POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
`
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BAB V IMPACT TEST
5.1 Tujuan 5.1.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian beban mendadak (Impact test) terhadap suatu material. 5.1.2
Tujuan Khusus
Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah sebagai berikut : 1) Mampu melakukan pengujian beban mendadak (Impact test) terhadap suatu material. 2) Mampu menganalisis pengaruh takikan (notch) terhadap kekuatan material. 3) Mampu menganalisis energi dan kekuatan impact dari hasil pengujian suatu material. 4) Mampu menganalisis pengaruh temperatur terhadap kekuatan material. 5) Mampu menganalisis temperatur transisi suatu material. 6) Mampu menganalisis jenis patahan suatu material.
5.2 Dasar Teori Beberapa perangkat pada otomotif dan transmisi serta bagian-bagian pada kereta api dan lain – lain akan mengalami suatu beban kejutan atau beban secara mendadak dalam pengoperasianya. Maka dari itu ketahanan suatu material terhadap beban mendadak, serta faktor-faktor yang mempengaruhi sifat material tersebut perlu diketahui dan diperhatikan.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pengujian ini berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya takikan, bentuk takikan, temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Impact test bisa diartikan sebagai suatu tes yang mengukur kemampuan suatu bahan dalam menerima beban tumbuk yang diukur dengan besarnya energiyang diperlukan untuk mematahkan spesimen dengan ayunan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.1 di bawah ini:
Bandul Starting Position
Scale
Pointer
Specimen
Anvile
Gambar 5.1 Mesin Uji Impact
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Bandul dengan ketinggian tertentu berayun dan memukul spesimen. Berkurangnya energi potensial dari bandul sebelum dan sesudah memukul benda uji merupakan energi yang diserap oleh spesimen, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.2 berikut: l
α
h0
β
h1
Gambar 5.2 Sketsa Perhitungan Energi Impact Teoritis Besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji. Sedangkan besarnya energi impact dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Eo =W.ho.
(5.1)
E1 = W.h1.
(5.2)
∆E = Eo -E1 = W (ho- h1).
(5.3)
dari gambar 5.2 didapatkanho= ℓ - ℓcos α = ℓ (1 - cos α)
(5.4)
h1 = ℓ - ℓcos β = ℓ (1 - cos β)
(5.5)
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
dengan subtitusi persamaan 5.4 dan 5.5 pada 5.3 di dapatkan : ∆E = W ℓ( cos β - cos α ) dimana:
(5.6)
Eo = Energi awal (J) E1 = Energi akhir (J) W = Berat bandul (N) ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas (m) h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas (m) ℓ = panjang lengan bandul (m) α = sudut awal (o) β = sudut akhir (o)
Untuk mengetahui kekuatan impact /impact strength (Is) maka energi impact tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga : Is = ∆E/A = W ℓ( cos β - cos α )/A
(5.7)
Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth memegang peranan yang amat berpengaruh terhadap kekuatan impact. Adanya takikan pada kerja yang salah seperti diskotinuitas pada pengelasan, atau korosi lokal bisa bersifat sebagai pemusat tegangan (stress concentration). Adanya pusat tegangan ini dapat menyebabkan material brittle (getas), sehingga patah pada beban di bawah yield strength. Ada tiga macam bentuk takikan menurut standart ASTM pada pengujian impact yakni takikan type A (V), type B (key hole) dan type C (U) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.3 di bawah ini:
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
`
Gambar 5.3 Macam-macam Bentuk Takikan Pada Spesimen Uji Impact
Fracture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan sebagai brittle (getas) atau ductile (ulet). Suatu material yang mengalami kepatahan tanpa mengalami deformasi plastis dikatakan patah secara brittle. Sedangkan apabila kepatahan didahului dengan suatu deformasi plastis dikatakan mengalami ductile Fracture. Material yang mengalami brittle Fracture hanya mampu menahan energi yang kecil saja sebelum mengalami kepatahan. Perbedaan permukaan kedua jenis patahan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.4 di bawah ini :
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
`
Gambar 5.4 Pola Patahan Pada Penampang Spesimen Uji Impact
Metode Pengujian Impact Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2 macam yaitu Metode Charpy dan Metode Izod : 1) Metode Charpy Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.5a, spesimen diletakkan mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu landasan. Letak takikan (notch) tepat ditengah dengan arah pemukulan dari belakang takikan. Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan banyak negara yang lain termasuk Indonesia. 2) Metode izod Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.5b, spesimen dijepit pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan dari depan takikan. Biasanya metode ini digunakan di Negara Inggris.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
`
Gambar 5.5a dan Gambar 5.5b Metoda Pengujian Charpy (A) dan Izod (B)
Temperatur Transisi Kemampuan suatu material untuk menahan energi impact sangat dipengaruhi oleh temperatur kerja. Pengaruh temperatur terhadap kekuatan impact setiap jenis material berbeda-beda. Pada umumnya kenaikan temperatur akan meningkatkan kekuatan impact logam, sedangkan penurunan temperatur akan menurunkan kekuatan impactnya. Diantara kedua kekuatan impact yang ekstrim tersebut ada suatu titik temperatur yang merupakan transisi dari kedua titik ekstrim tersebut yakni suatu temperatur yang menunjukkan perubahan sifat material dari ductile menjadi brittle. Titik temperatur tersebut disebut ‘temperatur transisi’.Ada 5 kriteria dalam penentuan temperatur transisi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5.6. Kriteria pertama adalah T1 dimana temperatur transisi ini diperoleh dari temperatur pada saat material bersifat 100% ductile menuju ductile-brittle. Temperatur transisi ini sering disebut fracture ductility temperature (FDT).Kriteria ke dua adalah T2 yaitu temperatur transisi ada pada titik dimana fracture appearance berada pada 50%ductile-50%brittle.Kriteria ke tiga (T3) adalah kriteria yang umum dipakai. Temperatur transisinya diperoleh dari rumus:Is Transisi = (Is tertinggi + Is terendah) / 2.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Kriteria ke empat adalah T4. yaitu perubahan material dari ductile-brittle menuju brittle setelah melewati Cv = 15 ft-lb.Kriteria ke lima adalah T5 dimana Temperatur transisinya diperoleh dari temperatur pada saat material bersifat ductile-brittle menuju brittle 100%. Temperatur transisi ini sering disebut nil ductility temperature (NDT) FDT
NDT
100 Fracture appearance
50
Cv
% cleavage fracture
Energy absorbeb, Cv
`
LAB UJI BAHAN
0 T5m
T4
T3 T2
T1
Temperature
Gambar 5.6 Grafik Temperatur Transisi
Apabila temperatur operasi dari suatu peralatan berada di bawah temperatur transisi dari material yang digunakan, maka adanya crack pada material fracture akan menyebabkan kerusakan pada peralatan, sedangkan apabila temperatur operasi terendah masih di atas temperatur transisi dari material, maka brittle fracture bukan merupakan masalah.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
5.3
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam praktek uji impact adalah : 1.
Mesin Uji Impact
5.
Stamping
2.
Thermo Couple
6.
Palu
3.
Jangka Sorong
7.
Amplas
4.
Tang
8.
Dry Ice
Bahan-bahan yang digunakan adalah : 1. Spesimen uji impact untuk temperature ruang (1 buah) 2. Spesimen uji impact untuk temperature dingin (1 Buah) 5.4
Prosedur keselamatan Prosedur keselamatan kerja yang dilakukan adalah: 1. Pakaian dan Celana Bengkel 2. Safety Shoes 3. Safety Gloves
5.5
Langkah kerja Berikut langkah kerja yang harus dilakukan : Persiapan spesimen a. Ambil spesimen dan jepit pada ragum b. Ambil amplas dan amplas spesimen agar halus sehingga menghindari kesahan ukur. c. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen. Penandaan spesimen a. Ambil stamp dan tandai seluruh specimen 1 : Untuk Spesimen Temperatur Ruang 27oC yang ke 1 2 : Untuk Spesimen Temperatur Rendah -23,3oC yang ke 2 3 : Untuk Spesimen Temperatur Rendah -26,0 oC yang ke 3 b. Pengukuran dimensi 1) Ambil
spesimen
ukur dimensinya (panjang, lebar dantebalnya).
2) Catat kode spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja 3) Ulangi langkah di atas untuk semua spesimen.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pengkondisian spesimen pada temperatur kerja a. Temperatur Tinggi 1) Masukkan air ke dalam panci dan letakkan di atas kompor listrik yang telah dinyalakan. 2) Tunggu sampai air mendidih dan masukkan spesimen berkode P ke dalam panci dan tunggu ±5 menit. 3) Ukur temperatur air sesaat sebelum spesimen diambil untuk diuji impact. 4) Catat pada lembar kerja. b. Temperatur Rendah 1) Siapkan dry ice pada sebuah wadah tertutup tahan dingin. 2) Masukkan specimen dan thermo couple 3) Tunggu sampai
penunjuk temperatur menunjukkan angka –26,0 oC±
5 menit. 4) Catat pada lembar kerja, temperatur sesaat sebelum spesimen diambil untuk diuji impact. c. Temperatur ruang Untuk spesimen pada Temperatur ruang bisalangsung dilakukan pengujian impact. Pengujian pada mesin uji impact a. Mencatat data mesin pada lembar kerja. b. Tempatkan bandul pada posisi awal untuk pengujian. c. Atur jarum penunjuk pada posisi 0. d. Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat dan cepat, terutama untuk kondisi panas dan dingin. e. Letakkan tangan kanan pada pin pengunci beban dan tangan kiri pada rem. f. Tekan pin pengunci beban, sehingga bandul meluncur menimpa spesimen. g. Tekan rem ketika bandul hendak mengayun untuk yang kedua kalinya. h. Amati dan catat besarnya sudut dan besarnya energi yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk. i. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
`
5.6 Analisis Data Adapun hasil pengujian dari masing-masing specimen dapat dilihat padaTabel 5.1 dan Tabel 5.2 dibawah ini: Tabel 5.1 Hasil Pengujian Impact α : 160.3º Penandaan No. Spesimen 1 2 3
6A 6B 6C
IMPACT TEST BeratBandul : 96.5 N Panjang L (mm)
Lebar W (mm)
Tebal T (mm)
54.50 54.55 54.55
9.45 9.50 9.50
9.45 9.50 9.35
PanjangLengan : 0,8 m Cross Section Tebal Pada Takikan tn (mm) An (mm2) 8,85 8,85 8,90
83,625 84,075 84,55
Tabel 5.2 Hasil Pengujian Impact
No. 1 2 3
Penandaan Jenis Spesimen Takikan 6A 6B 6C
Lokasi Takikan
E Temperatur Sudut Impact (ºC) β (º) (J) 27.00 2,1 149.7
E Teoritis (J) 149,829
Impact Strength (J/mm2) 1,790
Vnotch
Center
Vnotch
Center
- 23,30
10
148,9
148,224
1,771
Vnotch
Center
- 26.00
1
149.8
148,996
1,772
Perhitungan Energi Menurut Teori (E Theory) a. Spesimen 6A E = W l(cos β – cos α) = 96,5 N × 0,8 m (cos 2,1° – cos 160,3°) 1 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = 149,829 Nm [ 1 𝑁𝑚 ] = 149,829 J b. Spesimen 6B E = W l(cos β – cos α) = 96,5 N × 0,8 m (cos 10° – cos 160,3°)
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
= 148,224 Nm [ = 148,224J c.
1 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 1 𝑁𝑚
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
]
Spesimen 6C E = W l(cos β – cos α) = 96,5 N × 0,8 m (cos 1° – cos 160,3°) 1 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = 148,996 Nm [ ] 1 𝑁𝑚 = 148,996 J
Perhitungan Impact Strength Impact Strength (J/mm2) Menurut Pengujian 𝐄 𝐢𝐦𝐩𝐚𝐜𝐭
Is =
𝐀𝐧
a. Spesimen 6A dengan Temperatur Ruang 27oC (1) 𝐸 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑐𝑡
Is =
An 149.7
= 83.625 = 1.79 J/mm2 b. Spesimen 6B dengan Temperatur dingin – 23.3oC (2) Is=
𝐸 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑐𝑡 An 148,9
= 84,075 = 1.771 J/mm2 c. Spesimen 6C dengan Temperatur dingin - 26oC (3) Is =
𝐸 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑐𝑡
An 149,8
= 84.55 = 1.772 J/mm2 Menurut Teori Is =
𝐄 𝐭𝐡𝐞𝐨𝐫𝐢 𝐀𝐧
a. Spesimen 6A denganTemperatur ruang 27oC (1) Is =
𝐸 𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖 An
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
=
149,829 83,625
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
= 1,791 J/mm2
b. Spesimen 6B dengan Temperatur dingin - 23,3oC (2) Is= =
𝐸 𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖 An 148,224 84,075
= 1,762 J/mm2
c. Spesimen 6C denganTemperatur dingin -26oC (3) Is = =
𝐸 𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖
An 148,996 84,55
= 1,762 J/mm2
Dari perhitungan diatas tersebut didapatkan nilai energiimpact dan kekuatan impact Pengujian dan teori, untuk detailnya bisa dilihat pada Tabel 5.3 di bawah ini : Tabel 5.3 Perbandingan Energi dan Impact Strength Berdasarkan Pengujian dan Teori No Spesimen Temperatur Energi ( J) (°C) Pengujian Teori
Impact Strength (J/mm2)
1
6A
27,00
149,7
Selisih Pengujian Teori (%) 149,829 0,086 1,79 1,791
Selisih (%) 0,055
2
6B
-23,30
148,9
148,224 -0,456
1,771
1,762
-0,510
3
6C
-26,00
149,8
148,996 -0,539
1,772
1,762
-0,567
Dari Tabel 5.3 diatas tersebut didapatkan nilai energiimpact dan kekuatan impact Pengujian dan teori, untuk membuat grafik Energi-Temperatur, Impact Strength -TemperaturPengujiandan Teoritis memerlukan data tersebut. Untuk grafik Energi-Temperatur pada Grafik 5.1 dan , Impact Strength -Temperatur pada Grafik 5.2 di bawah ini :
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
` 160
150
140
130
Energi (Joule)
120
110
100 -40
-30
-20
-10
0
Temperature Teori
10
20
30
(OC)
Percobaan
Grafik 5.1 Energi-TemperaturPengujiandan Teoritis 1.8 1.79 1.78 1.77 1.76
Impact Strength (J/mm2)
1.75 1.74 1.73 1.72 1.71
1.7 -40
-30
-20
-10
0
Temperature Teori
10
20
(0C)
Percobaan
Grafik 5.2 Impact Strength -TemperaturPengujian danTeoritis
30
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Perhitungan kekuatan impact transisi Temperatur transisi tersebut diperoleh dengan cara menarik garis hasil dari menjumlahkan kekuatan impact tertinggi dengan kekuatan impact terendah kemudian dibagi dua. Lebih singkatnya dapat dicari melalui rumus dibawah ini : Menurut pengujian 𝐼𝑠 (𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖𝑠𝑖) =
{𝐼𝑠 (𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖) + 𝐼𝑠 (𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ)} 2
(1,791𝐽/𝑚𝑚²+ 1,762 𝐽/𝑚𝑚²)
=
2
= 1,776 J/mm2 Menurut teori 𝐼𝑠 (𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖𝑠𝑖) =
{𝐼𝑠 (𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖) + 𝐼𝑠 (𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ)} 2
𝐽 +1,771 𝐽/𝑚𝑚²) 𝑚𝑚2
(1,79
=
2
= 1,780 J/mm2 Dari perhitungan tersebut didapatkan bahwa nilai kekuatan impact transisi secara Pengujian dan teori memiliki nilai yang berbeda (Is
(transisi)
=1,780J/mm2). Dari nilai tersebut kita dapat menentukan nilai temperature transisinya yaitu temperature transisi pada percobaan sebesar -4,5℃ dan temperatur transisi pada teori sebesar 4℃ yang dapat dilihat pada gambar yang merupakan grafik temperature dan kekuatan impact seperti pada Grafik 5.3 di bawah ini : 1.795
Impact Strength
1.79 1.785 1.78 1.775 1.77 1.765 1.76 1.755 -28-26-24-22-20-18-16-14-12-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Temperatur (℃)
Percobaan Teori
Transisi Datar
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Grafik 5.3 Temperatur Transisi
5.7 Pembahasan 5.7.1 Pada temperatur 27oC ( kamar ) Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ductile seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5.6 di bawah ini :
Spesimen 6A
Gambar 5.6 Patahan Ductile Pada Spesimen 6A Temperatur Kamar 5.7.2 Pada temperatur -23,3oC ( rendah) Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ductile seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5.7 di bawah ini :
Spesimen 6B
Gambar 5.7 Patahan Ductile Pada Spesimen 6B Temperatur kamar 23,3oC
-
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
5.7.3 Pada temperatur -26,0 oC (rendah) Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ductile seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5.8 di bawah ini :
Spesimen 6C
Gambar 5.8 Patahan Ductile Pada Spesimen 6C Temperatur Tinggi -26oC Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan bahwa ketiga benda uji tersebut bersifat Ductile Fracture, dengan ciri – ciri Ductile Fracture sebagai berikut: 1. Spesimen pada umumnya tidak putus dengan permukaan patahan yang kasar 2. Permukaan patahannya terlihat buram 3. Terdapat serabut-serabut kasar pada permukaan patahannya 4. Biasa disebut Fibrous fracture
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
5.8 Kesimpulan Dari Pengujian yang telah dilakukan, terdapat pengaruh temperatur terhadap kekuatan impact. Kekuatan impact tertinggi dicapai ketika spesimen bertemperatur 27°C. Semakin rendah temperatur, maka semakin tinggi kekuatan impact suatu material. Spesimen 6A, 6B, dan 6C mengalami patahan ulet (ductile).
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DaftarPustaka WachidSuherman, Ir, [1987], DiktatPengetahuanBahan, JurusanTeknikMesin FTI, ITS DosenMetallurgi, [1986], PetunjukPraktikumLogam, JurusanTeknikMesin FTI, ITS M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, PPNS Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, PPNS
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
Lampiran Lampiran B.1 Hasil Pengujian
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
Lampiran B.2 Perhitungan
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA `
LAB UJI BAHAN
KELOMPOK 6
PRAKTIKUM 5 IMPACT TEST
PRAKTIKUM DT-NDT
PRODI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Lampiran B.3 Hasil Uji Impact
B.3.1 Pengukuran Spesimen 6A
B.3.2 Pengukuran Spesimen 6B
B.3.3 Pengukuran Spesimen 6C