Bab I - A - 4 - 5 - 6 - Copy.docx

  • Uploaded by: Nurhasanah Rajamuddin
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I - A - 4 - 5 - 6 - Copy.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,713
  • Pages: 28
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Menurut Abraham S Lunchins dan Edith N Luchins (Erman Suherman, 2001: 32), matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika. Menurut Suherman (Mentari, Nindiasari dan Pamungkas, 2018: 75) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang menjadi dasar perkembangan pengetahuan. Kedudukannya sebagai ratu bagi ilmu pengetahuan lain, sekaligus berfungsi melayani ilmu pengetahuan yang lain. Matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya. Matematika mengutamakan pada pola berpikir dan daya nalar siswa seperti halnya yang dikatakan Johnson dan Rising. Mentari, (Pamungkas, 2018: 75) bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah didefinisikan dengan cermat jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat. Matematika sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan tidak hanya sekedar berisikan rumus-rumus yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah soal dan juga tidak hanya ilmu yang berisikan simbol atau notasi yang terkadang sulit dimengerti oleh siswa. Jika matematika yang selama ini dipahami oleh siswa adalah hal yang

2

demikian, maka tugas guru adalah memberikan pemahaman yang benar kepada siswa bahwa matematika merupakan salah satu dari cabang ilmu pengetahuan yang melatih orang-orang yang mempelajarinya berpikir secara sistematis, terstruktur, dan logis. Ningsih (Pamungkas, 2018: 72), mengemukakan bahwa belajar matematika melibatkan proses berpikir dalam diri setiap manusia, untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Berpikir merupakan kegiatan meletakan hubungan antar bagian pengetahuan. Berpikir selalu dilakukan oleh setiap orang atau individu, dengan demikian berpikir bersifat internal, muncul dalam diri individu dan berlangsung terus-menerus. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan kerja sama. Pembelajaran matematika kepada peserta didik, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran satu arah, yaitu umumnya dari guru ke peserta didik, maka guru akan lebih mendominasi pembelajaran. Akibatnya, pemebelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika hendaknya guru menggunakan berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Menurut Daryanto, (2013: 412), pemilihan model pembelajaran tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik, kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.

3

Tujuan pembelajaran matematika menurut Kurikulum 2013 (Kemendikbud dalam Rahmi dkk, 2016: 47) menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan scientific (ilmiah). pembelajaran matematika diharapkan dapat dilakukan dengan cara bermakna yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Hal ini relevansi dengan pembelajaran Soeherman, (2001:49) bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna. Belajar matematika dengan bermakna akan dicapai ketika siswa tidak hanya dituntut untuk latihan, menghafal atau sekedar mengingat melainkan siswa memperoleh pemahaman matematika melalui proses pembelajaran aktif dalam berfikir dan memproleh presepsi suatu konsep. Tidak terlibatnya siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran menyebabkan siswa tidak dapat mengembangkan secara maksimal pola berpikir kreatif yang dimiliki, kurangnya tingkat pemahaman siswa dan kurang maksimalnya prestasi yang diperoleh. John Dewey (Suherman, 2001: 48) mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar yang diselenggarakan oleh guru harus memperhatikan (1) penyajian konsep yang lebih mengutamakan pengertian; (2) kesiapan intelektual siswa; dan (3) suasana kelas agar siswa siap belajar. Suharna, dkk (2013: 281), dalam pembelajaran matematika siswa dilatih untuk berpikir dan memecahkan masalah dengan baik. Berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117). Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan

4

seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Kreatif merupakan potensi yang terdapat dalam setiap individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dapat dipadukan dan dikembangkannsehingga sehingga dapat menciptakan suatu produk yang bermanfaat bagi diri dan lingkungan. Kreatif muncul karena adanya motivasi yang kuat dari diri individu yang bersangkutan. Menurut Harris dalam (Nursaumi,2003:12) dalam artikelnya yang menyatakan bahwa kreatif dapat dipandang suatu kemampuan, sikap dan proses. Penelitian tentang kreativitas matematika telah dilakukan (Haylock dalam Leung (1997:82) dan salah satu bidang melihat kemampuan pengajuan masalah sebagai suatu kemampuan kreatif. Dengan demikian kreativitas dapat dilihat melalui tugas pengajuan masalah. Karena pengajuan masalah dipandang sebagai suatu tes kreativitas, Balka dalam Leung (1997:83) menskor tugas pengajuan masalah menurut kefasihan, fleksibilitas dan keasliannya. Pengajuan masalah telah lama dipandang sebagai suatu karakter aktivitas kreatif atau bakat-bakat khusus dari berbagai usaha manusia. Sebelum memulai pengamatan awal Hal ini diperoleh dari hasil wawancara dengan salah satu guru matematika yaitu Isra Marsaoly,S.Pd., selaku guru pamong pada saat peneliti melaksanakan Prakter Pengalaman Lapangan (PPL) II di sekolah tersebut.

5

Berdasarkan hasil diskusi serta wawancara dengan guru matematika Peniliti memilih kelas VIII dikarnakan pada SMP N 7 Kota Ternate belum pernah memakai pendekatan Open-Ended untuk mengembangkan LKPD. Hasil wawancara serta diskusi itu juga menghasilkan alasan peneliti memilih materi dalam pembelajaran matematika di kelas yang sudah dipilih, yaitu mengenai dengan Geometri, dikarnakan menurut guru pengampuh mata pelajaran matematika dalam materi itu siswa masih kesulitan dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru dan siswa masih menjawab soal dengan satu cara yang dimana hanya berpatokan pada cara yang diajarkan guru artinya guru belum mengarahkan siswa agar lebih kreatif dalam menjawab soal. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran matematika diperoleh informasi terkait dengan model pembelajaran yang kurang meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran yang seharusnya lebih memberikan siswa untuk aktif dalam pembelajaran namun fakta yang ditemukan dilapangan adalah model yang hanya bertuju kepada guru sebagai sumber ilmu. sehingga menjadikan kualitas pembelajaran dikelas juga kurang efektif. Keaktifan siswa dapat diperoleh ketika seorang guru dapat memilih suatu model pembelajaran yang sesuai dengan materi, situasi dan kondisi pembelajaraan. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang lebih berorientasi pada aktivitas serta kreativitas siswa adalah pendekatan Open-Ended. Pendekatan Open-Ended adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan menyajikan masalah yang memiliki penyelesaian benar lebih dari satu atau jawaban benar lebih dari satu sehingga siswa secara aktif mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda untuk

6

menyelesaikan masalah yang diberikan. Pendekatan Open-Ended tidak hanya berorientasi pada jawaban akhir, tetapi memungkinkan siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah tanpa adanya pembatasan penyelesaian dan jawaban benar tunggal. Tujuan utama pemberian masalah Open-Ended bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada jawaban (Suherman, 2001: 113), sehingga siswa lebih leluasa untuk mencoba mengerjakan soal yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Dengan demikian siswa diharapkan dapat memahami apa yang dikerjakannya. Salah satu materi dalam matematika yang dapat disampaikan melalui pendekatan pembelajaran Open-Ended adalah materi geometri yaitu tentang segi empat. Dalam materi segi empat banyak terdapat rumusrumus seperti rumus-rumus untuk menghitung luas atau keliling yang secara langsung diberikan kepada siswa tanpa memberikan penjelasan atau pemahaman mengenai bagaimana memperoleh rumus tersebut atau cara-cara lain yang dapat digunakan. Langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran OpenEnded yang digunakan peneliti dalam penelitian ini meliputi (Kahfi, 2011:24) : (1) guru memberi masalah; (2) siswa mengeksplorasi masalah; (3) guru merekam respon siswa; (4) pembahasan respon siswa (kelas); dan (5) siswa meringkas apa yang dipelajari. Berdasarkan uraian di atas, agar kemampuan Berpikir kreatif siswa dapat dikembangkan dengan baik, maka proses pembelajaran yang dilaksanakan harus melibatkan siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri. Salah satu

7

pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan memberikan kesempatan kepada siswa merespon dan menyelesaikan masalah secara bebas dan kreatif ialah dengan menggunakan Pendekatan Open-Ended. Dari latar belakang diatas, maka penulis ingin meneliti mengenai:

“Pengembangan LKPD Dengan Pendekatan

Open-Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Persegi Dan Belah Ketupat (Suatu Penelitian Pada Siswa Kelas VIII SMP N 7 Kota Ternate Tahun Ajaran 2018/2019). B. Rumusan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, baik dalam perumusan tujuan penellitian maupun dalam penarikan kesimpulannya, maka penulis terlebih dahulu akan merumuskan masalah penelitiannya, yaitu: 1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif

peserta didik setelah diterapkan

pendekatan Open Ended? 2. Apakah LKPD dengan pendekatan Open Ended dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif peserta didik? C. Tujuan Pengembangan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk: 1. Mengembangkan LKPD dengan pendekatan Open-Ended. 2. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diajarkan dengan menggunakan pendekatan Open-Ended materi geometri. D. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

8

Pengembangan LKPD dengan pendekatan Open-Ended pada materi persegi dan belah ketupat. E. Manfaat Pengembangan Adapun manfaat dari pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti, dapat menambah pengetahuan dan melihat pengaruh Pengembangan

LKPD

pada

materi

Geometri

untuk

meningkatkan

Kemampuan Berfikir Kretif Siswa. 2. Memberikan alternatif bagi guru dalam meningkatkan berpikir Kreatif Siswa melalui Pendekatan Open-Ended. 3. Membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi Geometri. 4. Bagi Peneliti Lanjutan, Dapat menjadi rekomendasi penelitian terhadap peningkatan berpikir kreatif siswa menggunakan pendekatan Open-Ended pada materi pokok Geometri yang lain. F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Asumsi dari pengembangan LKPD dengan pendekatan Open- Ended pada materi persegi dan belah ketupat adalah sebagai berikut: 1. LKPD pada materi persegi dan belah ketupat 2. LKPD hanya pada pendekatan Open-Ended. G. Definisi Istilah Beberapa istilah yang perlu diketahui dalam penelitian pengembangan adalah sebagai berikut:

9

1. LKPD merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 2. Menurut Becker dan Shimida (1997:23) Pendekatan Open-Ended problem adalah pendekatan pembelajaran yang mengandung potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dengan menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian benar lebih dari satu macam. 3. Menurut Pehkonen, (1999:23) berpikir kreatif matematis kombinasi berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan intuisi tetapi tetapi dalam kesadaran yang memperhatikan fleksibilitas kefasihan dan kebaruan.

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berpikir Kreatif 1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental yang menghasilkan sesuatu yang baru hasil dari pengembangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Coleman dan Hammen (Sukmadinata, 2004) bahwa “Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating)”. Kemampuan berpikir kreatif berkenaan dengan kemampuan menghasilkan atau mengembangkan sesuatu yang baru, yaitu sesuatu yang tidak biasa yang berbeda dari ide-ide yang dihasilkan kebanyakan orang. Menurut Potur & Barkul (2009) mendefinisikan berpikir kreatif adalah sebuah kemampuan kognitif orisinil dan proses memecahkan masalah yang memungkinkan individu menggunakan intelegensinya dengan cara yang unik dan diarahkan menuju pada sebuah hasil. Kemampuan kognitif orisinil ini menekankan pada kemampuan kognitif seseorang untuk menciptakan sesuatu yang unik yang berbeda dengan apa yangdimiliki orang lain. Menurut de Bono (2007) Kemampuan siswa dalam berpikir kreatif memungkinkan siswa tersebut memperoleh banyak cara atau alternative penyelesaian dari suatu masalah. Meskipun terkadang terlalu banyak cara akan menyulitkan sampai kepada hasil akhir, namun dengan banyaknya pilihan akan memungkinkan siswa

11

sampai kepada tujuan dibandingkan siswa yang memang benar-benar tidak memiliki cara untuk sampai kepada solusi masalahnya. Oleh karena itulah berpikir kreatif sangat penting dalam diri seorang siswa. Berpikir kreatif merupakan kunci dari berpikir untuk merancang, memecahkan masalah, untuk melakukan perubahan dan perbaikan, memperoleh gagasan baru. 2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a.

Pengertian kemampuan berpikir kreatif matematis Kreativitas dalam matematika lebih pada kemampuan berpikir kreatif.

Karena secara umum sebagian besar aktivitas yang dilakukan seseorang yang belajar matematika adalah berpikir. Menurut Ervynck, (Prusak, 2015:17) mendefinisikan berpikir kreatif matematika sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengembangkan pemikiran terstruktur yang mengacu pada sifat logis, didaktik dari daerah pengetahuan dan mengadaptasi koneksi ke konten matematika. Pandangan Ervynck ini menekankan bahwa kegiatan kreatif biasanya mengarah ke konsep baru dari definisi atau gagasan matematika baru dan buktinya. Hal ini sejalan dengan pandangan Haylock (dalam Mann, 2006:238) berpikir kreatif didefinisikan sebagai cakupan kemampuan untuk melihat hubungan baru antara teknik dan bidang aplikasi dan untuk membuat asosiasi antara ide yang mungkin tidak berhubungan. Aiken (dalam Kang Sup, 2003:166) menyimpulkan bahwa berpikir kreatif matematika selalu didefinisikan pada dasar proses dan berbagai produk/hasil. Sementara itu, Kang Sup (2003:167) mengatakan sifat

12

kreativitas matematika dapat diklasifikasikan ke dalam dua perspektif. Pertama, kreativitas matematika dianggap sebagai kemampuan kognitif yang mengarah untuk menekankan pada berpikir kreatif. Kedua, kreativitas matematika pada dasarnya didefinisikan sebagai fokus pada produk atau hasil, McGregor (2007) mengatakan berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah pada pemerolehan wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami sesuatu. Adanya cara-cara baru atau pendekatan baru yang ada pada kemampuan berpikir kreatif, maka perlu diasah kemampuan siswa. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat dikembangkan atau ditingkatkan berdasarkan aspek berpikir kreatif menurut Balka. Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa diperlukan pendekatan pembelajaran. Pembelajaran dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan open ended. Shimada (dalam Alhadad, 2010:19) pendekatan open ended berawal dari pandangan bagaimana mengevaluasi kemampuan siswa secara objektif dalam berpikir matematis tingkat tinggi. Walaupun pada mulanya digunakan untuk mengevaluasi kemampuan berpikir tingkat tinggi, tetapi kemudian ditemukan bahwa pendekatan ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendekatan ini dimulai dengan melibatkan siswa dalam masalah terbuka yang diformulasikan untuk memiliki beberapa jawaban yang benar “tidak lengkap” atau “terbuka”. Sementara itu, Nohda (2000) mengatakan tujuan pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended adalah untuk membantu mengembangkan

13

aktivitas yang kreatif dari siswa dan kemampuan berpikir matematis mereka dalam memecahkan masalah. Selain itu, dengan pendekatan ini diharapkan masing-masing siswa memiliki kebebasan dalam memecahkan masalah menurut kemampuan dan minatnya. Siswa dengan kemampuan yang lebih tinggi dapat melakukan berbagai aktivitas matematika dan siswa dengan kemampuan rendah masih dapat menyenangi aktivitas matematika menurut kemampuan mereka sendiri. Beberapa ahli mengatakan bahwa berpikir kreatif dalam matematika merupakan kombinasi berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan intuisi tetapi dalam kesadaran yang memperhatikan fleksibilitas, kefasihan dan kebaruan (Pehkonen, 1999; Krutetskii, 1976; Silver, 1997). Dalam penelitian ini secara umum terdapat 5 macam ciri kreatif untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif yakni aspek (1) Kelancaran (fluency), (2) Keluwesan (flexibility), (3) Keterperincian (elaboration), (4) Kepekaan (sensitivity), (5) Keaslian (Originality). b.

Indikator Kemampuan berfikir kreatif siswa Silver (1997: 76) memberikan indikator untuk menilai kemampuan

berpikir kreatif siswa yang mengacu pada kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan melalui pemecahan masalah. Selanjutnya Silver (1997: 78) mengatakan (a) siswa dikatakan fasih dalam memecahkan masalah matematika, jika siswa tersebut mampu menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam interpretasi, metode penyelesaian,atau jawaban masalah,

14

(b) siswa dikatakan fleksibilitas dalam memecahkan masalah matematika, jika siswa tersebut mampu menyelesaikan masalah dalam satu cara, kemudian dengan menggunakan cara lain siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian, dan (c) siswa dikatakan menemukan kebaruan dalam memecahkan masalah matematika, jika siswa tersebut mampu memeriksa beberapa metode penyelesaian atau jawaban, kemudian membuat cara penyelesaian yang berbeda. B. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 1. Pengertian LKPD Dulu sebutannya Lembar Kerja Siswa (LKS), sekarang berahli menjadi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). LKS dan LKPD itu sama saja. Perubahan nama LKS menjadi LKPD disebabkan oleh perubahan pradigma atau pandangan pendidikan tentang guru dan siswa. Jika dulu guru adalah sebagai pengajar dan siswa dibelajarkan, pembelajaran cenderung berpusat ke guru dan aktifitas siswa cenderung pasif. Maka sekarang pendidikan menekankan bagaimana agar siswa aktif dan pembelajaran berpusat kepada siswa itu sendiri, dan siswa itu belajar bagaimana belajar bukan dibelajarkan. Pada kurikulum 2013 LKS diganti dengan Lembar Kerja Peserta Didik atau disingkat dengan LKPD. LKPD merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara peserta didik dengan pendidik, sehingga dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam peningkatan prestasi belajar. Lembar Kerja Peserta Didik

15

merupakan petunjuk kerja yang digunakan untuk mengarahkan siswa, mengarahkan keterlibatan siswa dalam kegiatan ilmiah. Menurut Prastowo (2016:439) LKPD adalah suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis dan/atau praktis, yang mengacu kepada kopetensi dasar yang harus dicapai siswa; dan penggunaanya tergantung dengan bahan ajar lain. Sedangkan Menurut Triato (Utami, 2012:28) menyatakan bahwa LKPD adalah panduan yang digunakan untuk melakukan kegiatan menyelidiki atau pemecehan masalah. LKPD memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapain hasil belajar yang harus di tempuh. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai LKPD maka dapat disimpulkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah salah satu sumber panduaan belajar yang digunakan oleh siswa untuk mengerjakan pekerjaan tertentu yang dapat meningkatkan dan memperkuat hasil belajar. 2. Fungsi, Tujuan dan Kegunaan LKPD dalam Pembelajaran LKPD mempunyai empat fungsi diantaranya: 1) LKPD sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa; 2) LKPD sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan; 3) LKPD sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; dan 4) LKPD memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.

16

Menurut Andriani (Prastowo, 2016:440) mengungkapkan bahwa ada empat poin penting yang menjadi tujuan penyusunan LKPD, yaitu: 1) menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan; 2) menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan; 3) melatih kemandirian belajar siswa; dan 4) memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa. Kemudian , LKPD memiliki banyak manfaat bagi pembelajaran, di antaranya melalui LKPD kita mendapat kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. C. Pendekatan Open-Ended Menurut Shimada, (1997: 35) Pendekatan Open-Ended adalah pendekatan pembel-ajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu, sehingga dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/ pengalaman memukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik. Pendekatan Open-Ended formulasi masalah yang digunakan adalah masalah terbuka. Masalah terbuka adalah masalah

yang difor-mulasikan memiliki

multijawaban (banyak penyelesaian) yang benar. Di samping itu, melalui pendekatan Open-Ended siswa dapat menemukan sesuatu yang baru dalam penyelesaian suatu masalah, khususnya masalah yang berkaitan dengan matematika. Menurut Suherman et al. (2003:123) problem yang diformulasikan memiliki multi-jawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga problem open-ended atau problem

17

terbuka. Sejalan dengan pendapat tersebut, Yee (2009, p.266) mengatakan bahwa pendekatan Open-Ended mengarahkan peserta didik untuk meme-cahkan masalah dan berpikir tingkat tinggi. Untuk memecahkan masalah diperlukan suatu representasi yang baik dari masalah yang akan diselesaikan. Menurut Mayer (2007: 3) mengemukakan bahwa proses problem solving mempunyai dua langkah yaitu merepresentasikan masalah dan menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pendekatan Open-Ended mam-pu meningkakan kemampuan pemecahan masa-lah dan kemampuan representasi. Menurut Sanjaya, (2006: 194). Pendekatan inkuiri yaitu suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan Diharapkan melalui pendekatan inkuiri siswa mampu untuk menganalisa dan mengkritisi suatu masalah yang diberikan sehingga nantinya peserta didik mampu untuk memecah-kan berbagai masalah yang dihadapi. Menurut Sanjaya (2006: 199) langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri yaitu, orientasi, mengaju-kan masalah, mengajukan dugaan, mengumpul-kan data, menguji dugaan (konjektur), dan merumuskan kesimpulan. Pembelajaran inkuiri diharapkan mampu mendorong siswa untuk bagaimana siswa me-mahami masalah, selanjutnya berpikir bagai-mana siswa memberikan atau membuat suatu dugaan sementara dari suatu gejala atau situasi. Kemudian siswa mengumpulkan data, melaku-kan pengamatan dan penyelidikan untuk mem-berikan jawaban atas dugaan yang telah diru-muskan. Pendekatan inkuiri terbimbing sama

18

dengan pendekatan inkuiri hanya saja dalam langkah-langkah pembelajaran pada pendekatan inkuiri terbimbing terdapat intervensi guru dalam setiap langkah pembelajarannya. Dipandang dari strategi bagaimana materi pelajaran disampaikan, pada prinsipnya pendekatan open-ended sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Shimada (1997:1) pendekatan Open-Ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu. Pendekatan Open-Ended dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/ pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik Disamping manfaat, terdapat pula kelemahan dari pendekatan OpenEnded, diantaranya: membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah, mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan, siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka, mungkin ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi (Suherman, 2003). Pendekatan Open-Ended sendiri dalam pembelajarannya melalui langkah-langkah khusus. Langkah-langkahnya yaitu Orientasi: pembelajaran dimulai dengan memberikan motivasi kepada siswa seperti guru memberikan masalah yang mereka

19

hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Masalah dapat diberikan secara tertulis atau lisan. Dalam fase ini guru mencoba untuk mengingatkan siswa tentang materi matematika yang telah dipelajari. 1. Presentasi masalah terbuka: Guru memberikan penjelasan umum tentang materi yang akan dipahami oleh siswa dan jika materi bukan sesuatu yang baru bagi siswa itu berarti mereka punya konsep dasar tentang matematika, game ini diberikan kepada siswa untuk mendapatkan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah Open-Ended. Selain itu guru memberikan masalah yang cenderung merupakan masalah terbuka dan menuntut siswa untuk menemukan atau membangun ide, konsep atau prinsip matematika. 2. Menyelesaikan masalah terbuka secara individu: Para siswa diminta untuk memecahkan masalah secara individu. Fase ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kreativitas siswa secara individu sebagai titik mendapatkan yang diberikan kepada siswa. Ketika siswa memecahkan masalah mereka secara individu mereka tidak mungkin untuk meminta bantuan dari teman-teman mereka sehingga dapat mendorong diri mereka untuk meningkatkan kreativitas. Setelah menyelesaikan pertanyaan atau masalah, mereka diminta untuk mengumpulkan pemecahan masalah. 3. Diskusi kelompok tentang masalah terbuka: Para siswa diminta bekerja dalam kelompok untuk membahas penyelesaian masalah Open-Ended yang dilakukan secara individu. Pada kelompok diskusi siswa, gagasan dan

20

kreativitas siswa akan meningkat secara bertahap. Dalam sesi diskusi, para siswa dituntut untuk memberikan ide satu sama lain dalam kelompok. Dengan harapan siswa yang memiliki kreativitas tinggi ingin membantu kelompok lain. Pendekatan Open-Ended Problem adalah pendekatan pembelajaran yang mengandung potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dengan menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian benar lebih dari satu macam. Pendekatan Open-Ended Problem memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh

pengetahuan/pengalaman

menemukan,

mengenali,

dan

memecahkan masalah dengan beberapa cara penyelesaian. Hal ini, berkaitan dengan salah satu prinsip pembelajaran berbasis saintifik yang ada di dalam kurikulum 2013 yaitu pembelajaran yang menekankan pada jawaban yang divergen yang memiliki banyak kebenaran. Dalam proses menemukan jawaban yang divergen itulah dibutuhkan kegiatankegiatan yang dapat menjadikan peserta didik untuk berpikir kreatif. Berdasarkan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 yaitu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta kemampuan berfikir, peserta didik melakukan kegiatan 5M seperti mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Hal ini sejalan dengan proses pembelajaran melalui pendekatan Open-Ended Problem salah satunya yaitu guru diminta untuk memberikan waktu bagi

21

peserta didik untuk mencoba atau mengeksplorasikan suatu permasalahan baik antara sesama peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru (Kemendikbud, 2014). D.

Pertanyaan Penelitian Seperti apa LKPD dengan pendekatan Open-Ended yang dapat meningkatkan

kemampuan berfikir kreatif peserta didik pada materi geometri?

22

BAB III METODE PENGEMBANGAN

A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, yaitu pengembangan lembar kerja siswa dengan model 4-D (Four D) yang dikemukakan S. Thiagarajan dan Semmel. Model pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan lembar kerja siswa dimodifikasi hanya terdiri dari tiga tahap, yaitu: tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), dan tahap pengembangan (development), tanpa tahap penyebaran (disseminate) (Trianto 2009:56). B. Prosedur Pengembangan 1. Modifikasi Model Pengembangan 4-D a. Tahap pendefinisian (define) meliputi 5 langkah, yaitu analisis awalakhir, analisis siswa, analisis materi, analisis tugas dan perumusan tujuan pembelajaran. 1)

Analisis awal-akhir dilakukan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapai dalam pembelajaran materi kubus dan balok sehingga dibutuhkan pengembangan lembar kerja siswa,

2) Analisis siswa dilakukan untuk menelaah karakteristik siswa. Lembar kerja peserta didik yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan pendekatan Open-Ended dan lembar kerja yang dikembangkan akan diujicobakan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Ternate sesuai dengan rancangan dan

23

pengembangan materi pelajaran yang telah ditetapkan pada analisis awal-akhir, 3) Analisis materi bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis topik-topik yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis kurikulum, (d) Analisis tugas merupakan pengidentifikasian keterampilan-keterampilan utama yang diperlukan dalam pembelajaran sesuai dengan materi Geometri (e) perumusan tujuan pembelajaran merumuskan hasil analisis tugas dan analisis konsep menjadi indikator pencapaian hasil belajar. Perincian tersebut merupakan acuan dalam menyusun perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu lembar kerja siswa berbasis pendekatan Open-Ended. b. Tahap perancangan (design) bertujuan untuk menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran untuk merancang lembar kerja siswa berbasis perndekatan Open-Ended. Penyusunan tes merupakan tahap awal dalam pembuatan tes. Sebelum membuat lembar tes, terlebih dahulu dibuat kisikisi tes yang akan digunakan. Pemilihan media dilakukan untuk menentukan media yang sesuai guna menyampaikan materi pelajaran. Format lembar kerja siswa yang dikembangkan berbasis pendekatan Open-Ended dan sesuai standar dalam penyusunan lembar kerja siswa. Perancangan awal berupa perangkat pembelajaran berupa Rencana

24

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan tes berpikir kreatif pada materi Geometri . c. Tahap pengembangan (develop) bertujuan untuk menghasilkan draft LKPD yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan data yang diperoleh dari hasil uji coba. RPP, LKPD dan tes yang telah didesain disebut Draf-1. Perangkat pembelajaran yang telah didesain divalidasi oleh para ahli. Berdasarkan saran dan perbaikan oleh para ahli, peneliti memperbaiki perangkat pembelajaran sehingga menghasilkan Draf-2. Tahap yang selanjutnya, dilakukan ujicoba lapangan. Ujicoba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan langsung terhadap LKPD yang telah disusun dalam rangka revisi Draf-2.

LKPD akan

diujicobakan di kelas VIII SMP Negeri7 Kota Ternate. 2018/2019, yaitu kelas VIII. Hasil ujicoba ini akan digunakan untuk merevisi Draf-2 sehingga perangkat pembelajaran benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna (menghasilkan Draf3). Lalu ujicoba dilakukan kembali pada kelas VIII untuk melihat apakah indikator keefektifan lembar kerja siswa telah terpenuhi pada Draft-2. Uji coba akan berhenti jika indikator keefektifan lembar kerja siswa terpenuhi sehingga menghasilkan Draft Final. C.

Uji Coba Produk 1. Desain Uji Coba Uji coba produk pengembangan dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu uji perseorangan, uji kelompok kecil, dan uji lapangan.

25

2. Subjek Coba Penempatan siswa kelas VIII D SMP N 7 Kota Ternate dilakukan secara merata dalam hal kemampuan Dengan demikian maka Subyek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII D SMP N 7 Kota Ternate tahun ajaran 2018/2019. 3. Jenis Data Data dalam penelitian ini berasal dari hasil tes dan wawancara yang diolah sedemikian sehingga dapat diketahui mengenai kemampuan peserta didik dalam berpikir kreatif siswa pada materi Geometri. Sehingga dari penelitian tersebut, data yang terkumpul berupa: a.

Hasil pengamatan (observasi) terhadap peserta didik selama penelitian berlangsung, meliputi: proses belajar mengajar, aktivitas siswa dalam belajar.

b.

Hasil wawancara dari Guru bidang studi Matematika terkait dengan materi Geometri

4. Instrumen Pengumpulan Data Peneliti

melakukan

observasi

yakni

studi

pendahuluan

dengan

menggunakan instrumentes. Instrumentes diberikan kepada sampel penelitian untuk diselesaikan. Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat masalah dalam pemahaman siswa terkait dengan pokok bahasan yang telah dipelajari. Instrumen pretest diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal dari materi yang akan diberikan. Sedangkan instrument

26

posttest diberikan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended.Sebelum instrument diberikan pada siswa, harus dilakukan uji validitas instrument dan reliabilitas instrumen. 5. Teknik Analisis Data a. Analisis Deskriptif Bloom, Madaus dan Hastings (Ratumanan dan Laurens, 2011: 25) membuat acuan konversi nilai yang diperoleh menjadi 5 kategori yaitu kategori sangat tinggi jika 90 ≤ nilai yang diperoleh ≤ 100, ketegori tinggi jika 80 ≤ nilai yang diperoleh < 90, ketegori sedang jika 70 ≤ nilai yang diperoleh 80 <, kategori rendah jika 60 ≤ nilai yang diperoleh < 60. sementara Depdiknas (Ratumanan dan Laurens, 2011: 164) membuat kriteria tingkat kemampuan peserta didik dalam skala penilitiannya menjadi 3 ketegori yaitu kemampuan tinggi jika 80 ≤ nilai yang diperoleh ≤ 100, kemampuan sedangkan jika 65 ≤ nilai yang diperoleh < 80, dan kamampuan rendah jika 0 ≤ nilai yang diperoleh < 65. Dengan mengacu pada skala penilaian yang ditetapkan oleh Depdiknas, maka ketegori tingkat kemampuan matematika peserta didik dan skalar penilaiannya dalam penelitian ini terlihatpada tabel berikut:

27

Tabel 1. Kategori Tingkat Kemampuan Matematika.

No

Nilai Kuantitatif

Kualitatif

1

80≤X<100

Tinggi

2

65≤X<80

Sedang

3

0≤X<65

Rendah

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang terkumpul sebagaimana adanya melalui penjabaran tanpa bermaksud membuat generalisasi. Data ditampilkan untuk melihat rata-rata sampel sebelum dan sesudah diberi perlakuan serta untuk mengetahui perbandingan ada tidaknya perbedaan antara pretest dan posttest. Sehingga akan ditemukan gambaran ada tidaknya peningkatan kemampuan berfikir kreatif siswa pada materi geometri dengan menggunakan pendekatan Open-Ended. b. Analisis Inferensial Untuk menjawab rumusan masalah ke 2 digunakan uji t berpasangan (Paired Samples t Test). Adapun hipotesis yang akan di uji adalah H0 :

Tidak terdapat peningkatan

H1 : Terdapat peningkatan kemampuan berfikir kreatif siswa setelah menggunakan materi geometri.

pendekatan Open Ended dalam Pengembangan LKPD pada

28

Secara statistic dapat dituliskan sebagai berikut: Dengan hipotesis : H0 : μ1 ≥ μ2 atau H0 : μ𝐷 ≥ 0 H1 : μ1 < μ2 H1 : μ𝐷 < 0 Di mana μ𝐷 = μ1 -μ2 Dalam pengujian hipotesis, criteria untuk menolak atau tidak menolak 𝐻0 berdasarkan P-value adalah sebagai berikut: Jika P-value < α, maka 𝐻0 ditolak. Jika P-value ≥ α, maka 𝐻0 tidak dapat ditolak.

Related Documents

Gases I- 4, 5, 6
November 2019 8
Bab I-6.docx
April 2020 12
Bab 5-6 Sj
May 2020 3
5 - Bab I Sup.docx
June 2020 13
5. Bab I Fix.docx
May 2020 33

More Documents from "Heru Wahyudi"