Mengumpul data merupakan hal yang sengat penting dalam penelitian, karena data dapat digunalan pada penelitian deskriptif, eksploratif. Maupun untuk menguji hipotetsis yang telah dirumuskan. Metode pengumpulan ddata dintentukan pulah oleh masalah, pertanyaan, dan tujuan penelitian. Secara umum, metode pengumpulan data survei dapat dikolompokkan ke dalam metode pengamata, Wawancara, penggunaan angket dan tes. Setiap motede ini merupakan instrumen yang berbeda. Dalam bab ini, kita akan membicarakan secara singkat instrumen yang relevan untuk setiap metode mengumpulan data tersebut. A. Instrumen Pengamatan Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu menggunkan mata untuk mengamati sesuatu, kita sering mangamati bulan purnama, mengamti gunung yang indah, atau pun mengintip gadis cantik yang sedang mandi di sungai. Tetapi yang dimaksud dengan mangatan dalam metode ilmiah bukanlah kegiatan seperti itu. Penagamatan sebagai metode pengumpulan data memiliki kriteria sebagai berikut. 1. Pengamatan digunakan untuk meneliti dan telah dirancanakan secara sistimatis. 2. Pengamatan berkaitan dengan masalah, pertanyaan, dan tujuan penelitian yang telah direncanakan. 3. Hasil pengamatan dicatat secara sismatis dan dihubungkan dengan posisi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang menarik perhatian saja. Secara umum, pengamatan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu pengamatan tidak struktur dan pengamatan berstruktur. Untuk menentukan apakah suatu pengamatan yang dilakukan tidak berstruktur atau berstruktur, ada empat pertanyaan yang harus dijawab oleh peneliti. 1. Apakah yang diamati? 2. Bagaimana pengamatan dicatat? 3. Prosedur apa yang digunakan untuk memperoleh hasil pengamatan yang akurat? 4. Bagaiaman hubungan antara pengamat dan yang diamati dan bagaimana hubungan tersebut dibina. Pengamatan tidak bersturuktur
Pada pengamatan tidak berstruktur, peneliti(penagamat) tidak mengetahui aspek-aspek apa dari kegiatan yang angin diamatinay relevan dengan masalah, dan tujuan penelitian, peneliti pempunyai rencana tentang cara pencatatan dari pengamatannya ia melalui pengumpulan data. Pengamatan tidak berstruktur sering digunakan dalam penelitian antropologi ataupun penelitian yang sifatnya eksloratif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengamtan tidak berstruktur antara lain (1) isi/materi pengamatan, (2) catatan pengamatan,(3) ketepatan pengamatan, dan (4) hubungan antara pengamat dan yang diamati. Isi penagamatan menyangkut persiapan, yaitu siapa yang terlibat dalam pengamatan itu, lokasi atau latar belakang pengamatan, tujuan terjadinya sesuatu gejala, perilaku sosial, frekuensi dan lamanya kejadian. Waktu pencatatan dan bagaiamana kejadian itu dicatat merupakan dua hal yang perlu diperhatikan. Ketepatan pengamatan dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat abntu seperto camera, tape reccorder, atau pengamat terdiri dari dua orang atau lebih. Dalam hubungan antara pengamat lain yang diamati, pengamat harus dapat meyakinkan reponden atau harus dapat memberikan alasan yang tepat mengapa ia harus melakukan mengamatan itu. Sebagai contoh, pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas. Intrumen pengamatan tidak berstruktur dapat dibuat sebagai berikut: Hati/tanggal
: ......................................
Pengamat
: ......................................
Tempat pengamat
: ......................................
Materi pengamatan
: .................................................
Aspek yang diamati
: .................................................
Catatan khusus
: .................................................
Dalam contoh ini, aspek atau komponen yang diamati belum terpeinci secara jelas, sehingga pengamat menentukan apa yang akan menjadi perhatian dan catatan yang di buat Pengamatan berstruktur
Pada Pengamatan berstruktur, peneliti telah mengetahui aspek apa dari keaktifan yang diamati dan relevan dengan masalah, petanyaan, dam tujuan penelitian, dengan menggunakan sistematis untuk menguji hipotesis. Pengamatan dapat berlangsung di lapangan atau di laboratoriim, dan bisa terhadap manusia, tumbuhan, hewan, atau pun benda lain. Dalam hal penelitian buakn eksperimen, peneliti tidak mengentervensi peubah, tetapi dalam Pengamatan berstruktur, peneliti lebih awal menentukan secara umum, perilaku yang diamati agar masalah yang dipilih dapat dipecahkan. Tetapi, dalam penelitian eksperimen, pneliti dapat mengadakan perlakuan untuk mengukur dan mengentervensi, serta mengontrol peubah sesuai keperluan pengujian hipotesisi dalam rangka memecahkan masalh yang dihadapi dalam penelitian. Untuk meningkatkan keandalan pengamatan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut: 1. Merumuskan defenisi yang tepat kategori atau kelompok atau sapek yang akan diamati; 2. Menghindarkan persepsi untuk kepentingan pribadi atau nilai sendri dalam mengamatan; 3. Menjelaskan kepada pengamat tentang prosedur pengamatan, masalah, pertnayanan, dan tujuan penelitian, teori yang dianut dan aturan yang berlaku; 4. Mengujicoba pengamatan pada kelompok kecil yang serupa dengan kelompok yang sebenarnya akan diamati; 5. Menggunakn lebih dari satu pengamat. Sebagai contoh, pengamatan terhdapat proses pembelajaran di kelas. Instrumen Pengamatan berstruktur dapat dibuat sebagai berikut: Hati/tanggal
: ......................................
Pengamat
: ......................................
Tempat pengamat
: ......................................
Peristiwa yang diamati
: ......................................
Beri tanda centang pada kolom yang sesuai. Aspek pengamatan
Ineterval waktu (menit) terjadinya
0-5
6-10
11-15
16-20
21-25
Guru membuka pelajaran Guru mengajak siswa berdoa Guru mengecek kehadiran siswa Guru menjelaskan Dan seterusnya
Tentu masih banyak versi lain dari instrumen pengamatan berstruktur. Contoh yang diberikan di sini sangat sederhana, dan dapat dikembangkan sesui kebutuhan C. Penggunaan Angket Alat lain untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan yang biasa juga disebut dengan angket atau kuisioner. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada angket tersebut cukup terperinci dan lengkap. Hal ini yang membedakan angket dengan pedoman wawancara. Isi pertanyaan dalam sebuah angket dapat berupa pertanyaan tentang fakta, pendapat, (opini), atau persepsi diri. Jenis pertanyaan pun bisa terbuka dan bisa tertutup. 1. Pertanyaan terbuka dibuat sedemikian rupa sehingga jawabannya bisa bermacam-macam. Misalnya: Berapa pendapatan Anda sebulan ? 2. Pertanyaan tertutup dibuat sedemikian rupa sehingga informan dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternatif dan memilih satu jawaban saja. Misalnya: Dalam kategori manakah pendapatan Bapak/Anda sebulan ? a. Dibawah Rp 50.000,00 b. Antara Rp 50.000,00 dan Rp 100.000,00 c. Antara Rp 100.000,00 dan Rp 200.000,00 d. Antara Rp 200.000,00 dan Rp 500.000,00 3. Pertanyaan setengah terbuka. Misalnya, mencegah kehamilan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara apa saja yang Ibu ketahui? A. Pil B. IUD
C. Kondom D. Injeksi E. Pijat/urut F. “douche” G. Sistem kalender atau pantang berkala H. Senggama terputus I. Vasektomi J. Tubektomi K. Lain-lain (sebutkan)…. Jawaban responden bisa lebih dari satu, bahkan mungkin semua jawaban yang tersedia diketahui semua. D. Penggunaan Tes Tes dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian atau evaluasi , antara lain dalam setiap macam ulangan, ujian akhir semester, dan lainnya. Tes merupakan alat ukur yang penting, karena beberapa alas an berikut. 1. Tes dapat menilai hasil pengajaran yang telah dilakukan dan hasilnya disebut nilai hasil 2. Tes dapat juga menilai jalannya proses belajar, dan hasilnya disebut nilai proses 3. Tes dapat berfungsi memberi keputusan lembaga pendidikan untuk menentukan kelulusan. Ketiga fungsi penilaian tersebut tidak dapat dipisahkan, namun perlu diketahui bahwa ketiganya berbeda satu sama lain. Di samping fungsi penilaian tersebut, beberapa kemungkinan penggunaan tes dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Penggunaan prediktif. Tess digunakan dengan maksud untuk mengukur, apakah di kemudian hari dapat diharapkan suatu hasil. Dengan penggunaan prediktif, orang mencoba memperhitungkan, apakah seseorang di kemudian hari dapat belajar dan berhasil dengan baik.
2. Penggunaan selektif. Tes digunakan untuk meneliti, sejauh mana siswa (anak didik) dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Misalnya, tes digunakan untuk seleksi calon mahasiswa. 3. Penggunaan diagnosis. Tes dimanfaatkan untuk memeriksa titik lemah siswa, atau letak kekurangan pembelajaran. 4. Penggunaan komporatif. Tes digunakan untuk mengetahui apakah kelompok yang satu sama kemampuannya atau sama rajinnya dengan kelompok yang lain. Melihat fungsi dan penggunaan tes, pembuatannya harus dilakukan dengan teknis khusus untuk mendapatkan tes yang baik. Ada beberapa kriteria atau syarat yang harus dipenuhi sebuah tes yang baik. Persyaratan yang dimaksud adalah kerelevan, keseimbangan, keefisienan (berdaya guna), keobjektifan, kekhususan, tingkat kesulitan dan daya pembeda. Selanjutnya, tes dapat dibedakan atas tes ujian lisan, bentuk uraian (essai), dan bentuk isian, sedangkan tes tertutup dapat berbentuk soal benar-salah, pilihan ganda, atau menjodohkan (memasangkan). Persyaratan dan bentuk tes tidak dibicarakan secara terperinci, hal ini dapat dilihat pada Rooijakkers (1990) dan Suryabrata (1987). Dengan penilaian, guru dapat memperoleh berbagai keuntungan antara lain; ia dapat melihat sebaran prestasi siswa dalam mengerjakan setiap soal. Guru dapat melihat dengan jelas siswa yang berprestasi baik, dan siswa yang berprestasi kurang secara tegas dan jelas. Hal ini akan sangat membantu proses untuk mengambil keputusan siapa yang lulus dan siapa yang tidak lulus. Merancang Kuesioner 1. Pengertian da Jenis-Jenis Kuesioner Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan. Kuesioner Terstruktur Yang Terbuka Tingkat struktur dalam kuesioner adalah tingkat standarisasi yang diterapkan pada suatu kuesioner. Pada kuesioner terstruktur yang terbuka dimana pertanyaan-pertanyaan diajukan dengan susunan kata-kata dan urutan yang sama kepada semua responden ketika mengumpulkan data. Contoh:
Apakah anda merasa bahwa Negara kita membutuhkan lebih banyak atau lebih sedikit peraturan perundang-undangan mengenai antipolusi? o Membutuhkan lebih banyak o Membutuhkan lebih sedikit o Tidak lebih maupun kurang o Tidak memberikan pendapat Pertanyaan diatas merupakan contoh yang baik tentang pertanyaan terstruktur yang terbuka, karena: pertama, tujuannya jelas, pertanyaan diatas berusaha untuk menentukan sikap subjek terhadap peraturan perundang-undangan antipolusi dengan cara yang langsung. Kedua, pertanyaan diatas menggunakan format yang sangat terstruktur, para responden dibatasi untuk memilih salah satu diantara empat jawaban. Kuesioner Tak Terstruktur Yang Terbuka Kuesioner tak terstruktur yang terbuka dimana tujuan studi adalah jelas tetapi respon atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka. Perhatikan pertanyaan berikut: “Bagaimana pendapat anda mengenai polusi dan perlunya lebih banyak lagi peraturan perundang-undangan antipolusi?” Pertanyaan diatas mempunyai tujuan yang jelas. Selanjutnya pewawancara mencoba untuk membuat subjek berbicara dengan bebas mengenai sikapnya terhadap polusi. Hal ini merupakan pertanyaan dengan tujuanterbuka, dan seringkali berakhir dengan wawancara yang sangat tidak terstruktur. Kuesioner Tidak Terstruktur Yang Tersamar Kuesioner tidak terstruktur yang tersamar berlandaskan pada riset motivasi. Para periset telah mencoba untuk mengatasikeengganan responden untuk membahas perasaan mereka dengan cara mengembangkan teknik-teknik yang terlepas dari masalah kepedulian dan keinginan untuk membuka diri. Teknik tersebut dikenal dengan metode proyektif. Kekuatan utama dari metode
proyektif adalah untuk menutupi tujuan utama riset dengan menggunakan stimulus yang disamarkan. Metode proyektif merupakan cara yang digunakan untuk menggambarkan kuesioner yang mengandung stimulus yang memaksa para subjek untuk menggunakan emosi, kebutuhan, motivasi, sikap, dan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri dalam memberikan suatu jawaban atau respon. Stimulus yang paling sering digunakan adalah asosiasi kata, kelengkapan kalimat, dan bercerita atau penuturan cerita. Kuesioner Terstruktur Yang Tersamar Kuesioner terstruktur yang tersamar merupakan teknik yang paling jarang digunakan dalam riset pemasaran. Kuesioner ini dikembangkan sebagai cara untuk menggabungkan keunggulan dari penyamaran dalam mengungkapkan motif dan sikap dibawah sadar dengan keunggulan strukturpengkodean serta tabulasi jawaban. Sebagai contoh, salah satu teori menyatakan bahwa pengetahuan, persepsi, dan ingatan individu akan suatu subjek disesuaikan oleh sikapnyaterhadap subjek tersebut. Jadi untuk mendapatkan informasi mengenai sikap seseorang apabila pertanyaan langsung akan menghasilkan jawaban yang bias, teori ini menyarankan agar kita hanya menanyakan hal-hal yang mereka ketahui, bukan apa pendapat mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang lebih banyak mungkin mencerminkan kekuatan dan arah dari suatu sikap. Misalnya, para pendukung partai demokrat mungkin mengetahui lebih banyak tentang calon-calon daripartai demokrat dan platform partai itu daripada mereka yang akan memilih partai golkar. 2. MERANCANG KUESIONER a. Tetapkan Informasi Yang Ingin Diketahui. b. Tentukan Jenis Keusioner Dan Metode Administrasinya. c. Tentukan Isi Dari Masing-Masing Pertanyaan. d. Tentukan Banyak Respon Atas Setiap Pertanyaan. e. Tentukan Kata-Kata Yang Digunakan Untuk Setiap Pertanyaan. f. Tentukan Urutan Pertanyaan.
g. Tentukan Karakteristik Fisik Kuesioner. h. Uji Kembali Langkah 1 Sampai 7 Dan Lakukan Perubahan Jika Perlu. i. Lakukan Uji Awal Atas Kuesioner Dan Lakukan Perubahan Jika Perlu.
DAFTAR PUSTAKA 1. Churchill, Gilbert A. 2005. “Dasar-Dasar Riset Pemasaran”, Edisi 4, Jilid I, Alih Bahasa Oleh Andriani, Dkk, Penerbit Erlangga, Jakarta.