Bab 7.docx

  • Uploaded by: Leni Yulianingsih
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 7.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,939
  • Pages: 29
FISIKA KUANTUM BAB 7 SOLUSI PERSAMAAN SCHRODINGER PADA BEBERAPA POTENSIAL

Disusun Oleh : Kelompok I 1. Leni Yulianingsih

(20160111064013)

2. Dian Putrian Permata Sari

(20160111064028)

3. Naomi Ernita Mambai

(20160111064023)

4. Sardi M. Rajagukguk

(20160111064007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA 2019

BAB 7 SOLUSI PERSAMAAN SCHRODINGER PADA BEBERAPA POTENSIAL A. Partikel dalam Kotak Potensial dengan Dinding Tak Berhingga Solusi persamaan schrodinger bebas โ€“ waktu sangat bergantung pada potensial V (โ†’) yang memengaruhi patikel. Suatu partikel yang ditempatkan dalam kotak potensial dengan dinding yang tak berhingga tingginya, tentunya tak dapat keluar dari kotak tersebut. Pada kasus ini, partikel terperangkap dalam kotak potensial. Jika di berikan energy E yang sangat besar ( E < โˆž ) pada partikel tersebut, tetap saja energy tersebuttidak cukup untuk di gunakan dalam mengatasi inding potensial. Ilustrasi untuk kasus dalam kotak satu dimensi sebagai berikut.

Sumber : dokumen penulis Gambar 7.1 Partikel dalam kotak potensial Andaikan terdapat satu partikel dengan energy E dalam kotak potensial tersebut, maka secara klasik diketahui bahwa partikel itu akan bergerak dari kiri ke kanan kemudian ke arah sebaliknya. Perubahan arah momentum linier terjadi ketika partikel menumbuk dinding tersebut. Salah satu cara yang dapat menguantisasikan system tersebut yaitu dengan menggunakan kaidah kuantisasi Wilson-Sommerfeld. โˆฎ ๐‘๐‘ฅ ๐‘‘๐‘ฅ =nh Kasus tersebut merupakan gejala berkala, sehingga uangkapan kuantisasi menjadi: +๐‘Ž

โˆ’๐‘Ž

โˆซโˆ’๐‘Ž ๐‘๐‘ฅ ๐‘‘๐‘ฅ + โˆซ+๐‘Ž (โˆ’๐‘๐‘ฅ ) ๐‘‘๐‘ฅ = ๐‘›โ„Ž

(7.1)

Nilai |๐‘๐‘ฅ | tidak dapat berubah besarnya, sehingg ๐‘๐‘ฅ (4๐‘Ž) = ๐‘›โ„Ž atau ๐ธ =

๐‘๐‘ฅ 2 2๐‘š0

yang

menghasilkan pernyataan: ๐ธ=

โ„Ž2 ๐‘›2 32๐‘š0 ๐‘Ž2

Analisis penggunaan teori kuantum lama dapat menyajikan kuantisasi harga energy total partikel untuk kasus partikel yang bergerak dalam kotak potensial dengan dinding yang tak- berhingga tingginya. Lantas bagaimana jika digunakan analisis persamaan Schrodinger untuk kasus tersebut? Analisis menggunakan metode Schrodinger pada kasus tersebut di mulai dengan mengkaji persamaan Schrodinger satu dimensi untuk potensial tak tergantung waktu, sehingga berlaku persamaan gelombang Schrodinger bebas waktu, yaitu: โˆ’

ั›2 ๐‘‘2 ัฐ (๐‘ฅ) 2๐‘š0

๐‘‘๐‘ฅ 2

+ ๐‘‰ (๐‘ฅ) ัฐ (๐‘ฅ) = E ัฐ (๐‘ฅ)

Fungsi potensial untuk kasus partikel dalam kotak yaitu: ๐‘‰ (๐‘ฅ) = 0 , ๐‘‘๐‘– ๐‘‘๐‘Ž๐‘’๐‘Ÿ๐‘Žโ„Ž โˆ’ ๐‘Ž < ๐‘ฅ > ๐‘Ž ๐‘‰ (๐‘ฅ) = โˆž , ๐‘‘๐‘– ๐‘‘๐‘Ž๐‘’๐‘Ÿ๐‘Žโ„Ž |๐‘ฅ| > ๐‘Ž Untuk daerah |๐‘ฅ| > ๐‘Ž diketahui bahwa ๐‘‰ (๐‘ฅ) = โˆž probabilitas kehadiran partikel dalam daerah itu adalah nol, sehingga ัฐ (๐‘ฅ) = 0 untuk|๐‘ฅ| โ‰ฅ ๐‘Ž solusi persamaan gelombang terletak dalam daerah โˆ’๐‘Ž < ๐‘ฅ > ๐‘Ž yang memenuhi persamaan Schrodinger : โˆ’

ั›2 ๐‘‘2 ัฐ (๐‘ฅ) 2๐‘š0

๐‘‘๐‘ฅ 2

= E ัฐ (๐‘ฅ)

Solusi dalam persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk sinusoidal sebagai berikut: ัฐ (๐‘ฅ) = A sin ( kx) + B cos (kx) Kemungkinan harga amplitude A dan B sebagai berikut. 1. A = B = 0, merupakan solusi yang kurang bermaanfaat. 2. B = 0, sehingga persamaan solusi adalah ัฐ (๐‘ฅ) = A sin ( kx) 3. A=0, sehingga persamaan solusi adalah ัฐ (๐‘ฅ) = A cos (kx)

(7.2)

Misalkan, diambil kemungkinan B=0, sehingga ัฐ (๐‘ฅ) = A sin ( kx) solusi tersebut harus memenuhi syarat batas bahwa ัฐ (๐‘Ž) = ัฐ (โˆ’๐‘Ž) = 0 . 0 = A sin ( k๐‘Ž) dan = A cos ( -k๐‘Ž) Nilai (ka) dapat di peroleh dari persamaan tersebut, yakni: ๐‘˜๐‘Ž = ๐‘›, ๐œ‹ dengan ๐‘›, = 1, 2 , 3, โ€ฆ.. Substitusi nilai tersebut dalam persamaan Schrodinger bebas waktu memberikan:

E=

ั›2 ๐‘˜ 2

=

2๐‘š0

(๐‘›, ๐œ‹)2 ) ๐‘Ž

ั›2 (

2๐‘š0

โ„Ž2 ๐‘›,2

= 8๐‘š

0

๐‘Ž2

โ„Ž2

= 32 ๐‘š

0๐‘Ž

2

(2๐‘›, )2

(7. 3)

โ„Ž

Ingat, ั› =

2๐œ‹

Fungsi eigen yang berkaitan dengan nilai tersebut adalah: (๐‘›, ๐œ‹)

ัฐ (๐‘ฅ) = A sin [(

) ๐‘ฅ]

๐‘Ž

(7.4)

Normalisasi fungsi eigen dengan nilai tersebut akan memberikan amplitudo A, +๐‘Ž

โˆซ โˆ’๐‘Ž

|๐ด|2

(๐‘›, ๐œ‹) ๐‘ ๐‘–๐‘› [( ) ๐‘ฅ ] ๐‘‘๐‘ฅ = 1 ๐‘Ž 2

๐‘›, ๐œ‹๐‘ฅ

+๐‘Ž

Sehingga ๐ด2 [โˆซโˆ’๐‘Ž ๐‘ ๐‘–๐‘›2 (

๐‘Ž

) ๐‘‘๐‘ฅ] = 1 dan diperoleh A =

1 โˆš๐‘Ž

Fungsi gelombangnya adalah: ัฐ (๐‘ฅ) =

1 โˆš๐‘Ž

sin (

๐‘›, ๐œ‹๐‘ฅ ๐‘Ž

โ„Ž2

) dengan energy terkuantisasi, E๐‘›, = 32 ๐‘š

0๐‘Ž

2

(2๐‘›, )2 dengan

๐‘›, = 1,2,3,4,.. Jika diambil kemungkinan A=0, sehingga solusi persamaan adalah: ัฐ (๐‘ฅ) = B cos (kx). Persamaan tersebut harus memenuhi syarat batas sebagai berikut, ัฐ (๐‘Ž) = ัฐ (โˆ’๐‘Ž) = 0 0 = B cos (ka) dan 0=B cos (-ka) Nilai (ka) yang dapat diperoleh dari persamaan tersebut adalah :

๐‘˜๐‘Ž =

(2๐‘™+1)๐œ‹

dengan l = 0, 1, 2, 3,โ€ฆ..

2

Substitusi nilai tersebut dalam persamaan Schrodinger bebas - waktu memberikan:

E=

ั›2 ๐‘˜ 2

=

2๐‘š0

ั›2 [

(2๐‘™+1)๐œ‹ 2 ] 2๐‘Ž 2๐‘š0

โ„Ž2

= 32๐‘š

0๐‘Ž

2

(2๐‘™ + 1)2

(7.5)

Fungsi eigen yang berkaitan dengan tersebut adalah : ัฐ (๐‘ฅ) = B cos [

(2๐‘™+1)๐œ‹๐‘ฅ 2๐‘Ž

]

Normalisasi fungsi eigen tersebut memberikan amplitudo B besar : B =

(7.6) 1 โˆš๐‘Ž

sehingga fungsi

gelombang ternormalisasi adalah : 1

ัฐ (๐‘ฅ) = ๐ธ๐‘™ =

โˆš๐‘Ž

cos [

โ„Ž2 32๐‘š0 ๐‘Ž2

(2๐‘™+1)๐œ‹๐‘ฅ 2๐‘Ž

] dengan energi terkuantitasi:

, ๐‘™ = 1, 2, 3, 4, โ€ฆ.

Jika kedua fungsi gelombang untuk kasus A = 0 dan B = 0 di perhitungkan, maka di peroleh bahwa energy partikel dalam kotak potensial dengan dinding yang tak berhingga akan terkuantisasi mengikuti nilai berikut . ๐ธ๐‘› =

โ„Ž 2 ๐‘›2 32๐‘š0 ๐‘Ž2

, ๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐‘› = 1, 2, 3, 4, โ€ฆ.

(7.7)

Fungsi eigen yang sesuai dengan solusi pada nilai eigen tersebut terdiri dari dua kategori, sebagai berikut. 1. Kategori pertama, untuk harga n genap. ัฐ (๐‘ฅ) =

1 โˆš๐‘Ž

sin [

๐‘›๐œ‹๐‘ฅ 2๐‘Ž

]

Fungsi eigen merupakan fungsi ganjil, ัฐ (๐‘ฅ) = - ัฐ (โˆ’๐‘ฅ) dan nilai energinya adalah: ๐ธ๐‘› =

โ„Ž 2 ๐‘›2 32๐‘š0 ๐‘Ž2

2. Kategori kedua, untuk harga n ganjil. ัฐ (๐‘ฅ) =

1 โˆš๐‘Ž

cos [

๐‘›๐œ‹๐‘ฅ 2๐‘Ž

]

Fungsi eigen merupakan fungsi genap, ัฐ (๐‘ฅ) = - ัฐ (โˆ’๐‘ฅ) dan nilai energinya adalah : ๐ธ๐‘› =

โ„Ž 2 ๐‘›2 32๐‘š0 ๐‘Ž2

Jadi, fungsi eigen terbagi dalam dua kategori, yakni yang berparitas ganjil dan berparitas genap, bergantung pada nilai bilangan kuantumnya, apakah genap ataukah ganjil. Persamaan Schrodinger bebas waktu memberikan energy yang berharga diskrit yang dicirikan dengan suatu bilanngan bulat n tersebut dinamakan bilangan kuantum. Ternyata hasil yang diperoleh sama dengan hasil analisis dengan menerapkan kaidah kuantisasi Wilson- Summerfeld, yaitu energy dinyatakan dengan persamaan ๐‘› =

โ„Ž 2 ๐‘›2 32๐‘š0 ๐‘Ž2

.

Berikut ini dideskripsikan beberapa nilai energy dan funsi eigen untuk kasus satu partikel dalam kotak potensial dengan berdinding tidak berhingga. Tabel Nilai Energy Dan Fungsi Eigen Satu Partikel Dalam Kotak Potensial Berdinding Tidak Berhingga n

๐ธ๐‘›

5

25๐ธ๐‘™ 16๐ธ๐‘™

4

9๐ธ๐‘™

3

4๐ธ๐‘™

2

๐ธ๐‘™

1

ัฐ๐‘› (๐‘ฅ) 1 โˆš๐‘Ž 1 โˆš๐‘Ž 1 โˆš๐‘Ž 1 โˆš๐‘Ž 1 โˆš๐‘Ž

cos [ sin [

2๐‘Ž

4๐œ‹๐‘ฅ

cos [ sin [

5๐œ‹๐‘ฅ

2๐‘Ž

]

3๐œ‹๐‘ฅ 2๐‘Ž

๐‘›๐œ‹๐‘ฅ 2๐‘Ž

]

]

]

๐œ‹๐‘ฅ

cos [ 2๐‘Ž ]

Sumber: dokumen penulis Gambar 7.2 Fungsi gelombang untuk beberapa bilangan kuantum Energi paling rendah yang dinamakan dengan zero point energi berkaitan dengan n=1. Prinsip Heisenberg dapat di telaah untuk khasus energy terendah. Pada kasus partike dalam

kotak potensial tersebut. Ketidak pastian dalam pengukuran potesial adalah 2a, maka โ„Ž2

ั›

โ„Ž

menurut Heisenberg โˆ†๐‘๐‘ฅ โ‰ฅ 4๐‘Ž sedangkan ๐‘๐‘™ 2 = 2๐‘š0 ๐ธ๐‘™ = 16๐‘Ž2 ; sehingga diperoleh ๐‘๐‘™ = 4๐‘Ž Berdasarkan pandangan gelombang, sebuah partikel yang terperangkap dalam kotak dapat dianalogikan dengan gelombang tegak (stasioner) pada tali yang dipentangkan antara dinding kotak itu. Pada kasus tersebut, variabel gelombang (pergeseran transversal dari tali fungsi gelombang ัฑ) harus nol pada dinding kotak it

u. Panjang gelombang de Broglie

yang mungkin menyertai partikel dalam kotak ditentukan oleh lebar kotak L, seperti diilustrasikan dalam gambar berikut.

Sumber: dokumen penulis Gambar 7.3 Fungsi gelombang partikel dalam kotak yang lebarnya L Panjang gelombang partikel terkait dengan nilai ๐œ† = 2๐ฟ, berikutnya oleh ๐œ† = ๐ฟ, kemudian ๐œ† = 2๐ฟ/3, dan seterusnya. Rumusan umum untuk panjang gelombang yang diperbolehkan adalah: ๐œ†๐‘› =

2๐ฟ ๐‘›

n = 1, 2, 3,โ€ฆ.

(7.8)

Berdasarkan Teorema Fourier, sebuah fungsi ๐œ™(๐‘ฅ) yang memenuhi syarat batas ๐œ™(๐‘ฅ) = ๐œ™(0) dapat dinyatakan sebagai berikut : ๐œ™(๐‘ฅ) = โˆ‘โˆž ๐‘›=1 ๐‘†๐‘–๐‘› ๐ถ๐‘›

๐‘›๐œ‹๐‘ฅ

(7.9)

๐‘Ž

Fungsi eigen untuk operator Hamiltonian (H) untuk kasus sumur dengan dinding tak berhingga adalah sebanding dengan sin mencangkup fungsi eigen ๐‘ข๐‘› (๐‘ฅ), yaitu:

๐‘›๐œ‹๐‘ฅ ๐‘Ž

,sehingga fungsi tersebut dapat ditulis dengan

๐œ™(๐‘ฅ) = โˆ‘โˆž ๐‘›=1 ๐ด๐‘› ๐‘ข๐‘› (๐‘ฅ)

(7.10)

Nilai An dapat ditentukan berdasarkan sifat ortonomolitas, yakni: ๐‘Ž

๐‘Ž

โˆซ0 ๐‘ขโˆ— ๐‘š (๐‘ฅ)ัฑ (๐‘ฅ)๐‘‘๐‘ฅ = โˆซ0 ๐‘ขโˆ— ๐‘š (๐‘ฅ) โˆ‘โˆž ๐‘›=1 ๐ด๐‘› ๐‘ข๐‘› (๐‘ฅ) ๐‘Ž

โˆž โˆ— = โˆ‘โˆž ๐‘›=1 ๐ด๐‘› โˆซ0 ๐‘ข ๐‘š (๐‘ฅ) ๐‘ข๐‘› (๐‘ฅ) dx = โˆ‘๐‘›=1 ๐ด๐‘› ๐›ฟ๐‘š๐‘š = ๐ด๐‘š ๐‘Ž

๐ด๐‘š = โˆซ0 ๐‘ขโˆ— ๐‘š (๐‘ฅ) ๐‘ข๐‘› (๐‘ฅ) dx

(7.11)

Nilai ekspektasi energy untuk partikel dalam kotak dengan H = p2/2m sebagai berikut. ๐‘Ž

โŒฉ๐ปโŒช = โˆซ0 ัฑโˆ— ๐‘š (๐‘ฅ) ๐ปัฑ (๐‘ฅ) dx ๐‘Ž

= โˆซ0 ัฑโˆ— ๐‘š (๐‘ฅ) ๐ป โˆ‘๐‘› ๐ด๐‘› ๐‘ข๐‘› dx ๐‘Ž

= โˆ‘๐‘› ๐ด๐‘› โˆซ0 ัฑโˆ— (๐‘ฅ) ๐ธ๐‘› ๐‘ข๐‘› dx = โˆ‘๐‘› ๐ธ๐‘› |๐ด๐‘› |2

(7.12)

๐‘Ž

Perhatikan bahwa ๐ป๐‘ข๐‘› (๐‘ฅ) = ๐ธ๐‘› ๐‘ข๐‘› (๐‘ฅ) dan โˆซ0 ัฑโˆ— (๐‘ฅ) ัฑ (๐‘ฅ)๐‘‘๐‘ฅ = 1 Berdasarkan syarat normalitas tersebut, dapat ditulis: ๐‘Ž

I = โˆซ0 ๐œ™ โˆ— (๐‘ฅ) โˆ‘๐‘› ๐ด๐‘› ๐‘ข๐‘› dx = โˆ‘๐‘› ๐ด๐‘› ๐ดโˆ— ๐‘› = โˆ‘๐‘›|๐ด๐‘› |2

(7.13)

Kesetaraan persamaa (7.12) dan (7.13) menghasilkan pernyataan untuk ๐ด๐‘› yakni: ๐‘Ž

๐ด๐‘› = โˆซ0 ๐‘ขโˆ— ๐‘› (๐‘ฅ) ัฑ (๐‘ฅ) dx

(7.14)

Persamaan tersebut menyatakan probabilitas pengukuran energy untuk keadaan yang menghasilkan nilai eigen En. Contoh soal 1. Carilah tingkat energy sebuah electron dalam kotak yang lebarnya 1ร…. jika diketahui ๐‘š = 9,1 ร— 10โˆ’31 ๐‘˜๐‘” dan L = 1ร… = 10โˆ’10 m! Jawaban: ๐ธ๐‘› =

๐‘›2 ( 6,625 ร—10โˆ’43 ๐ฝ๐‘ )2 8 ( 9,1 ร— 10โˆ’31 ๐‘˜๐‘”)(10โˆ’10 m)2

= 8,0 ร— 1018 ๐‘›2 ๐ฝ

Energy minimum yang dimiliki electron ialah 38 eV, yang bersesuaian dengan harga n=1. Deretan tingkat energy selanjutnya adalah ๐ธ2 = 152 eV, ๐ธ3 = 608 eV dan seterusnya. Tingkat energy ini cukup berjahuan, sehingga kuantisasi energy electron dalam kotak seperti itu dapat terjadi. 2. Tunjukkan bahwa hubungan berikut akan berlaku untuk fungsi gelombang ัฑ๐‘› (๐‘ฅ) = ัฑ๐‘š (๐‘ฅ) pada sebuah partikel dalam sebuah kotak satu dimensi. ๐‘ง

โˆซ ัฑ๐‘› (๐‘ฅ)ัฑ (๐‘ฅ) ๐‘‘๐‘ฅ = ๐›ฟ๐‘›๐‘š โˆ’๐‘ง

๐›ฟ๐‘›๐‘š adalah kronecker delta, yang nilainya sama dengan 1 jika n = m, dan nilainya 0 jika ๐‘›โ‰ ๐‘š Jawaban: Fungsi gelombang dengan bilangan kuantum n dalam sebuah kotak dengan panjang L diberikan oleh persamaan: 2 ๐‘›๐œ‹๐‘ฅ (๐‘ฅ) = โˆš sin ( ) ๐ฟ ๐ฟ Fungsi gelombang untuk posisi di luar kotak ัฑ๐‘› (๐‘ฅ) = 0 Misalkan integral pada persoalan disebut sebagai ๐ผ๐‘›๐‘š , โˆž

๐ฟ

2 ๐‘›๐œ‹๐‘ฅ ๐‘›๐œ‹๐‘ฅ ๐ผ๐‘›๐‘š = โˆซ ัฑ๐‘› (๐‘ฅ)ัฑ (๐‘ฅ)๐‘‘๐‘ฅ = โˆซ ( ) sin ( ) sin ( ) ๐‘‘๐‘ฅ ๐ฟ ๐ฟ ๐ฟ โˆ’โˆž

0

Perhatikan rumus penjumlahan sudut untuk fungsi trigonometri berikut: cos (๐ด ยฑ ๐ต) = cos ๐ด ๐‘๐‘œ๐‘ง ๐ต โˆ“ sin ๐ด sin ๐ต Analisis persamaan tersebut akan menghasilkan relasi: sin A sin ๐ต =

1 2

(cos(๐ด โˆ’ ๐ต) โˆ’ cos(๐ด + ๐ต))

Jadi ๐ผ๐‘›๐‘š = ๐ผ (โˆ’)โ€“ ๐ผ(+) 1

๐ฟ

Pada kasus ini ๐ผ (ยฑ) = (๐ฟ) โˆซ0 ๐ถ๐‘‚๐‘† (

(๐‘›ยฑ๐‘š)๐œ‹๐‘‹

Jika dinyatakan besaran ๐œƒ sebagai ๐œƒ =

๐ฟ ๐œ‹๐‘ฅ ๐ฟ

๐ฟ

1 ๐ผ (ยฑ) = ( ) โˆซ ๐ถ๐‘‚๐‘† {(๐‘› ยฑ ๐‘š)๐œƒ }๐‘‘๐œƒ ๐œ‹ 0

Jika, (๐‘› ยฑ ๐‘š).tidak sama dengan 0, maka: 1 1 2 ๐ผ (ยฑ) = [(๐œ‹) {(๐‘›ยฑ๐‘š)} sin(๐‘› ยฑ ๐‘š)๐œƒ] = 0 1

) ๐‘‘๐‘ฅ ๐œ‹

dan ๐‘‘๐œƒ = ( ๐ฟ ) ๐‘‘๐‘ฅ maka akan diperoleh:

Jika, (๐‘› โˆ’ ๐‘š = 0 ) , maka: ๐ผ (โˆ’) =

1

๐œ‹

๐‘‘๐œƒ = ๐œ‹ = 1 ๐œ‹

Jadi, dipenuhi kondisi: 1) Untuk n = m, ๐ผ๐‘›๐‘š = 1 โˆ’ 0 = 1 .dan 2) Untuk ๐‘› โ‰  ๐‘š , ๐ผ๐‘›๐‘š = 0 โˆ’ 0 = 0 dengan menggunakan delta kronecker, akan diperoleh relasi๐ผ๐‘›๐‘š = ๐›ฟ๐‘›๐‘š Integral dari contoh ini dengan n=m adalah kondisi normalisasi. Pada kasus ๐‘› โ‰  ๐‘š, integralnya akan sama dengan 0, dengan dua fungsi gelombangnya dikatakan saling orthogonal dan memenuhi sifat ortogonalitas. Sifat ortogonalitas berlaku secara umum antara sembarang fungsi gelombang yang berkorespondensi dengan nilai eigen yang berbeda. Jika fungsi โ€“ fungsi ternormalisasi dan saling orthogonal, maka himpunan fungsi-fungsi tersebut dikatakan ortonormal dan mengikuti sifat ortonormalisasi. B. Partikel dalam Potensial Berbentuk Tangga Kasus sederhana yang perlu dikaji adalah kasus partikel yang dipengaruhi oleh potensial yang konstan. Persamaan Schrodinger satu dimensi yang tidak bergantung waktu untuk kasus tersebut sebagai berikut. (โˆ’

โ„2

๐‘‘2

2๐‘š ๐‘‘๐‘ฅ 2

โ„2 ๐‘‘ 2 ๐œ“

โˆ’ 2๐‘š

๐‘‘๐‘ฅ 2

+ ๐‘‰) ๐œ“= ๐ธ๐œ“

(7.15)

+ (๐ธ โˆ’ ๐‘‰) ๐œ“ = 0

(7.16)

Solusi persamaan tersebut bergantung pada perbandingan nilai E dan V. Kasus yang mungkin terjadi adalah adanya suatu partikel bermassa m yang bergerak dari kiri ke kanan pada suatu daerah yang dipengaruhi oleh potensial berbentuk tangga, seperti pada gambar berikut. Pada kasus tersebut, tidak ada potensial pada daerah x < 0, sedangkan pada daerah x โ‰ฅ 0, potensialnya konstan yaitu V.

Gambar 7.4 Potensial tangga

Pada kajian potensial tangga ini, ada tiga kasus yang perlu dikaji sebagai berikut. 1. Kasus dengan energi partikel (E) lebih kecil dari V0 atau E < V0. 2. Kasus dengan energi partikel (E) lebih besar dari V0 atau E > V0. 3. Kasus dengan energi lebih kecil dari nol E < 0. Penyelesaian persamaan Schrodinger bebas waktu dengan potensial tangga dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Membagi solusinya menjadi dua bagian, yaitu solusi untuk daerah I (x < 0) dan daerah II (x > 0). 2. Menyesuaikan kedua solusi tersebut sehingga memenuhi sifat kontinuitas fungsi gelombang dan turunan fungsi gelombang. Bentuk sederhana dari persamaan Schrodinger untuk kasus ini adalah : ๐‘‘2 ๐œ“ ๐‘‘๐‘ฅ 2 ๐‘‘2 ๐œ“ ๐‘‘๐‘ฅ 2

+ +

2๐‘š โ„2 2๐‘š โ„2

๐ธ๐œ“ (๐‘ฅ) = 0

untuk x < 0

(๐ธ โˆ’ V0) ๐œ“ (๐‘ฅ) = 0

untuk x > 0

1. Kasus E < V0

Gambar 7.5 Partikel dengan energi E < V0 pada kasus potensial tangga Pada kasus energi total E < V0, menurut mekanika klasik, partikel dengan energi E yang merambat ke kanan dan menjumpai potensial V akan dipantulkan ke kiri. Oleh sebab itu, partikel tidak dapat berada dalam daerah x > 0. Kondisi pada mekanika kuantum ternyata tidak serupa dengan kajian mekanika klasik. Kajian mekanika kuantum adalah dengan membahas persamaan Schrodinger pada daerah I dan daerah II untuk kasus tersebut. Persamaan Schrodinger untuk daerah I, x < 0; dengan potensial V(x) = 0, adalah: โ„2

โˆ’ 2๐‘š

0

๐‘‘2 ๐œ“ (๐‘ฅ) ๐‘‘๐‘ฅ 2

= ๐ธ๐œ“ (๐‘ฅ)

Solusi umum dari persamaan tersebut untuk daerah I daerah: ฮจ (๐‘ฅ) = ๐ด๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 x + B๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 x , x < 0 1

dengan harga k1 = โ„ โˆš2๐‘š0 ๐ธ Persamaan Schrodinger untuk partikel dalam daerah II, x > 0, dengan potensial V (x) = V0 dan nilai adalah: โ„2

๐‘‘2 ฮจ (๐‘ฅ)

โˆ’ 2๐‘š

๐‘‘๐‘ฅ 2

0

+ V0 ฮจ (๐‘ฅ) = E ฮจ (๐‘ฅ)

Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut. โ„2

๐‘‘2 ฮจ (๐‘ฅ)

โˆ’ 2๐‘š

๐‘‘๐‘ฅ 2

0

๐‘‘2 ฮจ (๐‘ฅ) ๐‘‘๐‘ฅ 2

โˆ’

2๐‘š0 โ„2

+[๐‘‰0 โˆ’ ๐ธ]ฮจ (๐‘ฅ) = 0 ; untuk x > 0, atau : [๐‘‰0 โˆ’ ๐ธ]ฮจ (๐‘ฅ) = 0

Solusi untuk umum persamaan tersebut adalah: ฮจ (๐‘ฅ)= C๐‘’ ๐‘˜2 x + D๐‘’ ๐‘˜2 x ; untuk x > 0 1

Nilai k2 adalah k2 = โ„ โˆš2๐‘š0 (๐‘‰0 โˆ’ ๐ธ) Selanjutnya pada fungsi keadaan perlu diberlakukan syarat-syarat agar berperilaku baik (well behaved function) di seluruh interval x, sebagai berikut. a. ฮจ (๐‘ฅ) berharga berhingga, oleh karena itu, nilai C = 0. Jika Cโ‰  0, maka ฮจ (๐‘ฅ) dapat berharga tak berhingga ketika x โ†’ โˆ b. ฮจ (๐‘ฅ) berharga kontinu, juga di x = 0, ๐ด๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 x + B๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 x = D๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜2 x ๐ด๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 0 + B๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 0 = D๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜2 0 Oleh karena itu, ada hubungan antara koefisien: A + B = D c. ฮจ (๐‘ฅ) berharga kontinu, juga di x = 0 Pada daerah x < 0 โ†’ ฮจ (๐‘ฅ) = ik1 ๐ด๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 x โ€“ ik1 B๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 x Pada daerah x > 0 โ†’ ฮจ (๐‘ฅ) = - k2 D๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜2 x Syarat kesinambungan di x = 0, menghasilkan relasi: ๐œ•๐œ“1 (๐‘ฅ) ๐œ•๐‘ฅ

| x=o

=

๐œ•๐œ“2 (๐‘ฅ) ๐œ•๐‘ฅ

| x=o

ik1 ๐ด๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 x โ€“ ik1 B๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 x = - k2 D๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜2 x ik1 ๐ด๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 0 โ€“ ik1 B๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 0 = - k2 D๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜2 0 ik1 A โ€“ ik1B = -k2D Kombinasi persamaan ( A + B = D) dan (ik1 A โ€“ ik1 B = -k2 D) memberikan relasi berikut. ๐ท

๐‘–๐‘˜2

A = 2 [1 +

๐‘˜1

๐ท

๐‘–๐‘˜2

2

๐‘˜1

B = [1 โˆ’

]

]

Persyaratan bahwa ฮจ (๐‘ฅ) merupakan fungsi yang dapat diterima menghasilkan solusi: ๐ท

ฮจ (๐‘ฅ)= 2 [1 +

๐‘–๐‘˜2 ๐‘˜1

๐ท

] ๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 x + 2 [1 โˆ’

๐‘–๐‘˜2 ๐‘˜1

] ๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 x untuk daerah x โ‰ค 0

ฮจ (๐‘ฅ)= D๐‘’ โˆ’๐‘˜2 x , untuk daerah x โ‰ฅ 0 ๐ธ๐‘ก

Selanjutnya, dicari fungsi gelombang total ฮจ (๐‘ฅ, ๐‘ก)= ฮจ (๐‘ฅ) ๐‘’๐‘ฅ๐‘ [โˆ’๐‘– โ„ ] . Fungsi gelombang total untuk kasus tersebut adalah: ๐ท

ฮจ (๐‘ฅ, ๐‘ก) = 2 [1 +

๐‘–๐‘˜2 ๐‘˜1

๐ท

] ๐‘’ ๐‘– (๐‘˜๐‘– ๐‘ฅโˆ’๐œ”๐‘ก) + 2 [1 โˆ’

๐‘–๐‘˜2 ๐‘˜1

] ๐‘’ โˆ’๐‘– (๐‘˜๐‘– ๐‘ฅ+๐œ”๐‘ก) , untuk daerah x โ‰ค 0

Suku pertama ruas kanan adalah gelombang yang merambat ke kanan (gelombang datang), dan suku kedua adalah gelombang yang merambat ke kiri (pantulan). Gelombang yang ada pada daerah II adalah: ฮจ (๐‘ฅ, ๐‘ก)= D exp[โˆ’๐‘˜2 ๐‘ฅ] ๐‘’๐‘ฅ๐‘ [โˆ’๐‘–๐œ”๐‘ก], untuk daerah x โ‰ฅ 0. Pada kasus ini terjadi transmisi gelombang dan refleksi gelombang pada daerah x = 0. Koefisien pemantulan menurut fisika gelombang adalah: ๐‘…=

๐ตโˆ™ ๐ต ๐ดโˆ™ ๐ด

=

๐ทโˆ™ ๐‘–๐‘˜ ๐ท ๐‘–๐‘˜ [1+ 2 ] [1โˆ’ 2 ] 2 ๐‘˜1 2 ๐‘˜1 ๐ทโˆ™ ๐‘–๐‘˜2 ๐ท ๐‘–๐‘˜2 [1โˆ’ ] [1+ ] 2 ๐‘˜1 2 ๐‘˜1

= 1; untuk E < V

(7.17)

Nilai ini sesuai dengan deskripsi fisika klasik untuk kasus tersebut. Pada analisis tersebut, gelombang dideskripsikan sebagai gelombang berjalan. Rapat probabilitas menemukan gelombang di daerah x โ‰ฅ 0 dapat dianalisis sebagai berikut. ฮจ โˆ™ (๐‘ฅ, ๐‘ก) ฮจ (๐‘ฅ, ๐‘ก)= ๐ท โˆ™ D๐‘’ โˆ’2๐‘˜2 x Nilai rapat probabilitas ini akan mendekati 0 jika x โ†’ โˆž; tetapi pada posisi dekat x = 0, ada nilai ๐œ“๐œ“. Kondisi ini sangat berbeda dengan fisika klasik yang secara nyata menyatakan bahwa tidak ada partikel di daerah x > 0

Sumber: dokumen penulis Gambar 7.6 Gelombang pada daerah di sekitar posisi x = 0 2. Kasus E > V0

Gambar 7.7 Partikel dengan energi E > V0 pada kasus potensial tangga Pada kasus kedua, kajian dilakukan untuk energy partikel (E) lebih besar dari potensial V0. Persamaan Schrodinger bebas-waktu satu dimensi untuk kasus tersebut adalah: โ„2

Pada daerah x < 0: โˆ’ 2๐‘š

0

โ„2

Pada daerah x > 0: โˆ’ 2๐‘š

0

๐œ•2 ฮจ (๐‘ฅ) ๐œ•๐‘ฅ 2 ๐œ•2 ฮจ (๐‘ฅ) ๐œ•๐‘ฅ 2

= ๐ธฮจ (๐‘ฅ) = [๐ธ โˆ’ ๐‘‰0 ]ฮจ (๐‘ฅ)

Persamaan tersebut, masing-masing memiliki solusi sebagai berikut. 1

Pada daerah x < 0: ฮจ (๐‘ฅ) = ๐ถ๐‘’ ๐‘–๐‘˜2 x + D๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜2 x , dengan โ„ โˆš2๐‘š0 (๐ธ โˆ’ ๐‘‰0 ) Pada daerah x > 0 : ฮจ (๐‘ฅ) = ๐ถ๐‘’ ๐‘–๐‘˜2 x + D๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜2 x , dengan k2 =

1 โ„

โˆš2๐‘š0 (๐ธ โˆ’ ๐‘‰0 )

Berikut ini beberapa kondisi yang harus dipenuhi. a. Partikel dari kiri menuju ke kanan, dan ketika menuju potensial tangga di x = 0 mungkin mengalami hambatan sehingga terjadi pemantulan. Pada daerah di x > 0 tidak ada gelombang yang merambat ke kiri, sehingga D = 0. b. Fungsi gelombang harus berharga berhingga dan berkesinambungan di x = 0, sehingga diperoleh:

ฮจ1 (๐‘ฅ)|x= 0 = ฮจ1 (๐‘ฅ)|x = 0 ๐ด๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 0 + B๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 0 = ๐ถ๐‘’ ๐‘–๐‘˜2 0 A+B=C

(7.18)

c. Turunan fungsi gelombang (ฯˆโ€™) harus berharga berhingga dan berkesinambungan di x=0, sehingga diperoleh: ๐œ•๐œ“1 (๐‘ฅ)

| x=o

๐œ•๐‘ฅ

=

๐œ•๐œ“2 (๐‘ฅ) ๐œ•๐‘ฅ

|x=o

ik1 ๐ด๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 x โ€“ ik1 B๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 x = ik2 C๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜2 x ik1 ๐ด๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 0 โ€“ ik1 B๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 0 = ik2 C๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜2 0 ik1 A โ€“ ik1B = ik2C atau: k1 ( A โ€“ B) = k2C

(7.19)

Jadi, ada dua persamaan untuk tiga koefisien. Jika kedua persamaan itu dinyatakan dalam A, maka diperoleh: Bโ€“C=A k1B1 โ€“ k2C = k1A Kombinasi kedua persamaan tersebut akan menghasilkan: (๐‘˜ โˆ’๐‘˜ )

B = (๐‘˜1 +๐‘˜2 )A 1

C=๐‘˜

2

2๐‘˜1 1 +๐‘˜2

A

Jadi, fungsi eigen yang sesuai adalah: ฮจ (๐‘ฅ)= A exp[๐‘–๐‘˜1 ๐‘ฅ] + ๐ด ฮจ (๐‘ฅ)= A

2๐‘˜1 ๐‘˜1 +๐‘˜2

(๐‘˜1 โˆ’๐‘˜2 ) (๐‘˜1 +๐‘˜2 )

๐‘’๐‘ฅ๐‘[โˆ’๐‘–๐‘˜1 ๐‘ฅ] , untuk daerah x โ‰ค 0.

๐‘’๐‘ฅ๐‘[๐‘–๐‘˜2 ๐‘ฅ], untuk daerah x โ‰ฅ 0.

(7.20) (7.21)

Jika digunakan teori gelombang klasik untuk menentukan koefisien refleksi R dan koefisien transmisi T, akan diperoleh: ๐‘ฃ ๐ตโˆ™ ๐ต

R =๐‘ฃ1 1

(๐‘˜ โˆ’๐‘˜ )โˆ™ ๐ดโˆ™ (๐‘˜ โˆ’๐‘˜ )๐ด

= (๐‘˜1 +๐‘˜2 )โˆ™๐ดโˆ™ (๐‘˜1 +๐‘˜2 )๐ด ๐ดโˆ™ ๐ด 1

(๐‘˜ _๐‘˜ )2

R = (๐‘˜ 1+๐‘˜2 )2 1

2

2

1

2

(7.22)

Koefisien transmisi T adalah: ๐‘ฃ ๐ถ โˆ™๐ถ

๐‘˜

T = ๐‘ฃ2 ๐ดโˆ™๐ด =๐‘˜2 (๐‘˜ 1

1

2๐‘˜1 1 +๐‘˜2

4๐‘˜1 ๐‘˜2

)2 = (๐‘˜

2 1 +๐‘˜2 )

(7.23)

Sehingga: (๐‘˜ _๐‘˜ )2

4๐‘˜1 ๐‘˜2

R + T = (๐‘˜ 1+๐‘˜2 )2 + (๐‘˜ 1

2

2 1 +๐‘˜2 )

=1

Hal ini sesuai dengan teori kekekalan kemungkinan. C. Partikel Melewati Potensial Penghalang Kasus partikel yang memjumpai potensial penghalang atau penghambat adalah kondisi dengan besarnya nilai potensial yaitu: ๐‘‰(๐‘ฅ) = 0, untuk ๐‘ฅ < 0 ๐‘‰(๐‘ฅ) = V, untuk 0 โ‰ค ๐‘ฅ โ‰ค ๐ฟ ๐‘‰(๐‘ฅ) = 0, untuk ๐‘ฅ > 0 Ada dua kasus yang dikaji berdasarkan perbandingan nilai energy partikel (E) dan potensial (V). Jika E < V, maka partikel akan dipantulkan oleh penghalang atau mungkin dapat menerobos. Sementara itu, jika E > V, maka partikel dapat melalui penghalang, namun mengalami penurunan kecepatan saat dipengaruhi potensial. Panjang gelombang partikel juga akan terganggu ketika dipengaruhi potensial, namun akan kembali seperti semula ketika melewati potensial penghalang. 1. Energi Partikel Lebih Kecil dari Potensial Penghambat ( E < V)

Gambar 7.8 Potensial penghalang dengan E < V0 Potensial penghalang yang dihadapi partikel yaitu seperti dilustrasikan pada gambar diatas. Lebar potensial penghalang adalah L, sedangkan tingginya adalah V0. Energy total elektron adalah E yang nilainya lebih kecil dari tinggi potensial penghalang V0. Solusi fungsi gelombang dibagi menjadi dalam tiga daerah, yaitu sebagai berikut.

a. Fungsi eigen pada daerah I ( x < 0) adalah: 1

ฮจ (๐‘ฅ)= A exp[๐‘–๐‘˜1 ๐‘ฅ] + ๐ต ๐‘’๐‘ฅ๐‘[โˆ’๐‘–๐‘˜1 ๐‘ฅ] , dengan k1 = โ„ โˆš2๐‘š0 ๐ธ b. Fungsi eigen pada daerah II (0 < x < L), adalah: 1

ฮจ (๐‘ฅ)= C exp[๐‘˜2 ๐‘ฅ] + ๐ท ๐‘’๐‘ฅ๐‘[โˆ’๐‘–๐‘˜2 ๐‘ฅ] , dengan k2 = โ„ โˆš2๐‘š0 (๐‘‰0 โˆ’ ๐ธ) Pada daerah II ini, nilai C โ‰  0 karena rentang x terbatas antara 0 pada L. c. Fungsi eigen pada daerah III (x > L), adalah: 1

ฮจ (๐‘ฅ)= F exp[โˆ’๐‘–๐‘˜1 ๐‘ฅ] , dengan k1 = โ„ โˆš2๐‘š0 ๐ธ Tidak ada gelombang yang merambat ke kiri pada daerah III, sehingga tidak ada komponen fungsi gelombang exp (-ikx). Persyaratan kesinambungan ฮจ (๐‘ฅ) dan

๐‘‘๐œ“ (๐‘ฅ) ๐‘‘๐‘ฅ

di x = 0 dan x = L, akan memberikan

hubungan-hubungan antara koefisien-koefisien: A, B, C, D dan F. Pada posisi x = 0, dan syarat kontinuitas ฮจ (๐‘ฅ). ฮจ1 (๐‘ฅ)|x= 0 = ฮจ2 (๐‘ฅ)|x = 0 ๐ด๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 0 + B๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 0 = C๐‘’ ๐‘˜2 0 + D๐‘’ โˆ’๐‘˜2 0 A+B=C+D

(7.24)

Pada posisi x = 0, dan syarat kontinuitas ๐œ•๐œ“1 (๐‘ฅ) ๐œ•๐‘ฅ

| x=o

=

๐‘‘๐œ“ (๐‘ฅ) ๐‘‘๐‘ฅ

๐œ•๐œ“2 (๐‘ฅ) ๐œ•๐‘ฅ

|x=o

ik1 ๐ด๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 x โ€“ ik1 B๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 x = k2 C๐‘’ ๐‘˜2 x - k2 D๐‘’ โˆ’๐‘˜2 x ik1 ๐ด๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 0 โ€“ ik1 B๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘˜1 0 = k2 C๐‘’ ๐‘˜2 0 - k2 D๐‘’ โˆ’๐‘˜2 0 ๐‘–๐‘˜1 ๐ด โˆ’ ๐‘–๐‘˜1 ๐ต = ๐‘˜2 ๐ถ โˆ’ ๐‘˜2 ๐ท ๐ดโˆ’๐ต =

๐‘˜2 ๐‘˜2 ๐ถโˆ’ ๐ท ๐‘–๐‘˜1 ๐‘–๐‘˜1

๐ดโˆ’๐ต =โˆ’

๐‘–๐‘˜2 ๐‘˜1

๐ถ+

๐‘–๐‘˜2 ๐‘˜1

๐ท

Kombinasi persamaan (7.24) dan (7.25) akan menghasilkan: ๐ด=

1 ๐‘–๐‘˜2 1 ๐‘–๐‘˜2 (1 โˆ’ ) ๐ถ + (1 + )๐ท 2 ๐‘˜1 2 ๐‘˜1

(7.25)

๐ต=

1 ๐‘–๐‘˜2 1 ๐‘–๐‘˜2 (1 + ) ๐ถ + (1 โˆ’ )๐ท 2 ๐‘˜1 2 ๐‘˜1

Sehingga diperoleh matriks: 1 ๐‘–๐‘˜2 (1 + ) 2 ๐‘˜1 ๐ด ( )= 1 ๐‘–๐‘˜2 ๐ต (1 โˆ’ ) ๐‘˜1 (2

1 ๐‘–๐‘˜2 (1 โˆ’ ) 2 ๐‘˜1 ๐ถ ( ) 1 ๐‘–๐‘˜2 ๐ท (1 + ) 2 ๐‘˜1 )

Pada posisi ๐‘ฅ = ๐ฟ, dan syarat kontinuitas ฮจ(x). ฮจ2 (x)| ๐‘ฅ=๐ฟ = ฮจ3 (x)| ๐‘ฅ=๐ฟ ๐ถ๐‘’๐‘˜2 ๐ฟ + ๐ท๐‘’ โˆ’๐‘˜2 ๐ฟ = ๐น๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 ๐ฟ

(7.26)

Pada posisi ๐‘ฅ = ๐ฟ, dan syarat kontinuitas

dฮจ(x) ๐‘‘๐‘ฅ

โˆ‚ฮจ2 (x) โˆ‚ฮจ3 (x) | ๐‘ฅ=๐ฟ = | ๐‘ฅ=๐ฟ ๐œ•๐‘ฅ ๐œ•๐‘ฅ ๐‘˜2 ๐ถ๐‘’๐‘˜2 ๐ฟ โˆ’ ๐‘˜2 ๐ท๐‘’ โˆ’๐‘˜2 ๐ฟ = ๐‘–๐‘˜1 ๐น๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 ๐ฟ ๐ถ๐‘’๐‘˜2 ๐ฟ โˆ’ ๐ท๐‘’ โˆ’๐‘˜2 ๐ฟ =

๐‘–๐‘˜1 ๐‘˜2

๐น๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 ๐ฟ

(7.27)

Kombinasi persamaan (7.26) dan (7.27) menghasilkan persamaan: ๐‘–๐‘˜1 2๐ถ๐‘’๐‘˜2 ๐ฟ = ( + 1) ๐น๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 ๐ฟ ๐‘˜2 ๐ถ=

1 ๐‘–๐‘˜1 (1 + ) ๐น๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 ๐ฟ ๐‘’ โˆ’๐‘˜2 ๐ฟ 2 ๐‘˜2

Menggunakan cara yang serupa, akan diperoleh: ๐ท=

1 ๐‘–๐‘˜1 (1 โˆ’ ) ๐น๐‘’ ๐‘–๐‘˜1 ๐ฟ ๐‘’ โˆ’๐‘˜2 ๐ฟ 2 ๐‘˜2

Sehingga, akan diperoleh matriks: 1 ๐‘–๐‘˜1 (๐‘–๐‘˜ โˆ’๐‘˜ )๐ฟ (1 + )๐‘’ 1 2 2 ๐‘˜2 ๐ถ ( )= 1 ๐‘–๐‘˜1 (๐‘–๐‘˜ โˆ’๐‘˜ )๐ฟ ๐ท (1 โˆ’ )๐‘’ 1 2 2 ๐‘˜ 2 (

0

๐น ( ) ๐บ

0 )

Koefisien transmisi atau kemungkinan transmisi partikel melalui penghalang didefinisikan sebagai perbandingan rapat arus yang ditransmisikan terhadap rapat arus yang dating, atau:

โ„๐‘˜ ( ๐‘š1 ) ๐น โˆ— ๐น ๐น โˆ— ๐น ๐ฝ๐‘ก๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘›๐‘ ๐‘š๐‘–๐‘ ๐‘– ๐‘‡= = = โˆ— โ„๐‘˜ ๐ฝ๐‘‘๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘” ( ๐‘š1 ) ๐ดโˆ— ๐ด ๐ด ๐ด Sedangkan, koefisien refleksi didefinisikan sebagai perbandingan rapat arus yang dipantulkan terhadap rapat arus yang dating, atau: โ„๐‘˜ ( ๐‘š1 ) ๐ต โˆ— ๐ต ๐ต โˆ— ๐ต ๐ฝ๐‘Ÿ๐‘’๐‘“๐‘™๐‘’๐‘˜๐‘ ๐‘– ๐‘…= = = โˆ— โ„๐‘˜ ๐ฝ๐‘‘๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘” ( ๐‘š1 ) ๐ดโˆ— ๐ด ๐ด ๐ด Analisis selanjutnya dapat dilakukan untuk mengevaluasi hubungan antara koefisien A dan F, misalnya dengan perkalian matriks yang telah dijabarkan, sehingga dapat diperoleh persamaan: ๐นโˆ— ๐น 16๐‘˜1 2 ๐‘˜2 2 exp(2๐‘˜2 ๐ฟ) = 2 ๐ดโˆ— ๐ด (๐‘˜2 2 โˆ’ ๐‘˜1 2 ) [1 โˆ’ exp(2๐‘˜2 ๐ฟ)]2 + 4๐‘˜1 2 ๐‘˜2 2 [1 + exp(2๐‘˜2 ๐ฟ)]2 ๐นโˆ— ๐น 4๐‘˜1 2 ๐‘˜2 2 = 2 ๐ดโˆ— ๐ด (๐‘˜2 2 โˆ’ ๐‘˜1 2 ) ๐‘ ๐‘–๐‘›โ„Ž2 ๐‘˜2 ๐ฟ + 4๐‘˜1 2 ๐‘˜2 2 Jika persamaan tersebut disederhanakan, akan diperoleh koefisien transmisi sebagai berikut. 2 โˆ’1 โˆ—

๐‘‡=

๐‘˜2 ๐ฟ

โˆ’1

โˆ’๐‘˜2 ๐ฟ

๐‘ฃ2 ๐น ๐น ๐‘’ โˆ’๐‘’ = 1 + ( ) ๐ธ ๐ธ ๐‘ฃ1 ๐ดโˆ— ๐ด 16 ๐‘‰ (1 โˆ’ ๐‘‰ ) 0 0 [ ]

Pada persamaan tersebut, ๐‘˜2 ๐ฟ = [

2๐‘š0 ๐‘‰0 ๐ฟ2 โ„2

2

= [1 +

๐ธ

(โˆ’1 ๐‘‰ )]

๐‘ ๐‘–๐‘›โ„Ž ๐‘˜2 ๐ฟ ] ๐ธ ๐ธ 4 ๐‘‰ (1 โˆ’ ๐‘‰ ) 0 0

1 2

0

Sumber: dokumen penulis Gambar 7.9 Ilustrasi penerobosan (tunneling) pada kasus potensial penghalang Koefisien refleksi untuk kasus tersebut adalah: 2

(๐‘˜1 2 + ๐‘˜2 2 ) [1 โˆ’ exp(2๐‘˜2 ๐ฟ)]2 ๐ตโˆ— ๐ต = 2 ๐ดโˆ— ๐ด (๐‘˜2 2 โˆ’ ๐‘˜1 2 ) [1 โˆ’ exp(2๐‘˜2 ๐ฟ)]2 + 4๐‘˜1 2 ๐‘˜2 2 [1 + exp(2๐‘˜2 ๐ฟ)]2

๐ตโˆ— ๐ต = ๐ดโˆ— ๐ด

(๐‘˜1 2 + ๐‘˜2 2 ) 2

(๐‘˜2 2 + ๐‘˜1 2 ) +

2

4๐‘˜1 2 ๐‘˜2 2 ๐‘ ๐‘–๐‘›โ„Ž2 ๐‘˜2 ๐ฟ

Substitusi ๐‘˜1 dan ๐‘˜2 menghasilkan persamaan: โˆ’1

๐‘‰0 2 4๐ธ(๐‘‰0 โˆ’ ๐ธ) ๐‘…= = [1 + 2 ] 4๐ธ(๐‘‰0 โˆ’ ๐ธ) ๐‘‰0 ๐‘ ๐‘–๐‘›โ„Ž2 ๐‘˜2 ๐ฟ ๐‘‰0 2 + ๐‘ ๐‘–๐‘›โ„Ž2 ๐‘˜2 ๐ฟ

2. Energi Partikel Lebih Besar dari Potensial Penghambat (E > 0) Fungsi potensial dan energi partikel pada kasus ini digambarkan sebagai berikut.

Gambar 7.9 Potensial penghalang dengan ๐ธ < ๐‘‰0 Lebar potensial penghalang adalah L, sedangkan tingginya ๐‘‰0. Energi total elektron adalah E, dengan harga ๐ธ > ๐‘‰0. Cara penyelesaian kasus ini serupa dengan kasus sebelumnya, namun berbeda untuk fungsi gelombang di daerah II, 0 < x < L, yaitu: 1

ฮจ(x) = ๐ถ ๐‘’๐‘ฅ๐‘[๐‘–๐‘˜2 ๐‘ฅ] + ๐ท ๐‘’๐‘ฅ๐‘[โˆ’๐‘–๐‘˜2 ๐‘ฅ], dengan ๐‘˜2 = โ„ โˆš2๐‘š0 (๐‘‰0 โˆ’ ๐ธ) Hasil akhir perhitungan koefisien transmisi adalah: 2 โˆ’1 ๐‘–๐‘˜2 ๐ฟ

โˆ’1

โˆ’๐‘–๐‘˜2 ๐ฟ

๐‘’ โˆ’๐‘’ ๐‘‡ = 1+( ) ๐ธ ๐ธ 16 ๐‘‰ (๐‘‰ โˆ’ 1) 0 0 [ ]

2

= [1 +

๐‘ ๐‘–๐‘› ๐‘˜2 ๐ฟ ] ๐ธ ๐ธ 4 ๐‘‰ (๐‘‰ โˆ’ 1) 0 0

Pada persamaan tersebut, besarnya ๐‘˜2 ๐ฟ dapat ditentukan dengan persamaan: 1

2 2๐‘š0 ๐‘‰0 ๐ฟ2 ๐ธ ๐‘˜2 ๐ฟ = [ ( โˆ’ 1)] โ„2 ๐‘‰0

Sedangkan koefisien refleksi adalah: ๐‘… = [1 +

4๐ธ(๐ธ โˆ’ ๐‘‰0 ) ๐‘‰0 2 ๐‘ ๐‘–๐‘›2 ๐‘˜2 ๐ฟ

โˆ’1

]

D. Osilator Harmonik Analisis tentang getaran atom sering dilakukan dengan menganggap bahwa atom bergetar seperti kasus massa yang dihubungkan dengan pegas, yaitu massa berosilasi secara

harmonis. Konsep osilator harmonis pada fisika klasik berkaitan dengan hukum Hooke, yakni jika k adalah konstanta pegas, maka gaya yang bekerja pada massa adalah: ๐‘‘2 ๐‘ฅ

๐น = โˆ’๐‘˜๐‘ฅ = ๐‘š ๐‘‘๐‘ก 2

Dengan demikian, diperoleh persamaan: ๐‘‘2 ๐‘ฅ ๐‘š 2 + ๐‘˜๐‘ฅ = 0 ๐‘‘๐‘ก ๐‘‘2 ๐‘ฅ ๐‘˜ ๐‘‘2๐‘ฅ + ๐‘ฅ = + ๐œ”2 ๐‘ฅ = 0 ๐‘‘๐‘ก 2 ๐‘š ๐‘‘๐‘ก 2 ๐‘˜

Persamaan tersebut merupakan persamaan gelombang dengan nilai = โˆš , serta ๐‘š

simpangan sebagai berikut. ๐‘ฅ(๐‘ก) = ๐ด sin ๐œ”๐‘ก + ๐ต cos ๐œ”๐‘ก Energi potensial osilator tersebut yaitu berupa fungsi kuadrat, yakni: ๐‘‰(๐‘ฅ) =

1 2 1 ๐‘˜๐‘ฅ = ๐‘š๐œ”2 ๐‘ฅ 2 2 2 1

Energi total osilator adalah: ๐ธ = 2 ๐‘š๐œ”2 ๐ด2

Gambar 7.10 Grafik energi potensial osilator harmonik Pendekatan menggunakan konsep osilator harmonik dengan bentuk energi yang merupakan fungsi kuadrat dapat diterapkan untuk molekul diatomik seperti molekul H2, F2, N2, CO, HCl, Kr2, dan Li2. Kurva energi potensial dari molekul diatomik tersebut diilustrasikan sebagai berikut.

Gambar 7.11 Energi potensial elektronik dari molekul diatomik

Persamaan Schrodinger tidak bergantung waktu untuk kasus osilator harmonik dapat dinyatakan sebagai berikut. โ„๐Ÿ ๐‘‘ 2 ฮจ

1

โˆ’ 2๐‘š ๐‘‘๐‘ฅ 2 + 2 ๐‘š๐œ”2 ๐‘ฅ 2 ฮจ = Eฮจ

(7.28)

Bentuk persamaan gelombang secara umum untuk osilator harmonik tersebut adalah sebagai berikut. ๐‘‘ 2 ฮจ 2๐‘š 1 + (๐ธ โˆ’ ๐‘š๐œ”2 ๐‘ฅ 2 ) ฮจ = 0 ๐‘‘๐‘ฅ 2 โ„2 2 ๐‘‘2 ฮจ 2๐‘š ๐‘š2 ๐œ”2 ๐‘ฅ 2 + ( ๐ธ โˆ’ )ฮจ = 0 ๐‘‘๐‘ฅ 2 โ„2 โ„2 ๐‘š๐œ”

Jika diambil ๐œ‰ = โˆš

โ„

๐‘ฅ = ๐›ผ๐‘ฅ, maka:

๐‘‘ฮจ ๐‘‘ฮจ ๐‘‘๐œ‰ ๐‘‘ฮจ = =๐›ผ ๐‘‘๐‘ฅ ๐‘‘๐œ‰ ๐‘‘๐‘ฅ ๐‘‘๐œ‰ ๐‘‘2 ฮจ ๐‘‘ ๐‘‘ฮจ ๐‘‘ ๐‘‘ฮจ ๐‘‘๐œ‰ ๐‘‘2 ฮจ 2 =๐›ผ ( )=๐›ผ ( ) =๐›ผ ๐‘‘๐‘ฅ 2 ๐‘‘๐‘ฅ ๐‘‘๐œ‰ ๐‘‘๐œ‰ ๐‘‘๐œ‰ ๐‘‘๐‘ฅ ๐‘‘๐œ‰ 2 Oleh karena itu, dapat ditulis persamaan gelombang sebagai berikut. ๐‘‘2 ฮจ 2๐‘š๐ธ ๐‘š2 ๐œ”2 ๐œ‰ 2 + ( 2 2 โˆ’ 2 2 )ฮจ = 0 ๐‘‘๐œ‰ 2 โ„ ๐›ผ โ„ ๐›ผ ๐‘‘2 ฮจ ๐‘‘๐œ‰ 2

+ (๐พ โˆ’ ๐œ‰ 2 )ฮจ = 0

(7.29)

Persamaan tersebut dinamakan persamaan Weber. Konstanta K adalah energi dalam satuan

โ„๐œ”

๐พ=

2

, yakni:

2๐ธ โ„๐œ”

Jika nilai ๐œ‰ jauh lebih besar dari K, maka persamaan (7.29) dapat diubah menjadi: ๐‘‘2 ฮจ โˆ’ ๐œ‰2ฮจ = 0 ๐‘‘๐œ‰ 2 Persamaan tersebut hampir sama dengan persamaan Gaussian sebagai berikut. ๐‘‘2 ฮจ = (๐œ‰ 2 ยฑ 1)ฮจ ๐‘‘๐œ‰ 2 1 2

1 2

Solusi persamaan tersebut adalah fungsi Gaussian, yakni ๐‘’ โˆ’2๐œ‰ dan ๐‘’ 2๐œ‰ . Jika, nilai ๐œ‰ sangat besar, maka nilai (๐œ‰ 2 ยฑ 1) โ‰ˆ ๐œ‰ 2 . Jadi, solusi umum persamaan Weber untuk nilai ๐œ‰ yang besar, adalah: 1 2

1 2

ฮจ (๐œ‰) โ‰ˆ ๐ด๐‘’ โˆ’2๐œ‰ + ๐ต๐‘’ 2๐œ‰

1 2

Suku ๐ต๐‘’ 2๐œ‰ tidak ternormalisasi karena nilainya menuju tak berhingga jika nilai x menuju tak berhingga. Jadi, solusi yang dapat diterima adalah: 1 2

ฮจ (๐œ‰) โ‰ˆ (โ€ฆ )๐‘’ โˆ’2๐œ‰ untuk nilai yang ๐œ‰ cukup besar. Fungsi keadaan yang mewakili kasus tersebut adalah: 1 2

ฮจ (๐œ‰) = โ„Ž(๐œ‰)๐‘’ โˆ’2๐œ‰

(7.30)

Diferensiasi dari persamaan (7.30) menghasilkan: 1 2 ๐‘‘ฮจ ๐‘‘h = ( โˆ’ ๐œ‰โ„Ž) ๐‘’ โˆ’2๐œ‰ ๐‘‘๐œ‰ ๐‘‘๐œ‰ 1 ๐‘‘2 ฮจ ๐‘‘2 โ„Ž ๐‘‘โ„Ž โˆ’ ๐œ‰2 2 2 (๐œ‰ = ( โˆ’ 2๐œ‰ + โˆ’ 1)โ„Ž) ๐‘’ ๐‘‘๐œ‰ 2 ๐‘‘๐œ‰ 2 ๐‘‘๐œ‰

Persamaan Schrodinger untuk fungsi tersebut sebagai berikut. ๐‘‘2 โ„Ž ๐‘‘๐œ‰ 2

๐‘‘โ„Ž

โˆ’ 2๐œ‰ ๐‘‘๐œ‰ + (๐พ โˆ’ 1)โ„Ž = 0

(7.31)

Fungsi โ„Ž(๐œ‰) yang memenuhi persamaan (7.31) tersebut dinamakan fungsi Hermite atau persamaan diferensial Hermite. Solusi untuk persamaan tersebut adalah fungsi pangkat, yang dapat diasumsikan sebagai berikut. โˆž

โ„Ž(๐œ‰) = โˆ‘ ๐‘Žn ๐œ‰ n = ๐‘Ž0 + ๐‘Ž1 ๐œ‰ + ๐‘Ž2 ๐œ‰ 2 + โ‹ฏ + ๐‘Žn ๐œ‰ n n=0

Turunan fungsi Hermite tersebut adalah sebagai berikut. โˆž

๐‘‘โ„Ž(๐œ‰) = โˆ‘ n๐‘Žn ๐œ‰ nโˆ’1 = 0 + ๐‘Ž1 + 2๐‘Ž2 ๐œ‰ + 3๐‘Ž3 ๐œ‰ 2 + โ‹ฏ + n๐‘Žn ๐œ‰ nโˆ’1 ๐‘‘๐œ‰ n=0

โˆž

๐‘‘โ„Ž(๐œ‰) 2๐œ‰ = โˆ‘ 2n๐‘Žn ๐œ‰ n ๐‘‘๐œ‰ n=0

Sedangkan, โˆž

๐‘‘2 โ„Ž(๐œ‰) 2 = โˆ‘ n(n โˆ’ 1)๐‘Žn ๐œ‰ nโˆ’2 = 0 + 0 + ๐‘Ž1 + 2๐‘Ž2 + โ‹ฏ + n(n โˆ’ 1)๐‘Žn ๐œ‰ nโˆ’2 ๐‘‘๐œ‰ 2 n=0

โˆž

๐‘‘2 โ„Ž(๐œ‰) = โˆ‘(n + 2)(n + 1)๐‘Žn+2 ๐œ‰ n ๐‘‘๐œ‰ 2 n=0

Substitusi persamaan tersebut ke dalam persamaan (7.31) menghasilkan: n โˆ‘โˆž n=0[(n + 2)(n + 1)๐‘Žn+2 โˆ’ 2n๐‘Žn + (๐พ โˆ’ 1)๐‘Žn ]๐œ‰ = 0

(7.32)

Koefisien setiap pangkat dari persamaan tersebut harus saling meniadakan sesuai keunikan deret pangkat.

โŒŠ(๐‘› + 2)(๐‘› + 1)๐‘Ž๐‘›+2 + (๐‘˜ โˆ’ 1 โˆ’ 2๐‘›)๐‘Ž๐‘› โŒ‹ โ„‘๐‘› =0 Sehingga koefisien dai fungsi hermate adalah: 2๐‘›+1โˆ’๐‘˜

๐‘Ž๐‘›+2 = (๐‘›+1)(๐‘›+2) ๐‘Ž๐‘›

(7.33)

Rumus rekursi tersebut setara dengan persamaan Schrondinger dan dapat brgenerasi. Jika ๐‘Ž0 dapat menghasilkan ๐‘Ž2 , ๐‘Ž4, ๐‘Ž6 ,...., dan ๐‘Ž1 dapat menghasilkan ๐‘Ž3 , ๐‘Ž5, ๐‘Ž7 ,...., maka dapat ditulis: โ„Ž(๐œ‰) = โ„Ž(๐œ‰)๐‘”๐‘Ž๐‘›๐‘—๐‘–๐‘™ + โ„Ž(๐œ‰)๐‘”๐‘’๐‘›๐‘Ž๐‘ Fungsi genapnya: โ„Ž(๐œ‰)๐‘”๐‘’๐‘›๐‘Ž๐‘ =๐‘Ž0 + ๐‘Ž2 ๐œ‰ + ๐‘Ž4 ๐œ‰ 4 +...... Fungsi ganjilnya: โ„Ž(๐œ‰)๐‘”๐‘Ž๐‘›๐‘—๐‘–๐‘™ =๐‘Ž1 + ๐‘Ž3 ๐œ‰ 3 + ๐‘Ž5 ๐œ‰ 5 +...... Rumus rekursi untuk nilai ๐‘› yang besar akan menjadi ๐‘Ž๐‘›+2 โ‰ˆ Solusi aproksimasi untuk beberapa nilai konstanta ๐ถ adalah ๐‘Ž๐‘› โ‰ˆ

2 ๐‘›

๐‘Ž๐‘›

๐ถ ๐‘›/2!

Solusi tersebut untuk nilai ๐œ‰ yang besar. Komponn dengan pangkat yang besar akan dominan, akan menghasilkan fungsi Hermite sebagai berikut. 1 2 โ„Ž(๐œ‰) โ‰ˆ ๐ถ โˆ‘ ๐‘› ๐œ‰ 2๐‘˜ โ‰ˆ ๐ถ๐‘’ ๐œ‰ ( )! 2 Jika fungsi โ„Ž(๐œ‰) merupakan fungsi dari dari exp( ๐œ‰ 2 ), maka fungsi ฮจ merupakan fungsi dari exp ( ๐œ‰ 2 /2). Perhatikan bahwa nilai pangkat akan semakin besar untuk suku ke๐‘› ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” besar. Oleh karena itu nilai pangkat tersebut harus berharga nol untuk ๐‘› yang besar agar diperoleh solusi fungsi. Jadi solusi yang merupakan fungsi ternormalisasi dan nilai ๐‘› yang besar, harus memenuhi syarat ๐‘Ž๐‘›+2 = 0, sehingga solusi yang dapat diterima harus memenuhi: K = 2๐‘› + 1 2๐ธ

Nilai energi untuk beberapa bilangan bulat ๐‘› yang positif sesui persamaan K= โ„๐œ” , adalah: 1

๐ธ๐‘› = ( ๐‘› + 2) โ„๐œ”

(7.34)

Secara umum, adalah fungsi polinomial derajad ๐‘› dalam ๐œ‰ yang mencakup pangkat genap jika ๐‘› ๐‘”๐‘’๐‘›๐‘Ž๐‘, ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘˜๐‘Ž๐‘ก ๐‘”๐‘Ž๐‘›๐‘—๐‘–๐‘™ ๐‘—๐‘–๐‘˜๐‘Ž ๐‘› ๐‘”๐‘Ž๐‘›๐‘—๐‘–๐‘™. Fungsi keadaan stasioner yang ternormalisasi untuk osilator harmonik adalah: ฮจ๐‘› (๐‘›) = (

๐‘š๐œ” 1/4 1 ) โ„Ž ๐œ‹โ„ โˆš2๐‘› ๐‘›! ๐‘›

(๐œ‰) exp (-

๐œ‰2 2

)

(7.35)

Beberapa polinomial Hermiate sebagai berikut: ๐ป0 = 1 ๐ป1 = 2x ๐ป2 = 4๐‘ฅ 2 โˆ’ 2 ๐ป3 = 8๐‘ฅ 3 โˆ’ 12 ๐ป4 = 16๐‘ฅ 4 โˆ’ 48๐‘ฅ 2 + 12 ๐ป5 = 32๐‘ฅ 5 โˆ’ 160๐‘ฅ 3 + 120x Beberapa fungsi keadaan stasioner dari osilator harmonik diilustrasikan pada gambar berikut.

Sumber: dokumen penulis Gambar 7.12 Beberapa gelombang stasioner dari osilator harmonik Fungsi eigen memiliki sifat okservable yang dinamakan paritas. Fungsi keadan osilator harmonik dengan nilai ๐‘› genap memiliki paritas positif, dan untuk nilai ๐‘› ganjil memiliki nilai paritas negatif. Hal tersebut sesuai dengan fungsi genap dan fungsi ganjil osilator harmonik sbb. ฮจ๐‘› (โˆ’x) =+ ฮจ๐‘› (x) untuk genap ฮจ๐‘› (โˆ’x) = - ฮจ๐‘› (x) untuk ganjil

Solusi kasus osilaor harmonikjuga dianalisis menggunakan metode aljabar dengan menggunakan operator. Persamaan Schrondinger dalam bentuk operator dapat diuliskan sebagai berikut. 1

2

โ„ ๐‘‘

[ ( ๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ) + (๐‘š๐‘ค๐‘ฅ)2 ] ฮจ = ๐ธฮจ 2๐‘š

(7.36)

Bentuk seperti persamaan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. ๐‘ข2 + ๐‘ฃ 2 = (๐‘ข โˆ’ ๐‘–๐‘ฃ)(๐‘–๐‘ฃ) Dengan demikian, dapat dikenalkan operator sebagai berikut. ๐‘Žยฑ=

1 โˆš2๐‘š

(

โ„ ๐‘–

๐‘‘ ๐‘‘๐‘ฅ

ยฑ ๐‘–๐‘š๐œ”๐‘ฅ )

(7.37)

Sebuah relasi yang penting untuk diketahui adalah 1

โ„ ๐‘‘

โ„ ๐‘‘

( ๐‘Žโˆ’ ๐‘Ž+ )๐‘“(๐‘ฅ) = 2๐‘š ( ๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ โˆ’ ๐‘–๐‘š๐œ”๐‘ฅ) ( ๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ + ๐‘–๐‘š๐œ”๐‘ฅ) ๐‘“(๐‘ฅ) 1

โ„ ๐‘‘

โ„ ๐‘‘

= 2๐‘š ( ๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ โˆ’ ๐‘–๐‘š๐œ”๐‘ฅ) ( ๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ + ๐‘–๐‘š๐œ”๐‘ฅ) 1

๐‘‘2 ๐‘“

๐‘‘

๐‘‘๐‘“

=2๐‘š (โ„2 ๐‘‘๐‘ฅ 2 + โ„๐‘š๐œ” ๐‘‘๐‘ฅ (๐‘ฅ๐‘“) โˆ’ โ„๐‘š๐œ” ๐‘‘๐‘ฅ + ๐‘š๐œ”๐‘ฅ 2 ๐‘“ 1

โ„ ๐‘‘

=2๐‘š [( ๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ)2 + (๐‘š๐œ”๐‘ฅ)2 + โ„๐‘š๐œ” ] ๐‘“ (๐‘ฅ) Operator untuk persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut. 1

โ„ ๐‘‘

1

๐‘Žโˆ’ ๐‘Ž+ = 2๐‘š [( ๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ)2 + (๐‘š๐œ”๐‘ฅ)2 ] + 2 โ„๐œ” Dengan menggunakan relasi tersebut, persamaan Schrondinger dapat dinyatakan sbb. (๐‘Žโˆ’ ๐‘Ž+ โˆ’

1 โ„๐œ”) ฮจ = ๐ธฮจ 2

Perhaikan bahwa: 1

โ„ ๐‘‘

1

๐‘Ž+ ๐‘Žโˆ’ = 2๐‘š [( ๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ)2 + (๐‘š๐œ”๐‘ฅ)2 ] โˆ’ 2 โ„๐œ” ๐‘Žโˆ’ ๐‘Ž+ โˆ’ ๐‘Ž+ ๐‘Žโˆ’ = โ„๐œ” Jadi, persamaan Schrondinger juga dapat ditulis dalam bentuk: (๐‘Ž+ ๐‘Žโˆ’ โˆ’

1 โ„๐œ”) ฮจ = ๐ธฮจ 2

Contoh soal Buktikan bahwa jika ฮจ memenuhi persamaan Schrondinger dengan energi ๐ธ, maka ๐‘Ž+ฮจ juga memenuhi persamaaan Schrondinger dengan energi ๐ธ + โ„๐œ”! Jawaban: 1

1

(๐‘Ž+ ๐‘Žโˆ’ โˆ’ 2 โ„๐œ”) (๐‘Ž+ ฮจ ) =[๐‘Ž+ ๐‘Žโˆ’ ๐‘Ž+ + 2 โ„๐œ”๐‘Ž+ ] ฮจ 1

1

= ๐‘Ž+ (๐‘Žโˆ’ ๐‘Ž+ โˆ’ 2 โ„๐œ”) ฮจ = ๐‘Ž+ [(๐‘Žโˆ’ ๐‘Ž+ โˆ’ 2 โ„๐œ”) ฮจ + โ„๐œ”ฮจ] = ๐‘Ž+ (๐ธฮจ + โ„๐œ”ฮจ) = (๐ธ + โ„๐œ”) (๐‘Ž+ ฮจ)........ Terbukti Operator ๐‘Žยฑ dinamakan operator tangga karena dapat digunakan untuk menaikkan dan menurunkan energi. Pada kasus fungsi keadaan ฮจ๐‘œ dengan energi terendah, maka tidak mungkin ada partikel yang memiliki energi negatif, sehingga: ๐‘Žโˆ’ ฮจ0 = 0 Jadi:

1

โ„

โˆš2๐‘š

Sehingga:

๐‘‘

(๐‘–

๐‘‘๐‘ฅ

๐‘‘ฮจ0 ๐‘‘๐‘ฅ

โˆ’ ๐‘–๐‘š๐‘ค๐‘ฅ) ฮจ0 = 0

=โˆ’

๐‘š๐‘ค โ„

๐‘ฅฮจ0

Persamaan diferensial tersebut dapat diselesaikan sebagai berikut. โˆซ

๐‘‘ฮจ0 ๐‘š๐‘ค = โˆ’ โˆซ ๐‘ฅ๐‘‘๐‘ฅ ฮจ0 โ„

In ฮจ0 = โˆ’

๐‘š๐‘ค 2โ„

๐‘ฅ 2 + konstanta

ฮจ0 (๐‘ฅ) = ๐ด0 ๐‘’๐‘ฅ๐‘(โˆ’๐‘š๐‘ค๐‘ฅ 2 ) 2โ„

Energi untuk fungsi tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan schrondinger, dan kenyataanS bahwa ๐‘Ž โˆ’ ฮจ0 = 0, ๐‘ ๐‘’โ„Ž๐‘–๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž diperoleh: (๐‘Ž+ ๐‘Žโˆ’ โˆ’ ๐ธ0=

1 2

1 โ„๐œ”) ฮจ0 = ๐ธ๐‘œ ฮจ0 2

โ„๐œ”

Fungsi keadaan tereksitasi dapat dijabarkan menggunakan operator ๐‘Ž+ , ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘˜๐‘›๐‘–: ๐‘š๐œ”

ฮจ๐‘› (๐‘ฅ) = ๐ด๐‘› (๐‘Ž+ )๐‘› expโˆ’ ( 2โ„ ๐‘ฅ 2 ) , ๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐ธ๐‘›=(๐‘›+1) 2

โ„๐œ”

LATIHAN SOAL 1. Buktikan bahwa ฮจ(๐‘ฅ) = ๐ด๐‘ ๐‘–๐‘› ๐‘˜๐‘ฅ + ๐ต cos ๐‘˜๐‘ฅ adalah solusi dari persamaan Schrondinger untuk persamaan partikel yang berada dalam sumur potensial! 2. Tentukan solusi dari persamaan schrondinger bebas waktu untuk partikel yang berada dalam sumur potensial dengan dinding tak berhingga, yang dibatasi oleh ๐‘ฅ = โˆ’ ๐‘Žโ„2 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘ฅ = ๐‘Žโ„2. Potensial didalam sumur tersebut V(X)=0 dan diluar sumur potensial tersebut v(x)=o, dan diluar sumur potnsial V(X)=โˆž! 3. Sebuah partikel yang berada dalam sumur potensial dengan dinding tak berhingga memiliki fungsi gelombang sebagai berikut. ฮจ(x, 0) = AX(a โˆ’ x) a. Tentukan fungsi gelombang normalisasi untuk ฮจ(x, 0)! b. Hitunglah ,(x), (p), (h), pada saat t = 0! 4. Sebuah partikel dengan energi E berada dalam sumu v(x)=0 di daerah antara x-0 dan x=a, dan energi potensial adalah konstan sebesar V0 pada x > a pada kasus tersebut, nilai V0 < E. Kondisi energi diilustrasikan pada gambar dibawah ini.

a. Tentukan fungsi gelombang partikel yang berada dalam sumur! b. Abauktikan bahwa energi partikel tersebut terkuantisasi! 5. Sebuah partikel dengan energi E berada dalam sumur potensial, dengan energi potensial adalah tak berhingga pada x=0, energi potensial V(x)= v1 pada daerah antara x=0 dan L, dan energi potensial adalah konstan sebesar V2 pada x > l. Pada kasus tersebut, nilai v1 , V2 , E. Kondisi energi di ilustrasikan pada gambar berikut ini.

a. Tentukan fungsi gelombang bebas waktu untuk partikel pada daerah I dan II!

b. Buktikan bahwa koefisien transmisi partikel ke daerah x> L adalah: T = K2 (K 2

4K1 K22 K3 2 2 2 ) K22 โˆ’K2 1 +K3 ) )โˆ’( K1 โˆ’K2 3 sin2 k2

L

6. Buktikan bahwa koefisien transmisi untuk kasus partikel dengan energi E mempunyai potensial penghalang dengan energi v0 , dengan E >v0 sebagai berikut. โˆ’1 2

๐‘ ๐‘–๐‘› ๐‘˜2 ๐ฟ ] ๐ธ ๐ธ 4 ๐‘‰ (๐‘ฃ โˆ’ 1) 0 0 7. Jika ๐‘Ž+ ฮจ๐‘› sebanding dengan ฮจ๐‘›+1 โ€™dan ๐‘Žโˆ’ ฮจ๐‘› sebanding dengan ฮจ๐‘›โˆ’1 . Gunakan persamaan schrondinger dengan operator tangga dan integral parsial untuk membuktika bahwa: [1 +

+โˆž

โˆซ |๐‘Ž+ ฮจ๐‘› |2 ๐‘‘๐‘ฅ = (๐‘› + 1)โ„๐œ” โˆ’โˆž 2 +โˆž โˆซโˆ’โˆž |๐‘Žโˆ’ ฮจ๐‘› | ๐‘‘๐‘ฅ

= ๐‘›โ„๐œ”

8. Buktikan bahwa ๐‘Žโˆ’ ฮจ adalah solusi persamaan Schrondinger dengan energi (๐ธ โˆ’ โ„๐œ”)! 9. Buktikan bahwa konsstanta normalisasi ๐ด๐‘› dari persamaan ฮจ๐‘› (๐‘ฅ) = ๐‘Ž๐‘› (๐‘Ž+ )๐‘› exp (โˆ’ ๐‘š๐œ” 1โ„4

๐ด๐‘› = ( ๐œ‹โ„ )

๐‘š๐œ” 2โ„

๐‘ฅ 2 ) adalah:

โˆ’๐‘– ๐‘› โˆš๐‘›!(โ„๐œ”๐‘›

10. Sebuah partikel berada dalam sumur potensial tak berhingga dan memiliki fungsi gelombang awal yang dinyatakan dngan persamaan: ฮจ(x, 0) = A๐‘†๐‘–๐‘›3 (๐œ‹๐‘ฅโ„๐‘Ž). Carilah (x) sebagai fungsi waktu! 11. Carilah solusi persamaan Schrondinger bebas waktu untuk partikel yang berada dalam sumur potensial tak berhigga dengan potensial delta pada pusat sumur, yakni: ๐›ผ๐›ฟ(๐‘ฅ), ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ (โˆ’๐‘Ž < ๐‘ฅ < +๐‘Ž) ๐‘‰(๐‘‹) = { โˆž, ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ (โ‰ฅ ๐‘Ž) 12. Tentukan energi yang diperbolehkan ontok setengah osilator harmonik, yang memiliki potensial: 1โ„2 ๐‘š๐œ”2 ๐‘ฅ 2 , ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ ๐‘ฅ > 0) ๐‘‰(๐‘‹) = { โˆž, ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ (๐‘ฅ < 0)

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"