BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian pengukuran waktu reaksi pada siswa SMPN 26 Banjarmasin yang diberi dengan yang tidak diberi aromaterapi cair telah dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober 2017 dengan menggunakan sampel siswa perempuan SMPN 26 Banjarmasin. Waktu reaksi adalah waktu seorang individu memberikan respon terhadap rangsangan yang diberikan.1 Recognizing reaction time adalah waktu reaksi pilihan dan dihitung dengan menggunakan Kosinski’s time reaction software dengan cara sampel menekan spacebar apabila melihat salah satu huruf yang ditentukan oleh software. apabila di dalam kotak tidak muncul huruf pilihan tadi maka sampel tidak boleh menekan spacebar. Rata-rata waktu reaksi pada masing kelompok perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada gambar 5.1. 1.10000 1.05000 1.00000 Pretest
0.95000
Posttest
0.90000 0.85000 Kontrol
Perlakuan Kelompok
Gambar 5.1 Rerata waktu reaksi pretest dan posttest pada masing-masing kelompok.
Data dianalisis secara statistik untuk mengetahui perbedaan data antar kelompok menggunakan metode T-tes berpasangan dan T-tes tidak berpasangan.
17 UniversitasLambungMangkurat
18 Syarat uji T-tes adalah data harus berdistribusi normal dan homogen. Analisis statistika dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows versi 16. Data diuji terlebih dahulu dengan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk Test. Hasil uji normalitas kelompok perlakuan menunjukkan data berdistribusi normal dengan (P > 0.05). Kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan uji Test of Homogeneity of Variances (P > 0.05) dengan P = 0.139 yang berarti data homogen. Data terlebih dahulu dianalisis menggunakan metode T-tes berpasangan pada masing-masing kelompok. Selanjutnya data dianalisis secara statistika menggunakan metode T-tes tidak berpasangan. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa waktu reaksi (posttest) antar kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna (P < 0.05) dengan P = 0.855. Hasil perhitungan statistik ini dan waktu reaksi (pretest) antar kelompok terdapat pada tabel 5.1 dan 5.2 Group Statistics Kelompok Pretest
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Aromaterapi Cair
15
1.00033
.249080
.064312
Kontrol
15
1.05927
.236573
.061083
Independent Samples Test
UniversitasLambungMangkurat
19 Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Sig. (2-
Interval of the Mean
Std. Error
Difference
taile Differenc Differenc F
Sig.
t
df
d)
e
e
Lower
Upper
Pret Equal est
variances
.048
.828 -.664
28 .512 -.058933
.088697
-.240621 .122755
-.664 27.926 .512 -.058933
.088697
-.240643 .122776
assumed
Equal variances not assumed
Tabel 5.1 Hasil uji statistika T-tes tidak berpasangan pretest
Group Statistics Kelompok Posttest
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Aromaterapi Cair
15
.95553
.196719
.050793
Kontrol
15
.94107
.232527
.060038
Independent Samples Test
UniversitasLambungMangkurat
20 Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Sig. (2-
Mean
Std.
Interval of the
Error
Difference
taile Differenc Differen F
Sig.
t
df
d)
e
ce
Lower
Upper
Postt Equal est
variances
.510
.481
.184
28 .855
.014467 .078641 -.146623 .175556
.184 27.252 .855
.014467 .078641 -.146822 .175756
assumed
Equal variances not assumed
Tabel 5.2 Hasil uji statistika T-tes tidak berpasangan posttest
Pada penelitian ini, waktu reaksi merupakan interval waktu antara penerimaan stimulus dan munculnya respon secara sadar pada manusia.1 Waktu reaksi merupakan salah satu parameter dalam menghitung kerja dari otak manusia dalam tugas sehari-hari seperti dalam bidang olahraga, edukasi dan sebagainya.1 Aromaterapi dapat memperpendek waktu reaksi dikarenakan adanya rangsang bau yang diterima manusia akan diterima oleh nervus olfaktorius. Nervus olfaktorius memiliki hubungan dekat dan kuat dengan area pengolah emosi utama seperti amigdala dan hippokampus yang merupakan bagian dari sistem limbik.39 Semakin pendek waktu reaksi menunjukkan semakin cepat pula kerja dari otak manusia.
UniversitasLambungMangkurat
21 Pada hasil uji statistik dinyatakan bahwa posttest pada kelompok kontrol bernilai rata-rata 0.941, hal ini menandakan terjadinya pemendekan waktu reaksi jika dibandingkan dengan pretest pada kelompok kontrol yang bernilai 1.000. Memendeknya waktu reaksi ini disebabkan adanya proses repetisi tindakan yang membuat otak bekerja lebih cepat karena terdapatnya informasi yang telah diterima otak pada tes yang pertama. Otak menjadi lebih siap dalam melakukan tes lagi sehingga waktu reaksi menjadi lebih pendek. Selain itu juga, faktor lain yang mempengaruhi waktu reaksi seperti kelelahan, kesadaran, umur, jenis kelamin, sakit, stress dan pemberian beberapa zat. Berdasarkan uji statistik, waktu reaksi antara pretest dan posttest pada kedua kelompok didapatkan hasil perbedaan tidak bermakna tetapi terdapat perbedaan rerata waktu reaksi yaitu posttest lebih pendek dibandingkan pretest. Hal ini disebabkan oleh kecemasan yang menyebabkan defisit pada kemampuan untuk mempertahankan perhatian dan membuat konsentrasi terganggu.8 Hal ini yang menyebabkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada hasil pretest dan posttest pada kedua kelompok. Kelelahan yang terjadi pada sampel penelitian dikarenakan aktifitas sebelumnya juga dapat membuat otak tidak dapat bekerja dengan maksimal.30 Pada uji statistik waktu reaksi posttest antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan didapatkan hasil yang tidak bermakna. Pada rerata posttest kelompok perlakuan (P = 0.955) terhadap posttest kelompok kontrol (P = 0.941) didapatkan adanya pemanjangan waktu reaksi pada kelompok perlakuan. Hal ini dikarenakan aromaterapi cair lavender yang diberikan tidak dinikmati oleh
UniversitasLambungMangkurat
22 beberapa sampel. Perasaan tidak senang ini menghambat kerja dari aromaterapi yang merangsang sistem limbik melalui sistem penciuman. Bau yang tidak dinikmati dapat membuat pengalihan perhatian dan konsentrasi sehingga membuat waktu reaksi menjadi lebih panjang.47 Faktor lain yang juga berkontribusi dalam hal ini adalah kelelahan dan kecemasan seperti pada penjelasan sebelumnya. Hal ini didukung dengan penelitian Zhang yang menyatakan kelelahan dapat membuat waktu rekasi cahaya maupun suara menjadi lebih panjang.48 Pada penelitian Sadeh, kecemasan dapat membuat waktu reaksi memanjang tetapi kecemasan tidak memiliki hubungan dengan error rates.8 Pada penelitian Watanabe S menyebutkan bahwa aromaterapi dapat membantu pengolahan informasi pada otak pada individu yang sehat. Aromaterapi bekerja pada jalur penyimpanan memori dan pengelolaan emosi yang dapat mempengaruhi proses dari keduanya. Kerusakan pada bagian tersebut dapat menghambat kerja dari aromaterapi sehingga membuat kerja otak yang berkurang dan memanjangnya waktu reaksi.18 Penelitian Watanabe E menyebutkan aromaterapi dari tanaman bergamot yang diuapkan dengan air selama 15 menit, selanjutnya dilakukan pengukuran pada tingkat kecemasan, mood, kelelahan, dan kortisol saliva hasilnya didapatkan penurunan dari tingkat kecemasan, mood serta kelelahan yang membaik dan juga penurunan tingkat kortisol pada saliva. Dapat disimpulkan bahwa aromaterapi bergamot dapat memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologi dalam waktu yang relatif singkat.19
UniversitasLambungMangkurat