Bab 4-fasilitas Pelabuhan.docx

  • Uploaded by: Athanasius Kurniawan Prasetyo Adi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 4-fasilitas Pelabuhan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,394
  • Pages: 10
BAB 4 FASILITAS PELABUHAN

4.1 Umum Fasilitas pelabuhan dapat dikelompokkan atas fasilitas bangunan di laut dan fasilitas di darat yang disebut terminal. Tidak semua pelabuhan memerlukan seluruh fasilitas laut dan darat tersebut, tergantung dari kondisi alam dan keperluan pelabuhan tersebut. Di bawah ini akan diuraikan bermacam-macam faslitas laut dan darat. 4.2 Bangunan Fasilitas Pelabuhan di Laut Fasilitas pelabuhan di laut terdiri atas :  Dam pemecah gelombang atau disebut juga breakwater.  Alur pelayaran atau disebut juga access channel.  Kolam pelabuhan atau disebut juga basin.  Alat bantu navigasi atau disebut juga navigation aid.  Dermaga atau disebut juga wharf, quay, jetty, dll. 4.3 Bangunan Fasilitas di Darat Fasilitas di darat sangat bervariasi tergantung dari jenis barang yang dibongkar di pelabuhan tersebut. Beberapa contoh fasilitas pelabuhan akan diuraikan di bawah ini. 1. Pelabuhan Barang Umum (General Cargo)

Fasilitas darat pelabuhan barang umum biasanya seperti pada gambar 4.1. Gudang atau transit shed untuk menyimpan sementara barang-barang yang akan dimuat ke kapal dan barang-barang yang dibongkar dari kapal. Lapangan penumpukan atau open storage berfungsi sebagai gudang terbuka untuk barang-barang yang tahan cuaca misalnya drum aspal, kayu gelondongan, dll. Peralatan bongkar muat berupa crane yang dimiliki kapal sendiri atau mobile crane yang tersedia di lantai dermaga. 2. Pelabuhan Ferry

Fasilitas darat pelabuhan ferry secara umum seperti pada gambar 4.2. 3. Pelabuhan Barang Curah (Dry Bulk)

Barang curah dibongkar muat dengan bermacam-macam cara misalnya dengan conveyor, grab bucket, pneumatic, dan lain-lain. Untuk penyimpanan barang curah tersebut di darat, disediakan tempat penyimpanan tertutup (Silo atau Circular Bin) atau terbuka (Open Stockpile) tergantung dari jenis komoditas tersebut.

Gambar 4.1. Master Plan Pelabuhan (Lengkap dengan Breakwater)

Gambar 4.2. Pelabuhan Ferry

4. Pelabuhan Lepas Pantai (Offshore Ports)

Pelabuhan lepas pantai adalah pelabuhan di tengah laut yang membongkar muat ke dan dari darat lewat kapal-kapal pengumpan (feeder vessel), jembatan (trestle), causeway, pipa-pipa, terowongan di bawah dasar laut dan lain-lain. Pelabuhan ini diperlukan untuk kapal-kapal tanker raksasa, yang lebih murah dibandingkan dengan pelabuhan di tepi pantai. Pelabuhan ini dapat berupa struktur dermaga di atas tiang pancang, caisson, struktur terapung, anchorage, pulau buatan, dll. 5. Pelabuhan Bahan Cair (Liquid Cargo)

Fasilitas pelabuhan bahan cair secara umum seperti pada gambar 4.3. Untuk penyimpanan bahan yang dibongkar muat dibuat tanki-tanki di darat. Bahan cair dibongkar muat dengan loading arm dan disalurkan ke darat lewat pipa-pipa, karena itu tidak diperlukan lantai dermaga yang luas, maka tipe dermaga dolphin sangat cocok untuk pelabuhan bahan cair.

Gambar 4.3. Pelabuhan Barang Cair Loading platform merupakan struktur ringan karena hanya berfungsi menyangga loading arm dan pipa-pipa. Kapal pada waktu bersandar akan menumbuk breasthing dolphin dan kemudian ditambatkan ke mooring dolphin. Mooring dolphin biasanya diletakkan pada 150-200 feet di belakang garis tambatan, dan terdiri dari beberapa dolphin untuk menambat kapal-kapal dengan ukuran yang bervariasi. Di mooring dolphin tersebut dipasang quick release hooks dan capstan untuk melayani tambatan berat, untuk menghemat tenaga buruh dan mampu melepas tambatan dengan cepat.

6. Pelabuhan Perikanan

Fasilitas pelabuhan perikanan yang besar dan lengkap dapat dilihat pada gambar 4.4. Ikan dibongkar ke dermaga dengan beberapa cara. Hasil pendaratan ikan ada yang dilelang langsung di tempat pelelangan ikan dan ada yang dimasukkan ke tempat-tempat proses ikan untuk dibekukan, dikemas dan selanjutnya dipasarkan. Untuk ekspor biasanya memakai kontainer dan diekspor melalui pelabuhan udara atau pelabuhan kontainer.

Gambar 4.4. Pelabuhan Ikan Jakarta 4.4 Sistem Fender Fender adalah suatu material dari karet atau kayu yang dipasang di bagian depan dermaga yang berfungsi untuk melayani dermaga dan kapal pada waktu kapal menumbuk dermaga maupun pada waktu kapal bertambat di dermaga. Ada bermacam-macam sistem fender maupun material fender seperti tampak pada gambar 4.5 dan gambar 4.6.

Gambar 4.5. Kapal dan Fender

4.5 Perlengkapan Tambat Perlengkapan tambat bervariasi cukup banyak dalam bentuk maupun ukurannya, tetapi tujuan pemakaian peralatan tambat tersebut sama saja yaitu untuk menambat kapal. Ada beberapa tipe perlengkapan tambat kapal, sebagai berikut : 1. Cleat untuk kapal kecil, seperti pada gambar 4.7. 2. Heavy Duty Cleat, seperti pada gambar 4.8. 3. Single Bitt, seperti pada gambar 4.9. 4. Double Bitt, seperti pada gambar 4.10. 5. Post, seperti pada gambar 4.11. Pemilihan dan Jarak dari Peralatan Tipe dan jarak pemasangan untuk sistem tambat harus berdasarkan karakteristik dan kemudahan bagi kapal. Pengaturan secara umum dari peralatan tambat untuk melayani baik kapal besar maupun kecil tampak pada gambar 4.13. Keputusan terakhir untuk pengaturan peralatan tersebut apabila memungkinkan lebih baik didiskusikan dengan calon pemakai fasilitas tersebut dengan memperhatikan pula kondisi lapangan dan angin.

Gambar 4.6. Fender Kayu

Gambar 4.11. Mooring Post Kapasitas dari Peralatan Tambat Kapasitas peralatan tambat biasanya sudah ditentukan oleh pabrik pembuat. Akan tetapi, kondisi operasi penambatan yang khusus juga harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas peralatan tambat dan sistem pengangkerannya. Karena jenis kapal yang bertambat akan terdiri dari berbagai tipe maka arah dan jumlah tali tambat juga akan bervariasi. Seyogyanya semua peralatan tambat dan pengangkerannya harus didesain agar dapat menahan gaya sebesar 50% lebih besar dari kekuatan tali tambat kapal, sehingga tali tambat sudah putus sebelum peralatan tambat dan sistem pengangkerannya putus. Karena arah gaya tarik dari tambat kapal bervariasi maka desain peralatan tambat harus diambil dari arah posisi yang tidak menguntungkan, yang biasanya arahnya horisontal dan tegal lurus terhadap poros memanjang dari peralatan, dan pada elevasi tali tambat bears on the device when under stress. Peralatan Angker Angker biasanya secara umum terdiri dari dua tipe, ditanam atau dengan angker yang menembus dasar dari peralatan tambat.

Gambar 4.12. Tata Letak Peralatan Tambat

4.6 Utility Services  Sisi Dermaga Lokasi dan Jumlah Titik Service. Untuk pelabuhan barang umum paling sedikit harus ada 2 titik service. Setiap titik harus terdiri dari saluran listrik, telepon, dan air bersih.  Sisi Daratan  Pipa Air Bersih Biasanya air bersih biasanya dikelola oleh pemerintah daerah, tetapi untuk daerah di dalam area pelabuhan sistem distribusi (pipa, kran, hidran, pompa, dll) menjadi tanggungjawab pengelola pelabuhan dari desain, pemasangan, sampai pemeliharaan.  Saluran Pembuangan Air Hujan Untuk area yang relatif kecil dibuat dengan slope 1% biasanya sudah mencukupi, tetapi untuk area yang luas membutuhkan sistem pengumpulan di bawah tanah dan sistem pembuangannya. Sebagai aturan umum dalam setiap acre diperlukan satu catch basin kemudian lewat pipa-pipa air dialirkan ke manholes dari manholes lewat pipa dialirkan ke tempat pembuangan yang bisa berupa saluran yang besar, sungai, atau kanal yang akhirnya juga mengalir ke laut. 4.7 Perkerasan  Area yang Harus Diperkeras Pada area di mana banyak lalu lintas dengan kendaraan berat dan dengan beban terpusat yang besar biasanya dilapisi dengan ketebalan yang memadai agar dapat menyalurkan beban-beban tersebut ke lapisan sub-grade di bawahnya. Material yang paling umum dipakai adalah aspal beton atau beton yang dipasang di atas lapisan base course yang terdiri dari batu pecah.  Tipe Perkerasan Umumnya dibedakan atas rigid dan fleksibel. Kedua tipe itu baik secara kombinasi maupun sendiri secara luas dipakai dalam konstruksi sebuah pelabuhan.  Rigid Pavement, seperti namanya adalah jenis pengerasan yang biasanya dipakai di atas sub-grade yang lembek. Biasanya dibuat dari beton dengan penulangan berupa wire mesh maupun besi beton.  Flexible Pavement dapat menyesuaikan bentuk deformasi yang terjadi akibat adanya penurunan sub-grade. Biasanya flexible pavement ini dibuat dari aspal beton.  Kriteria Pemilihan Jenis Perkerasan Biasanya beban dan kepadatan lalu lintas, biaya awal dan biaya pemeliharaan, penampakan sangat menentukan dalam pemilihan jenis perkerasan. Hal lain yang juga menjadi pertimbangan adalah kondisi sub-grade. Karena mudahnya pemeliharaan biasanya jenis flexible pavement dipilih pad kondisi akan terjadi penurunan sub-grade.

4.8 Pemadam Kebakaran 4.9 Bongkar Muat dan Penyimpanan Barang Berbahaya

Daftar Kepustakaan : 1. Batubara, E., "Efficient And Competitive Port Development In Indonesia", Seminar 2. 3. 4. 5.

6. 7.

Port Develompent Strategy In The Republic Of Indonesia, September 21, 1998. Danuningrat, Abdulmuttalip, Prof. Ir., "Kuliah Pelabuhan Bagian I", Seksi Publikasi Departemen Teknik Sipil Insitut Teknologi Bandung, September, 1977. Danuningrat, Abdulmuttalip, Prof. Ir., "Kuliah Pelabuhan Bagian II", Seksi Publikasi Departemen Teknik Sipil Insitut Teknologi Bandung, September, 1977. Quin, Alonzo DeF, "Design & Construction of Port & Marine Structures", McGrawHill Book Company, 1972. Angerschou, Hans., S Ørensen, Torben., Lundgren, Helge., in collaboration with Ernst, Torben., Korsgaard, Jens., Schmidt, Leif Runge., Wee, Keng-chi., “Planning and Design of Ports and Marine Terminals,” John Wiley and Sons Ltd. 1983. Thoresen, Carl A., “Port Design Guidelines and Recommendations”, Tapir Publishers, Trondheim-Norway, 1998. Louis Berger International, Inc., in association with P.T. Praja Atibrata Consultant, P.T. Indemeco, P.T. Bromas Gloman Rekon “Technical Assistance Services for a Ports Development Strategy Study for The Southern Sumatra and Western Java Region, ”Ministry of Communications Directorate General of Sea Communications", Desember 1995.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"