Bab-5_rancangan_air_ Buangan_2016_new.docx

  • Uploaded by: Rahma Fauziah Lusa
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab-5_rancangan_air_ Buangan_2016_new.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,948
  • Pages: 21
Perancangan Air Buangan

RANCANGAN SISTEM AIR BUANGAN

Rancangan perpipaan air buangan dapat dilakukan setelah sarana alat plambing ditentukan. Penentuan sarana alat plambing telah dibahas pada materi sebelumnya, sehingga pada bagian ini tidak dibahas kembali.

5.1 Perancangan Perpipaan 5.1.1 Alat Plambing Air buangan umumnya berasal dari alat plambing yang digunakan pada gedung. Namun beberapa alat plambing tidak langsung berhubungan dengan saluran pembuang, seperti misalnya kran untuk bak mandi atau shower. Pada alat plambing ini saluran pembuangnya adalah berupa Floor Drain (pembuang lantai). Oleh karena itu maka pada perancangan sistem air buangan ini perlu dikaji terlebiih dahulu adalah alat plambing yang digunakan, termasuk kelenglapan lain yang diperlukan pada saluran pembuang seperti Floor Drain.

5.1.2 Sistem Perpipaan Sistem perpipaan harus dirancang sedemikian rupa agar air buangan dari peralatan plambing dapat dialirkan secepat mingkin menuju sistem air buangan yang ada, baik sistem perkotaan (off site) maupun sistem sendiri (on site).

5.1.3 Perlengkapan Sistem Perpipaan Perlengkapan sistem perpipaan air buangan mengacu pada sistem penyaluran air buangan yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, yaitu terdiri dari 6 (enam) bagian, yaitu: 

Pipa Alat Plambing yang merupakan pipa yang diperlukan untuk memasangkan alat plambing yang ada.



Pipa Pembuangan alat plambing merupakan pipa pembuangan yang menghubungkan pipa alat plambing dengan pipa cabang mendatar (horizontal).



Pipa Cabang Mendatar (horizontal) yaitu: pipa air buangan yang dipasang mendatar yang menghubungkan pipa pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan.



Pipa Tegak air buangan yaitu: pipa air buangan yang dipasang tegak dan mengalirkan air buangan dari pipa cabang mendatar menuju pipa pembuang gedung.

Halaman 1

Perancangan Air Buangan 

Pipa Pembuangan Gedung yaitu: pipa air buangan yang mengumpulkan (semua jenis) air buangan dari pipa tegak atau beberapa pipa tegak untuk dialirkan menuju pipa riool (penyaluran air buangan) gedung.



Pipa riool (penyaluran air buangan) gedung yaitu: pipa air buangan yang menyalurkan air buangan dari pipa pembuang gedung atau beberapa gedung untuk dialirkan menuju pipa penyaluran air buangan (riool) kota atau pipa instalasi pengolahan air buangan.

Sistem perpipaan air buangan tersebut termasuk perlengkapan pipa pada sistem perpipaan air buangan tersebut.

5.2 Dasar Penentuan Dimensi Perpipaan 5.2.1 Umum Dimensi Perpipaan air buangan dapat ditentukan setelah rancangan sistem perpipaan air buangan selesai dilakukan. Dimensi atau ukuran pipa air buangan harus cukup untuk dapat mengalirkan air buangan secara baik sesuai dengan kaidah Mekanika Fluida,yaitu umumnya untuk pengaliran tanpa tekanan (open channel), kecuali pada perpipaan yang menggunakan pengaliran dengan pompa digunakan sistem closed channel. Selain itu pipa air buangan ini harus mencukupi untuk mengalirkan air buangan yang mengandung kotoran secara memadai, sehingga kotoran dapat mengalir secara baik. Pipa yang terlalu besar akan membuat biaya lebih besar dan tidak ekonomis, selain itu pada pipa yang terlalu besar ini kecepatan aliran akan terlalu kecil yang mengakibatkan kotoran akan mengendap dan pada akhirnya dapat terjadi penyumbatan. Pada pipa yang terlalu kecil maka kecepatan aliran akan sangat besar yang dapat mengakibatkan cepat rusaknya pipa serta dapat terjadi efek “siphon” sehingga air pada Trap (perangkap) dapat terbawa.

5.2.2 Unit Alat Plambing Secara umum dimensi atau ukuran pipa ditentukan dengan menggunakan “nilai” Unit Alat Plambing”, yang telah disusun berdasarkan standar “National Plumbing Code, Minimum Requirement For Plambing, tahun 1955”, yang juga telah dirujuk oleh Direktorat Teknik Penyehatan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum menjadi “Pedoman Plambing Indonesia, tahun 1979”. Unit Alat Plambing dapat ditentukan dengan beberapa cara, yaitu : 

Berdasarkan standar Standar nilai Unit Alat Plambing (UAP) untuk masing-masing peralatan plambing ditunjukan pada Tabel 5.4. Cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan, apabila tidak dijumpai pada Tabel 5.4 tersebut maka dapat digunakan cara lainnya.

Halaman 2

Perancangan Air Buangan 

Berdasarkan diameter pipa alat plambing Bila peralatan plambing tidak tersedia pada Tabel 5.4 tersebut maka dapat digunakan Unit Alat Plambing berdasarkan pipa alat plambing dari alat plambing yang bersangkutan, seperti ditunjukan pada Tabel 5.5. Alat-alat plambing khusus seperti: bak cuci di laboratorium, alat plambing di rumah sakit dsb dapat diperkirakan juga dengan Tabel 5.5 tersebut. Dan bila tidak juga dijumpai pada Tabel 5.5 ini, maka dapat ditentukan dengan berdasarkan kapasitas aliran.



Berdasarkan kapasitas aliran Untuk beberapa perlengkapan atau alat plambing, besarnya Unit Alat Plambing dapat ditentukan dari kapasitas aliran dari peralatan tersebut tersebut, seperti : 

Pada alat plambing secara umum, Unit Alat Plambing dapat diperkirakan dari ½ dari kapasitas air buangannya (dalam liter/menit), dimana besarnya kapasitas aliran air buangan tersebut diperkirakan dari besarnya air bersih yang dipergunakan pada setiap pemakaian, seperti yang ditunjukan pada Tabel 3.13. UAP = ½ q Dimana : q = kapasitas aliran (liter/menit) Contoh penggunaan cara ini ditunjukan pada Tabel 1. berikut.

Tabel 1

Penentuan Diameter Pipa berdasarkan Kapasitas Aliran

No.

Alat plambing

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kloset (katup gelontor) Kloset (tangki gelontor) Peturasan (katup gelontor) Peturasan (tangki gelontor) Bak Cuci Tangan (lavatory) Bak Cuci dapur - Diameter keran 13 mm 7. - Diameter keran 20 mm 8. Bak Mandi Rendam Floor Drain Keterangan: (*) Laju aliran air bersih Sumber: Analisa



Laju Aliran (liter/menit) (*) 120 15 30 6 15

UAP

15 25 30 15

8 13 15 8

60 8 15 3 8

Untuk aliran air buangan yang menerus (tetap) atau periodik, seperti pompa, mesin pendingin dsb, unit alat plambing diberikan nilai 2 untuk setiap kapasitas aliran 3 liter/menit 2 𝑈𝐴𝑃 = 𝑞 3 Dimana: q = kapasitas aliran (liter/menit) Halaman 3

Perancangan Air Buangan Contoh penggunaan : pompa air buangan mengalirkan air dengan kapasitas 300 liter/menit, maka besarnya: 2 𝑈𝐴𝑃 = 𝑥300 3 𝑈𝐴𝑃 = 200

5.2.3 Ketentuan Ukuran pipa tidak boleh ada pengecilan (mengecil) dalam arah pengaliran air buangan dari hulu ke hilir. Dimensi pipa air buangan minimal (tidak boleh kurang) dari 32 mm, sedangkan pipa yang ditanam dalam tanah harus mempunyai ukuran minimum sebesar 50 mm. Pipa air buangan yang mengalirkan dari Kloset minimal harus mempunyai ukuran 75 mm dan pipa yang mengalirkan air buangan dari 2 (dua) kloset atau lebih minimal harus menggunakan pipa dengan diameter 100 mm. Pada jalur pipa yang panjang (> 12 meter) ukuran pipa yang digunakan tidak kurang dari 50 mm. Hal ini karena pada pipa kecil akan mudah tersumbat akibat kotoran atau kerak, walaupun dipasang dengan kemiringan yang cukup.

5.2.4 Interval Cabang Interval cabang merupakan jumlah cabang dari pipa cabang horizontal yang disambungkan pada pipa tegak tersebut yang berjarak antara 2 (dua) titik sambungan tersebut lebih dari 2,5 meter, seperti ditunjukan pada Gambar 5.29. Interval cabang ini akan menentukan dalam penentuan dimensi pipa tegak dari air buangan.

5.3 Penentuan Dimensi Perpipaan 5.3.1 Pipa Alat Plambing Pipa Alat Plambing merupakan bagian dari alat plambing oleh karena itu maka diameter pipa ini telah ditentukan dari pabrik. Secara umum dimensi atau ukuran dari pipa alat plambing telah ditentukan oleh pabriknya. Apabila belum maka dapat digunakan Tabel 11.1 dari Buku Babbit atau Tabel dari Buku Soufyan Nur Bambang.Tabel 5.3.

5.3.2 Pipa Pembuangan Alat Plambing Pipa Pembuangan alat plambing merupakan pipa pelayanan (service) yang menghubungkan pipa alat plambing dengan pipa mendatar. Ukuran pipa pembuangan ini minimum sama atau lebih besar dari pipa alat plambing terbesar.

Halaman 4

Perancangan Air Buangan

5.3.3 Pipa Cabang Mendatar Pipa Cabang Mendatar ini minimum sama atau lebih besar dari pipa pembuang alat plambing terbesar. Pipa ini harus mempunyai ukuran yang memadai. Kecepatan aliran dalam pipa air buangan berkisar antara 0,6 m/det sampai dengan 1,2 m/det. Bila kecepatannya terlalu rendah maka kotoran akan mengendap, sebaliknya bila terlalu tinggi dapat menimbulkan turbulensi aliran yang dapat menimbulkan gejolak tekanan pada pipa. Pipa cabang mendatar ini umumnya dipasang dengan kemiringan pipa 1/50 sampai dengan 1/100, seperti ditunjukan pada Tabel 2. Kecepatan aliran merupakan fungsi dari kemiringan dan diameter pipa. Tabel 2 Diameter Pipa (mm)

Kemiringan Minimum Pipa Cabang Horizontal Kemiringan Minimum

≤ 75 1/50 ≥ 100 1/100 Sumber : Soufyan N. Bambang, Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing, 1988

Diameter pipa cabang yang harus digunakan dapat ditentukan berdasarkan batasan maksimum dari Unit Alat Plambing yang dapat ditampung pada masing-masing ukuran diameter pipa. Batasan beban maksimum yang dapat ditampung dapat ditentukan mengacu pada Plambing Praktis dan berdasarkan National Plambing Code (NPC), seperti ditunjukan pada Tabel 3. Plambing Praktis digunakan untuk alat plambing yang melayani sarana umum (public), dimana setiap sarana alat plambing melayani 20 – 30 orang pemakai. Sarana umum tersebut merupakan sarana dari gedung-gedung umum, seperti : kantor, sekolah, mal (pertokoan), rumah sakit dll. National Plumbing Code digunakan untuk sarana pribadi, seperti apartemen, hotel dll, dimana setiap sarana alat plambing melayani 10 – 15 orang pemakai. Berdasarkan Tabel 3, tersebut nampak bahwa pipa diameter 32 mm dapat menampung beban maksimum sebesar 1 (satu) Unit Alat Plambing (UAP) baik berdasarkan Plambing Praktis maupun NPC, dan pipa diameter 40 mm dapat menampung beban maksimum sebesar 3 UAP berdasarkan Plambing Praktis maupun NPC, sedangkan pipa diameter 50 mm dapat menampung beban maksimum sebesar 5 UAP berdasarkan Plambing Praktis dan dapat menampung beban maksimum sebesar 6 UAP berdasarkan standar NPC.

Halaman 5

Perancangan Air Buangan Tabel 3 No

Penentuan Diameter Pipa Cabang Horizontal

Diameter Pipa (mm)

Beban Maksimum Unit Alat Plambing Berdasasarkan Plambing Praktis (1)

Berdasarkan National Plambing Code (2)

1

32

1

1

2

40

3

3

3

50

5

6

4

65

10

12

5

75

14

20

6

100

96

160

7

125

216

360

8

150

372

620

9

200

840

1400

10

250

1500

2500

11

300

2340

3900

375

3500

7000

12 Keterangan:

Keterangan

(*)

(1) Digunakan kalau setiap alat plambing melayani 20 - 30 orang, dan digunakan sistem vent loop (2) Digunakan kalau setiap alat plambing melayani 10 - 15 orang, dan digunakan sistem vent individual (*) tidak lebih dari 2 kloset Sumber: Soufyan N. Bambang, Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing, 1988, diolah

Contoh : Bila Unit Alat Plambing pada jalur pipa horizontal a – b sebesar 15 unit, maka diameter pipa horizontal yang harus digunakan adalah 100 mm, kemiringan pipa yang dapat digunakan adalah 1/100. Bila menggunakan standar Plambing Praktis, dan bila menggunakan standar NPC diameter pipa yang digunakan adalah 75 mm, kemiringan pipa yang dapat digunakan adalah 1/50. Contoh Penerapan : Sarana alat plambing seperti digambarkan pada Gambar 5.30. Diameter pipa alat plambing dan diameter pipa pembuang alat plambing ditentukan dengan menggunakan Tabel 5.3. Unit Alat Plambing dapat ditentukan berdasarkan Tabel 5.4. Dan diameter pipa cabang horizontal dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel 5.6. dan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang umum pada penentuan dimensi pipa air buangan. Hasil penentuan dimensi perpipaan cabang horizontal air buangan tersebut ditunjukan pada Tabel 4.

Halaman 6

Perancangan Air Buangan Tabel 4

Contoh Penerapan Hasil Penentuan Dimensi Pipa Cabang Horizontal

No.

Jalur

Alat Plambing

1

2

3

1 2 3

a-b b-c c-i

Kloset Duduk Kloset Duduk Bak Cuci Pel

4 5 6 7 8

d-e e-f f-g g-h h-i

Peturasan Gantung Peturasan Gantung Peturasan Gantung Bak Cuci Tangan Bak Cuci Tangan

Unit Alat Plambing Sendiri Kumulatif 4 5 6 8 8 2,5 4 4 4 1 1

8 8+8 16 + 2,5 4 4+4 8+4 12 + 1 13 + 1

Diameter Pipa (mm) 7

8 16 18,5

75 100 100

4 8 12 13 14

50 65 75 75 75

Keterangan 8 *

9 i-j 18,5 + 14 32,5 100 Keterangan: 1. Penomoran 2. Penomoran jalur pipa sesuai gambar 3. Alat Plambing yang dilayani sesuai gambar 4. Unit Alat Plambing (UAP) dari setiap alat plambing mengacu Tabel 5.4. 5. Perhitungan kumulasi dari UAP untuk jalur pipa yang mengalirkan air dari arah hulu ke hilir 6. Hasil kumulasi UAP dari Kolom 5 7. Penentuan diameter pipa berdasarkan Tabel 5.6. dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan pada penentuan dimensi pipa air buangan. 8. Keterangan (*) untuk WC diameter minimal yang digunakan adalah 75 mm.

5.3.4 Pipa Tegak Pipa Tegak air buangan mengalirkan air buangan dari pipa cabang mendatar menuju pipa pembuang gedung. Dasar penentuan dimensi pipa tegak serupa dengan penentuan dimensi pipa cabang horizontal, yaitu dengan menggunakan UAP. Diameter pipa yang diperlukan ditentukan dengan menggunakan Tabel 5 dan 6. Tabel 5 merupakan dasar penentuan diameter pipa tegak untuk sistem air buangan yang melayani maksimum 3 tingkat atau 3 interval, sedangkan Tabel 6 digunakan untuk penentuan diameter pipa tegak yang melayani lebih dari 3 tingkat atau 3 interval.

Halaman 7

Perancangan Air Buangan Tabel 5 Diameter Pipa (mm)

Beban Maksimum UAP untuk pipa tegak maksimum 3 tingkat/interval Beban Maksimum Praktis

Keterangan

NPC

32 2 2 40 4 4 50 9 10 65 18 20 75 27 30 * 100 192 240 125 432 540 150 768 960 200 1.760 2.200 250 2.660 3.800 300 4.200 6.000 Sumber: Soufyan N. Bambang, Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing, 1988, diolah

Tabel 6 Diameter Pipa (mm)

Beban Maksimum UAP untuk pipa tegak lebih dari 3 tingkat/interval Beban Maksimum Untuk 1 Tingkat Praktis

NPC

> 1 Tingkat Praktis

Keterangan

NPC

32 1 1 2 2 40 2 2 8 8 50 6 6 24 24 65 9 9 42 48 75 14 16 54 60 * 100 72 90 400 500 125 160 200 880 1.100 150 280 350 1.520 1.900 200 480 600 2.880 3.600 250 700 1.000 3.920 5.600 300 1.050 1.500 5.880 8.400 Sumber: Soufyan N. Bambang, Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing, 1988, diolah

Contoh Penerapan : 

Pipa Tegak Maksimal 3 Tingkat/Interval Sistem perpipaan air buangan untuk tiap lantai menerima 90 UAP. Pipa tegak menerima beban dari 3 tingkat, maka diameter pipa tegak yang diperlukan seperti ditunjukan pada Gambar 1.

Halaman 8

Perancangan Air Buangan

Pipa Cabang Horizontal 90 UAP Pipa Tegak A Pipa Cabang Horizontal 90 UAP A (100 mm)

90 UAP B Pipa Cabang Horizontal

180 UAP B (100 mm)

90 UAP

C 270 UAP (125 mm)

D Gambar 1

Tabel 7

Contoh Penentuan Dimensi Pipa Tegak maksimal 3 Tingkat/Interval

No.

Jalur

1

2 1

Penentuan Pipa Tegak untuk Maksimal 3 Tingkat

A A-B 2 B B-C 3 C C-D Keterangan :

Beban UAP Sendiri Akumulasi 3 4

Diameter Pipa (mm) 5

90 90

100

180

100

270

125

90 90

1. 2. 3. 4. 5.

Penomoran Penomoran jalur pipa sesuai gambar Unit Alat Plambing (UAP) dari setiap lantai Hasil perhitungan kumulasi dari UAP untuk jalur pipa yang mengalirkan air dari arah hulu ke hilir Penentuan diameter pipa tegak berdasarkan Tabel 5. dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan pada penentuan dimensi pipa air buangan.



Pipa Tegak Lebih dari 3 Tingkat/Interval Sistem perpipaan air buangan untuk tiap lantai menerima 90 UAP. Pipa tegak menerima beban dari 5 tingkat, maka diameter pipa tegak yang diperlukan seperti ditunjukan pada Gambar 2.

Halaman 9

Perancangan Air Buangan

Pipa Cabang Horizontal

Pipa Tegak 90 UAP

90 UAP (125 mm)

A

180 UAP (125 mm)

B

270 UAP (125 mm)

C

360 UAP (125 mm)

D

450 UAP (125 mm)

Pipa Cabang Horizontal 90 UAP

Pipa Cabang Horizontal 90 UAP

Pipa Cabang Horizontal 90 UAP

Pipa Cabang Horizontal 90 UAP

F

G Gambar 2

Tabel 8

Penentuan Pipa Tegak untuk Maksimal 3 Tingkat/Interval

Contoh Penentuan Dimensi Pipa Tegak lebih dari 3 Tingkat/Interval

No.

Jalur

1

2

Beban UAP Sendiri Akumulasi 3 4

Diameter Pipa (mm) 5

Keterangan 6

1

A 90 A-B 90 125 * 2 B 90 B-C 180 100 ** 3 C 90 C-D 270 100 ** 4 D 90 D-E 360 100 ** 5 E 90 E-F 450 125 Keterangan : 1. Penomoran 2. Penomoran jalur pipa sesuai gambar 3. Unit Alat Plambing (UAP) dari setiap lantai 4. Hasil perhitungan kumulasi dari UAP untuk jalur pipa yang mengalirkan air dari arah hulu ke hilir 5. Penentuan diameter pipa tegak berdasarkan Tabel 6. dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan pada penentuan dimensi pipa air buangan. 6. Keterangan :( * ) pada lantai untuk 1 Tingkat (**) diameter pipa harus diubah menjadi 125 mm karena tidak boleh ada pengecilan diameter pada arah aliran dari hulu ke hilir

Halaman 10

Perancangan Air Buangan 

Pipa Tegak Air Kotor dan Air Bekas Pipa tegak ini dapat mengalirkan air kotor dan air bekas secara tercampur ataupun terpipah. Pada sistem tercampur, beban UAP diakumulasikan, sedangkan pada sistem terpisah perhitungan dilakukan terpisah untuk Pipa Tegak Air Kotor dan Pipa Tegak Air Bekas.

5.3.5 Pipa Pembuangan Gedung Pipa Pembuangan Gedung mengalirkan air buangan dari pipa tegak atau beberapa pipa tegak untuk dialirkan menuju pipa riool (penyaluran air buangan) gedung. Pipa ini dapat menggabungkan pipa tegak air kotor dan pipa tegak air bekas pada sistem terpisah. Pipa pembuang gedung dipasang dengan kemiringan tertentu agar air dapat mengalir secara gravitasi. Kemiringan pipa yang digunakan umumnya adalah : 1/16, 1/8, ¼ dan ½ inci dalam setiap feet, atau sekitar 1/192, 1/96, 1/48 dan 1/24 meter/meter. Dasar penentuan dimensi pipa pembuangan gedung ditentukan dengan menggunakan Tabel 5.7, dengan memperhatikan kemiringan pipa yang digunakan. Contoh Penerapan : a) Sistem Tanpa Pompa Sistem perpipaan air buangan untuk pipa pembuang gedung ditunjukan pada Gambar 5.31. Pipa tegak diasumsikan melayani lebih dari 3 tingkat/interval, dimana pipa yang digambarkan pada Gambar tersebut adalah pipa pada bagian hilir dari pipa tegak yang disambungan pada pipa pembuang gedung. Perhitungan ditunjukan pada Tabel 10. b) Sistem Menggunakan Pompa [Pemahasan Sistem Pompa diuraikan terpsah] Pada sistem perpipaan air buangan untuk pipa pembuang gedung tersebut sebagaimana telah diuraikan pada contoh diatas, pada contoh ini misalnya digunakan pompa dengan kapasitas 300 Liter/menit, seperti ditunjukan pada Gambar 5.32. Perhitungan ditunjukan pada Tabel 11. Catatan: Penggunaan Pompa mengikuti kaidah Sistem Pompa. Pemilihan kapasitas pompa disesuaikan dengan kondisi sistem dan kapasitas pompa yang ada dipasaran.

Halaman 11

Perancangan Air Buangan

Tabel 9

Beban Maksimum Unit Alat Plambing untuk Pipa Pembuang Gedung Kemiringan Pipa

No

Diameter Pipa (mm)

1/192 Plambing Praktis (1)

1/96

National Plambing Code (2)

Plambing Praktis (1)

1/48

National Plambing Code (2)

1/24

Plambing Praktis (1)

National Plambing Code (2)

Plambing Praktis (1)

National Plambing Code (2)

1

50

21

21

26

26

2

65

22

24

28

31

3

75

18

20

23

27

29

36

4

100

104

180

130

216

150

250

5

125

234

390

288

480

345

575

6

150

420

700

504

840

600

1000

7

200

840

1400

960

1600

1152

1920

1380

2300

8

250

1500

2500

1740

2900

2100

3500

2520

4200

9

300

2340

3900

2760

4600

3360

5600

4020

6700

10 375 3500 7000 4150 8300 5000 10000 6000 Keterangan : (1) Digunakan kalau setiap alat plambing melayani 20 - 30 orang, dan digunakan sistem vent loop (2) Digunakan kalau setiap alat plambing melayani 10 - 15 orang, dan digunakan sistem vent individual (*) tidak lebih dari 2 kloset Sumber: Soufyan N. Bambang, Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing, 1988, diolah

12000

Keterangan

(*)

Halaman 12

Perancangan Air Buangan

3 1

100 UAP (100 mm)

80 UAP (100 mm) 4

2

80 UAP (100 mm)

100 UAP (100 mm)

150 UAP (100 mm)

5

CO 100 UAP (100 mm) CO

a’

CO

100 UAP (100 mm)

100 UAP a (100 mm) CO b'

b

180 UAP (125 mm) 80 UAP (100 mm)

Gambar 3

c

c' 260 UAP (150 mm) d

360 UAP (150 mm) CO

e 510 UAP (200 mm) e'

Pipa pembuangan gedung Kemiringan (S) = 1/96

f

Ke pipa air kotor gedung

150 UAP (100 mm)

Gambar Perpipaan Pembuang Gedung Contoh (a)

Halaman 13

Perancangan Air Buangan

3 1

100 UAP (100 mm)

80 UAP (100 mm) 4

2

80 UAP (100 mm)

100 UAP (100 mm)

150 UAP (100 mm)

5

CO 100 UAP (100 mm) CO

a’

CO

100 UAP (100 mm) b 180 UAP (125 mm) O b' 80 UAP CO (100 mm)

100 UAP a (100 mm)

Gambar 4

380 UAP P (150 mm) c

c' 460 UAP (200 mm) d

Pompa Kap. 300 l/min

560 UAP (200 mm) CO

e 710 UAP (200 mm) e'

Pipa pembuangan gedung Kemiringan (S) = 1/96

f

Ke pipa air kotor gedung

150 UAP (100 mm)

Gambar Perpipaan Pembuang Gedung Contoh (b)

Halaman 14

Perancangan Air Buangan Tabel 10 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Pipa Pipa Tegak 1 Pipa Pembuang Gedung Pipa Pembuang Gedung Pipa Tegak 2 Pipa Pembuang Gedung Pipa Pembuang Gedung Pipa Tegak 3 Pipa Pembuang Gedung Pipa Pembuang Gedung Pipa Tegak 4 Pipa Pembuang Gedung Pipa Pembuang Gedung Pipa Tegak 5 Pipa Pembuang Gedung Pipa Pembuang Gedung

Tabel 11 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Perhitungan Pipa Pembuang Gedung Contoh (a) Jalur Pipa 1 - a' a' - a a-b 2 - b' b' - b b-c 3 - c' c' - c c-d 4 - d' d' - d d-e 5 - e' e' - e e-f

Unit Alat Plambing

0 + 100

100 + 80

180 + 80

260 + 100

360 + 150

100 100 100 80 80 180 80 80 260 100 100 360 150 150 510

Diameter (mm) 100 100 100 100 100 125 100 100 150 100 100 150 100 125 200

Perhitungan Pipa Pembuang Gedung Contoh (b) Pipa

Pipa Tegak 1 Pipa Pembuang Gedung Pipa Pembuang Gedung Pipa Tegak 2 Pipa Pembuang Gedung Pipa Pembuang Gedung Pompa 300 liter/menit Pipa Pembuang Gedung Pipa Tegak 3 Pipa Pembuang Gedung Pipa Pembuang Gedung Pipa Tegak 4 Pipa Pembuang Gedung Pipa Pembuang Gedung Pipa Tegak 5 Pipa Pembuang Gedung Pipa Pembuang Gedung

Jalur Pipa 1 - a' a' - a a-b 2 - b' b' - b b -O O-P P-c 3 - c' c' - c c-d 4 - d' d' - d d-e 5 - e' e' - e e-f

Unit Alat Plambing

0 + 100

100 + 80 200 180 + 200

380 + 80

460 + 100

560 + 150

Diameter (mm)

100 100 100 80 80 180

100 100 100 100 100 125

380 80 80 460 100 100 560 150 150 710

150 100 100 200 100 100 200 100 125 200

Halaman 15

Perancangan Air Buangan Catatan: Pompa air buangan yang dipasang harus mampu mengalirkan air buangan pada kondisi kapasitas puncak. Kapasitas pompa yang digunakan disesuaikan dengan kapasitas pompa yang ada dipasaran. Pada plambing, kapasitas air buangan = (100%) kapasitas air minum/air bersih yang digunakan dan yang akan menjadi air buangan. Kapasitas air buangan (q) didekti dengan persamaan: 3 𝑞 = 𝑈𝐴𝑃 2 Dimana: q= kapasitas air buangan (liter/menit) UAP = unit alat plambing Contoh: Pompa dipasang pada pipa air pembuangan dengan beban 180 UAP, seperti ditunjukan pada Gambar 5, maka kapasitas air buangan adalah: 3 𝑞 = 𝑥180 2 Maka: 𝑞 = 270 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 Pompa air buangan yang dipasang harus sama atau lebih besar dari kapasitas air buangan agar mampu mengalirkan air buangan tersebut. Pompa air buangan yang dipasang, misalnya mempunyai kapasitas 300 liter/menit. Beban pompa air buangan tersebut ditentukan dengan persamaan: 2 𝑈𝐴𝑃 = 𝑞 3 Maka: 2 𝑈𝐴𝑃 = 𝑥300 3 𝑈𝐴𝑃 = 200

270 liter/menit

Pompa Kap. 300 liter/menit

180 UAP

380 UAP

125 mm

150 mm

200 UAP

Halaman 16

Perancangan Air Buangan Apabila pipa pembuang gedung menerima beban dari sistem perpipaan air hujan, maka debit/kapasitas dari sistem air hujan perlu dikonversikan menjadi beban air buangan dalam unit alat plambing (UAP). [Sistem Perpipaan Air Hujan diuraikan terpisah] Konversi debit/kapasitas sistem air hujan dikonversikan menjadi beban air buangan dengan persamaan: Aliran air hujan dianggap merupakan aliran yang menerus (tetap) pada waktu tertentu. Hal ini serupa dengan kondisi pompa. Oleh karena itu maka unit alat plambing (UAP) untuk aliran air hujan diberikan nilai 2 untuk setiap kapasitas aliran 3 liter/menit UAP = 2/3 q Dimana q = kapasitas aliran air hujan (liter/menit) Contoh penggunaan: bila air kapasitas hujan yang dialirkan melalui pipa sebesar 450 liter/menit, maka besarnya UAP = 2/3 x 450 = 300 Contoh Penerapan : a) Sistem Tanpa Pompa Pada sistem perpipaan air buangan yang tercampur, perpipaan pembuang gedung menerima aliran air dari pipa tegak air buangan yang melayani lebih dari 3 tingkat/interval, serta pipa tegak air hujan seperti ditunjukan pada Gambar 5 (a). Perhitungan ditunjukan pada Tabel 12. a) Sistem Menggunakan Pompa Pada sistem perpipaan air buangan untuk pipa pembuang gedung tersebut sebagaimana telah diuraikan pada contoh diatas, pada contoh ini misalnya digunakan pompa dengan kapasitas 750 Liter/menit, seperti ditunjukan pada Gambar 5 (b). Perhitungan ditunjukan pada Tabel 13. Pipa Tegak Air Hujan

Pipa Tegak Air Buangan 1

2 Kap. 450 liter/menit 300 UAP 100 mm

180 UAP 100 mm

300 UAP 150 mm A

180 UAP 125 mm

B’ 480 UAP B

200 mm

C

Menuju Pipa Riol Gedung

Pipa Pembuang Gedung Kemiringan 1/96 Gambar 5 Perpipaan Pembuangan Gedung Sistem Tercampur Contoh (a)

Halaman 17

Perancangan Air Buangan Pipa Tegak Air Hujan

Pipa Tegak Air Buangan 1

2 Kap. 450 liter/menit 300 UAP 100 mm

180 UAP 100 mm

300 UAP 150 mm A

180 UAP 125 mm

Pompa Kap. 750 liter/menit

B’ 480 UAP B

200 mm

Menuju Pipa Riol Gedung

980 UAP C

D

250 mm

E

Pipa Pembuang Gedung Kemiringan 1/96 Gambar 6 Perpipaan Pembuangan Gedung Sistem Tercampur Contoh (b)

Tabel 12

Perhitungan Pipa Pembuang Gedung Contoh (a)

No

Pipa

Jalur Pipa

1 2 3 4 5

Pipa Tegak 1 Air Buangan Pipa Pembuang Gedung Pipa Tegak 2 (Air Hujan) Pipa Pembuang Gedung Pipa Pembuang Gedung

1-A A-B 2 – B’ B' - B B -C

Unit Alat Plambing

0 + 180 450 liter/menit 300 + 180

180 180 300 80 480

Diameter (mm)

Keterangan

100 125 100 100 200

(*)

Diameter (mm)

Keterangan

100 125 100 100 200

(*)

Keterangan: (*) Beban (UAP) = 2/3q

Tabel 13

Perhitungan Pipa Pembuang Gedung Contoh (b)

No

Pipa

Jalur Pipa

1 2 3 4 5 6 7

Pipa Tegak 1 Air Buangan Pipa Pembuang Gedung Pipa Tegak 2 (Air Hujan) Pipa Pembuang Gedung Pipa Pembuang Gedung Pompa 750 liter/menit Pipa Pembuang Gedung

1-A A-B 2-B B' - B B -C C-D D-E

Unit Alat Plambing

0 + 180 450 liter/menit 300 + 180 500 480 + 500

180 180 300 80 480

(**) 980

250

Keterangan: (*) Beban (UAP) = 2/3q (**) Kapasitas Pompa minimal (Qp) = 3/2x UAP, digunakan pompa 750 liter/menit. Beban dari pompa (UAP) = 2/3q

Halaman 18

Perancangan Air Buangan

5.3.6 Pipa Riol Gedung Pipa riol (penyaluran air buangan) gedung menyalurkan air buangan dari pipa pembuang gedung atau beberapa gedung untuk dialirkan menuju pipa penyaluran air buangan (riol) kota atau pipa instalasi pengolahan air buangan. Pipa riol gedung umumnya dipasang sekitar 1 meter dari luar gedung dan dipasang dibawah permukaan tanah. Pipa riol gedung ini dipasang dengan kemiringan minimal 1/100 dan diameter minimal 100 mm. Dasar Penentuan pipa riol gedung serupa dengan penentuan dimensi pipa pembuang gedung, yaitu ditentukan dengan menggunakan Tabel 5.7. Catatan: Beban air buangan (UAP) = ½ x Kapasitas airbuangan (q) Untuk air buangan yang menerus (tetap) atau intermiten, seperti air dari pompa , air hujan, dsb: Beban air buangan (UAP) = 2/3 x Kapasitas airbuangan (q)

Contoh Penerapan. Perpipaan Riol Gedung melayani perpipaan pembuang gedung dari 2 gedung, yaitu Gedung A dan Gedung B, seperti ditunjukan pada Gambar 7. Pipa pembuang dari gedung A mengalirkan air buangan dengan beban 300 UAP, sedangkan dari Gedung B sebesar 450 UAP. Pada contoh tersebut misalnya: pada pipa pembuang gedung A dilengkapi dengan pompa, yang dimaksudkan untuk dapat mengalirkan air dari pipa pembuang Gedung A yang letaknya lebih rendah menuju pipa Riol Gedung. Tabel 14

No 1 2 3 4 5 6

Perhitungan Pipa Riol Gedung

Pipa Pipa Pembuang Gedung Pompa 450 liter/menit Pipa Pembuang Gedung Pipa Riol Gedung Pipa Pembuang Gedung Pipa Riol Gedung

Jalur Pipa A-B B-C C-D D-E F-E E-G

Unit Alat Plambing

450 liter/menit 300 + 300 450 600 + 450

300 300 600 600 450 1050

Diameter (mm)

Keterangan

150 (*) 200 200 200 250

Keterangan: (*)

Kapasitas Pompa minimal (Qp) = 3/2x UAP, digunakan pompa 450 liter/menit. Beban dari pompa (UAP) = 2/3q

Halaman 19

Perancangan Air Buangan

600 UAP A Pembuang Gedung

300 UAP B

200 mm

C D

150 mm

600 UAP 200 mm

Pembuang Gedung 450 UAP E

200 mm

Riol Gedung

F

1050 UAP 250 mm

Jalan Jalan Raya

Riol Kota G

Gambar 7 Perpipaan Riol Gedung

5.4 Hal Khusus Sistem perpipaan air buangan plambing dapat pula dirancang sistem air buangan terpisah, dimana air bekas (grey water) dan air kotor (black water) disalurkan pada sistem perpipaan yang terpisah. Dasar perancangan pada sistem ini serupa degan perancangan yang telah diuraikan, namun sistem perpipaan dibuat terpisah, sehingga perhitungan terpisah untuk perhitungan perpipan sistem air bekas (grey water) dan perhitungan perpipan air kotor (black water).

5.5 Justifikasi Ahli Pada perancangan sistem perpipaan air buangan plambing diperlukan beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut dilakukan oleh ahli plambing yang berpengalaman. Beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan antara lain: a) Pipa pelayanan Pipa pelayanan umumnya dipasang tegak pada dinding. Pemasangan pipa ini diupayakan sedemikian rupa agar dapat dipasang pipa vent ke atas secara baik dan sempurna. Oleh karena itu maka dinding yang digunakan harus yang menerus dan mempunyai bagian yang menuju ruang langit-langit. Halaman 20

Perancangan Air Buangan b) Pipa Cabang horizontal Pipa cabang horizontal dipasang sedemikian rupa agar bercabang-cabang sehingga panjang pipa untuk jalur arah aliran yang searah (dari hulu ke hilir) tidak terlalu panjang. Biasanya berkisar sampai 20 - 30 meter. Hal ini dipertimbangkan agar pipa air buangan dapat dipasang secara baik pada ruang langit-langit (ruang antara lantai dan langit-langit), dimana ruang tersebut umumnya mempunyai tinggi maksimal 50 cm. Seperti telah dibahas pipa cabang horizontal ini dipasang dengan kemiringan 1/50 – 1/100. c) Pipa Tegak Pipa tegak air buangan dapat dibuat lebih dari satu pipa. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar pipa cabang horizontal yang harus dipasang tidak terlalu panjang, selain itu juga pipa vent akan lebih sederhana dan tidak terlalu panjang. d) Pipa Pembuang Gedung Pipa pembuang gedung diupayakan tidak terlalu panjang, sehingga pipa yang ditanam tidak terlalu dalam. Pemasangan pipa yang ditanam dibawah permukaan tanah harus mengikuti kaidah teknis pemasangan pipa. Bila terpaksa menggunakan pipa yang sangat panjang, sehingga kedalaman pipa sangat dalam, maka perlu digunakan pompa. Pada penggunaan pompa, perlu dipertimbangkan sebaiknya pompa dipasang diluar gedung. Bila kapasitas pompa yang diperlukan sangat besar maka akan lebih baik bila aliran air dapat langsung disalurkan menuju pipa roil gedung.

Halaman 21

More Documents from "Rahma Fauziah Lusa"