Bab I

  • Uploaded by: fikrotul ulya
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I as PDF for free.

More details

  • Words: 1,988
  • Pages: 8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan angka harapan hidup (AHH) di Indonesia merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di Indonesia. Tingginya usia harapan hidup berdampak pada tingginya populasi lansia di suatu negara. Data WHO menyebutkan bahwa populasi lansia di kawasan Asia Tenggara sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa pada tahun 2010. Populasi lansia diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050. Pada tahun 2000, jumlah lansia mencapai 5,3 juta jiwa (7,4%) dari total populasi. Adapun pada tahun 2010 jumlah lansia mencapai 24 juta jiwa (9,77%) dari total populasi dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia akan mencapai 28,8 juta jiwa (11,34%) dari total populasi. Di Indonesia, pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan akan mencapai 80 juta jiwa (Kemenkes RI, 2016). Berdasarkan peningkatan angka harapan hidup diperkirakan jumlah lansia di Indonesia akan terus mengalami peningkatan pada tahun 2020 sampai tahun 2050 yang lebih dari 80 juta jiwa. Lansia di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berdasarkan proyeksi penduduk menurut kelompok Lansia Tahun 2013-2021 mencatat bahwa lansia dalam kategori umur 60 tahun ke atas pada tahun 2015 mencapai 511.7 ribu jiwa dan pada tahun 2021 diperkirakan mencapai 578 ribu jiwa (BPS DIY, 2015). Salah satu kabupaten di Yogyakarta yang memiliki jumlah lansia terbanyak adalah Kabupaten Bantul dengan jumlah lansia yang mencapai 113.094 jiwa (BKKBN, 2011). Jumlah penduduk lansia di Indonesia yang semakin besar dimasa depan akan membawa dampak positif maupun negatif yaitu: berdampak positif, apabila penduduk lansia berada dalam keadaan yang sehat, aktif dan produktif, disisi lain dapat berdampak negatif apabila besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban ketika mempunyai masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan, penurunan pendapatan atau penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak adanya dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah terhadap penduduk lansia (Kemenkes RI, 2017).

Apabila dampak negatif terjadi peningkatan maka akan menjadi permasalahan besar bagi suatu negara. Proses penuaan dapat menjadikan para lanjut usia mengalami berbagai macam perasaan seperti sedih, cemas, kesepian, dan mudah tersinggung. Perasaan tersebut merupakan masalah psikologis yang sering terjadi pada lanjut usia. Kegiatan sehari-hari pada lanjut usia dapat terganggu apabila mengalami masalah dari kesehatan psikologis. Lansia dengan kondisi tersebut membutuhkan pemeliharaan secara kontinu seperti kondisi psikologis yang sehat dan aktif dimasa tua agar mencapai masa tua yang sehat dan bahagia. Masalah psikologis yang dialami lansia dapat mengganggu activity daily living sehingga perlu perawatan yang rutin dan bertahap sesuai dengan perubahan yang dialami lansia. Perubahan yang dialami lansia mampu menjadi stresor yang tinggi dan peristiwa-peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan kemungkinan lanjut usia mengalami kecemasan, kesepian, sampai pada tahap depresi (Saputri, 2011 dalam Aswanira et, al. 2015). Apabila stresor tersebut sering dialami oleh lansia sampai pada tahap depresi akan berdampak pada kualitas hidup lansia menurun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tamu,dkk (2017) menunjukkan bahwa antara stressor lingkungan, tipe kepribadian, dan dukungan keluarga dapat menyebabkan depresi usia lanjut. Akan tetapi, yang paling dominan dapat menyebabkan depresi pada usia lanjut yaitu tipe kepribadian. Ciri-ciri orang depresi terdapat tipe kepribadian introvert (tertutup), sikap tertutup inilah yang membuat para usia lanjut tidak mampu berinteraksi dengan masyrakat sosial. Saju, K, dkk (2018) juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi lansia. Kurangnya dukungan keluarga kepada lanjut usia, akan mempengaruhi koping yang tidak adekuat dalam menghadapi masalah, sehingga menyebabkan krisis yang bertumpuk dan berkepanjangan yang akhirnya akan menimbulkan gejala depresi. Lansia dengan masalah depresi akan sangat rentan apabila tidak ditangani secara cepat. Dampak lebih lanjut akan menimbulkan perubahan pola kehidupan pada lansia, seperti perasaan tidak berguna, putus asa, isolasi sosial,

perasaan marah yang dalam dan gagasan bunuh diri (Nugroho,2017). Apabila depresi tersebut memasuki tingkatan yang berat dapat menyebabkan munculnya ide/gagasan untuk bunuh diri karena lansia merasa perasaan atau masalah yang dialaminya sudah tidak mampu untuk diatasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi depresi adalah dengan terapi modalitas menggunakan terapi musik karena musik termasuk terapi non farmakologi dan musik sangat mudah untuk dinikmati siapapun. Seseorang yang mendengarkannya tidak semua harus mengetahui makna yang terkandung dalam musik. Terapi musik mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan emosional yang mampu membuat perasaan seseorang menjadi lebih stabil kondisi emosi seseorang dengan mendengarkan alunan ataupun instrumen musik (Parlina, 2016). Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan, misalnya musik tradisional, musik klasik, instrumentalia, musik berirama santai, dan musik modern lainnya. Terapi musik digunakan untuk mengobati, rehabilitasi, dan tujuan preventif dalam terapi alternatif yang biasa disebut perawatan kognitif dengan efek yang dapat dikonfirmasi secara psikologis. Dogan (2012; dalam Fatmawati 2017). Terapi ini melibatkan pikiran dengan suasana menyenangkan dan menenangkan sehingga dapat mempengaruhi seseorang berada pada tingkat kenyamanannya sendiri. Peneliti memilih terapi musik karena terdapat beberapa penelitian yang menyatakan terapi musik efektif menurunkan depresi, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Firman Prastiwi (2017) Terapi menggunakan gamelan jawa, keroncong dan campur sari pada lansia menunjukan adanya penurunan terhadap depresi. Penelitian yang dilakukan oleh Pitasari, P (2017) menyebutkan bahwa terdapat penurunan tingkat depresi pada lansia setelah diberikan terapi musik keroncong. Nadirawati, dkk (2017) juga mengatakan bahwa pemberian terapi musik popular dapat memberikan pengaruh yang signifikan terahadap penurunan depresi pada lansia. Penurunan depresi juga dapat disebabkan karena adanya keaktifan setiap lansia. Dalam beberapa

pelaksanaan terapi, lansia dapat dengan mudah mengungkapkan perasaannya saat musik selesai diputar. Menurut Iswantoro (2017) Ciri khas yang paling utama dari kota Yogyakarta adalah salah satu budaya yang masih kental yaitu musik gamelan yang perlu di kembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dan generasi penerus bangsa agar tetap eksis. Dahulu alat musik tradisional Gamelan digunakan untuk mengiringi pertunjukan Wayang Orang, Ketoprak, Ludruk, dan beberapa jenis teater tradisional di Jawa dan Yogyakarta. Dalam pertunjukan tersebut, dimasukkan unsur seni musik, seni suara, dan seni rupa untuk menambah muatan dramatik pertunjukan teater. Akan tetapi, sekarang musik gamelan juga dapat diaplikasikan sebagai terapi karena musik yang lembut dan mudah didengarkan. Hal tersebut yang menjadi alasan peneliti memilih menggunakan musik gamelan Jawa dalam penggunaan untuk terapi terhadap depresi pada lansia. Selain digunakan untuk terapi sekaligus mampu untuk melestarikan kebudayaan musik tradisional Indonesia. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan wawancara pada salah satu pengelolah panti pada tanggal 21 Desember 2018 didapatkan jumlah data lansia yang tercatat sebagai anggota Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul, sebanyak 88 lansia yang terdiri dari 31 laki-laki dan 57 perempuan. Hasil studi pendahuluan yang telah di lakukan, didapatkan data 29 lansia mengalami depresi. 20 lansia mengalami depresi ringan, 5 lansia mengalami deperesi sedang dan 4 lansia mengalami depresi berat setelah diukur mengunakan Geriatri Depression Scale (GDS). GDS terdiri dari 15 pertanyaan. Penjelasan terkait kategori dalam instrument tersebut normal apabila skor 0-4, dikatakan depresi ringan apabila skor 5-8, dikatakan depresi sedang apabila skor 9-11, dan dikatakan depresi berat apabila skor 12-15. Depresi tersebut diikuti dengan kegiatan rutin di panti antara lain senam, pengajian atau bimbingan rohani, membuat kerajinan, dan bimbingan psikologis. Dari uraian latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa terapi musik sangat penting untuk menurunkan depresi pada lansia. Ketika depresi tidak

segera diatasi maka akan berdampak pada kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual dari setiap lansia. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Terapi Musik Gamelan Jawa terhadap penurunan Depresi Pada Lansia di BPSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta”. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat Pengaruh Terapi Musik Gamelan Jawa terhadap Penurunan Depresi Pada Lansia Di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui Pengaruh Terapi Musik Gamelan Jawa terhadap Penurunan Depresi Pada Lansia Di BPSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui skor depresi pada lansia sebelum diberikan terapi musik gamelan Jawa. b. Untuk mengetahui skor depresi pada lansia setelah diberikan terapi musik gamelan Jawa. c. Untuk mengetahui perbedaan skor depresi sebelum dan sesudah diberikan terapi musik gamelan Jawa. d. Untuk mengetahui skor depresi pada lansia yang tidak diberikan terapi musik gamelan Jawa. e. Untuk mengetahui perbedaan skor depresi antara yang diberikan terapi dan tidak diberikan terapi musik gamelan Jawa. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan menambah wawasan dan pengetahuan dalam ilmu keperawatan jiwa dan gerontik terutama tentang Pengaruh terapi musik gamelan Jawa terhadap penurunan depresi lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul Yogyakarta.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman meneliti dan menambah wawasan ilmu keperawatan terutama tentang depresi pada lansia . b. Bagi Institusi Sebagai bahan kepustakaan dalam lingkungan kampus STIKes Surya Global Yogyakarta. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan suatu penelitian dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh terapi musik gamelan jawa dengan depresi pada lansia. d. Bagi Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan terapi musik gamelan jawa di BPSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. E. Ruang Lingkup Masalah 1. Variabel Penelitian a. Variabel bebas (independent), yaitu Terapi Musik Gamelan Jawa. b. Variabel terikat (dependent), yaitu Depresi pada lansia 2. Lingkup Responden Penelitian ini dilakukan pada lansia di BPSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. 3. Lingkup Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di BPSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. 4. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2019. F. Keaslian Penelitian Peneliti dengan judul Pengaruh Terapi Musik Gamelan Jawa terhadap Penurunan Depresi Pada Lansia di BPSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul

adalah hasil karya dari peneliti sendiri, sedangkan peneliti lain yang sejenis adalah sebagai berikut: 1. Firman Prastiwi (2017) Meneliti tentang “Pengaruh Terapi Musik Terhadap Skor Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya”. Penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan pre eksperiment dalam kategori satu kelompok (one group pretest-posttest design). Beberapa instrumen musik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gemelan jawa, keroncong dan campur sari dan jenis analitis menggunakan uji wilcoxon. Penelitian dilakukan selama 5 hari berturut-turut dan kemudian skor depresi diukur dengan menggunakan instrumen Geriatric Depression Scale (GDS) sebelum diberikan terapi dan kemudian diukur kembali skor depresinya setelah dilakukan terapi musik. Populasi pada penelitian ini seluruh lansia yang berjumlah 28 orang dan sampel pada 16 lansia yang mengalami depresi.di Panti Sosial Panti Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya. Sampel didapatkan dengan menggunakan total sampling. Setelah diberikan terapi musik pada lansia menunjukan adanya penurunan skor Geriatric Depression Scale yang ditunjukan oleh uji wilcoxon yang memberikan nilai signifikan p 0,001, nilai median dari 6,00 menurun ke 3,00. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada variabel terikat dan bebas, pendekatan, uji statistik, instrument, rancangan penelitian, dan responden. Perbedaannya adalah jenis penelitian, tempat penelitian, hanya menggunakan musik gamelan jawa, jumlah populasi, sampel, cara pengambilan sampel. 2. Hidayat M,dkk (2018) Meneliti tentang “Pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di UPT Panti werdha Mojopahit Mojokerto”. Rancangan penelitian menggunakan Pre Eksperiment Design dengan pendekatan One Group Pretest-Postest Design. Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang berada di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto sebanyak 30 orang. Sampel diambil dari lansia yang tinggal di

UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto dengan metode teknik total sampling, berjumlah 26 orang lansia. Analisa data menggunakan uji statistik Paired T-Test. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada rancangan penelitian, pendekatan. Perbedaannya adalah uji statistk, instrument, jumlah populasi, sampel, cara pengambilan sampel. 3. Nadirawati (2017) Meneliti tentang “Pengaruh Terapi Musik Populer Terhadap Depresi Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Karitas”. Metode penelitian yang digunakan adalah pre eksperimental dengan pendekatan one group pre-post test design. Sampel pada penelitian ini berjumlah 16 orang lansia yang mengalami depresi dengan menggunakan purposive sampling. Adapun kriteria inklusi dari sampel adalah klien lansia yang mengalami depresi ringan dan sedang, belum pernah mendapatkan terapi musik, tidak mengalami gangguan indra pendengaran dan penglihatan, tidak mengalami penurunan kesadaran, komunikatif dan kooperatif. Terapi musik ini dilakukan sebanyak 6 kali pada hari yang berbeda selama kurun waktu 2 minggu selama 15 menit di tiap sesinya. Instrumen pengukuran depresi yang digunakan yaitu intrumen pengukuran tingkat depresi inventaris depresi Beck & Deck, sedangkan lagu yang digunakan sekitar 10 lagu populer. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada variabel terikat, jenis penelitian, dan responden. Perbedaannya adalah tempat penelitian, variabel bebas, peneliti hanya menggunakan musik gamelan jawa, tempat dan waktu penelitian, instrumen.

Related Documents

Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72
Bab-i-bab-v.doc
May 2020 71
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 67
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 65
Bab I-bab Iii.docx
November 2019 88

More Documents from "Nara Nur Gazerock"