Bab I (1) (autosaved).docx

  • Uploaded by: syara lintang
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I (1) (autosaved).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,641
  • Pages: 16
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia, ada sekitar 350 juta orang mengidap virus hepatitis B (HBV) kronis dan sekitar satu juta kematian per tahun akibat hepatitis kronis, sirosis, dan karsinoma hepatoseluler. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi dan cairan tubuh. Penularan ibu ke anak adalah rute transmisi utama dan memberi kontribusi bermakna terhadap infeksi HBV kronis. Angka penyebaran infeksi HBV semakin lama semakin meningkat, khususnya di Indonesia. Indonesia termasuk dalam salah satu negara dengan penderita hepatitis terbanyak, di antara 11 negara lainnya di Asia Tenggara. Data lapangan Kemenkes tahun 2007-2012 menunjukkan bahwa jumlah penderita infeksi HBV melebihi 31% dari jumlah penderita hepatitis secara keseluruhan. Sekitar 50% dari penderita hepatitis B dan C di Indonesia diperkirakan akan berkembang mengalami gangguan hati kronis dan 10% di antaranya berpotensi menjadi kanker hepatoseluler. Peningkatan penderita hepatitis dari tahun 2000 hingga 2012 mencapai angka hampir 80%. Pada akhir tahun 2013, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat sebanyak 9 dari 100 orang atau sekitar 25 juta penduduk Indonesia terinfeksi virus hepatitis. Penyebaran virus Hepatitis B terutama terjadi melalui transmisi vertikal yaitu dari ibu pengidap virus Hepatitis B ke bayi yang dikandungnya atau pada saat bayi dilahirkan. Sekitar 90 % bayi yang terinfeksi Virus Hepatitis B saat lahir, penyakitnya berpotensi tinggi menjadi Hepatitis kronik, sirosis hati dan kanker hati di kemudian hari. 1

Berbeda dengan infeksi pada pada orang dewasa yang hanya sekitar

5

persen berkembang menjadi kronik. Oleh karena itu, pencegahan penularan perinatal sangat penting dalam mengurangi penyebaran virus Hepatitis B. Dalam penanggulangan Hepatitis, pada World Hepatitis Assembly (WHA) ke 63 tahun 2010 di Genewa, Indonesia telah memprakarsai disetujuinya resolusi yang menyerukan agar semua negara di dunia : (1) Melakukan penanggulangan Hepatitis secara komprehensif, mulai dari pencegahan sampai pengobatan, meliputi berbagai aspek termasuk surveilans dan penelitian, (2) Menetapkan World Hepatitis Day atau Hari Hepatitis Dunia jatuh pada setiap 28 Juli. Ditetapkan 28 Juli tersebut sebagai penghormatan kepada Dr. Baruch Samuel Bloomberg, penerima hadiah Nobel atas penemuan virus Hepatitis B dan Vaksin Hepatitis B , yang lahir tanggal 28 Juli 1925. Karena itu, sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan skrining Hepatitis B dan tes darah HBsAg serta anti-HBS untuk mengetahui kondisi kesehatan hatinya. Pemeriksaan ini harus menjadi salah satu pemeriksaan wajib selain toksoplasma dan rubella.

2

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu penyakit Hepatitis B 2. Bagaimana proses penularan dari penyakit Hepatitis B 3. Bagaimana cara mencegah dan menanggulang penyakit Hepatitis B

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pentingnya pemeriksaan Hepatitis B pada ibu hamil 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengertian dari Hepatitis B 2. Mengetahui proses penularan dari Hepatitis B 3. Mengetahui cara mencegah dan menanggulang penyakit Hepatitis B

3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. ( Panduan Lengkap Kebidanan & Keperawatan ) Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab seperti virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. ( Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan ) Hepatitis atau radang hati, satu jenis penyakit hati yang paling sering dijumpai di antara penyakit – panyakit lain yang menyerang hati. Penyakit ini terutama disebabkan oleh virus dan ditandai oleh perubahan warna kulit dan bagian putih mata (sclera) menjadi kekuningan. Warna kuning tersebut timbul karena adanya pengendapan pigmen bilirubin, yang bersal dari cairan empedu. Warna air kencing penderita pun menjadi kuning atau bahkan kecoklatan seperti air teh. (Ensiklopedi) Hepatitis dikategorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A, B, C, D, E, F, dan G. di Indonesia penderita penyakit hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami banyak golongan hepatitis B dan hepatitis C. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut “ hepatitis akut” ,hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut “ hepatitis kronik “.

4

2.2 Etiologi Penyebab hepatitis bermacam-macam. Pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Penyebab-penyebab tersebut antara lain : a. Infeksi virus ; hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, Hepatitis E, Hepatitis F, hepatitis G. b. Non virus ; Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan kimia atau zat kimia, Penyakit autoimun.

Sedangkan penyakit hepatitis yang ditimbulkannya disebut sesuai dengan nama virusnya. Di antara ketujuh jenis hepatitis tersebut, hepatitis A, B dan C merupakan jenis hepatitis terbanyak yang sering dijumpai. Sedangkan kasus hepatitis F masih jarang ditemukan. Para ahli pun masih memperdebatkan apakah hepatitis F merupakan jenis hepatitis tersendiri atau tidak.

5

Ikterus merupakan salah satu gajala klinis pada wanita hamil dengan hepatitis, namun adapun ikterus dalam kehamilan sebenarnya disebabkan oleh beberapa keadaan. Ikterus yang disebabkan oleh kehamilan berupa ; perlemakan hati akut, toksemia, dan kolestasis intrhepatik. Sedangkan ikterus yang tejadi bersamaan dengan suatu kehamilan; hepatitis virus, batu empedu, penggunaan obat-obatan hepatotoksik, dan sirosis hepatis. Ikterus dapat timbul pada satu dari 1500 kehamilan, 41% diantaranya adalah hepatitis virus,21% oleh karna kolestatis intahepatik, dan kurang dari 6% oleh karna obtruksi saluran empedu di luar hati. 2.3 Gejala Penyakit hati biasanya jarang terjadi pada wanita hamil, namun apabila timbul ikterus pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling tering adalah hepatitis virus. Penyakit hepatitis biasanya memberikan keluhan mual, muntah, anoreksia, demam ringan, mata kunang. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai ikterus dan hepatomegali, sedangkan splenomegali hanya ditemukan pada 20-25% penderita. Gejala dan tanda penyakit hepatitis-B adalah sebagai berikut : a. Selera makan hilang b. Rasa tidak enak di perut c. Mual sampai muntah d. Demam tidak tinggi Kadang-kadang disertai nyeri sendi e. Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati) f. Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning g. Kulit seluruh tubuh tampak kuning h. Air seni berwarna coklat

6

2.4 Pengaruh Virus Hepatitis pada Kehamilan dan Janin a. Pengaruh hepatits virus pada kehamilan Bila hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-gejala nya akan sama dengan gejala hepatitis virus pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejalagejala yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.

Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita tidak hamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropic disertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic necrosis Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose. Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan 7

janin,menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis virus,telah diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan antara perubahanperubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala hepatitis virus. Diketahui bahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan kenaikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan

aktivitas

fibrinolitik,

sehingga

pada

kehamilan

mudah

terjadi

DIC(Disseminated Intra Vascular Coagulation). Dalam penelitianini terbukti bahwa DIC

tidak

berperan

dalam

meningkatkan

beratnya

hepatitis

virus

pada

kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi gejala-gejala hepatitis virus yang fulminant, barulah DIC mempunyai arti. b. Pengaruh hepatitis pada janin Hepatitis virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada janin, baik in utero maupun segera setelah lahir. Penularan virus ini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu : 1. Melewati placenta 2. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan 3. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya 4. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.

8

Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin baru lahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitis virus. Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahanperubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatu bentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secara hematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Angka tertinggi didapatkan, bila infeksi hepatitis virus terjadi pada kehamilan trimester III. Meskipun pada Ibu-Ibu yang mengalami hepatitis virus pada waktu hamil, tidak memberi gejala-gejala icterus pada bayi-nya yang baru lahir, 9

namun hal ini tidak berarti bahwa bayi yang baru lahir tidak mengandung virus tersebut.Ibu hamil yang menderita hepatitis virus B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala klinik. Dilaporkan, bahwa Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B, dengan gejala yang jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruh nya terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kerena icterus pada janin. Icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis virus pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan congenital pada janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.

10

2.5 Pencegahan Ibu hamil didorong melakukan pemeriksaan dini hepatitis B untuk mengetahui terjangkit tidaknya penyakit tersebut guna menyelamatkan bayi dari potensi penularan tinggi penyakit ini. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis virus. penularan hepatitis dari ibu ke anak, lima persen waktu di kandungan dan 95 persen pada saat proses kelahiran. Virus hepatitis B dapat menular melalui darah dan cairan tubuh yang terinfeksi. Anak penderita hepatitis B tidak memperlihatkan gejala, namun saat bertumbuh dewasa mulai kelihatan gejala hingga terkena kanker hati. Saat dewasa, satu dari 10 orang dewasa yang terjangkit hepatitis akan berujung pada penyakit hepatitis kronik. Saat terkena hepatitis sejak bayi lahir, sembilan dari 10 bayi berujung pada penyakit kronik jika tidak ditangani sejak lahir. Dengan pemberian vaksin saja pada bayi baru lahir sebelum 12 jam dapat menekan penularan hingga 75 persen. Namun, penggunaan vaksin dan HBIg, penularan hepatitis B dapat ditekan hingga 95 persen. Lima persen penularan hepatitis B dari ibu diperkirakan telah terjadi saat bayi dalam kandungan. Pentingnya pencegahan penularan virus hepatitis B sejak lahir. Untuk itu, ibu hamil harus memeriksa diri terkena hepatitis B atau tidak. Sebelum 12 jam atau lebih dini dari sejak kelahiran, bayi yang lahir dari ibu yang berstatus hepatitis B reaktif diberi vaksin dan Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) untuk membantu membangun antibodi melawan virus hepatitis B yang terus menyerang hati. Bila setelah pemeriksaan diketahui ibu hamil memiliki status hepatitis B reaktif (HBsAg+), bayi lahir langsung diberikan vaksin HB0 dan Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) untuk membentuk antibodi. 11

Selanjutnya, bayi akan menerima imunisasi hepatitis B pada usia dua, tiga, dan empat bulan. Jika tidak, virus akan dengan mudah menyerang hati dan berkembang menjadi sirosis hati hingga kanker hati yang dapat mengancam nyawa anak di kemudian hari. Pemerintah menargetkan eliminasi penularan HIV, sifilis, dan hepatitis B dari ibu ke anak pada 2022 sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2017. Pada 2030, pemerintah menargetkan eliminasi hepatitis B dan C.

2.6

Pengobatan Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapi tinggi protein dan karbohidrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaan trans aminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus anti gen secara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.

12

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Subjek Penapisan Sasaran penapisan ini adalah ibu hamilyang ada di wilayah kerja Puskesmas Banten Girang yaitu Kelurahan Karundang, Kelurahan Tembong, Kelurahan Dalung dan Kelurahan Gelam. 3.2 Pemeriksaan Serologi Hepatitis B Sebelum melakukan pemeriksaan, pada ibu-ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Banten Girang diberikan edukasi dengan metode ceramah tentang hepatitis B dalam kehamilan. Ibu-ibu hamil yang bersedia dilakukan penapisan diberikan penjelasan tentang prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan tujuannya. Mereka yang bersedia menyetujui melalui prosedur informed consent. Pada subjek yang telah menyetujui prosedur penapisan dilakukan anamnesis dan pengambilan sampel darah oleh petugas. Sampel darah yang terkumpul masing-masing disentrifus dan serum yang terpisah dilakukan pemeriksaan HBsAg. Hasil tes diinformasikan kepada pasien. Pasien dengan hasil HBsAg yang positif disarankan untuk berkonsultasi ke Dokter Umum Puskesmas Banten Girang.

13

Berikut adalah tabel cakupan pemeriksaan Serologi Hepatitis B di wilayah kerja Puskesmas Banten girang Tahun 2017 dan Tahun 2018, antara lain : Cakupan Pemeriksaan No.

Kelurahan 2017

2018

1.

Karundang

85 𝑥100 = 41,7% 204

108 𝑥100 = 55,7% 194

2.

Tembong

76 𝑥100 = 41,3% 184

76 𝑥100 = 45,2% 168

3.

Dalung

35 𝑥100 = 43,2% 81

48 𝑥100 = 71,6% 67

4.

Gelam

68 𝑥100 = 29,8% 228

92 𝑥100 = 44,8% 205

Dari table di atas didapatkan bahwa tingkat deteksi HBsAg pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Banten Girang dari 2017 ke 2018 mengalami peningkatan. Tetapi masih rendahnya cakupan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HBsAg menjadi dasar penilaian bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemeriksaan HBsAg pada masa hamil dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bahaya yang akan ditimbulkan pada janin akibat dari penyakit Hepatitis itu sendiri. Dari penapisan yang dilakukan, pada tahun 2017 terdapat 3 ibu hamil dengan HBsAg positif dan 8 ibu hamil dengan HBsAg positif pada tahun 2018. Semakin banyak sasaran ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HBsAg maka semakin banyak pula ibu hamil yang dapat terdeteksi HBsAg positif. Hasil ini menunjukkan bahwa infeksi virus Hepatitis B berpotensi tinggi dapat dijumpai pada ibu hamil, sehingga perlu adanya skrinnng/deteksi dini infeksi virus Hepatitis B pada ibu hamil yang terprogram di pusat 14

pelayanan kesehatan masyarakat. Deteksi dini infeksi virus Hepatitis B pada ibu hamil penting untuk mencegah penularan virus kepada janin, meminimalisir terjadinya komplikasi pada ibu dan janin dan dapat memutus mata rantai penularan penyakit tersebut.

15

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Hepatitis B merupakan jenis penyakit menular yang kerap muncul tanpa gejala. Banyak penderita yang tidak sadar sudah tertular virus tersebut, dan baru menyaari saat sudah dalam kondisi parah. Padahal, ketika belum bergejala, virus tersebut juga sudah bisa menular ke orang lain, salah satunya dari ibu hamil ke bayi yang di kandungnya. Karena itu, sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan skrining Hepatitis B dan tes darah HBsAg untuk mengetahui kondisi kesehatan hatinya. Pemeriksaan ini harus menjadi salah satu pemeriksaan wajib pada ibu hamil. Penanggulangan Penyakit infeksi dalam kehamilan dapat lebih efektif dengan dilakukannya upaya pencegahan dengan pemeriksaan khusus sedini mungkin sebelum terlambat. Deteksi dini infeksi virus Hepatitis B pada ibu hamil penting untuk mencegah penularan virus kepada janin, meminimalisir terjadinya komplikasi pada ibu dan janin dan dapat memutus mata rantai penularan penyakit tersebut.

4.2 Saran Agar penyakit infeksi dalam kehamilan dapat dicegah hendaknya ditingkatkan upaya konseling melalui program KIE kepada masyarakat luas khususnya mereka yang mempunyai risiko tinggi. Sehingga masyarakat menyadari pentingnya pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil dan dapat mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari penyakit tersebut. 16

Related Documents

Bab I-1.docx
October 2019 19
Bab I (1).pdf
December 2019 7
Bab I (1).pdf
November 2019 15
Bab I-1.docx
April 2020 16
Bab I-1.docx
June 2020 18
Bab I (1).docx
April 2020 35

More Documents from "apriani"

Sosiologi Full Print
October 2019 37
Pr.docx
October 2019 41
Untitled Document.pdf
May 2020 31
Brosur.docx
June 2020 28