BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan kesehatan masyarakat yang setinggitinggi dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Dalam Penyelenggaraan pembangunan kesehatan perhatian khusus diberikan pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anak (Depkes,2009: 33). Untuk mengupayakan tercapainya tujuan dari pembangunan kesehatan tersebut adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukan oleh indikator salah satunya menurunkan angka kematian ibu dari 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025 (Depkes,2013). Dari tahun ketahun penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat lambat, dari tahun 2002 AKI sekitar 307/100.000 kelahiran hidup sampai tahun 2010 AKI baru mencapai sekitar 201/100.000 kelahiran hidup, padahal MDGs menargetkan AKI sampai 2015
1
sebesar 102/100.000 kelahiran Hidup. AKI di Sumatra Barat tahun 2008 yaitu 226 orang / 100.000 kelahiran hidup selama tahun 2010 dinas kesehatan hanya mampu mengurangi AKI sebanyak satu ibu dengan tingkat Rasio 228 orang/100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu dan anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah anemia pada saat hamil (Manuaba, 2007) Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar HB atau hitung eritrosit rendah dari harga normal akibat kekurangan zat besi, vitamin B 12, asam folat, penyakit kronik, perdarahan dan kelainan darah yang didapat (Mansjoer.Arif, 1999: 34) Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan zat besi (Manuaba, 1998: 29). Anemia defisiensi zat besi merupakan gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia . perkiraan prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51 %, (Arisman, 2010: 172) Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20 % sampai 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya (Manuaba, 1998: 29). Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara sedang berkembang, ketimbang negara yang sudah maju. Di Indonesia anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia (Arisman, 2010: 172). Anemia dapat berakibat fatal bagi ibu hamil karena ibu hamil memerlukan banyak tenaga untuk melahirkan. Setelah itu pada saat melahirkan biasanya darah keluar dalam jumlah banyak sehingga kondisi anemia akan memperburuk keadaan ibu hamil. Kekurangan darah dan perdarahan akut merupakan penyebab utama kematian ibu saat melahirkan. Ibu hamil yang 2
menderita anemia tidak mampu memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan janin dalam kandungannya. Oleh karena itu, keguguran, kematian bayi dalam kandungan, berat bayi lahir rendah, atau kelahiran prematur rawan terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia (Arisman, 2010: 173). Tanda dan gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas, seperti pucat, mudah lelah, berdebar, takikardia, dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan, kuku dan konjungtiva palpebra (Arisman, 2010: 175). Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15 % dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatkan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mamae), volume darah, plasenta, air ketuban, dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40 % dan sisanya 60 % digunakan untuk pertumbuhan ibunya (Huliana, 2001: 68). Menurut Manuaba (2007) banyak faktor terkait dengan anemia ibu hamil yaitu status gizi buruk, persalinan dengan jarak yang berdekatan, paritas dan ibu hamil dengan pendidikan, pengetahuan dan tingkat sosial ekonomi rendah. Pada tahun 2013 WHO melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global sebesar 55% dan pada umumnya terjadi pada trimester ketiga. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2013 adalah 70 % atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia. Berdasarkan profil Kesehatan Sumatera Barat tahun 2013, jumlah ibu hamil di Sumatera Barat yaitu sebanyak 106.536 orang dan jumlah ibu dengan anemia dalam kehamilan sebanyak (14,21 %). 3
Di Kota Solok, tahun 2013 kejadian anemia adalah 109 orang (7,7 %) dari 1.402 orang ibu hamil sedangkan pada bulan September sampai November tahun 2014 jumlah anemia ibu hamil adalah 114 orang yang tersebar pada 4 Puskesmas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Jumlah Anemia ibu Hamil Pada 4 Puskesmas Yang ada di Kota Solok pada bulan September sampai November 2014 NO
Puskesmas
1
Tanjung Paku
464
Jumlah Anemia Ibu Hamil 11
2
Tanah Garam
423
51
12,06
3
Nan Balimo
140
5
3,57
4
KTK
302
3
0,99
1.329
70
5,27
Jumlah
Sasaran Ibu hamil
% 2,37
(Laporan Dinas Kesehatan Kota Solok tahun 2014) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah anemia ibu hamil terbanyak adalah Puskesmas Tanah Garam sebanyak 51 orang (12,06 %). Dan selama tahun 2014 jumlah bayi BBLR yang terbanyak adalah di Puskesmas Tanah garam yaitu 7 orang bayi (Laporan Dinas Kesehatan Kota Solok tahun 2014). Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Tanjung Paku pada tanggal 5 Januari 2015, berdasarkan hasil wawancara dengan 4 orang ibu hamil yang memeriksakan kandungannya ke Puskesmas, 2 orang ibu mengatakan suaminya tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya karena suaminya bekerja sebagai buruh bangunan, dan 2 orang ibu lainnya berpendidikan SD mengatakan tidak tahu cara mengolah makanan yang baik.
4
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia zat besi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok tahun 2015.
B. Perumusan Masalah Belum diketahuinya faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian anemia zat besi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok tahun 2015.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia zat besi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok tahun 2015 2. Tujuan Khusus a. Diperoleh gambaran kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok tahun 2015. b. Diperoleh gambaran paritas ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok tahun 2015 c. Diperoleh gambaran pengetahuan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok tahun 2015
5
d. Diperoleh gambaran jarak kelahiran anak pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok tahun 2015 e. Diperoleh hubungan antara paritas ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok tahun 2015 f. Diperoleh hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok tahun 2015
D. Manfaat Penelitian 1. Menambah Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia zat besi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok tahun 2015. 2. Sumbangan Terhadap Ilmu Metode penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan terhadap ilmu pengetahuan khususnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia zat besi pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok tahun 2015.
6
3. Bagi Peneliti Berikut Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk peneliti berikut. 4. Bagi Puskesmas Tanah Garam Sebagai masukan bagi petugas Puskesmas Tanah Garam khususnya program Gizi untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pencegahan anemia pada ibu hamil.
E. Ruang lingkup Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei tahun 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok, untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia zat besi pada ibu hamil. Sebagai variabel independen pada penelitian ini adalah paritas, pengetahuan, jarak kelahiran dan sebagai variabel dependennya adalah kejadia anemia. Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan wawancara berupa kuesioner. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang menetap di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam berjumlah 78 orang ibu hamil. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi KEK KEK adalah keadaan dimana ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu (Depkes, 2001) Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun, yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. (Depkes, 2002) Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai resiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau resiko melahirkan bayi
8
dengan BBLR. Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau juga disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya. (Depkes,2007: 11) Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak akan kurang dan kurus – mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Gizi kurang yang kronik lebih sulit diidentifikasi oleh suatu komunitas – anak akan tumbuh lebih lambat daripada yang diharapkan – baik dari segi berat badan maupun tinggi badan, dan tidak kelihatan terlalu kurus, namun pemeriksaan berat dan tinggi badan akan menunjukan bahwa mereka memiliki berat yang kurang pada grafik
9
pertumbuhan anak – misalnya kerdil. Gizi kurang kronik dapat mempengaruhi perkembangan otak dan psikologi anak dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Perempuan yang kurang makan (kurang gizi) punya kecenderungan untuk melahirkan anak dengan berat badan rendah, yang punya resiko lebih besar terkena infeksi. (Depkes,2007: 11) Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang dapat digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan wanita hamil. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Wanita Usia Subur (WUS) adalah calon ibu yang penting untuk diketahui status gizinya. Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis) terutama yang kemungkinan disebabkan karena adanya ketidak seimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh baik fisik ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Banyak anak yang bertubuh sangat kurus akibat kekurangan gizi atau sering disebut gizi buruk. Jika sudah terlalu lama maka akan terjadi Kekurangan Energi Kronik (KEK). Hal tersebut sangat memprihatinkan, mengingat
10
Indonesia adalah negara yang kaya akan SDA (Sumber Daya Alam) (Arisman, 2009: 21) Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR. Ibu hamil dengan KEK pada batas 23,5 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23,5 cm. (Arisman, 2009:21) Angka kejadian kelahiran premature yang disebabkan karena ibu hamil mengalami kurang gizi (kurang energi kronis/KEK, yang ditandai dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm) tidak signifikan. Akibat yang paling relevan dari ibu hamil KEK adalah terjadinya bayi lahir
11
dengan Berat Badan Lahir Rendah/BBLR (kurang dari 2.500 gr). Kasus ini tidak kalah peliknya dari bayi lahir premature. Tingginya angka kasus Gizi Buruk di Indonesia disumbangkan secara nyata oleh angka BBLR yang terjadi. Meski faktor utama ibu hamil KEK adalah ekonomi, tidak menutup kemungkinan faktor kesehatan ibu dan faktor keturunan juga menjadi faktor penyebab lainnya. Tetapi sampai dengan akhir tahun 2007 angka kelahiran BBLR di Indonesia sudah mulai bisa diturunkan. (Arisman, 2009: 23) Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindaklanjuti sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin. Meskipun penambahan tersebut secara nyata (95 %) tidak akan membebaskan ibu dari kondisi KEK, bayi dilahirkan dengan berat badan normal. (Arisman, 2009: 23) 2.2. Kehamilan 2.2.1 Pengertian
12
Kehamilan
adalah
suatu
proses
pembuahan
dalam
rangka
melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan Janis yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita. (Waryono,2010: 33)
2.2.2 Tanda – tanda kehamilan menurut Dainur (2004) a. Haid yang biasanya teratur pada bulan berikutnya berhenti b. Payudara mulai membesar dan mengeras c. Pagi hari sering muntah-muntah, kadang-kadang pusing dan mudah letih d. Perut makin lama membesar dan pada hamil 6 bulan puncak rahim sekitar setinggi pusat e. Sifat-sifat ibu berubah-ubah, misalnya ibu lebih suka makan yang asam-asam, rujak, mudah tersinggung dan sebagainya adalah normal (Waryono,2010: 33) 2.2.3 Kondisi Fisiologis selama kehamilan a. Trimester pertama ( Terjadinya konsepsi sampai minggu ke 12) Sejak proses konsepsi terjadi secara otomatis tubuh wanita akan mengalami penyesuaian. Proses penyesuaian ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan hormone progesterone. Hormone progesterone berperan dalam persiapan proses menyusui. Pola kenaikan berat badan 13
sangat berarti bagi ibu hamil dan janin karena berhubungan erat dengan aspek kesehatan ibu dan janinnya Pada trimester pertama kehamilan 50-90 % calon ibu akan mengalami morning sickness, seperti rasa kurang nyaman mual dan muntah-muntah. Gejala morning sikness ditandai dengan pusing, mual (ingin muntah), sepanjang hari, nafsu makan berkurang dan tubuh terasa lemas. Para ahli berpendapat bahwa gejala morning sikness terjadi karena pengaruh hormone kehamilan yang menyebabkan menurunnya kadar gula darah. b. Trimester kedua (Minggu ke 12 sampai minggu ke 28) Pada kehamilan trimester kedua, nafsu makan ibu telah pulih kembali, karena masa morning sickness sudah berlalu. Pada bulan keempat payudara ibu hamil mengeluarkan sedikit cairan bening, hal ini pertanda bahwa wanita yang bersangkutan sudah siap member ASI. Pada usia kehamilan 6 bulan, gerakan janin didalam rahim mulai terasa. Semakin mendekati masa persalinan gerakan janin semakin kuat dan keras. Mengingat pada trimester kedua pertumbuhan janin cukup pesat dan
nafsu
makan
ibu
telah
kembali
14
normal,
sebaiknya
ibu
mengkonsumsi makanan lengkap tiga kali sehari yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan susu dengan porsi sedang. c. Trimester Ketiga (Minggu ke 28 sampai minggu ke 40) Saat memasuki trimester ketiga, proses kehamilan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Semakin bertambah usia kehamilan, wanita hamil semakin cepat merasa lelah. Diakhir kehamilan, nafsu makan ibu akan meningkat. Tetapi pola makan tetap harus dijaga, jangan terlalu berlebihan, artinya pola makan tetap harus diatur sesuai kebutuhan. (Diah Krisnatuti,2000)
2.3 Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil Pada masa kehamilan seorang ibu memerlukan zat gizi yang lebih banyak dari keadaan ibu tidak hamil.semua zat gizi diperlukan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan ibu sendiri supaya cepat menyembuhkan luka-luka persalinan pada masa nifas,memberikan cadangan untuk masa laktasi serta untuk
pertumbuhan otak
janin.kebutuhan zat gizi ditentukan oleh kenaikan dari berat janin dan kecepatan janin mensintesa jaringan-jaringan baru,dengan demikian kebutuhan zat gizi akan bertambah pada minggu-minggu mendekati
15
kelahiran. Zat gizi di peroleh dari simpanan ibu pada masa anabolik dan dari makanan sehari- hari ibu hamil. Berdasarkan kecukupan energi dan zat gizi yang diperlukan selama hamil berikut ini diuraikan tentang kandungan bahan-bahan makanan yang harus dikonsumsi ibu hamil setiap hari diantaranya : 2.3.1 Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia jenis nutrien ini disebut juga zat bertenaga,karbohidrat berfungsi menunjang pertumbuhan janin,pembentukan placenta,dan cadangan energi berupa lapisan lemak tubuh.sekitar 60% dari seluruh kalori yang dibutuhkan adalah karbohibrat. ibu hamil membutuhkan karbohidrat sekitar 1500 kalori. Macam-macam karbohidrat diantaranya :
Sumber-sumber hidrat arang : 1) Glukosa dibuat secara komersil dari starch atau pati dan ditemukan
pada sebagian buah terutama buah anggur. 2) Sukrosa merupakan gula pasir. 3) Laktosa gula yang ditemukan dalam susu.
16
4) Galaktosa tidak terdapat secara alami tetapi dihasilkan melalui
proses pencernaan laktosa. 5) Maltosa ditemukan dalam biji kecambah dan terbentuk saat
pembuatan bir. 6) Starch(pati) merupakan hidrat arang simpanan yang dihasilkan
oleh tanaman dalam jumlah yang cukup besar,pati ini ditemukan dalam jenis biji-bijian,buah-buahan,ubi,kacang-kacangan. Kecukupan energi adalah sejumlah energi dari makanan untuk mengimabangi energy yang digunakan bagi perorangan dengan ukuran komposisi tubuh serta kegiatan jasmani yang dapat menjamin kesehatan dalam jangka panjang, serta tetap terpeliharanya segala kegiatan yang dilakukan. Kekurangan energy akan menurunkan kapasitas kerja. Hal ini biasanya terjadi sebagai proses kronis dengan akibat penurunan berat badan. (Waryono,2010: 11) Berat badan ibu hamil akan bertambah sampai 12,5 Kg tergantung berat badan sebelum hamil. Untuk tambahan berat sebanyak itu dibutuhkan sekitar 80.000 kalori. Dari jumlah tersebut, 36.000 kalori untuk pembakaran tubuh, 44.000 kalori sisanya untuk pembuatan jaringan baru.
17
2.3.2 Protein/zat putih telur a. Merupakan konstituen penting pada semua sel. Jenis nutrien ini berupa struktur komplek yang terbuat dari asam amino yang berfungsi sebagai: b. Mengganti protein yang hilang selama metabolisme protein akan hilang dalam pembentukan rambut serta kuku dan sebagian sel-sel mati yang lepas dari pernukaan kulit. c. Menghasilkan jaringan yang baru jaringan baru terbentuk selama masa pertumbuhan kesembuhan dari cidera kehamilan dan laktasi. d. Protein dapat dipakai sebagai sumber energi. e. Sumber-sumber protein antara lain: Protein hewani : daging, ikan, unggas telur, kerang, dan sebagainya. f. Protein nabati :kacang-kacangan seperti kacang polong, kacang tanah, kedelai dan lain sebagainya. g. Kebutuhan protein meningkat selama hamil guna memenuhi asam amino untuk perkembangan janin, penambahan volume darah dan pertumbuhan mamae ibu serta jaringan uterus, kebutuhan protein pada ibu hamil 60 gr lebih banyak dari yang tidak hamil
18
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Protein Per Orang Per Hari Golongan Berat Badan Tinggi Badan Protein Umur (Kg) (cm) (gr) Wanita 10-12 tahun 35 140 54 13-15 tahun 46 153 62 16-19 tahun 50 154 51 20-45 tahun 54 156 48 46-59 tahun 54 154 48 > 60 tahun 54 154 48 Hamil 12 Sumber: LIPI,2001 2.3.3 Lemak a. Lemak sangat dibutuhkan tubuh terutama untuk membentuk energi
dan juga membangun sel-sel baru serta perkembangan sistim saraf janin. Ibu hamil dianjurkan makan-makanan yang mengandung lemak tidak lebih 25% dari seluruh kalori yang dikonsumsi setiap hari (Kasnu, Dini, 2004). b.Lemak bisa didapatkan dari asam lemak jenuh umumnya berasal
dari sumber hewani, dan asam lemak tidak jenuh yang bersumber dari nabati. Sumber lemak hewani yaitu: daging sapi, kambing, ayam, telur, ikan, susu, dan produk olahannya.S umber lemak nabati
19
yaitu: minyak zaitun, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jagung.
2.3.4 Vitamin Vitamin merupakan zat penting yang harus di konsumsi ibu hamil. Peranan vitamin dalam tubuh ibu hamil sebagai berikut: a. Mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin. b. Menunjang proses metebolisme tubuh. c. Mengatur penggunaan protein dan lemak. d. Meningkatkan penyerapan zat besi dan kalsium. e. Mengatur proses pembentukan tulang dan gigi. f. Mengatur penbentukan sel-sel darah merah. g. Mencegah timbulnya kelainan susunan syaraf.
Kebutuhan vitamin pada umumnya meningkat selama hamil vitamin yang diperlukan untuk membantu metabolism karbohidrat dan protein salah satu vitamin yang perlu diperhatikan selama hamil adalah folid acid. Macam-macam vitamin:
20
1) Vitamin A vitamin A berguna bagi pertunbuhan tulang dan gigi meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi serta membantu
memelihara
jaringan
telur,hati,mentega,sayuran
mata.
berwarna
Sumber
:kuning
hijau,buah-buahan
(wortel,tomat,nangka).
2) Vitamin B komplek: Vitamin B komplek mengandung : 3) Vitamin B1: Berfungsi membantu metabolisme energi. Sumber :daging,kuning telur,ikan,beras,roti,kacang-kacangan. 4) Vitamin B2 (Riboflavin):Berfungsi mambantu metabolisme energi. Sumber :susu,daging,sayuran 5) Vitamin B6: Berfungsi meningkatkan pembentukan sel darah merah serta menunjang pembentukan gigi dan gusi janin. Sumber :gandum, jagung, hati, dan daging. 6) Vitamin C: Menunjang pembentukan jaringan ikat dan pembuluh darah. Sumber :jeruk,tomat,melon,sayuran. 7) Vitamin D: Membantu penyerapan kalsium dan fosfor. Sumber :minyak ikan laut,susu,dan margarine.
21
8) Vitamin K: Mencegah perdarahan dan membantu proses pembekuan darah. 9) Asam nikotin (niasin): Penting untuk proses pembakaran untuk mendapatkan tenaga,kekurangan niasin yang hebat akan menyebabkan badan terasa lemas sumber :sayuran,daging,dan kacang-kacangan. 10)
Vitamin
B12:
Berguna
dalan
pembentukan
eritrosit,kekurangan vitamin B12 jarang terjadi karena terdapat banyak didalam sel-sel hewan. 11)
Folid acid/folacin: Adalah vitamin yang berfungsi sebagai
koenzim dalam sistem DNA.Gejala klinis yang terjadi pada defisiensi folid acid biasanya pertama terlihat pada jaringan yaitu anemia.folid acid memelihara pertumbuhan janin dan mencegah macrocytic megaloblastik selama hamil ,kebutuhan folacin 400-800 gr/hr. 2.3.5 Garam mineral Garam mineral yang dibutuhkan antara lain : a. (a). Kalsium, (b). Zat besi, (c) Fosfor
22
b. Garam dapur dan fosfor berfungsi untuk pembentukan tulang dan
gigi janin, kekurangan garam dapur pada janin karena garam dapur yang diperlukan diperoleh dari tulang ibu dengan demikian ibu hamil akan mengalami caries. 2.3.6 Sumber makanan yang mengandung kalsium adalah: 1) Susu dengan hasil olahannya 2) Ikan teri dan ubi 3) Sayuran seperti bayam, sawi, katuk, dan melinjo
2.3.7 Zat besi a. Peran zat besi pada masa kehamilan adalah untuk menunjang
persediaan darah karena kebutuhan volume darah wanita hamil meningkat sebanyak 30%. Zat besi juga berperan untuk mendukung fungsi plasenta karena didalam plasenta terdapat pembuluh-pembuluh darah yang berperan sebagai saluran untuk menyalurkan zat-zat gizi dan oksigen kedalam tubuh janin. Kebutuhan zat besi pada wanita normal sekitar 20-25 mg/hr dan ketika hamil kebutuhannya bertambah sebanyak 20 ng/hr. Apabila kandungan zat besi dalam darah wanita hamil menurun maka wanita yang bersangkutan akan menderita anemia. Perlu diketahui
23
selama proses persalinan seorang wanita akan kehilangan darah sekitar 300 ml. Jika kondisi itu berlanjut resiko darah yang hilang dalam tubuh ibu semakin besar. b. Fungsi dari zat besi diantaranya untuk menunjang sirkulasi darah,
membentuk sel darah merah, membantu proses pengangkutan oksigen. c. Sumber zat besi : d. Hati memiliki kandungan besi sangat tinggi e. Daging f. Telur, ikan, tepung gandum, roti, dan sayuran hijau
2.3.8 Air Air menjadi bagian dari kebutuhan 65-75% dari berat total tubuh, konsumsi air secara konstan merupakan hal yang amat penting orang yang berpuasa lama dapat hidup dari cadangan protein atau lemak, hidrat arang dan nutrient. 2.4 Indikator KEK Lingkar Lengan atas (LILA) pada ibu hamil < 23,5 cm (Arisman, 2009: 29)
24
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK 2.5.1 Pendidikan a. Pengertian Menurut GBHN pendidikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. (Notoatmodjo, 2007: 2) 1) Pedagogik Seorang
tokoh
pendidikan
abad
20,
Mj.
Langevelt,
mendefenisikan bahwa pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Kedewasaan jasmani tercapai apabila badan telah sempurna perkembangannya. Kedewasaan rohani tercapai apabila anak sanggup berdiri sendiri. (Notoatmodjo, 2007: 2) 2) Andragogik Andragogik dapat diartikan sebagai ilmu dan seni membantu orang dewasa dalam belajar. Tujuan pendidikan pedagogic dan andragogik dapat disimpulkan bahwa akhirnya pendidikan itu menuju kepada suatu perubahan, yakni perubahan tingkah laku individu maupun masyarakat. Jadi tujuan pendidikan adalah mengubah tingkah laku ke arah yang diinginkan. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 4)
25
b. Proses Pendidikan Pendidikan
dalam
arti
formal
sebenarnya
adalah
proses
penyampaian bahan/materi pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Karena pendidikan itu adalah suatu proses maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai berbagai karakteristik sedangkan keluaran proses pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyhai kualifikasi tertentu sesuai dengan tujuan pendidikan institusi yang bersaangkutan. (Notoatmodjo, 2007:4) c. Faktor-faktor pendidikan 1) Perangkat pendidikan,
lunak
(software)
kualifikasi
seperti
tenaga
kurikulum,
pengajar
atau
metode pendidik,
manajemen pendidikan, organisasi dan sebagainya. 2) Perangkat keras (hard ware) yaitu fasilitas fisik pendidikan, sebagai gedung, ruang, alat bantu pendidikan dan perpustakaan. d. Komponen pendidikan
26
1) Anak didik sebagai masukan atau bahan mentgah proses pendidikan 2) Tujuan pendidikan yakni suatu kualifikasi keluaran yang berupa lulusan 3) Kurikulum yang di dalamnya mencakup materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan, metode dan alat bantu 4) Pelaksana pendidikan(Pendidik atau pengajar) (Notoatmodjo, 2007: 5)
e. Lingkungan Pendidikan 1) Di dalam keluarga: pendidikan informal 2) Di dalam Sekolah: pendidikan formal 3) Di dalam Masyarakat : pendidikan non-formal f. Jenjang pendidikan 1) Pndidikan dasar : tamat SD dan SLTP 2) Pendidikan menengah tamat SMU / SMK 3) Pendidikan tinggi tamat D III / PT (Mudyaharjo, 2002)
27
Pendidikan mempengaruhi pola ibu dalam mengatur menu seharihari dan kesadaran untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. (Muhilal dkk,2007) 2.5.2 Status Ekonomi Status ekonomi yang lebih tinggi memungkinkan untuk lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan makanan anggota keluarga apalagi bila jumlah anggota keluarga yang besar dan kebutuhan ibu hamil yang meningkat. Pada kondisi moneter sekarang ini penduduk miskin tidak bias lagi memenuhi kebutuhan gizi minimal dan tidak mampu lagi meyediakan makanan sehingga terkena anemia gizi besi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2005:60) klasifikasi tingkat ekonomi keluarga adalah sebagai berikut: 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal, kurang dari 8 m² per orang 2. Jenis lantai bangunan terbuat dari tanah / bambu/kayu murahan 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu / rumbia/ kayu berkualitas rendah / tembok tanpa di plester 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan rumah tangga lain
28
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik 6. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai / air hujan 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak tanah 8. Hanya mengkonsumsi daging /susu / ayam satu kali dalam seminggu 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 10.Hanya sanggup makan sebanyak satu kali/dua kali dalam sehari 11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas / poliklinik 12.Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- per bulan 13.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD / hanya SD
29
14.Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah di jual dengan nilai minimal Rp. 500.000,- seperti: Sepeda motor (kredit / non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Keterangan: - Tidak miskin apabila < 9 dari 14 indikator kemiskinan - Miskin apabila ≥ 9 dari 14 indikator kemiskinan
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1Kerangka Konsep
30
Menurut Arisman (2009: 18) Faktor- faktor yang mempengaruhi kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil
adalah keadaan sosial
ekonomi ibu, pendidikan, jarak kelahiran dan paritas. Secara sistemetis konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pendidikan
Kejadian KEK Ibu Hamil Sosial Ekonomi
3.2Defenisi operasional No .
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
31
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
1.
2.
3.
Depende Keadaan n Kejadian dimana ibu KEK Ibu menderita Hamil kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan ibu ukuran Lila (lingkar lengan) ibu hamil < 23,5 Pendidika Pernyataan n ibu responden tentang jenjang pendidikan formal terakhir yang ditamatkan Sosial Keadaan sosial ekonomi ekonomi keluarga sesuai dengan 14 indikator
Kuesione Pengukura Terjadi Ordin r n jika al langsung Ukuran Lila (lingkar lengan) ibu hamil < 23,5 Tidak terjadi jika Lila > 23,5
Kuesione Wawan r cara
Rendah (≤ Ordin SLTP) al Tinggi (> SLTP)
Kuesiona Wawancar Miskin Ordin r a al apabila poin ≥ 9 Tidak miskin apabila < 9
3.3HIPOTESIS
32
3.3.1 Ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan kejadian KEK pada ibu hamil 3.3.2 Ada hubungan antara sosial ekonomi ibu dengan kejadian KEK pada ibu hamil BAB IV METODE PENELITIAN
4.1Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Dimana variabel Indenpenden dan dependen diteliti secara bersamaan. 4.2Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok pada tanggal 19 September sampai 3 Oktober 2011. 4.3Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berada di Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
33
Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2011 yang berjumlah 72 orang. 4.3.2 Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2005:79). Teknik pengambilan sampel dengan cara total populasi. Dengan kriteria sampel sebagai berikut : 1. Bersedia diminta menjadi responden 2. Semua ibu hamil yang berdomisili di Kelurahan Kampung Jawa Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan 3. Dapat berkomunikasi dengan baik 4.4Sumber dan Alat Data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer yang didapat dari hasil wawancara dengan ibu hamil menggunakan kuesioner dan sebagai alat bantu yaitu pengamatan pada buku KIA ibu. 4.5Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara. Pengumpulan data di lakukan di posyandu oleh peneliti yang
34
dibantu oleh pembina posyandu. Dan pemeriksaan antrometri yaitu dengan mengukur lingkar lengan atas lengan kiri bagian pertengahan dengan menggunakan meteran (centimeter). Untuk menghindari kesalahpahaman dari responden sebelumnya peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Peneliti
memperkenalkan
diri
pada
responden
dan
peneliti
menunjukkan surat izin 2. Membina hubungan saling percaya dengan responden 3. Memberi penjelasan tentang tujuan penelitian 4. Mempersilahkan
responden
menandatangani
surat
pernyataan
bersedia menjadi responden 5. Memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dan bertanya bila ada keraguan 4.6Pengolahan Data Data diolah dengan cara manual, setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan dengan menggunakan langkah-langkah berikut : 4.6.1 Editing data
35
Melakukan pengecekan terhadap isian kuesioner apakah
semua
pertanyaan sudah ditanya dan dijawab oleh responden dengan lengkap, jelas dan sudah relevan dengan pertanyaan. 4.6.2 Coding data Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entri data. Untuk pertanyaan pendidikan, rendah diberi kode 0 tinggi diberi kode 1.. 4.6.3 Processing Setelah semua kuisioner diisi dengan benar serta sudah melewati pengkodean maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data sudah dientri dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara mengentri data dari kuesioner di kelompokan dan diolah secara manual. 4.6.4 Pembersihan data (cleaning) Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak Cara meng-cleaning data:
36
a. Mengetahui missing data adalah dengan melakukan distribusi frekuensi dari variabel – variabel yang ada b. Mengetahui variasi data apakah data dientri benar atau salah c. Mengetahui konsisiten data (Hastono, 2006: 1-4) 4.7 Analisa Data 4.7.1 Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau analisa yang dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2005). Pada variabel dilakukan pengelompokan data dan analisa data dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut a. Data dikelompokan sesuai dengan variabel 1) Variabel Pendidikan Pendidikan dikategorikan tinggi bila responden tamat > SLTP dan responden dikategorikan pendidikan rendah bila responden tamat ≤ SLTP 2) Variabel Sosial Ekonomi Responden dikategorikan miskin bila poin ≥ 9 dan responden dikategorikan tidak miskin bila poin < 9
37
b.
Kemudian data numerik diubah menjadi data kategorik dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
4.7.2.2 Analisa Bivariat Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan. (Notoatmodjo, 2005). Untuk menguji hipotesa, apakah ada hubungan antara variabel dependent dan variabel independent digunakan uji Chi Square (X2) dengan tingkat kepercayaan 95% α 0,05. Bila nilai yang diharapkan (ekpect) kurang dari 5 (lima) digunakan rumus Yate’s Correction yaitu: N{(ad-bc)-(1/2 n})2 X2 = (a+b)(a+c)(b+d)(c+d) X2 = Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05 sehingga jika nilai P < 0,05 maka secara statistik disebut bermakna, jika nilai P > 0,05 maka hasil hitungan disebut tidak bermakna Untuk
melihat hasil analisa, dilakukan secara hubungan
kemaknaan, apabila: X2 hitung > X2 tabel
maka hipotesa diterima
X2 hitung < X2 tabel maka hipotesa ditolak
38
Untuk melihat hasil hitung statistik digunakan batas kemaknaan 0.05 dengan nilai = 3.841 sehingga nilai P > 0.05 4.8 Pertimbangan Etik Untuk menjamin bahwa responden yang menjadi subjek penelitian tidak mendapatkan paksaan dan atas dasar sukarela, maka sebelum penelitian diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan cara penggunaannya. Responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan pada informed consent (terlampir ) demi terjaminya kerahasiaan data yang diberikan.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
39
5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kurang energi kronis (KEK)
pada ibu hamil di Kelurahan
Kampung Jawa Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2011 yang dilaksanakan pada tanggal 19 September sampai 3 Oktober 2011 dengan jumlah populasi awal pada waktu pengumpulan data adalah 72 orang, pada saat penelitian menjadi 68 orang karena ibu hamil sudah melahirkan 4 orang. 5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok mempunyai 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Kampung Jawa, Sinapa dan VI suku. Dan Puskesmas Tanjung Paku mempunyai 24 posyandu yang terdiri dari 4 orang kader setiap posyandu, pada umumnya semua posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku dapat dilalui oleh kendaraan. Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok ini berbatasan dengan: a. Di sebelah utara
: Kelurahan kampung Jawa
b. Di sebelah Selatan : Kelurahan PPA c. Di sebelah Barat
: Tanjung Bingkung
d. Di sebelah Timur
: Kelurahan IX Korong 40
5.1.2 Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur dan pekerjaan responden. Untuk lebih jelasnya berikut akan diuraikan masing-masing karakteristik responden tersebut. a. Usia Responden Penggolongan usia mengacu pada pendapat yang dikemukan Syaifuddin (2002:7) yaitu usia kehamilan beresiko <20 tahun dan lebih 35 tahun dan kehamilan tidak beresiko 20 – 35 tahun .untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi responden berdasarkan penggolongan umur dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Di Kelurahan Kampung Jawa Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok Tahun 2011 Usia f % 20 sampai 35 tahun 64 94,2 < 20 tahun atau > 35 tahun 4 5,8 Jumlah 68 100 Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar 64 orang (94,2 %)
responden berumur antara 20 sampai 35 tahun atau termasuk
kehamilan tidak beresiko.
41
b. Pekerjaan Responden Pekerjaan responden terdiri dari ibu rumah tangga (tidak bekerja), PNS, swasta, tani dan dagang. Untuk lebih jelasnya tabel berikut memperlihatkan distibusi frekuensi pekerjaan responden. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Di Kelurahan Kampung Jawa Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2011 Pekerjaan f % Dagang 6 8,8 Tani / buruh 10 14,7 PNS 4 5,9 Tidak bekerja / IRT 48 70,6 Jumlah 68 100 Dari tabel 5.2 dapat dilihat lebih dari sebagian 48 orang (70,6 %) responden tidak bekerja (ibu rumah tangga). 5.1.3 Variabel Penelitian a. Analisa Univariat 1) Pendidikan Responden Pendidikan responden dikelompokan menjadi pendidikan rendah (SD dan SLTP), pendidikan tinggi (SMU, SMK / sederajat, perguruan tinggi). distibusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
42
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Kelurahan Kampung Jawa Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok Tahun 2011 Pendidikan f % Pendidikan rendah 37 54,4 Pendidikan tinggi 31 45,6 Jumlah 68 100 Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian 37 orang (54,4 %) responden memiliki pendidikan rendah. 2) Sosial ekonomi responden Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi Di Kelurahan Kampung Jawa Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2011 Sosial ekonomi f % Miskin 17 25 Tidak miskin 51 75 Jumlah 68 100 Dari tabel 5.4 dapat dilihat sebagian besar 51 orang ( 75 %) responden tidak berada dibawah kemiskinan. 3) Kejadian kurang energi kronis Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil Di Kelurahan Kampung Jawa Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku
43
Kecamatan Tanjung Harapan Solok Tahun 2011 Kejadian Kurang f energi kronis Terjadi 14 Tidak terjadi 54 Jumlah 68
Kota % 20,6 79,4 100
Dari tabel 5.5 dapat dilihat sebagian besar 54 orang (79,4 %) responden tidak KEK
b. Analisa bivariat 4) Hubungan Pendidikan dengan kejadian kurang energi kronis ibu hamil di Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas
44
Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2011. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Kurang Energi Kronis Ibu hamil Di Kelurahan Kampung Jawa Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok Tahun 2011 Kejadian Kurang energi kronis Tidak Pendidikan terjadi Terjadi Total f % f % f % Tinggi 29 93,5 2 6,45 31 100 Rendah 25 67,6 12 32,4 37 100 Jumlah 54 79,4 14 20,6 68 100 2 X = 5,4 OR = 7 Dari 31 responden yang mempunyai pendidikan tinggi sebagian besar 29 orang (93,5%) responden tidak mengalami kurang energi kronis, dan dari 37 responden yang mempunyai pendidikan rendah lebih dari sebagian 25 orang (67,6 %) responden tidak mengalami kurang energi kronis. Dari uji statistik dilihat perbandingan X2 tabel (3,841) dengan X 2 hitung (5,4) ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian kurang energi kronis. Dengan Odds Ratio
45
(7) artinya responden yang pendidikan tinggi berpeluang 7 kali tidak mengalami kurang energi kronis dibandingkan dengan responden yang mempunyai pendidikan rendah. 5) Hubungan Sosial ekonomi dengan kejadian kurang energi kronis di Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2011. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Kurang Energi Kronis Di Kelurahan Kampung Jawa Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota SolokTahun 2011 Kejadian kurang energi kronis Sosial Tidak ekonomi Terjadi Terjadi Total f % f % f % Tidak Miskin 49 90,7 2 14,3 51 100 Miskin 5 9,3 12 85,7 17 100 Jumlah 54 79,4 14 21,6 68 100 2 X = 31 OR = 59 Dari 51 responden yang mempunyai ekonomi tidak miskin sebagian besar 49 orang (90,7 %) responden tidak mengalami kurang energi kronis. Sedangkan dari 17 responden yang mempunyai ekonomi miskin sebagian besar 12 orang (85,7 %) responden mengalami kurang energi kronis. 46
Dari uji statistik dilihat perbandingan X2 tabel (3,841) dengan X 2 hitung (31) ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan kejadian kurang energi kronis. Dengan Odds Ratio (59) artinya responden yang tidak miskin berpeluang 59 kali tidak mengalami kurang energi kronis dibandingkan dengan responden yang mempunyai sosial ekonomi miskin. 5.2 Pembahasan 1) Hubungan Pendidikan dengan kejadian kurang energi kronis ibu hamil di Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2011. Dari uji statistik dilihat perbandingan X2 tabel (3,841) dengan X 2 hitung (5,4) ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian kurang energi kronis. Dengan Odds Ratio (7) artinya responden yang pendidikan tinggi berpeluang 7 kali tidak mengalami kurang energi kronis dibandingkan dengan responden yang mempunyai pendidikan rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwarno (1992) dikutip Nursalam (2002) pendidikan menuntun manusia untuk mencapai kebahagiaan dan
47
peran sertanya. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya
hal-hal
yang
menunjang
kesehatan
sehingga
dapat
meningkatkan kualitas hidupnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
semakin
mengaplikasikannya,
mudah sebaliknya
menerima pendidikan
informasi yang
kurang
serta akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Pendidikan
dalam
arti
formal
sebenarnya
adalah
proses
penyampaian bahan/materi pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Karena pendidikan itu adalah suatu proses maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai berbagai karakteristik sedangkan keluaran proses pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyhai kualifikasi tertentu sesuai dengan tujuan pendidikan institusi yang bersaangkutan. (Notoatmodjo, 2007:4) Kenyataan di lapangan ditemukan dari 37 orang responden yang mempunyai pendidikan rendah 25 orang (67,6 %) responden tidak terjadi KEK
hal ini disebabkan karena responden mengkonsumsi makanan
48
cukup protein setiap hari, dan sebagian kecil (32,4 %) responden yang mempunyai pendidikan rendah terjadi KEK hal ini disebabkan karena responden tidak mengkonsumsi makanan yang cukup protein setiap hari. 2) Hubungan Sosial ekonomi dengan status gizi ibu hamil di Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2011. Dari uji statistik dilihat perbandingan X2 tabel (3,841) dengan X
2
hitung (31) ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan kejadian kurang energi kronis. Dengan Odds Ratio (59) artinya responden yang tidak miskin berpeluang 59 kali tidak mengalami kurang energi kronis dibandingkan dengan responden yang mempunyai sosial ekonomi miskin. Menurut
BPS
(2008)
status
ekonomi
yang
masyarakat
mempengaruhi daya beli masyarakat, lebih tinggi status ekonomi memungkinkan untuk lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan makanan anggota keluarga apalagi bila jumlah anggota keluarga yang besar dan kebutuhan ibu hamil yang meningkat. Kenyataan di lapangan dari 51 responden yang mempunyai sosial ekonomi tidak miskin sebagian besar (90,7 %) responden yang tidak
49
terjadi KEK hal ini disebabkan karena responden sanggup makan sebanyak 3 kali sehari dan mengkonsumsi protein yang cukup 3 kali seminggu, dan sebagian kecil (3,9 %) responden yang mempunyai sosial ekonomi tidak miskin terjadi KEK hal ini disebabkan karena responden hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali seminggu sehingga kebutuhan protein tidak tercukupi.
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan
50
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dengan 68 responden yaitu ibu hamil yang ada di Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2011, dapat ditarik kesimpulan: 1. Lebih dari sebagian (54,4 %) responden memiliki pendidikan rendah di Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2011 2. Lebih dari sebagian (75 %) responden tidak berada di bawah kemiskinan di Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2011 3. Sebagian besar (79,4 %)
responden tidak terjadi KEK di
Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2011 4. Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian KEK di Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok Tahun 2011
51
5. Ada hubungan antara sosial ekonomi dengan kejadian KEK di Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok Tahun 2011 6.2 Saran Untuk meningkatkan gizi ibu hamil di Kelurahan Kampung Jawa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok Tahun 2011, peneliti menyarankan : 6.2.1 Bagi petugas Gizi Puskesmas a. Diharapkan kepada petugas gizi untuk dapat memberikan penyuluhan secara rutin sekali sebulan di Posyandu tentang makanan bergizi yang harus dikonsumsi selama kehamilan dan bagaimana mengolah makanan dengan baik. b. Semua pihak yang terkait seperti petugas kesehatan terutama kader, hendaknya dapat memahami dan memberikan dukungan serta berbagi pengalaman kepada ibu hamil tentang gizi selama hamil yang didapat dari berbagai sumber, baik dari media cetak maupun media elektronik. 6.2.2 Bagi Peneliti
52
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih kurang sempurna, penulis mengharapkan kepada peneliti lain agar bisa melakukan penelitian lebih lanjut.
53
54