C. Intervensi Menurut UU perawat No. 38 Th. 2014, perencanaan merupakan semua rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang diberikan kepada pasien. Perencanaan menurut Nanda NIC-NOC 2015-2018 pada kasus asuhan keperawatan pasien dengan Tu Tyroid Dex Benigna selama masa perioperative (Isthmulobektomy) dilakukan perdiagnosa. Diagnosa yang ditentukan oleh kelompok selama masa premedikasi yaitu Ansietas. Perencanaan yang dilakukan untuk diagnosa pertama ini memiliki tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 15 menit diharapkan ansietas berkurang dengan kriteria hasil : Vital sign dalam batas normal, Postur tubuh, ekspresi wajah dan bahasa tubuh menunjukkan berkurangnya kecemasan Intervensi yang di rencanakan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut adalah : 1. Kaji keadaan umum klien Rasional : Mengetahui keadaan umum klien 2. Observasi tanda-tanda vital Rasional : Mengetahui tingkat kecemasan dan menentukan intervensi selanjutnya 3. Kaji skala ansietas Rasional : Skala ansietas menunjukkan tingkat kecemasan klien sehingga dengan adanya tingkat kecemasan dapat ditentukan dan memilih intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah kecemasan pada klien. 4. Dengarkan keluhan klien Rasional : Membantu menentukan jenis intervensi yang akan dilakukan 5. Dorong klien untuk mengungkapkan secara verbal perasaan dari ketakutan Rasional : Membuat perasaan terbuka dan bekerjasama dalam memberikaninformasi yang akan membantu identifikasi masalah 6. Pertahankan kontak mata Rasional : Kontak mata menumbuhkan rasa saling percaya antara perawat dan klien. 7. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi seperti keadaan selama prosedur Rasional : Pengetahuan yang di berikan dapat meningkatkan pengetahuan klien tentang prosedur tindakan yang akan dijalani sehingga dapat mengurangi kecemasan pada klien akibat ketidaktahuan klien terkait prosedur tindakan yang akan dijalani. Diagnosa yang diambil oleh kelompok pada masa intraoperative adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas. Perencanaan yang dilakukan untuk diagnosa intraoperative ini memiliki tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ±
10 menit diharapkan ketidakefektifan bersihan jalan napas berkurang dengan kriteria hasil : Tidak ada suara nafas tambahan, Kepatenan jalan nafas terjaga, Frekuensi Pola nafas dalam batas normal (16-22). Intervensi yang di rencanakan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut adalah : 1. Kaji adanya suara nafas tambahan Rasional : Untuk mengetahui adanya sumbatan/hambatan pada jalan nafas 2. Observasi status pernafasan Rasional : Untuk mengetahui keadaan pernafasan klien 3. Lakukan pemasangan OPA Rasional : Untuk membantu mempertahankan agar lidah tidak jatuh kepangkal sehingga menyumbat jalan nafas 4. Lakukan tindakan kolaborasi suctioning Rasional : Untuk membantu mengurangi sekret yang menumpuk pada jalan nafas 5. Berikan tindakan kolaborasi pemberian O2 Rasional : Untuk mempertahankan status pernafasan klien Diagnosa Post Operative adalah Resiko Hipotermi. Perencanaan yang dilakukan untuk diagnosa kedua ini memiliki tujuan Setelah dilakukan tindakan selama 10 menit diharapkan Resiko Hipotermi tidak terjadi dengan kriteria hasil : Pasien tidak menggigil kedinginan, Tidak ada sianosis, Suhu tubuh normal : 36,5oC – 37,5oC. Intervensi yang di rencanakan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut adalah : 1. Kaji TTV Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum vital sign pasien khususnya suhu tubuh pasien 2. Berikan selimut kepada pasien Rasional : Selimut berfungsi sebagai pasive warmer yang bertujuan untuk menjaga tubuh agar tidak kehilangan kehangatan melalui pori pori. Sehingga selimut diperlukan agar kehangatan tubuh pasien tetap terjaga. 3. Gunakan warmer blower Rasional : Warmer blower sebagai aktif warming memantu menghangakan kulit dan jaringan perifer sehingga membantu memberikan kehangatan untuk pasien dan mengembalikan suhu tubuh pada rentang normal. 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat golongan opioid Rasional : Untuk membantu pengahangatan tubuh pasien menggunakan obat
5. Hangatkan cairan infus menggunakan Fluid Warmer Rasional : Pada pasien pasca operasi yang mendapatkan cairan intravena tanpa intervensi penghangatan, maka cairan intravena yang masuk pada tubuh pasien mempunyai suhu pada kisaran suhu kamar, yaitu sekitar 25-27 oC atau bahkan kurang jika suhu ruangan diatur dingin, misalnya pada ruangan yang menggunakan AC. Cairan intravena yang dingin tersebut akan masuk ke dalam sirkulasi darah dan mempengaruhi suhu inti tubuh (core temperature) sehingga pasien mengalami hipotermia. penggunaan alat ini pasien yang menjalani pembedahan menerima suplai cairan yang sudah sesuai dengan suhu inti (core temperature – 37*c) dan mengalir ke seluruh tubuh sehingga efektif dalam mengurangi atau meminimalisir gejala hipotermia pada pasien pasca operasi. Cairan intravena yang dipanaskan jauh lebih baik dalam mengurangi keadaan pasien yang menggigil dibandingkan dengan cairan intravena yang dihangatkan dengan dengan suhu ruangan (kamar)