Bab I-4.docx

  • Uploaded by: Atf Majalengka
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I-4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,486
  • Pages: 66
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Data yang dihimpun oleh Direktorat Tindak pidana Narkoba di Indonesia menyebutkan bahwa kasus penyalahgunaan NAPZA (Narkoba, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif) semakin bertambah dari tahun ke tahun jumlah. Kasus narkoba di Indonesia mengalami kenaikan tajam, rata-rata naik 51, 3% atau 3100 kasus pertahun (BNN, 2016). Kriminolog Muhammad Mustofa, menjelaskan kasus yang dihimpun Badan Narkotika Nasional ini bukan angka riil yang terjadi dilapangan, karena masih banyak kasus yang belum diketahui. Kabagbin Opsnal Dirnarkoba Polda Jawa Barat menyebutkan bahwa di Jawa Barat sendiri terdapat sepuluh kabupaten/kota yang rawan penyalahgunaan obatobat terlarang sehingga perlu kiranya untuk dilakukan pengawasan yang lebih ketat lagi. Tahun 2016 hingga tahun 2017 tercatat jumlah tersangka kasus Narkoba pada tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) berjumlah 22.402, Sekolah Menengah Pertama 44.878 tersangka, Sekolah Menegah Atas 117.147, dan pada taraf pendidikan Perguruan Tinggi (PT) berjumlah 4.868 tersangka. Total keseluruhan ada 189.294 tersangka. Kasus teratas terdapat pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni 61,9% dari total kasus. (Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri dan BNN, Maret 2017).

1

2

Sudah tiba saatnya bagi Indonesia untuk bersikap tegas atas tindak kejahatan Narkoba. Tahun 2015 keputusan kontroversial diambil oleh Presiden Republik Indonesia yakni Joko Widodo dengan memberlakukan hukuman mati bagi terpidanan dengan kejahatan NAPZA, keputusan ini juga didukung penuh oleh dua organisasi keagamaan tersebesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan juga Muhammadiyah. Remaja menjadi target penyalahgunaan NAPZA karena masa remaja adalah pencarian identitas diri, perasaaan penasaran dan ingin mencoba hal yang baru sangat besar (Razak, 2016). Survei yang dilakukan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indoneisa pada tahun 2017 saja, menyebutkan bahwa 70% pengguna narkoba adalah anakanak sekolah atau pelajar (detiknews, 2017). Kasus lain yang tidak kalah mengejutkan, di Kabupaten Indramayu aparat Badan Narkotika mendapati sebanyak 95 siswa sekolah dasar terlibat dalam penggunaan narkotika dan obatobatan terlarang. Tidak hanya itu, aparat juga menemukan pengguna narkoba sebanyak 363 kasus pada Sekolah Menengah Atas (SMA) (BNN, 2017). Selain itu Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Pada Kelompok Pelajar dan Siswa di 16 Provinsi di Indonesia Tahun 2011 menunjukkan bahwa 4,3% pelajar/siswa Indonesia pernah menggunakan Narkoba. Bahkan remaja Indonesia saat ini tidak hanya berstatus sebagai pemakai tetapi juga pengedar. Hal demikian adalah bukti adanya kemrosotan moral dan etika pada remaja dewasa ini (BNN, 2017).

3

Berdasarkan data BNN terkait pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang Kabupaten Indramayu tahun 2015, tercatat anak usia di bawah 19 tahun berjumlah 348 orang dari total 5.127 orang yang direhabilitasi di tahun itu. Sedangkan jumlah tersangka kasus narkotika berdasarkan kelompok umur pada 2016 yakni anak usia sekolah dan remaja di bawah 19 tahun berjumlah 2.186 atau 4,4% dari total tersangka (BNN, 2017). Survei Nasional perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Nakoba pada kelompok pelajar/siswa di Indonesia Tahun 2011 disebutkan bahwa, sebagian besar pelajar/siswa mulai menyalahgunaan narkoba pertama kali dengan alasan coba-coba, untuk bersenang-senang, bujukan teman, masalah keluarga, dan masalah di sekolah. Remaja dengan status orang tua seperti ini menimbulkan permasalahan internal diri seperti, perasaan anak yang kurang percaya diri, kurang sukses di pendidikan atau pergaulan, pemarah, suka mencela diri sendiri, mudah frustasi, dan cenderung lebih mudah tergiur imingiming zat-zat adiktif (Grudem, 2012). Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru Bimbingan Konseling (BK) SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu prestasi belajar yang menurun disebabkan oleh perilaku anak didik yang tidak menaati peraturan sekolah seperti beberapa siswa keluyuran di luar kelas atau membolos sehingga tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Saat ditegur justru melawan terhadap guru. Beberapa siswa juga meminum-minuman keras

4

dan memakai obat-obatan terlarang sehingga menyebabkan siswa tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan prestasi siswa kurang baik. Perilaku remaja di luar dapat memberikan efek yang baik maupun buruk. Apabila lingkungan tersebut lingkungan masyarakat yang baik-baik, beragama dan penuh etika sosial tentu tidak masalah. Namun apabila lingkungan di luar itu buruk seperti anggota masyarakatnya sering menggunakan obat-obatan terlarang akan sangat membahayakan bagi remaja. Lingkungan yang buruk tersebut sangat mudah mempengaruhi remaja karena sifat remaja yang senang mencoba hal-hal yang baru dan belum memiliki kontrol diri yang kuat membuat remaja mudah untuk melakukan perbuatan yang menyimpang Perilaku negatif tersebut dapat disebabkan sebagai cara untuk mencari perhatian dari anggota keluarga, temantemannya atau sebagai kompensasi dari rasa inferiornya karena merasa ditolak di dalam keluarga atau masyarakat. Perilaku yang negatif seperti seperti menggunakan obato-batan sangat merugikan dan membahayakan remaja khususnya sebagai siswa. Karena efek yang ditimbulkan dari minum-minuman keras dan obat-obatan terlarang tersebut membuat siswa menjadi kurang konsentrasi dan malas untuk belajar, dan perilaku tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa (Sarwono. 2013). Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji secara emperik dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Penyalahgunaan Obat-Obatan Terlarang Pada

5

Remaja Putra Dengan Tingkat Prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018”.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu : apakah ada hubungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra dengan tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018 ?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.3.1

Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra dengan tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018

1.3.2

Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018 2. Diketahuinya gambaran tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018

6

3. Diketahuinya hubungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra dengan tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diarahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut dan kepentingan bagi lembaga terkait, antara lain : 1.4.1

Teoritis Sebagai bahan kajian ilmiah dalam hal kaitanya dengan hubungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra dengan tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu

1.4.2

Aplikatif 1. Siswa Meningkatkan faktor protektif dalam diri siswa sehingga dapat menghindarkan dari risiko penyalahgunaan NAPZA, baik dilingkungan sekolah ataupun masyarakat. 2. SMA Negeri 1 Kroya Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam memerangi narkoba, terutama dikalangan pelajar lingkungan sekolah. 3. Poltekes BPH Cirebon Sebagai tambahan refrensi bagi perpustakaan di Poltekes BPH Cirebon dan sabagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa selanjutnya.

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat-Obatan Terlarang / Narkoba 2.1.1 Pengertian Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan adiktif. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut adalah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah NAPZA biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada tiga jenis zat yang sama. Secara etimologi narkoba berasala dari bahasa inggiris yaitu narcotics ynag berarti obat bius, yang artinya sama dengan narcosis dalam bahasa Yunani yang berarti menidurkan atau membiuskan. Sedangkan dalam kamus inggiris indonesia narkoba berarti bahan-bahan pembius, obat bius atau penenang (Hasan Sadly, 2012). Secara terminologis narkoba adalah obat yang dapat menenangkan syaraf, menghiangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk atau merangsang. Wiliam Benton sebgaiaman dikutip oleh Mardani menjelaskan dalam bukunya narokoba adalah istilah umum untuk semua jenis zat yang melemahkan atau 7

8

membius atau megurangi rasa sakit. Soedjono dalam patologi sosial merumuskan defenisi narkotika sebagai bahan-bahan yang terutama mempunyai efek kerja pembiusan atau dapat menurunkan kesadaran. Sementara Smith Kline dan French Clinical memberi defenisi narkotika sebagai zat-zat yang dapaat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan pusat saraf. Dalam defenisi narkotika ini sudah termasuk jenis candu seperti morpin, cocain, dan heroin atau zat-zat yang dibuat dari candu seperti (meripidin dan methodan). Sedangkan Korp Reserce Narkoba mengatakan bahwa narkotika adalah zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, susunan pengamatan atau penglihatan karena zat tersebut mempengaruhi susunan saraf (Hari Sasangka, 2013). Selanjutnya dalam UU No 35 tahun 2009 tentang narkotika pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan

penurunan

atau

perubahan

kesadaran,

hilngnya

rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan dalam golongan-golongan. Lebih lanjut dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 Tentang narkotika dijelaskan ada tiga jenis golongan narkotika, yaitu: 1. Narkotika Golongan I adalah narkotika hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi

9

serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain, Daun Koka, Opium, Ganja, Jicing, Katinon, MDMDA/Ecstasy, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya. 2. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon dan lain-lain. 3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan penelitian. Golongan 3 narkotika ini banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi mengakibatkan

ketergantungan.

Contoh:

Codein,

Buprenorfin,

Etilmorfina, Kodeina, Nikokodina, Polkodina, Propiram, dan ada 13 (tiga belas) macam termasuk beberapa campuran lainnya. Untuk informasi lebih mendalam tentang jenis narkotika dalam ketiga golongan tersebut dapat dilihat di lampiran undang-undang narkotika nomor 35 tahun 2009. Dari beberapa pengertina di atas dapat penulis simpulkan bahwa narotika adalah obat atau zat yang dapat menenangkan syaraf, mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan, menghilangkan rasa sakit dan nyeri, menimbuka rasa mengantuk atau merangsang, dapat menimbulkan efek stufor

10

serta dapat menimbulkan adiksi atau kecanduan dan ditetapkan oleh menteri kesehatan sebagai narkotika. 2.1.2 Jenis-Jenis Narkotika 2.1.2.1 Jenis Narkoba Berdasarkan bahannya Jenis Narkoba berdasarkan bahannya dapat dibedakan menjadi 3 bagian, narkoba alami, semi sintesis dan narkoba sintesis. 1. Narkoba alamai Narkoba alami merupakan jenis narkoba yang masih alami dan belum mengalami pengolahan. Berikut ini penulis uraikan contoh narkoba alami. a. Ganja Hari Sasangka menjelaskan bahwa ganja berasal dari tanaman cannabis sativa, cannabis indica dan cannabis Americana. Tanaman tersebut termasuk keluarga Urticaceae atau Moraceae. Tanaman Canabis merupakan tanaman yang mudah tumbuh tanpa perawatan khusus. Tanaman ini tumbuh pada daerah beriklim sedang dan tumbuh subur di daerah tropis (Hari Sasangka, 2013). Suharno menjelaskan bahwa Ganja (cannabis sativa) merupakan tumbuhan penghasil serat. Lebih dikenal karena bijinya mengandung tetrahidrokanabinol (THC), zat narkotika yang membuat pemakainya mengalami eufhoria (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab) (Soeharno, 2011).

11

Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai dua meter. Berdaun menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman berbeda. Ganja hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan elevasi di atas 1.000 meter di atas permukaan air laut. Lebih jelas Mardani menjelaskan bahwa ganja adalah dammar yang diambil dari semua tanaman genus cannabis termasuk biji dan buahnya termasuk hasil pengolahan (Mardani, 2012). Bahaya

penyalahgunaan

ganja

secara

teratur

dan

berkepanjangan akan berakibat fatal berupa radang paru-paru, iritasi dan pembengkakan saluran nafas. Lalu kerusakan aliran darah koroner dan berisiko menimbulkan serangan nyeri dada, terkena kanker, menurunya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit, serta menurunnya kadar hormone pertumbuhan seperti tiroksin. Gangguan psikis

berakibat

menurunnya

kemampuan

berpikir,

membaca,

berbicara, berhitung dan bergaul. Kecenderungan menghindari kesulitan dan menganggap ringan masalah, tidak memikirkan masa depan dan tidak memilki semangat juang. Bila dibayangkan betapa mengerikannya

penyalahgunaan

ganja?

Menghentikan

seorang

pecandu ganja tidak mudah. Merawat dan memulihkan pecandu ganja butuh

perawatan

terapi

dan

rehabilitasi

berkelanjutan (Ridho Ma‟ruf, 2010).

secara

terpadu

dan

12

b. Opium Opium atau candu (poppy: dalam bahasa inggiris) atau (opos/ Juice dalam bahasa Yunani) adalah getah bahan baku Narkotika yang diperoleh dari buah candu (Papaver somniferum L atau P paeoniflorum) yang belum matang. Opion (Poppy Juice), Poppy Juice opium disebut juga dengan poppy adalah getah bahan baku narkotika yang diperoleh dari buah candu (Papaver somniferum L. atau P. paeoniflorum) yang belum matang. Opium merupakan tanaman semusim yang hanya bisa dibudidayakan di pegunungan kawasan subtropis. Tinggi tanaman hanya sekitar satu meter. Daunnya jarang dengan tepi bergerigi. Bunga opium bertangkai panjang dan keluar dari ujung ranting. Satu tangkai hanya terdiri dari satu bunga dengan kuntum bermahkota putih, ungu, dengan pangkal putih serta merah cerah. Bunga opium sangat indah hingga beberapa spesies Papaver lazim dijadikan tanaman hias. Buah opium berupa bulatan sebesar bola pingpong bewarna hijau (Mardani, 2012). Andi Hamzah menyebutkan bahwa opium adalah getah berwarna putih seperti susu yang keluar dari kotak biji tanaman papaver samni verrum yang belum masak. Dalam bahasa indonesia bermakna sari buah bunga candu. Menurut Oxford English Dictionary, opium adalah suatu warna coklat yang kemerah-merahan, memberi wewangian obat yang sangat kuat menyebabkan kecanduan yang

13

disiapkan dari getah kental yang dikeringkan dari kapsul bunga candu opium, memiliki nama ilmiah Papaver Somniverum, digunakan secara terlarang sebagai sebuah narkotika, dan adakalanya berhubungan dengan obat medik sebagai obat penenang dan sebagai obat penghilang rasa sakit. (Hamzah dan Surahman, 2014). Bunga candu opium atau papaver somniverum, adalah hanya satu dari lebih 100 spesies tumbuhan bunga yang tumbuh di alam liar dan yang dibudidayakan diseluruh dunia. Papaver somniverum adalah satu dari banyak bunga yang berbeda, itu merupakan satu dari hanya dua spesies yang menghasilkan morfin (morphine) / bahan aktif didalam opium, dan satu-satunya secara aktif ditanam untuk memproduksi obat (Dadang Hawari, 2015). Bertentangan dengan namanya, opium bukan sebuah campuran kimiawi tunggal, namun merupakan gabungan beberapa campuran kimiawi, seperti sebuah salad yang terdiri dari beberapa campuran seperti gula, protein, cuka, air dan banyak alkaloida, dan beberapa bahan lainnya. masyarakat yang menumbuhkan opium untuk harga narkotika terutama tertarik akan alkaloidanya. Suatu alkaloida adalah suatu unsur bahan kimia kompleks organik, ditemukan di tumbuhtumbuhan, yang memiliki karakteristik menggabungkan nitrogen dengan elemen lainnya, memiliki rasa yang pahit, dan secara khas memiliki beberapa racun, stimulan, memiliki efek penghilang rasa

14

sakit. Memiliki banyak alkaloid berbeda, pada tumbuhan opium ditemukan 30 jenis. Dengan morfin (morphine), merupakan alkaloid paling penting pada opium - itu kualitas narkotik alaminya seperti halnya struktur kimiawi yang sama tersedia untuk heroin -alkaloid lainnya, codeine, adalah yang juga dicari untuk ciri-ciri medisnya. Alkaloid lain termasuk di dalamnya, papaverine,narcotine, nicotine, atropine, cocain, dan mescaline (Dadang Hawari, 2015). 2. Narkoba Semi Sintesis Narkotika Semi Sintetis adalah berbagai jenis narkotika alami yang diolah dan diambil zat adiktifnya ( Intisarinya ) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Beberapa jenis Narkotika Semi Sintesis yang disalah gunakan adalah sebagai berikut: a. Morfin Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium.Umumnya opium mengandung 10% morfin. Kata "morfin" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani. Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus

berwarna

putih

atau

dalam

bentuk

cairan

berwarna.

Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan. Adapun gambar

15

morfin bentuk tepung yaitu sebagai berikut : Sifat morfin yaitu khasiat analgesik morfin lebih efektif pada rasa nyeri yang terputus-putus (interminten) dan yang batasnya tidak tegas. Dalam dosis cukup tinggi, dapat menghilangkan kolik empedu dan uretur. Morfin menekan pusat pernafasan yang terletak pada batang otak sehingga menyebabkan pernafasan terhambat. Kematian pada kelebihan dosis morfin umumnya disebabkan oleh sifat menghambat pernafasan ini. Efek menekan pernafasan ini diperkuat oleh fenotiazin, MAO-I dan imipramin. Sifat morfin lainnya ialah dapat menimbulkan kejang abdominal, muka memerah, dan gatal terutama di sekitar hidung yang disebabkan terlepasnya histamin dalam sirkulasi darah, dan konstipasi, karena morfin dapat menghambat gerakan peristaltik. Melalui pengaruhnya pada hipotalamus, morfin meningkatkan produksi antidiuretik hormon (ADH) sehingga volume air seni berkurang (Latief dkk, 2011). Morfin juga menghambat produksi ACTH dan hormon gonadotropin sehingga kadar 17 ketosteroid dan kadar 17-hidroksi kortikosteroid dalam urine dan plasma berkurang. Gangguan hormonal ini menyebabkan terganggunya siklus menstruasi dan impotensi. Sifat dan reaksi morfin sebagai alkaloid bersifat basa karena mengandung gugus amin tersier (pKa ≈ 8,1) dan membentuk garam berbentuk Kristal dengan sederetan asam. Yang digunakan adalah garam

16

hidroksida yang mengandung tiga molekul air Kristal ( morfin hidroksida pH, Eur). Berdasarkan gugus hidroksil fenolnya morfin juga bersifat asam ( pKa = 9,9) dan bereaksi dengan alkalihidroksida membentuk fenolat, tetapi tidak bereaksi dengan larutan ammonia. Titik isolistrik terletak pada pH 9. Morfin yang terdapat dalam alam memutar bidang polarisasi ke kiri (Latief dkk, 2011). Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis,miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika (ADH) (Latief dkk, 2011). 4. Narkotika sintesis Narkotika Sintetis adalah Narkotika yang dibuat dari bahan kimia dan digunakan untuk pembiusan atau pengobatan bagi mereka yangmengalami ketergantungan narkoba. Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti sementara untuk mencegah rehabilitasi sehingga penyalahgunaan dapat menghentikan ketergantungannya. Adapun contoh dari narkotika sintetis adalah :

17

a. Sabu (Amfetamin) Amfetamin merupakan kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem saraf pusat (SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, bubuk putih kristal kecil. Merek amfetamin lain, seperti Metedrin, Deksamil dan Benzedrin, kemudian membanjiri pasaran. Metamfetamin (meth) dan kokain lagi ini dari akhir 1960-an hingga akhir 1980-an. Dan ada beberapa bentuk meth dan kokain yang dikenal, misalnya, sebagai Crank, Speed, Bennies, Rock, Kristal, dan Crack. Pada awal 1990-an, satu bentuk metamfetamin lagi, dikenal sebagai Kristal Meth atau Ice, dan di Indonesia sebagai sabu-sabu (Mardani, 2012). Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine merupakan suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi. Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan

jumlah

neurotransmiter

golongan

monoamine

(dopamin, norepinefrin, dan serotonin) dari saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah, meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu

18

makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-efek tersebut menjadi berlebihan (Mardani, 2012). Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh amfetamin 10–15 jam) dan durasi yang memberikan efek euforianya 4–8 kali lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi “reserve powers” yang ada di dalam tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh memberikan “signal” bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu lagi. Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkan oleh amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang menyebabkan ketergantungan psikologis). Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup melalui tabung. Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS, SS, ubas, ice, Shabu, Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya. Amfetamin terdiri dari dua senyawa yang berbeda: dextroamphetamine murni and pure levoamphetamine.dan levoamphetamine murni. Since dextroamphetamine is more potent

19

than levoamphetamine, pure Karena dextroamphetamine lebih kuat daripada levoamphetamine, dextroamphetamine juga lebih kuat daripada campuran amfetamin. Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin termasuk rasa kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa lebih percaya diri. Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam, dan beberapa orang terus menggunakan untuk menghindari turun dari obat. Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah Amfetamin,

MetamfetamiN

dan

Metilendioksimetamfetamin

(MDMA, ecstasy atau Adam) (Mardani, 2012). b. Ekstasi (MDMA) MDMA

(methylenedioxy-N-methylamphetamine)

biasanya

dikenal dengan nama Ekstasi, E, X, atau XTC adalah senyawa kimia yang sering digunakan sebagai obat rekreasi yang membuat penggunanya menjadi sangat aktif. Resiko penggunaannya adalah dehidrasi ketika penggunanya lupa minum air. Hal sebaliknya juga dapat terjadi, di mana seseorang minum terlalu banyak air. Ekstasi (MDMA) adalah entactogen psychedelic semisintetik dari keluarga phenethylamine yang efeknya jauh lebih ringan dari kebanyakan narkotik lainnya yang memproduksi psychedelics. Ekstasi digunakan sebagai

sampingan dan sering digunakan

dengan

seks

dan

berhubungan dengan obat-obatan klub sebagai entheogen selain itu

20

digunakan

untuk

melengkapi

berbagai

jenis

praktek

untuk

transendensi termasuk dalam meditasi, psychonautics, dan psikoterapi psikedelik. Dampak utama dari MDMA termasuk peningkatan kesadaran indra, perasaan keterbukaan, euforia, empati, cinta, kebahagiaan, rasa kejernihan mental dan penghargaan peningkatan musik dan gerakan. Sensasi taktil yang dirasakan beberapa pengguna, membuat kontak fisik dengan orang lain lebih menyenangkan. MDMA (Methylene Dioxy Meth Amphetamine) memiliki struktur kimia dan pengaruh yang mirip dengan amfetamin dan halusinogen. Ekstasi biasanya berbentuk tablet berwarna dengan disain yang berbeda-beda. Ekstasi bisa juga berbentuk bubuk atau kapsul. Seperti kebanyakan obat terlarang, tidak ada kontrol yang mengatur kekuatan dan kemurnian salah satu jenis narkoba ini. Bahkan tidak ada jaminan bahwa sebutir ekstasi sepenuhnya berisi ekstasi. Seringkali ekstasi dicampur dengan bahan-bahan berbahaya lainnya. Mardani (2012) menjelaskan bahwa din Indonesia telah diketahui ada 36 jenis ekstasi yang telah beredar. Ada bukti bahwa orang dapat menjadi kecanduan ekstasi secara psikologis. Pemakai mengakui kesulitan

mereka

untuk

berhenti

atau

mengurangi

pemakaian.Pengaruh-pengaruh ekstasi dapat membuat seseorang bertingkah laku yang membahayakan, atau menempatkan dirinya ke dalam keadaan tidak berdaya. Hal ini dapat mengarah pada

21

pemerkosaan, hubungan seks yang tidak diinginkan, kehamilan dan penyakit-penyakit seperti AIDS atau Hepatitis C. M. Ridha Ma‟ruf (2010) menjelaskan bahwa ekstasi merusak neuron yang melepaskan serotonin, bahan kimia otak yang mengatur daya ingat dan fungsi-fungsi lain. Penelitian lain menunjukkan bahwa bekas pemakai yang sudah tidak memakai ekstasi selama enam bulan masih terpengaruh secara mental, yang berarti bahwa kerusakannya bersifat jangka panjang dan tidak dapat diperbaiki. Bahkan ekstasi bisa mengakibatkan kematian sebagai akibat dari tiga keadaan yang berbeda: a) Pengaruh stimulasi yang mengakibatkan serangan jantung atau pendarahan otak. b) Kombinasi penggunaan ekstasi dengan dengan aktivitas menari akan menyebabkan naiknya temperatur suhu badan pada tingkat yang berbahaya. Karena biasanya ekstasi diminum di klub-klub malam atau diskotik, maka resiko kematian karena panas yang berlebihan (hyperthermia) akan meningkat. c) Walau bukan karena akibat langsung dari ekstasi, kematian dapat terjadi karena banyaknya air yang diminum akibat temperatur suhu badan yang tinggi sehingga terjadi "dilutional hyponatremia" keadaan dimana otak kelebihan cairan

22

c. Cocain Cocain

adalah

suatu

alkloida

yang

berasal

dari

daun

Erythroxylum coca Lam. Kokain merupakan salah satu jenis narkoba, dengan

efek

stimulan.

Kokain

diisolasi

dari

daun

tanaman

Erythroxylum coca Lam. Zat ini dapat dipakai sebagai anastetik (pembius) dan memiliki efek merangsang jaringan otak bagian sentral. Pemakaian zat ini menjadikan pemakainya suka bicara, gembira yang meningkat menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung bertambah, demam, perut nyeri, mual, dan muntah. (M. Ridha Ma‟ruf, 2010). Seperti halnya narkotika jenis lain, pemakaian kokain dengan dosis tertentu dapat mengakibatkan kematian. Daun koka umumnya mengandung tiga kelompok utama alkaloid, yaitu : a) Turunan acgeriin (kokain, cis dan transinnamoilkokain, alfa dan beta-truxilin b) Tropine (tropakokaine, valerine) c) Alkaloid higrin (higrolin, kuskohigrin Bentuk dan macam cocain yang beredar dan terdapat dalam perdagangan gelap antara lain cairan berwarna putih atau tanpa warna, kristal berwarna putih seerti dammar (getah perca), bubuk putih seperti tepung dan Tablet berwarna putih (Hari Sasangka, 2013). Bila seseorang menghirup kokain (inhalasi) atau merokoknya maka dengan cepat kokain didistribusikan ke dalam otak. Yang paling

23

sering kokain digunakan lewat inhalasi, dan kokain itu diabsorpsi lewat mukosa hidung dan masuk dalam darah, dan cepat didistribusikan ke otak. Kokain yang dijual di pasar gelap mempunyai nama jalanan yang lain seperti koka, coke, crack, happy dust, charlie, srepet, snow atau blow (Hari Sasangka, 2013). d. Heroin Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa heroin adalah bubuk kristal putih yang dihasilkan dari morfin; jenis narkotik yang

amat

kuat

sifat

mencandukannya

(memabukkannya);

C21H23O5N. Hari Sasangka menjelaskan bahwa nama heroin diambil dari Hero, dalam bahasa jerman heroic yang berarti pahlawan (Hari Sasangka, 2013). Lebih lanjut Dadang hawari menjelaskan bahwa heroin adalah candu yang berasal dari opium poppy (papaver somniferum). Heroin berbentuk Kristal, berwarna putih atau coklat. Biasanya dibungkus dan dijual dalam bungkusan kecil.25 Dadang hawari juga menyebutkan bahwa heroin sering disebut dengan putaw. Penggunaan heroin dengan cara dilarutkan dengan air, disaring dengan kapas dan disuntikkan ke intravena (pembuluh darah) atau subkutan (bawah kulit).26 Selain cara yang demikian, cara yang lebih berbahaya dengan cara melarutkan heroin ke dalam air kemudian dihisap atau disedut, sedangkan cara pemakaian heroin yang lainnya dengan chasing, yakni serbuk diletakkan dalam alumanium foil dan

24

dipanaskan bagian bawahnya, kemudia uapnya dialirkan melalui sebuah lubang dari keristal rol atau pipa setelah itu dihirup melalui hidung kemadian terus ke paru-paru (Dadang Hawari, 2012). Akmal Hawi (2012) heroin atau disebut juga diachetyl morpin meruakan suatu zat semi sintettis turunan morpin. Proses pembuatan heroin adalah melalului peroses penyulingan atau proses kimia lainnya di laboratorium dengan cara achetalasi dengan acetiacanydrida. bahan bakunya adalah morpin, asam cuka, anhidraid atau astilklorid. Heroin dapat diklasifikasi sebagai berikut: a) Heroin nomor Satu bentuknya masih merupakan bubuk atau gumpalan yang berwarna kuning tua sampai coklat, jenis ini sebagaian besar masih berisi morpin dan merupakan hasil ekstaraksi. Nama dipasar gelap disebut dengan gula merah (red sugar) b) heroin nomor dua sudah merupakan bubuk berwarna abu-abu sampai putih dan merupakan hasil transisi dari mopin ke heroin yang belum murni c) Heroin nomor tiga merupakan bubuk butir-butir kecil kebanyakan berwarna abu-abu yang juga diberi warna lain untuk menandai cici khas dari pembuatnya biasanya masih dicampur kafein, barbital dan kinin.

25

d) Heroin nomor empat bentuknya sudah merupakan Kristal khusus untuk disuntikkan. e. Putaw Putaw

Merupakan

nama

jalanan

dari

heroin.

Mardani

menjelaskan istilah putaw sebenarnya meruppakan minuman keras has Cina yang mengandung alkohol akantetapi oleh pecandu narkoba menyebut barang yang sejenis heroin yang masih serumpun dengan ganja dijuluki putaw hanya saja kadar narkotika yang dikandung putaw lebih rendah atau dapat disebut heroin kelas emapat sampai enam.

Putaw

banyak

disalahgunakan

karena

harganya

yang

terjangkau. Salah satu ciri yang membedakan antara pemakai putaw dan heroin/morphine adalah pada putaw pemakai akan merasakan gatal-gatal terutama pada kulit bagian muka dan hidung sedangkan pada heroin/morphine tidak. Putaw dipakai dengan cara dimakan, dihisap melalui hidung, dibakar di atas kertas timah dan dihirup asapnya, sering disebut dengan metode “nge-drag” (chasing the dragon), bisa juga dipakai dengan cara dihirup melalui lubang hidung (sniffing), atau dengan disuntikkan ke dalam pembuluh darah balik dengan menggunakan insulin atau jarum suntik. Pemakaian putaw menyebabkan penggunanya menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Pemakaian secara kontinyu akan berujung pada

26

kecanduan secara fisik (sakaw) maupun secara psikologis (sugesti untuk memakainya lagi). (Sumarno Ma‟sum, 2011). f. Katinone Narkoba jenis katinon adalah narkoba yang sudah lama ada. Di Indonesia, zat ini sudah beberapa tahun ada. Pengguna metilon belum banyak di Indonesia dan belum ada yang mengalami gejala putus zat atau intoksikasi sampai overdosis. Secara medis, katinon memiliki nama asli cathinone (Katinona) yang struktur kimia dan efek mirip amfetamin, yang memilki efek samping yang berbahaya. Nafrialdi mengatakan kandungan zat tersebut asal mulanya ditemukan dari tumbuhan yang bernama Khat atau Cathaedulis atau Sirih Arab, yang biasa tumbuh di Afrika Timur dan Tengah serta sebagian Jazirah Arab. Tumbuhan Khat atau sirih Arab, biasa diminum sebagai teh Arab atau dikunyah seperti daun sirih (BNN, 2016). Zat katinon ini dapat dibuat sintetis yang kekuatannya sekian kali lipat dibandingkan dengan yang alami, zat katinon yang sintetis ini menjadi

disalahgunakan

dan

dimasukkan

dalam

kelompok

psikotropika. Katinon sintetis berbentuk serbuk kristal putih atau kecoklatan yang dikemas didalam kapsul dan dapat dibentuk tablet / pil sebagai pengganti pil ekstasi. Dibanyak negara, Khat bukan bahan terlarang meski penggunaannya dikontrol beberapa negara Eropa. Katinon termasuk sebagai golongan I Konvensi PBB untuk zat-zat

27

Psikotropika Tahun 1971. Cathinone yang terdapat dalam Khat dimasukkan sebagai golongan III, sedangkan cathinone sintetis yaitu amfepramone dan pyrovalerone dimasukkan sebagai golongan IV konvensi itu. Tetapi secara logika, tentunya zat ini dapat disamakan dengan katinon. Derivat (turunan) dari katinon yaitu 3,4 metilenedioksi – N – metilkatinon 3. Zat sintetis ini juga disebut sebagai metilon.32 Katinon atau S – alfa – aminopropiofenon merupakan zat yang konfigurasi kimia dan efeknya mirip dengan amfetamin. Sedikit perbedaan hanya pada gugusan belakang konfigurasi struktur kimianya. Bila ekstasi, gugusan belakangnya adalah amfetamin dan metilon, gugusan belakangnya adalah katinon. Efek kedua zat ini sama bahkan dikatakan metilon lebih hebat efeknya (BNN, 2016). 2.1.2.2 Jenis- jenis narkoba berdasarkan efeknya Selain jenis narkoba ditinjau dari bahannya maka narkoba juga dapat ditinjau berdasarkan efeknya. Para ahli menggolongkan narkoba ini menjadi tiga golongan besar berdasarkan efeknya terhadap susunan saraf pusat. Menurut G Austin (2011) golongan ini antara lain stimulan, depresan, dan halusinogen. 1. Stimulan Stimulan bersifat menstimulasi sistem saraf simpatik melalui pusat di hipotalamus sehingga meningkatkan kerja organ. Contoh stimulan yaitu kafein, nikotin, atau amfetamin, kokain, shabu, ekstasi.

28

a) Efek dari pemakaian obat ini adalah: menghambat perasaan lapar, menurunan perasaan letih, menurunkan kebutuhan tidur, memicu kerja jantung, serta meningkatkan tekanan darah. Dalam dunia medis, kokain digunakan untuk anestesi (pembiusan local), khusunya untuk operasi pembedahan hidung, tenggorokan, dan telinga. meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan mengecilkan pupil dan meningkatkan gula darah. b) Amfetamin juga mempengaruhi fungsi organ-organ lainnya yang berhubungan dengan hipotalamus, seperti peningkatan rasa haus dan berkurangnya rasa lapar dan kantuk. 2. Depresan Depresan berfungsi untuk mengurangi kegiatan sistem saraf sehingga menurunkan aktivitas pemakainya. Ada 5 kategori utama depresan, yaitu sebagai berikut: a) etanol (etil alkohol) b) barbiturat, mencakup obat-obat flu seperti seconal dan amytal Barbiturat tergolong obat penenang yang digunakan untuk membantu agar cepat tidur, menghalau kecemasan, ketegangan, dan frustasi. Dalam dunia medis, barbitural digunakan untuk obat tidur, epilepsy, dan obat penenang pada saat stres. c) obat penenang, paling banyak dipakai adalah diazepam (valium)

29

d) opiat, mencakup opium, morfin, kodoin, dan metadon Morfin diperoleh dari getah tumbuhan Papaver somniferum. Berguna untuk mennghilangkan/mengurangi rasa sakit, memberikan perasaan nyaman /gembira, dan mengurangi perasaan cemas/gelisah. Dalam dunia medis, morfin digunakan untuk meredakan penyakit batuk dan mengatasi rasa sakit pada pembedahan. e) anastetik, mencakup kloroform, eter, dan sejumlah hidrokarbon lain yang mudah menguap dan biasa digunakan sebagai pelarut, misalnya benzen, toluena, dankarbon tetraklorida. Di Indonesia para pengedar menamakan obat-obatan ini sebagai pil koplo. Penyalahgunaan obat penekan saraf dapat menimbulkan berbagai macam efek perasaan menjadi labil, bicara tak karuan dan tidak jelas, mudah tersinggung, dan daya ingat dan koordinasi motorik terganggu sehingga jalannya menjadi limbung. 3. Halusinogen Halusinogen meliputi ganja, LSD (Lysergic Acid Diethylamide), STP (mirip amfetamin), THC (Tentra Hydro Cannabinol), mesakolin (dari pohon kaktus peyote), ketamine, psilosibin (dari jenis jamur), dan PCP (Phencyclidine) suatu obat bius hewan.Efek yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan obat halusinasi ini:

30

a) Keringat berlebihan, denyut jantung menjadi cepat dan tak teratur, timbul perasaan cemas, tekanan darah naik, frekuensi pernafasan naik, produksi air liur berlebihan, pilek dan muntah-muntah b) Pupil mata melebar dan pandangan mata kabur. c) Terjadi gangguan koordinasi motorik dan terjadi halusinasi. LSD dipakai untuk membantu pengobatan bagi orang-orang yang mengalami gangguan jiwa atau sakit ingatan.

2.1.3 Dampak Narkoba Dalam Kehidupan Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai oleh manusia dari waktu ke waktu, tidak sedikit justru terjadi penyalahgunaan. Narkoba, yang disatu sisi dapat digunakan dalam dunia kedokteran dan ilmu pengetahuan, akan tetapi pada sisi lain telah disalahgunakan oleh segelintir orang. Menurut Walker (2010) penyalahgunaan narkoba sudah barang tentu membawa dampak negatif bagi manusia yaitu : 1. Masalah Kesehatan

Penyalahgunaan narkoba telah menjadi bahaya Nasional. Tidak hanya di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi juga telah memasuki atau menimpa negara-negara yang menganut paham sekuler.

Dalam buku “Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi

Pemuda” yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) disebutkan; bahwa dampak yang ditimbulkan karena penyalahgunaan

31

narkoba yaitu berupa gangguan kesehatan fisik, gangguan kesehatan psikis dan tidak menutup kemungkinan penyalahgunaan narkoba dapat mengakibatkan penularan virus HIV. Mengenai gangguan kesehatan fisik yang ditimbukan akibat penyalahgunaan narkoba meliputi : a. Kerusakan organ vital, termasuk otak, jantung, paru-paru, hati, ginjal, dan reproduksi‟ b. Keracunan dengan berbagai tanda dan gejala, sperti mual, muntah, pusing kejang, gemetar, jantung berdebar, nyeri dada, takikardi, bradikardi,

hiperpireksia,

hipertensi,

dilatasi

pupil,

hipotensi

hipotermia, sampai koma (setiap jenis narkoba dan dosis yang digunakan mempunyai dampam keracunan berbeda). c. Menurut hasil penelitian, kerusakan sel otak akibat penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba, tidak dapat dipulihkan seperti sediakala, sehingga penyalahgunaan narkoba, sering disebut sebagai One Way Tiket. d. Gejala putus obat (withdrawal syndrome), seperti anatara lain mual, muntah, diare, mengantuk, pilekm bensinm lakrimasi, diatasi pupil, pilo ereksi, tekanan darah naik, pernafasan naik, suhu badan naik, gemetar, hilang selera makan, insomia, takikardi, lemas, kejang lambung, impotensi, gangguan jantung dan ginjal, gangguan paruparu dan saluran nafas, (setiap jenis narkoba menimbulkan gejala putus obat yang berbeda).

32

e. Gejala putus obat dikalangan pengguna narkoba disebut “sakau”, singkatan dari “sakit sekali karena putaw”. Sakau digambarkan oleh penderitanya sebagai keadaan penderitaan sakit sekujur tubuh gabungan dari semua rasa sakit/nyeri yang hebat.94 Narkoba, disamping membawa pengaruh/dampak terhadap kesehatan fisik, keracunan dan gejala putus obat, juga menimbulkan gangguan psikis, seperti antara lain gelisah, cemas, takut, curiga dan waspada berlebihan, paranoid, panik, disorientasi, bingung, fotofobia, mudah tersinggung, depresi, halusinasi visual, waham kebesaran, europhobia, agresif, gangguan daya ingat, gangguan nalar, nilai dan konsentrasi, hilangnya hambatan impuls seksual, banyak bicara, gangguan kesadaran, kognitif, afektif, persepsi, dan perilaku (Walker, 2010). Narkoba, di samping dapat membawa kerusakan/gangguan fisik, juga dapat mendatangkan gangguan pada mental atau rohani dari si pecandu. Seorang yang kecanduan narkoba dapai dipastikan akan mengalami gangguan mental. Orang yang menjadi pecandu narkoba mempunyai kepribadian yang labil atau mudah goyah. Mereka yang sudah kecanduan akan sulit melepastkan diri dari ketergantungan. Tidak menutup kemungkinan

pecandu

narkoba

akan

melakukan

apa

saja

asal

keperluannya terhadap narkoba dapat terpenuhi. Boleh jadi barang-barang miliknya dan milik keluarganya akan digadaikan, mungkin pula ia mencuri, merampok, merampas, menggarong, membunuh dan sebagainya.

33

Pendek kata, segala macam tindakan kriminal dapat dilakukan oleh pecandu narkoba demi terpenuhinya kebutuhan akan narkoba (Walker, 2010). 2. Masalah Ekonomi Selain membawa dampak negatif dalam masalah kesehatan, narkoba juga membawa masalah atau dampak buruk dalam bidang perekonomian. Menurut BNN, (2016) adapun dampak buruk yang ditimbulkan oleh narkoba dalam hal ekonomi di antaranya meliputi: a. Menimbulkan biaya ekonomi yang sangat tinggi uruuk membeli narkoba yang harganya sangat mahal dan kebutuhannya terus menerus dan makin tinggi biaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan yang juga sangat mahal, yang dapat menjerumuskan orang tua atau keluarga yang bersangkutan dalam jurang kebangkrutan dan kehancuran. b. Penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba serta pengedaran gelap secara nasional juga dapat menambah anggaran belanja pelayanan kesehatan masyarakat, serta beban biaya program pencegahan, serta pengobatan, perawatan dan pemulihan pelaku penyalahgunaan / penderita ketergantungan narkoba. Bayangkan bila di Indonesia terdapat

3.000.000

(tiga

juta)

penyalahguna

dan

penderita

ketergantungan narkoba dan bila semuanya mengikut program pengobatan, perawatan dan pemulihan selama 6 (enam) bulan, dengan biaya sebesar Rp3.000.000,- (tiga juta rupiah) per-bulan per-orang,

34

maka biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 54.000.000.000.000,(lima puluh empat trilyun rupiah) dalam enam bulan. c. Transfer uang dalam jumlah yang sangat besar sebagai upaya pencucian uang haram (money laundry) hasil bisnis gelap narkoba dapat menimbulkan gangguan instabilitas nilai tukar mata uang, moneter dan kinerja perekonomian nasional. 3. Masalah Sosial dan Pendidikan Tidak kalah penringnya, dalam hal sosial dan pendidikan, narkoba turut

membawa

masalah

atau

kerugian

dalam

kehidupan.

Dampak/kerugian narkoba dalam bidang sosial dan pendidikan meliputi : a. Menimbulkan gangguan ketenangan, ketentraman, kerertiban dan keamanan dalam keluarga, akibat perilaku yaang bersangkutan. b. Menimbulkan gangguan terhadap hubungan dan pergaulan sosial, serta menyebabkan penguilan sosial. c. Bila sudah berkeluarga, menyebabkan berantakan bangkrut dan hancurnya kehidupan keluarga. di muna istri dan anak-anak harus turut memikul beban dan d. Menimbulkan biaya sosial yang tinggi putus sekolah atau putus kerja dan biaya peluang (oppurtunity cost) karena hilangnya peluang bersekolah atau bekerja serta beban psikologis, aib, dan sosial yang sangat berat bagi orang tua dan keluarga yang bersangkutan.

35

e. Menirukan sampai membunuh semangat belajar dan semangat kerja yang lebih jauh dapat menyebabkan putus sekolah, putus kerja atau pemutusan hubungan kerja. f. Dapat memicu tindakan asosial, antisosial, amoral, tindakan kekerasan, dan tindakan kejahatan. g. Dapat menyebabkan penderitaan berkepanjangan yang berujung pada kematian 4. Masalah Kultur/Budaya Penyalahgunaan narkoba dipandang sebagai penyimpangan perilaku yang merugikan diri pelakunya, keluarga dan masyarakat. Penyimpangan perilaku tersebut akibat kondisi sosial budaya tertentu, termasuk industrialisasi, urbanisasi, modernisasi, pengangguran, putus sekolah, dan pemukiman

kumuh.

Penyalahgunaan

narkoba

dipandang

sebagai

penyimpangan atau bukan, tergantung kepada kebudayaan setempat. Menurut C. Allen (2011) dampak atau masalah yang ditimbulkan karena peredaran gelap (ilegal) atau penyalahgunaan narkoba adalah sebagai berikut: a. Dapat meugakibatkan gangguan ketentraman dalam kehidupan si pelaku (penyalahguna) khususnya, juga pada gilirannya dapat mengusik ketentraman warga masyarakat di mana ia tinggal, b. Menjadikan diri sendiri (penyulahguna/peggedar) "terkucil” dalam pergaulan hidup benuasyarakat. Dalam realitas kehidupan, jarang ada

36

sekelompok

orang

yang

mau

berkawan/bersahabat

dengan

pecandu/penyalahguna maupun deugan pengedar narkoba. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat kekhawatiran dari orang-orang yang hidup di tengah masyarakat akan "ketularan" dari life style (gaya hidup) si penyalahguna/pengedar narkoba. c. Menjadikan yang bersangkutan (si penyalahguna) apatis atau bersikap “masa bodo" dengan lingkungan sekitarnya. Kalau hal ini terus terjadi, maka amat disayangkan; padahal manusia oleh Tuhan Yang Maha Esa telah diberikan dan dibekali potensi yang harus dikembangkan dalam kehidupannya. Sementara orang yang menyalahgunakan narkoba hanya untuk kesenangan sesaat, berani tanpa disadari ia telah "membunuh" potensi dan mematikan kreasi diri yang amat bernilai." 5. Masalah Keamanan Nasional Menurut C. Allen (2011) bahwa narkoba juga dapat membawa dampak massalah dalam bidang keamanan nasional. Dampak atau masalah yang ditimbulkan narkoba dalam bidang keamanan nasional meliputi: a. Menimbulkan gangguan terhadap ketertiban, ketentraman, serta keamanan bangsa dan negara. b. Menghancurkan kualitas dan daya saing bangsa sorta membunuh masa depan dan kejayaan bangsa. c. Berkaitan dengan peningkatan tindak kejahatan termasuk kerusuhan, separatisme dan terorisme."

37

6. Masalah Penegakan Hukum Dampak yang tidak kalah penting dari peredaran ilegal dan penyalahgunaan narkoba yaitu berkaitan dengan masalah penegakan hukum

Indonesia

yang

dahulu

hanya

menjadi

tempat

transit

(persinggahan) jalur peredaran gelap narkoba, saat ini justru menjadi “bidik market” empuk dan potensial sindikat narkoba internasional. Peredaran gelap narkoba sangat kompleks dan canggih, menggunakan teknologi maju, dan terorganisir dengan rapih. Peredaran gelap narkoba bukan hanya melanggar perundang-undangan nasional (Indonesia), tetapi juga melanggar berbagai perjanjian dan konvensi internasional. Peredaran gelap narkoba melibatkan berbagai tindak kejahatan yang lainnya, seperti; penyuapan pejabat negara, elit politik, pejabat pemerintahan, jajaran penegak hukum persekongkolan jahat, korupsi, penggealapan pajak, pelanggaran

undang-undang

penyelundupan, kekerasan,

pelanggaran

kejahatan,

perbankan,

transfer

undang-undang

pembunuhan,

uang

haram,

kepabeanan,

perdagangan

gelap

tindak senjata,

separatisme dan terorisme (Thomas Dunne, 2014). Banyaknya

kasus

yang

berkaitan

masalah

peredaran

gelap/penyelundupan narkoba serta penyalahgunaannya, kalau tidak ditindak/dijerat dengan penegakan hukum yang konsisten, konsekuen dan berkesinambungan, maka jangan harap bangsa Indonesia dapat keluar dari jerat narkoba. Upaya penegakan hukum yang tegas dan ketat diharapkan

38

dapat mengurangi sediaan narkoba di masing-masing negara, termasuk di Indonesia, akan menjadi faktor deterrent (penghalang/penangkis) bagi tindak kejahatan yang berkenaan dengan narkoba. Hal itu juga dapat memberikan sumbangan terhadap upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dengan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi upaya pengurangan sediaan ilegal narkoba (Thomas Dunne, 2014). Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa narkoba apapun jenis dan bentuknya dapat membahayakan kehidupan umat manusia. Hal ini mengingatbahwa dalam realitas kehidupan sehari-hari dampak negative dari penyalahgunaan serta peredaran narkoba secara ilegal secara tidak langsung dapat membawa suatu generasi menuju jurang kebinasaan, Sementara untuk meminimalisasikan kejahatan yang berkenaan dengan narkoba diperlukan upaya penegakan hukum yang konsisten dan berkelanjutan serta turut didukung oleh semua pihak yang rerkait didalamnya (Yayasan Wajar Hidup, 2011).

2.2

Prestasi Belajar

2.2.1

Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Nurman, 2016), hal senada diungkapkan oleh Woodworth dan Marquis (dalam Supartha, 2014) bahwa prestasi belajar

39

adalah kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes. Menurut Nasution (2011) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazim diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru. Bila angka yang diberikan guru rendah, maka prestasi seseorang dianggap rendah. Bila angka yang diberikan guru tinggi, maka prestasi seorang siswa dianggap tinggi sekaligus dianggap sebagai siswa yang sukses dalam belajar. Ini berarti prestasi belajar menuju kepada optimal dari kegiatan belajar. Melihat dari pengertian prestasi atau hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang berwujud perubahan ilmu pengetahuan, keterampilan motorik, sikap dan nilai yang dapat diukur secara aktual sebagai hasil dari proses belajar. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, prestasi belajar dalam penelitian ini secara konseptual diartikan sebagai hasil kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak baik berupa kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dapat diukur dari tes atau hasil ujian siswa. 2.2.2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Slameto (2013) secara garis besarnya factor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan atas :

40

a. Faktor Internal Faktor yang menyangkut seluruh pribadi termasuk kondisi fisik maupun mental

atau psikis. Faktor internal ini sering disebut faktor

instrinsik yang meliputi kondisi fisiologi dan kondisi psikologis yang mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan lain-lain. 1) Kondisi Fisiologis Secara Umum Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Orang yang ada dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang ada dalam keadaan

lelah.

Anak-anak

yang

kekurangan

gizi

ternyata

kemampuannya berada dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi. Anakanak yang kurang gizi mudah lelah, mudah mengantuk, dan tidak mudah menerima pelajaran. 2) Kondisi Psikologis Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu minat, kecerdasan,

41

bakat, motivasi, dan kemampukan-kemampuan kognitif adalah faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 3) Kondisi Panca Indera Disamping kondisi fisiologis umum, hal yang tak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran. Sebagian besar yang dipelajari manusia dipelari menggunakan penglihatan dan pendengaran. Orang belajar dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru dan orang lain, mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya. 4) Intelegensi/Kecerdasan Intelegensi adalah suatu kemampuan umum dari seseorang untuk belajar dan memecahkan suatu permasalahan. Jika intelegensi seseorang rendah bagaimanapun usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar, jika tidak ada bantuan orang tua atau pendidik niscaya usaha belajar tidak akan berhasil. 5) Bakat Bakat merupakan kemampuan yang menonjol disuatu bidang tertentu misalnya bidang studi matematika atau bahasa asing. Bakat adalah suatu yang dibentuk dalam kurun waktu, sejumlah lahan dan merupakan perpaduan taraf intelegensi. Pada umumnya komponen intelegensi tertentu dipengaruhi oleh pendidikan dalam kelas, sekolah,

42

dan minat subyek itu sendiri. Bakat yang dimiliki seseorang akan tetap tersembunyi bahkan lama-kelamaan akan menghilang apabila tidak mendapat kesempatan untuk berkembang. 6) Motivasi Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal dalam belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang

penuh tantangan dan harus untuk mencapai cita-cita.

Senantiasa memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar. b. Faktor Eksternal Faktor yang bersumber dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor ini sering disebut dengan faktor ekstrinsik yang meliputi segala sesuatu yang berasal dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain.

43

1) Faktor Lingkungan a) Lingkungan Keluarga Merupakan pusat pendidikan pertama yang memegang peran penting, meliputi perhatian orangtua, kondisi ekonomi orangtua dan hubungan antar anggota keluarga. b) Lingkungan Sekolah Diantaranya para pengajar atau ceramah dan siswa, ceramah sangat berperan dalam proses penyampaian prestasi belajar yang memuaskan. Begitu juga siswa, harus tertib dan tenang agar tercpita suasana belajar yang kondusif. c) Lingkungan Masyarakat Di samping lingkungan keluarga dan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat juga tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya

terhadap

perkembangan

pribadi

dan

dalam

kehidupan sehari-hari kita akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat dia berada. 2) Faktor Instrumental Faktor-faktor

instrumental

adalah

yang

penggunaannya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan yang telah dirancang.

44

Faktor-faktor instrumental dapat berupa : a) Perangkat keras /hard ware misalnya gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, dan sebagainya. b) Perangkat lunak /soft ware seperti kurikulum, program, dan pedoman belajar lainnya. 2.2.3

Prinsip – Prinsip Belajar yang Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Syah (2013) berpendapat bahwa prinsip-prinsip belajar yang dapat meningkatkan prestasi belajar adalah ; a. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara peserta didik dan lingkungan. b. Belajar harus senantiasa bertujuan searah dan jelas bagi peserta didik. c. Belajar akan efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri. d. Belajar memerlukan bimbingan dari ceramah dan tuntunan dari buku pelajaran. e. Jenis belajar yang paling utama adalah belajar dengan berpikiran kritis karena lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis. f. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pemecahan masalah melalui diskusi. g. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang di pelajari sehingga di peroleh pengertian.

45

h. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa yang di pelajari dapat di kuasai. i. Tempat belajar menyenangkan, cukup udara, cukup penerangan dan harus tertib. 2.2.4

Pengukuran prestasi belajar Pengukuran prestasi belajar pada dasarnya adalah untuk mengetahui tingkat prestasi belajar yang dicapai siswa dalam materi pelajaran. Pengukuran prestasi belajar siswa dengan melakukan tes, ujian dan ulangan. Istilah ulangan umum yang dulu disebut THB (Tes Hasil Belajar) dan TPB (Tes Prestasi Belajar). Sebuah proses belajar mengajar atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah program pembelajaran atau penyajian materi dan kenaikan kelas. Sistem pemberian angka terhadap tes biasanya dilakukan dengan huruf A, B, C, D dan E, angka (0-10, 0-100) dan kategori kemampuan sangat baik/sangat memuaskan, baik / memuaskan, cukup / sedang, kurang dan tidak lulus (Syah, 2013). Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar perlu dilakukan penilaian (evaluasi). Dengan penilaian dapat diketahui kemampuan, kesanggupan, penguasaan seseorang tentang pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai. Penilaian pendidikan adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, (Harahap dalam Supartha, 2014). Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui

46

dan mengumpulkan informasi terhadap perkembangan dan kemajuan, dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum. Fungsi penilaian dapat dikatakan sebagai suatu evaluasi yang dilakukan sekolah mempunyai tiga fungsi pokok yang penting, yaitu: (1) untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan, dalam rangka waktu tertentu, (2) untuk mengetahui sampai di mana perbaikan suatu metode yang digunakan guru dalam mendidik dan mengajar, dan (3) dengan mengetahui kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam evaluasi selanjutnya dapat diusahakan perbaikan, Purwanto (2010). Pendapat lain menyatakan bahwa fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar antara lain: (1) untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar serta memperbaiki belajar bagi murid, (2) untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari murid, (3) untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh murid, dan (4) untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan belajar yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memecahkan kesulitan itu, (Harahap dalam Supartha, 2014). Penilaian dalam pendidikan ada beberapa jenis, yaitu penilaian formatif, sumatif, penempatan, dan diagnostik, (Harahap dalam Supartha, 2014). Di samping itu, dapat juga dikatakan bahwa jenis-jenis penilaian sebagai berikut: (1) ulangan harian mencakup bahan kajian satu pokok bahasan atau beberapa

47

pokok bahasan untuk memperoleh umpan balik bagi guru, (2) ulangan umum merupakan ulangan yang mencakup seluruh pokok bahasan, konsep, tema, atau unit dalam catur wulan atau semester yang bersangkutan dalam kelas yang sama. Hasil ulangan umum selain untuk mengetahui pencapain siswa juga digunakan untuk keperluan laporan kepada orang tua siswa dan keperluan administrasi lain, bentuk alat penilaiannya adalah berupa pilihan ganda dan sering dilakukan secara bersama-sama pada suatu wilayah maupun wilayah tingkat I, (3) ujian akhir, ujian akhir ada yang bersifat nasional, ada yang bersifat regional, dan ada yang bersifat lokal. Hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan kelulusan siswa dan digunakan untuk pemberian surat tanda tamat belajar (Kemendiknas, 2016). Teknik dan alat penilaian yang sering digunakan kepala sekolah adalah: (1) teknik tes, terdiri dari tes tertulis, yaitu: tes objektif dan tes uraian, tes lisan, dan tes perbuatan, (2) teknik non tes yang dilaksanakan melalui observasi maupun pengamatan (Kemendiknas, 2016).

2.3

Remaja

2.3.1

Pengertian Remaja Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa remaja disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik

48

(Pratiwi, 2012). Remaja pada tahap tersebut mengalami perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2011). Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya daerah setempat. WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2011). Menurut Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan masa remaja awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

2.3.2

Tahapan Remaja Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu : 1. Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas dan mulai berfikir abstrak.

49

2. Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja madya ini mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan. 3. Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu : a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru. c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri. e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan publik.

50

2.3.3

Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja Menurut Ali (2011), karakteristik perkembangan sifat remaja yaitu: 1. Kegelisahan. Sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempunyai banyak anganangan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di masa depan. Hal ini menyebabkan remaja mempunyai angan-angan yang sangat tinggi, namun kemampuan yang dimiliki remaja belum memadai sehingga remaja diliputi oleh perasaan gelisah. 2. Pertentangan Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan karena sering mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi ini akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja tersebut. 3. Mengkhayal Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya remaja akan mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalan mereka melalui dunia fantasi. Tidak semua khayalan remaja bersifat negatif. Terkadang khayalan remaja bisa bersifat positif, misalnya menimbulkan ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan. 4. Akitivitas berkelompok Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan mengakibatkan kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan semangat para remaja.

51

Kebanyakan remaja mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi dengan berkumpul bersama teman sebaya. Mereka akan melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat mereka atasi bersama. 5. Keinginan mencoba segala sesuatu Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin berpetualang, menjelajahi segala sesuatu, dan ingin mencoba semua hal yang belum pernah dialami sebelumnya. 2.3.4

Perkembangan remaja 1. Perkembangan fisik

Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja. Kematangan seksual sering terjadi seiring dengan perkembangan seksual secara primer dan sekunder. Perubahan secara primer berupa perubahan fisik dan hormon penting untuk reproduksi, perubahan sekunder antara laki-laki dan perempuan berbeda (Potter & Perry, 2009). Pada anak laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan suara membesar. Puncak kematangan seksual anak laki-laki adalah dalam kemampuan ejakulasi, pada masa ini remaja sudah dapat menghasilkan sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi pada saat tidur dan diawali dengan mimpi basah (Sarwono, 2011).

52

Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh seperti tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak kematangan pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan menstruasi pertama (menarche). Menstruasi pertama menunjukkan bahwa remaja perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar bersama darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin wanita (Sarwono, 2011). 2. Perkembangan emosi

Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan hormon, dapat ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja belum bisa mengendalikan emosi yang dirasakannya dengan sepenuhnya (Sarwono, 2011). 3. Perkembangan kognitif

Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan menghadapi masalah yang sulit secara efektif. Jika terlibat dalam masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang sangat banyak (Potter & Perry, 2009). 4. Perkembangan psikososial

Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya remaja pada kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Minat sosialnya bertambah dan penampilannya menjadi lebih

53

penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik yang terjadi seperti berat badan dan proporsi tubuh dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti, malu dan tidak percaya diri (Potter& Perry, 2009).

2.4 Kerangka Teori

Faktor Internal  Kondisi Fisiologis Secara Umum  Kondisi Psikologis  Kondisi Panca Indera  Intelegensi/Kecerdasan  Bakat  Motivasi Faktor Eksternal  Faktor Lingkungan  Faktor Instrumental  Faktor Narkoba

Diagram 2.1 Kerangka Teori

Prestasi Belajar

54

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Penyalahgunaan Obat-Obatan Terlarang Pada Remaja Putra merusak disiplin dan motivasiyang sangat penting bagi proses belajar. Siswa yang menyalahgunaan narkoba mengganggu susana belajar-mengajar dikelas dan prestasi turun drastis. Penylahgunanaan narkoba juga berkaitan dengan kanakalan dan putus sekolah. Kemungkinan penyalahguna membolos lebih besar dari pada siswa lain, hal ini dapat dapat menyebabkan menurunnya tingkat prestasi belajar siswa. Diagram 3.1 Visualisasi Kerangka Konsep Variabel Independen

Variabel Dependen

Penyalahgunaan Obat-Obatan Terlarang Pada Remaja Putra

Tingkat Prestasi

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra dan variabel dependen yaitu tingkat prestasi belajar siswa.

54

55

3.2 Definisi Operasional Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Penyalahgunaan Obat-Obatan Terlarang Pada Remaja Putra Dengan Tingkat Prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018 No

Variabel

Independen 1 Penyalahgun aan ObatObatan Terlarang Pada Remaja Putra

Dependen 2 Tingkat Prestasi

Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

Tindakan siswa dalam menggunakan obat atau zat yang dapat menenangkan syaraf, mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan, menghilangkan rasa sakit dan nyeri, menimbuka rasa mengantuk atau merangsang, dapat menimbulkan efek stufor serta dapat menimbulkan adiksi atau kecanduan

Mengisi Angket

Angket

1. Tidak : jika tidak pernah menggunakan narkoba 2. Ya, jika pernah menggunakan narkoba

Ordinal

Hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi

Melihat Raport

Buku Raport

1. A jika nilai 85 - 100 2. B, jika nilai 70-74 3. C, jika nilai 55-59 4. D, jika nilai 40-50 5. E, jika nilai < 40

Ordinal

Hasil Ukur

Skala Ukur

56

3.3 Hipotesis Penelitian Menurut Arikunto (2010) hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahami. Hipotesis dapat diturunkan dari teori, tetapi ada kalanya sukar diadakan perbedaan yang tegas antara teori dan hipotesis. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1. Ha : ada hubungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra dengan tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018 2. Ho : Tidak ada hubungan penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra dengan tingkat prestasi di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018

57

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Adapun cross sectional menurut (Notoatmodjo, 2010:37) yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.

4.2 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang memiliki atau yang didapatkan oleh satuan-satuan penelitian tentang suatu konsep tertentu (Notoatmodjo, 2010:65). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra, sedangkan variabel dependennya yaitu tingkat prestasi.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1

Populasi Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2010:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putra kelas XI di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018 sebanyak 55 orang. 57

58

4.3.2

Sampel Sampel penelitian adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010:115). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putra kelas XI di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018 sebanyak 55 orang atau total sampling.

4.4 Instrumen Penelitian Instrumentasi penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010:126). a. Alat pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner, yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan kumpulan pernyataan mengenai suatu obyek. Pernyataan dalam kuesioner bersifat tertutup, yaitu variasi jawaban sudah ditetukan dan disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban kecuali yang telah diberikan b. Cara pengambilan data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah membagikan kuesioner kepada responden dan responden diminta mengisi kuesioner

59

tersebut, untuk mengetahui penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada remaja putra, dan tingkat prestasi.

4.5

Cara Pengumpulan Data

4.5.1

Sifat dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pembagian kuesioner dengan teknik angket yaitu memberikan kuesioner kepada responden yang berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Tenaga pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti. Dengan langkahlangkah sebagai berikut : a. Proses

perijinan surat-surat ijin pengambilan data untuk studi

pendahuluan dan penelitian. b. Mengambil data siswa di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu c. Melakukan pengundian secara systematic random sampling, sesuai dengan jumlah dan kriteria sampel yang diinginkan d. Mencatat nama – nama yang terpilih menjadi sampel penelitian e. Penelitian ini tidak dilakukan oleh peneliti sendiri, melainkan dibantu oleh seseorang (enumerator). Enumerator dalam penelitian ini adalah guru yang berjumlah 2 orang. Sebelumnya enumerator tersebut sudah

60

dijelaskan tentang penelitian tersebut dan telah bersedia menjadi enumerator. f. Memberikan informasi tentang cara pengisian kuesioner kepada responden. g. Menunggu responden mengisi kuesioner tersebut, dan jika ada hal yang tidak dimengerti oleh responden, maka responden berhak menanyakan ke peneliti. h. Mengembalikan kuesioner kepada peneliti yang sudah dilakukan pengecekan sebelumnya untuk dilakukan pengolahan data. 4.5.2

Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2010:126) pengolahan data dalam penelitian menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Editing Hasil pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian dalam kuisioner tersebut apakah sudah lengkap dalam arti semua data yang diperlukan telah terisi dan apakah cukup jelas atau terbaca. Apabila ada data-data yang belum lengkap maka perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi data tersebut. Tetapi, apabila tidak memungkinkan untuk diperbaiki, maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukan dalam pengolahan “data missing”.

61

b. Coding Setelah semua data-data yang terkumpul diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. c. Memasukan data (data entry) atau processing Langkah ini adalah data-data dari masing-masing sampel dimasukan dalam bentuk kode (angka atau huruf) kemudian diolah ke dalam program atau software komputer. Dalam proses ini dituntut ketelitian karena apabila tidak akan terjadi bias, meskipun hanya memasukan data saja. d. Pembersihan data (cleaning). Apabila semua data dari setiap sumber data atau sampel selesai dimasukan,

perlu

dicek

kembali

untuk

melihat

kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

4.6 Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan melakukan penyesuaian data sesuai dengan kriteria yang ada. Analisis data untuk penelitian ini menggunakan perangkat lunak statistik dengan program SPSS.

62

a. Analisis Univariat Analisis univariat dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2010:139). Langkah-langkah analisis univariat adalah sebagai berikut: 1) Distribusi Frekuensi Mendeskripsikan karakteristik dari masing-masing variabel ke dalam distribusi frekuensi dan presentase masing-masing variabel dari semua jawaban responden dengan rumus sebagai berikut: p

f x100% n

Keterangan : P = Proporsi f = Frekuensi Kategori n = Jumlah sampel (Arikunto, 2010:131) Tabel 4.2 Distribusi Masing-Masing Variabel Variabel

f

%

Jumlah Interpretasi data hasil penelitian dengan menggunakan skala ukur proporsional menurut Arikunto (2010:131) seperti pada tabel dibawah ini :

63

Tabel 4.3 Interpretasi Hasil Prosentase No 1 2 3 4 5 6 7

Skala Pengukuran (%) 0 1 – 25 26 – 49 50 51 – 75 76 – 99 100

Interpretasi Tidak satupun responden Sebagian kecil responden Kurang dari setengah responden Setengah responden Lebih dari setengah responden Sebagian besar responden Seluruh responden

2) Analisis Bivariat Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Uji yang dipakai adalah uji Chi- Square dengan batas kemaknaan α = 0,05 atau derajat kebebasan df= 1 (Notoatmodjo, 2010:141). Langkah – langkah analisis bivariat adalah sebagai berikut : a. Menyusun Tabel Silang ( 2x2 ) Tabel 4.4 Tabel Silang (2x2) Variabel Terikat Variabel Bebas faktor resiko (+)

a

b

a+b (m1)

faktor resiko (-)

c

d

c+b (m2)

a+c ( n1)

b+d (n2)

N

(Budiarto, 2011:321) b. Menghitung Chi-Square dengan rumus : Menghitung chi-square dengan rumus menurut Budiarto (2011: 321) adalah:

64

X2=∑

(𝑂−𝐸)2 𝐸

Apabila ada sel yang kosong atau nilai < 5, maka di gunakan fisher exact dengan rumus: 2

X=

1 2

(|𝑂−𝐸|− )2 𝐸

Menurut Budiarto (2011: 321) syarat penggunaan uji chi square adalah sebagai berikut : 1) Jumlah sampel > 30 2) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kecil dari 1(satu) 3) Tidak lebih dari 20% sel yang mempunyai nilai harapan kecil dari 5

(lima).

Kalau

hal

ini

ditemui

didalam

suatu

tabel

kontingensi,dengan ukuran tabelnya > 2 x 3, maka diperlukan penggabungan.

cara

menanggulanginya

adalah

dengan

menggabungkan nilai 2 kategori menjadi 1 kategori. Artinya kategori dari variabel dikurangi sehingga kategori yang nilai harapannya kecil dapat digabung ke kategori lain. 4) Namun untuk tabel 2x2 hal ini tidak dapat dilakukan sehingga solusinya dengan menggunakan uji Fisher Exact. c. Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara membandingkan nilai  (  value) dengan nilai  = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 % dan derajat kebebasan = 1 dengan kaidah keputusan sebagai berikut :

65

1) Nilai  (  value) < 0,05, maka HO ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat. 2) Nilai  (  value) > 0,05, maka Ho gagal ditolak, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antar variabel bebas dengan variabel terikat.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu Tahun 2018, adapun waktunya direncanakan pada bulan Maret-April tahun 2018. Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi Tahun 2018 No 1

2

3

Kegiatan TAHAPAN PERSIAPAN a. Memilih Lahan Penelitian b. Studi Pendahuluan c. Menyusun proposal d. Seminar Proposal e. Perbaikan hasil sidang proposal TAHAPAN PELAKSANAAN a. Permohonan Izin Penelitian b. Pengumpulan Primer c. Melakukan Pengolahan Data, Analisa Data d. Penarikan Kesimpulan TAHAP AKHIR

Tahun 2018 Februari Maret April I II III IV I II III IV I II III IV

66

a. Menyusun Laporan b. Sidang Ujian Hasil Penelitian c. Perbaikan Hasil Sidang

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Bab I-4.docx
November 2019 18
Readme.txt
October 2019 8
Landasan Pendidikan.docx
October 2019 18
Jawaban Fiqih Ikrom.docx
October 2019 16
Dass ..docx
May 2020 14