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Kedua jenis parasit ini adalah penyebab malaria yang paling umum. Plasmodium falciparum bertanggung jawab atas sebagian besar kematian yang diakibatkan oleh malaria. Plasmodium vivax bisa mengakibatkan penderita yang telah sembuh menjadi sakit lagi karena parasit ini dapat diam bersembunyi di dalam organ hati manusia sebelum menjadi aktif lagi. 3. Tiga parasit yang lainnya adalah Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi. Ketiga parasit ini adalah jenis yang jarang ditemui kejadiannya di Indonesia.
31
2.5.5 Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Malaria dalam Kehamilan 1. Terapi Malaria Terapi
malaria
dalam
kehamilan
harus
energetik,
antisipatif
dan
seksama(careful)
Energetik: Tidak membuang-buang waktu, lebih baik memperlakukan semua kasus sebagai kasus malaria falciparum, dan memeriksa tingkat keparahan penyakit dengan melihat keadaan umum, pucat, ikterus, tekanan darah, suhu, hemoglobin, hitung parasit, SGPT, bilirubin dan kreatinin serum serta glukosa darah. Antisipatif: Malaria dalam kehamilan dapat tiba-tiba memburuk dan menunjukkan komplikasi yang dramatik. Oleh karena itu harus dilakukan monitoring ketat serta
me
nilai
kemungkinan
timbulnya
komplikasi
pada
setiap
pemeriksaan/visite rutin.
Seksama: Perubahan fisiologis dalam kehamiklan menimbulkan masalah yang khusus dalam penanganan malaria. Selain itu, sejumlah obat anti malaria merupakan kontraindikasi untuk kehamilan atau dapat menimbulkan efek samping yang berat. Semua faktor tersebut harus selalu dipertimbangkan saat memberikan terapi pada pasien-pasien malaria dengan kehamilan. 1) Pilih obat yang sesuai dengan tingkat keparahan penyakit dan pola sensitivitas di daerah tersebut (terapi empiris) 2) Hindari obat yang menjadi kontra indikasi 3) Hindari kelebihan/kekurangan dosis obat 4) Hindari pemberian cairan yang berlebihan/kurang. 5) Pertahankan asupan kalori yang adekuat
32
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Persalinan
dengan
distensi
uterus
harus
ditangani
hati-hati
untuk
mencegah
morbiditas ataupun mortalitas ibu dan janin. Morbiditas utama yang disebabkan oleh distensi uterus adalah perdarahan. Pembesaran uterus yang lebih besar pada saat kehamilan biasa disebabkan oleh unsure uterus, air keruban, plasenta, ataupun janinnya sendiri. Pembesaran uterus karena janin adalah makrosomia dan kehamilan ganda, sedangkan air ketuban yang membuat pembesaran uterus adalah polihindroamnion. Kehamilan dengan parut uterus adalah kehamilan pada pasien yang pernah mengalami seksio sesarea pada kehamilan sebelumnya atau pernah mengalami operasi pada dinding rahim (misalnya miomektomi). Kehamilan dengan parut uterus diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya luka parut di abdomen bawah. Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi pada masa antepartum atau intrapartum. Kegawatan janin antepartum menjadi nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan intrauterin. Hipoksia janin peningkatan tahanan vaskular pada pembuluh darah janin. Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketubah pecah (Saifuddin, 2008). Prolaps tali pusat merupakan salah satu kasus kegawat daruratan obstetri. Prolaps tali pusat terdiri dari tali pusat terkemuka, tali pusat menumbung dan tali pusat tersembunyi.
Demam pada saat kehamilan sebetulnya sama seperti demam pada keadaan biasa. Namun demam yang terjadi pada masa kehamilan bisa menjadi masalah serius karena dapat 33
menyebabkan kelainan bawaan, kelahiran prematur, hingga kematian ibu dan janin. Karena itu, calon ibu harus mengerti jenis demam yang dialaminya supaya bisa melakukan penanganan yang tepat.
3.2 Saran Dengan penyusunan makalah ini diharapkan para pembaca khususnya para petugas kesehatan terutama bidan dapat berperan serta dalam pertolongan pertama kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus. Sehingga pada akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian pada ibu dan bayi.
34
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, S.2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. Saifudin.2009. BukuAcuanNasionalPelayananKesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP. Varney, H. 2003. Buku Ajar AsuhanKebidanan.Jakarta : EGC Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBBSP
Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:YBBSP
Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBBSP
35