Bab 4 Hasil Pembahasan.docx

  • Uploaded by: Nur'ainun O. Ishak
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 4 Hasil Pembahasan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,339
  • Pages: 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penggunaan Mikroskop

4.1.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan praktikum pada pengenalan dan cara penggunaan mikroskop yang baik dan benar serta mengetahui gambar dari mikroskop dengan berebagai juenis mikroskop maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Keterangan : 1. Lensa okuler 2. Gagang mikroskop 3. Meja mikroskop 4. Pengatur keras 5. Pengatur halus 6. Kaki mikroskop 7. Cermin 8. Penjepit objek 9. Kondensor 10. Lensa objektif 11. Revolver 12. Tabung mikroskop

Gambar 1. Mikroskop beserta bagian-bagiannya

30

4.1.2 Pembahasan Dari hasil pengamatan pada pengenalan dan penggunaan mikroskop dapat diperoleh hasil bahwa lensa objektif adalah lensa yang terdekat dengan spesimen (objek yang diamati) berfungsi untuk memperbesar bayangan objek yang diamati, sedangkan lensa okuler adalah lensa yang terletak diujung atas mikroskop yang terdekat dengan mata dan berfungsi memperbesar bayangan yang dihasilkan lensa objektif. Tabung mikroskop untuk mengatur fokus dengan cara dinaikan dan diturunkan. Pengatur kasar terletak disamping lengan mikroskop dan pengatur halus terletak dibawah pengatur kasar. Pengatur kasar untuk menaikan atau menurunkan tabung mikroskop untuk membuat fokus pada mikroskop secara cepat. Pengatur halus untuk memfokuskan bayangan objek secara lambat sehingga tabung mikroskop turun atau naik secara lambat. Revolver untuk memilih lensa objektif yang akan digunakan dengan cara diputar. Meja mikroskop sebagai tempat meletakan objek yang akan diamati. Penjepit untuk menjepit preparat atau objek agar kedudukannya stabil. Cermin untuk memantulkan cahaya kedalam lubang diafragma pada meja mikroskop. Diafragma untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk. Kondensor untuk mengumpulkan cahaya yang masuk kedalam mikroskop. Kaki

mikroskop untuk

menjaga agar mikroskop berdiri dengan mantap (Supiaamono.2006).

31

4.2

Morfologi Tumbuhan

4.2.1. Hasil Berdasarkan hasil dari pengamatan morfologi tanaman monokotil dan dikotil pada tanaman jagung (Zea mays), mangga (Magnifera indica), dan tanaman cabe (Capsicum anum) maka diperoleh hasil sebagai berikut : Keterangan : 1. Pelepah daun 2. Helai daun 3. Pertulangan daun

Gambar 2. Pengamatan morfologi pada daun (Lamina) tumbuhan monokotil pada tumbuhan jagung (Zea mays). Keterangan : 1. Ruas batang 2. Batang 3. Tunas

Gambar 3. Pengamatan morfologi pada batang (Caulis) tumbuhan monokotil pada tumbuhan jagung (Zea mays).

32

Keterangan : 1. Pangkal akar 2. Rambut akar 3. Batang akar 4. Tudung akar 5. Ujung akar

Gambar 4. Pengamatan morfologi pada akar (Radix) tumbuhan monokotil pada tanaman jagung (Zea mays).

Keterangan : 1. Pelepah daun 2. Helai daun 3. Pertulangan daun

Gambar 5. Pengamatan morfologi pada daun (Folium) tumbuhan dikotil pada tumbuhan mangga (Mangifera indica).

33

Keterangan : 1.Cabang batang 2.Ranting batang 3.Batang

Gambar 6. Pengamatan morfologi pada batang (Caulis) tumbuhan dikotil pada tumbuhan mangga (Mangifera indica).

Keterangan : 1. Pangkal akar 2. Rambut akar 3. Batang akar 4. Tudung akar 5. Ujung akar

Gambar 7. Pengamatan morfologi akar (Radix) pada tumbuhan dikotil pada tanaman mangga (Mangifera indica).

34

Keterangan : 1. Radikula 2. Bakal akar 3. Cotyledone

Gambar 8. Pengamatan morfologi pada tumbuhan monokotil pada kecambah tumbuhan jagung (Zea mays).

Keterangan : 1. Epikotil 2. Kulit biji 3. Cotyledone 4. Radikula 5. Hipokotil

Gambar 9. Pengamatan morfologi pada tumbuhan dikotil pada kecambah tumbuhan kacang hijau (Vigna radiat )

35

Keterangan : 1. Radikula 2. Kulit biji 3. Kotiledon

Gambar 10.

Pengamatan morfologi pada tumbuhan monokotil pada biji Tumbuhan jagung (Zea mays).

Keterangan : 1. Epikotil 2. Hipokotil 3. Kotiledon 4. Radikula

Gambar 11.Pengamatan morfologi pada tumbuhan dikotil pada biji tumbuhan kacang hijau (Vignaradiat).

36

Keterangan : 1. Ujung daun 2. Ibu daun 3. Cabang tingkat satu 4. Cabang tingkat dua Gambar 15. Pengamatan daun majemuk pada daun kapuk (Ceiba petandra gaertn)

Gambar 12. Pengamatan daun majemuk menyirip ganda tiga tidak sempurna pada daun kelor (Moringaoleifera L)

Keterangan : 1. Helai daun 2. Tulang rusuk daun 3. Ibu daun 4. Tangkai daun

Gambar 13. Pengamatan daun majemuk menyirip beranak daun tiga pada daun dadap (Erythrine variegate)

37

Keterangan : 1. Helai daun 2. Tepi daun

Gambar 14. Pengamatan daun majemuk menyirip ganda dua pada daun kembang merak (Caesalpinia Pulcherrina)

Keterangan : 1. Tangkai daun 2. Helai daun 3. Ibu daun

Gambar 15. Pengamatan daun majemuk ,menyirip ganda genap pada daun johar (Cassia siamea)

38

Keterangan : 1. Anak daun 2. Tangkai anak daun 3. Ibu tangkai daun

Gambar 16. Pengamatan daun majemuk menjari pada daun kapuk (Ceiba pentandra)

Keterangan : 1. Tangkai daun 2. Helai daun 3. Ibu daun

Gambar 17. Pengamatan daun majemuk menyirip ganda ganjil pada daun gamal (Gliricidia maculate L)

39

Keterangan : 1. Ibu tangkai daun 2. Tangkai anak daun 3. Anak daun

Gambar 18. Pengamatan daun majemuk dan menjari pada daun putri malu (Mimosa pudica)

Keterangan : 1. Ibu tangkai daun 2. Anak daun

Gambar 19. Pengamatan daun majemuk menyirip beranak satu pada daun jeruk nipis (aurantiifolia)

40

Keterangan : 1. Helai daun 2. Tulang rusuk daun 3. Tepi daun 4. Tulang daun 5. Ujung daun

Gambar 20. Pengamatan daun tunggal tidak lengkap pada daun biduri (Calotropis gigantea)

Keterangan : 1. Ujung daun 2. Tepi daun 3. Tulang daun 4. Helai daun 5. Tangkai daun 6. Pelepah

Gambar 21. Pengamatan daun tunggal lengkap pada daun talas (Colocasia esculenta L)

41

4.2.2. Pembahasan Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa tanaman monokotil dan tanaman dikotil memiliki struktur morfologi yang berbeda, mulai dari morfologi, akar, batang , daun hingga perkecambahan. Pada tanaman monokotil bentuk morfologi akarnya yaitu berbentuk akar serabut, Bentuk morfologi batang tanaman monokotil yaitu, batangnya tidak dapat tumbuh besar dan tidak dapat bercabang, contohnya pada tanaman jagung, tanaman jagung memiliki struktur batang yang tumbuh terbatas dan tidak bercabang. Batang tanaman monokotil lebih halus. Daun pada tumbuhan monokotil memiliki bentuk sumsum atau pola tulang daun Melengkung atau sejajar, daun tanaman monokotil juga paling banya merupakan dau lengkap, karena dau tanman monokotil memiliki ; pelepah daun, helai daun, ujung daun dan pangkal daun. Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Tipe perkecambahan ada dua macam.Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal) Tipe ini terjadi, jika plumula dan kotiledon muncul di atas permukaan tanah. Contoh: perkecambahan kacang hijau (Vigna radiata). Tipe perkecambahan di bawah tanah (Hipogeal) Tipe ini terjadi, jika plumula muncul ke permukaan tanah sedangkan kotiledon tinggal di dalam tanah Contoh: perkecambahan kacang kapri (Pisum sativum), Jagung (Zea mays).

42

Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Daun berbentuk tipis melebar berwarna hijau dan menghadap ke atas. Daun sangat berperan penting dalam proses fotositesis. Jumlah daun pada setiap tumbuhan berbeda sesuai dengan lingkungan dan jenis tumbuhan tersebut.Daun yang hidup di daerah panas (kering) tentu berbeda jumlah daunnya dengan daun yang hidup di daerah berair (Champbell A.N, 2003). Daun merupakan suatu organ tubuh tumbuhan yang amat penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada

batang

saja

dan

tidak

pernah

terdapat

pada

bagian

lain

pada

tumbuhan.Umumnya ada dua tipe daun,yaitu daun dorsivental atau bifasial dan daun isobilateral disebut juga isolateral atau ekuifaisal (Champbell A.N, 2003). Secara morfologi terdapat perbedaan yang jelasantara batang tumbuhan Dicotyledoneae danMonocotyledoneae. Tumbuhan Dicotyledoneae padaumumnya mempunyai batang yang bagian bawahnyalebih besar dan ke ujung semakin mengecil serta dapatmempunyai percabangan atau tidak. Sebaliknya, batangtumbuhan Monocotyledoneae umumnya mempunyaiukuran yang relatif sama dari pangkal sampai ke ujungbatang (Campbell A.N, 2003) Bentuk morfologi akar tumbuhan dikotil yaitu akar tunggang. batang tanaman dikotil, batang tanaman monokotil juga ada yang berbulu halus. Sedangkan batang tanaman dikotil, ciri morfologi batangnya yaitu, lebih kasar, kebanyakan berkayu dan bercabanng sehingga dapat tumbuh tinggi dan membesar, Contohnya pada batang tanaman mangga. Sedangkan daun tumbuhan dikotil bentuk sumsum atau pola

43

pertulanga daun menyirip atau menjari, daun tumbuhan dikotil kebanyakan termasuk kedalam gologan dau tidak lengkap. Pada kebanyakan dikotil, helaian daun menempel pada batang dengan tangkai daun (petiola). Sistem pembuluh pada batang meluas sampai ke tangkai daun, dan sebagai tulang daun ke dalam helaian daun itu sendiri (Sudjino, 2009). Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bias meruncing panjang.Seperti pada akar dan batang,daun terdiri atas sistem jaringan dermal ( yaitu epidermis ) (Sudjino, 2009). 4.3

Anatomi Tumbuhan

4.3.1 Hasil Berdasarkan pengamatan anatomi tumbuhan dengan menggunakan tumbuhan jagung (Zea mays), cabe (Capsicum anum), Rhoe discolour, kentang (Solanum tuberosum), bawang merah (Alium ascalonicum) maka diperoleh hasil : Keteramgan: 1. Korteks 2. Epidemis 3. Floem 4. Perisikel 5. Xylem 6. Endodermis Gambar 22. Pengamatan anatomi akar tumbuhan dikotil pada mangga (Magniferaindica).

44

Keteramgan: 1. Epidermis 2. Endodermis 3. Xylem 4. Floem 5. Rambut akar 6. Parenkim korteks 7. Empulur

Gambar 23. Pengamatanan anatomi akar tumbuhan monokotil pada jagung (Zea mays) Keteramgan: 1. Epidermis 2. Korteks 3. Floem 4. Xilem 5. Empulur

Gambar 24. Pengamatan anatomi batang tumbuhan dikotil pada mangga (Magniferaindica) Keterangan: 1. Korteks 2. Epidermis 3. Floem 4. Xilem 5. Vaskuler bundel

Gambar 25. Pengamatan anatomi batang tumbuhan monokotil pada jagung (Zea mays)

45

Keterangan: 1. Pigmen antosianin 2. Sel tetangga 3. Sel penutup 4. Celah stomata 5. Kloroplas

Gambar 26. Pengamatan anatomi tumbuhan Rhoe discolour

Keterangan: 1. Dinding sel 2. Plastida 3. Sitoplasma

Gambar 27. Pengamatan anatomi tumbuhan Hydrilla verticilata

Keterangan: 1. Butir-butir amilum

Gambar 28. Pengamatan anatomi jaringan tumbuhan kentang (Solanumtuberosum)

46

Keterangan: 1. Inti sel 2. Dinding sel 3. Cairana

Gambar 29. Pengamatan anatomi jaringan tumbuhan bawang merah (Aliumascalonicum)

4.3.2

Pembahasan Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pada anatomi akar tumbuhan

monokotil , batas ujung kar dan laipatra jelas persikel terdiri dari beberapa lapis sel , susunan lapisan jaringan epidermis, endodermis, persikel floem xilem. Sedangkan pada akar dikotil persikel terdiri dari satu lapis saja, dengan susunan jaringan epidermis, korteks, endodermis, persikel, kambium, floem, xilem dan empelur. Pada anatomi batang tumbuhan monokotil berkas pengangkut letaknya tidak beraturan , tidak memiliki kambium, tidak mempunyai empelur. Pada batang tumbuhan dikotil, berkas pengangkut letaknya beraturan membentuk lingkaran . xilem disebelah dalam floem dan terdapat kambium disebelah dalam floem. anatomi dapat menunjukkan korelasi antara karakter anatomi dan karakterkarakter yang lain, oleh karena itu data ini dapat digunakan untuk menguatkan batasan-batasan takson, terutama untuk bukti-bukti taksonomi seperti karakter morfologi yang masih meragukan. Umumnya karakter anatomi merupakan basis yang dapat diandalkan muntuk membedakan jenis, tetapi biasanya karakter anatomi ini

47

memiliki kegunaan yang besar pada takson infragenerik. Karakter-karakter ini cukup konstan dan dapat bersifat diagnostik. Karakter anatomi digunakan baik untuk praktek identifikasi maupun untuk menentukan hubungan filogenetik (Jimmy W, 2009). Setelah dilakukan pengamatan terhadap struktur umbi sel bawang merah (Alium cepa) maka diperoleh bayangan yang teratur berbentuk susunan kotak-kotak menyerupai susunan batu bata yang menggambarkan sel tumbuhan. Pada tengahtengah terdapat bulatan kecil yang disebut sebagai inti sel dari tumbuhan, dan juga terdapat ruang antar sel, sitoplasma dan dinding sel. Daun Rhoe discolour mempunyai struktur berwarna ungu dengan lapisan berbentuk segienam. Setelah dilakukan pengamatan terhadap struktur sel yang terdapat pada daun tanaman Rhoe discolour diperoleh bayangan yang menggambarkan sel tumbuhan. Pada bagian tengah sel terdapat bulatan kecil yang disebut sebagai inti sel dari tumbuhan dan juga terdapat ruang antar sel, stomata dan dinding sel(Azhari.y,2013).

48

4.4

Fotosintesis

4.4.1 Hasil Berdasarkan pengamatan fotosintesis dengan menggunakan daun tumbuhan singkong (Manihot esculenta), dengan pembeda satu daun dibungkus aluminium foil dan satu daun lagi tidak dibungkus aluminium foil, dan diperoleh hasil sebagai berikut: Keteramgan: 1. Amilum yang terbentuk

Gambar 30. Daun singkong (Manihotesculenta) setelah direndam alcohol panas yang tidak ditutupi aluminium foil

Keteramgan: 1.Amilum yang terbentuk

Gambar 31. Daun singkong (Manihot esculenta) setelah direndam alcohol panas yang ditutupi aluminium foil

49

4.4.2 Pembahasan Faktor-faktor yang mempengaruhin proses fotosintesis adalah suhu,intensitas cahaya dan konsentrasi CO2 .semakin besar factor tersebut membawa akibat hanya dapat terjadi pada bagian tumbuhan yang mengandung klorofil. Pada tahun 1860, Sach membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan amilum,daun yang sebagian dibungkus dengan kertas timah(kertas bungkus rokok) di petik di sore hari,setelah terkena sinar matahari sejak pagi hari.daun tersebut direbus untuk mematikan sel selnya. Selanjutnya daun tersebut di masukkan kedalam alkohol,agar klorofilnya larut sehinnga daun tersebut menjadi pucat.jika daun itu di deteksi dengan yodium,maka bagian yang tertutup oleh kertas timah tetap pucat,sedang yang tidak tertutup warnanya menjadi biru kehitaman

warna biru

kehitaman menandakan bahwa di daun tersebuterdapat aluminium. Pada percobaan teori sach,yaitu pada daun yang di tutupi oleh aluminium foil(tidak mengalami fotosintesis) berwarna kecoklat coklatansetelah di beri yodium.sedangkan pada daun yang tidak ditutupi (mengalami fotosintesis)berwarna hitam.Hal inimenunjukkan bahwa fotosintesis menghasilkan aluminium karena pada daun yang mengalami fotosintesis setelah di berikan yodium berwarna hitam.warna tersebutu menandakan bahwa adanya amilum pada saat daun berfotosintesis,hal ini sesuai dengan peryataan Esiti (2007) dalam bukunya yang berjudul botani yang menyatakan akan terbukti bahwa bagian yang tidak ditutupi menunjukkan adanya zat tepung,sedankan pada sepertiga bagian tengah yang di tutup tidak menunjukkan reaksi adaya zat tepung, (Esiti, 2007).

50

4.5

Transpirasi

4.5.1

Hasil

Tabel 1.Pengamatan proses transpirasi

Waktu (menit) 0 10 20 30 40 50 60

Volume air yang hilang (ml) Tomat Cabai Kontrol Dalam Luar Dalam Luar Dalam Luar 0 0 0 0 0 0 0,30 0 0 0 0 0 0,25 0,30 0,10 0,15 0 0 0,15 0,25 0,20 0 0 0 0,05 0,10 0 0,05 0 0 0,10 0,05 0,05 0 0 0 0,05 0,15 0 0 0 0

Tomat 0.35 0.3

volume air

0.25 0.2 diluar

0.15

didalam 0.1 0.05 0 10

20

30

40

50

60

waktu

Grafik 1.Proses transpirasi tanaman tomat (Solanum lycopersicum syn)

51

Cabai 0.35 0.3

volume air

0.25 0.2 diluar

0.15

didalam

0.1 0.05 0 10

20

30

40

50

60

waktu

Grafik 2.Proses transpirasi tanaman cabai (Capsicum annum L.)

Kontrol 1 0.9 0.8

volume air

0.7 0.6 0.5

diluar

0.4

didalam

0.3 0.2 0.1 0 10

20

30

40

50

waktu

Grafik 3. Pengamatan proses transpirasi kontrol

52

60

4.5.2

Pembahasan Transpirasi ialah satu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke

atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari akar serabut tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bahagian tumbuhan khususnya daun. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar – besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh – tumbuhan, (Hidayat,2008)

53

Related Documents


More Documents from "Retno Ismawati"