Bab 4 Acara 5.docx

  • Uploaded by: Wahyu Sriyani Kadir
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 4 Acara 5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,453
  • Pages: 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel 1

Ring Canal Madrepori t Ambulakral

Gambar 4.1 Micraster curanguinum (LESKE)

Fosil dengan nomor sampel 828 ini merupakan salah satu bagian filum Echinodermata dengan kelas Echinodea. Adapun ordonya yaitu Spotongoidea berasal dari family Micrasteridae dan genus Micraster dengan spesies Micraster curanguinum (LESKE). Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Selama mengalami transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu material mengalami sementasi. Seiring dengan berjalannya waktu, material sedimen dan organisme akan mengalami proses pembatuan (lithifikasi), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dialami oleh fosil ini adalah mineralisasi. Proses ini terjadi ketika suatu organisme terkubur material sedimen dan sisa dari tubuh organisme tersebut terganti sebagian oleh mineral resistan.

Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga fosil tampak di permukaan. Adapun bentuk dari fosil ini adalah globular, yang dimana fosilnya berbentuk bulat. Fosil ini terdiri dari Madreporit yang merupakan pusat saluran air yang diserap kembali dan disebarkan keseluruh tubuh, Ring Canal sebagai pelindung Madreporit, dan Ambulakral yang merupakan saluran untuk menyerap air. Apabila ditetesi dengan HCl 0,1 M maka fosil akan bereaksi, sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) karena terbentuk di perairan laut dangkal. Fosil ini berumur Kapur Atas (100 - 66 juta tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan. 4.2 Sampel 2 Arm Dorsal Cup Stem

Gambar 4.2 Imitatorinus gracilor (RDEMER)

Fosil dengan nomor peraga 325 ini merupakan salah satu bagian Filum Echinodermata, kelas Crinodea, ordo Riveacrinida, dan merupakan Family dari Imitatorinusidea, genusnya Imitatorinus, dan nama spesiesnya Imitatorinus gracilor (RDEMER). Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Selama mengalami transportasi, material yang tidak

resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu material mengalami sementasi. Material sedimen akan menutupi tubuh organisme dan lama-kelamaan tubuh asli dari organisme ini akan hancur dan akan tercetak bagian luar dari organisme tersebut. Inilah yang dinamakan proses eksternal mold. Seiring dengan berjalannya waktu, organisme dan material sedimen terlitifikasi sehingga menjadi batuan. Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga fosil tampak di permukaan. Adapun bentuk dari fosil ini adalah brancing, yaitu fosil yang bentuknya bercabang. Fosil ini terdiri dari Arm yang berbentuk seperti lengan yang menyebar

kesegala arah untuk menyerap air, Dorsal berfungsi untuk

menyebarkan zat yang telah diserap, dan Stem yang merupakan tangkainya. Apabila ditetesi dengan HCl 0,1 M maka fosil tidak bereaksi, sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini mengandung silica karena terbentuk di laut dalam. Fosil ini berumur Devon Bawah (395-371 juta tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.

[

4.3 Sampel 3

Tube Feet Madreporit Ring Canal Ambulakral Gambar 4.3 Cidaris vasicularis GOLDF

Fosil dengan nomor peraga 805 ini merupakan salah satu bagian filum Echinodermata yang memiliki kelas Echinoidea, ordo Spatanoidea, dan merupakan family dari Cidarisdea, genusnya Cidaris, dan nama spesiesnya Cidaris vasicularis GOLDF. Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu material mengalami sementasi. Seiring dengan berjalannya waktu, material sedimen dan organisme akan mengalami proses pembatuan (lithifikasi), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dialami oleh fosil ini adalah adalah petrifikasi permineralisasi. Proses ini terjadi ketika terdapat proses perubahan mineral yang menyebabkan pergantian sebagian tubuh fosil tergantikan mineral penyusun fosil oleh mineral lain. Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik

di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga fosil tampak di permukaan. Adapun bentuk dari fosil ini adalah globular, yaitu fosil yang memiliki bentuk bulat. Fosil ini terdiri dari Madreporit yang merupakan pusat saluran air yang diserap kembali dan disebarkan keseluruh tubuh, Ring Canal sebagai pelindung Madreporit, Ambulakral yang merupakan saluran untuk menyerap air dan Tube Feet yang merupakan duri. Apabila ditetesi dengan HCl 0,1 M maka fosil akan bereaksi dengan membentuk buih-buih, sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) dan terbentuk di perairan laut dangkal. Fosil ini berumur Kapur Atas (100-66 juta tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan. 4.4 Sampel 4

Ambulakral Madreporit Ring Canal

Gambar 4.4 Texastur rolini AG

Fosil dengan nomor peraga 1809 ini merupakan salah satu bagian filum Echinodermata, kelas Echinoidea, ordo Spatunoidea, dan merupakan family dari Texastursidea, genusnya Texastur, dan nama spesiesnya Texastur rolini AG. Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu material mengalami sementasi. Seiring dengan berjalannya waktu, material sedimen dan organisme akan mengalami proses pembatuan (lithifikasi), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dialami oleh fosil ini adalah pmineralisasi. Proses ini terjadi ketika terdapat proses perubahan mineral yang menyebabkan pergantian seluruh mineral penyusun fosil oleh mineral lain. Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga fosil tampak di permukaan. Adapun bentuk dari fosil ini adalah globular, yaitu fosil yang memiliki bentuk bulat. Fosil ini terdiri dari Madreporit yang merupakan pusat saluran air yang diserap kembali dan disebarkan keseluruh tubuh, Ring Canal sebagai pelindung Madreporit, dan Ambulakral yang merupakan saluran untuk menyerap air. Apabila ditetesi dengan HCl 0,1 M maka fosil akan bereaksi, sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) karena terbentuk di perairan laut dangkal. Fosil ini berumur Kapur Atas (100-65 juta tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.

4.5 Sampel 5

Arm Root Dorsal Cup

Gambar 4.5 Saccocoma pectinata GOLDF

Fosil dengan momor peraga 758 ini merupakan salah satu bagian filum Echinodermata, kelas Crinoidea, ordo Roveacrivida, dan merupakan family dari Saccocomanidea, Genusnya Saccocoma, dan Spesiesnya Saccocoma pectinata GOLDF. Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu material mengalami sementasi. Material sedimen akan menutupi tubuh organisme dan lama-kelamaan tubuh asli dari organisme ini akan hancur dan akan tercetak bagian luar dari organisme tersebut. Inilah yang dinamakan proses eksternal mold. Seiring dengan berjalannya waktu, organisme dan material sedimen terlitifikasi sehingga menjadi batuan. Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga fosil tampak di permukaan.

Adapun bentuk dari fosil ini adalah brancing, yaitu fosil yang bentuknya bercabang. Fosil ini terdiri dari Arm yang berbentuk seperti lengan yang menyebar

kesegala arah untuk menyerap air, Dorsal Cup berfungsi untuk

menyebarkan zat yang telah diserap, dan Root yang merupakan tempat tertambatnya. Apabila ditetesi dengan HCl 0,1 M maka fosil akan bereaksi dengan membentuk buih-buih, sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini mengandung karbonatan karena terbentuk di perairan laut dangkal. Fosil ini berumur Jura Bawah (195-177 juta tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.

4.6 Sampel 6

Madreporit Ring Canal Ambulakral

Gambar 4.6 Loriolaster mirabilit STURTZ

Fosil dengan nomor peraga 355 ini merupakan salah satu bagian filum Echinodermata, kelas Ophiuroidea, ordo Cheropternstertdae, dan merupakan family dari Loriolasteridae, genusnya Loriolaster, dan nama spesiesnya Loriolaster mirabilit STURTZ. Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material

sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu material mengalami sementasi. Material sedimen akan menutupi tubuh organisme dan lama-kelamaan tubuh asli dari organisme ini akan hancur dan akan tercetak bagian luar dari organisme tersebut. Inilah yang dinamakan proses eksternal mold. Seiring dengan berjalannya waktu, organisme dan material sedimen terlitifikasi sehingga menjadi batuan. Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga fosil tampak di permukaan. Adapun bentuk dari fosil ini adalah brancing, yaitu fosil yang berbentuk bercabang. Fosil ini terdiri dari Madreporit yang merupakan pusat saluran air yang diserap kembali dan disebarkan keseluruh tubuh, Ring Canal sebagai pelindung Madreporit, dan Ambulakral yang merupakan saluran untuk menyerap air. Apabila ditetesi dengan HCl 0,1 M maka fosil akan bereaksi dengan membentuk buih-buih, sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) karena terbentuk di perairan laut dangkal. Fosil ini berumur Devon Bawah (395-370 juta tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.

4.7 Sampel 7 Dorsal Cup Root Ambulakral

Gambar 4.7 Saccocoma pectinata GOLDF.

Fosil dengan nomor peraga 1663 ini merupakan salah satu bagian filum Echinodermata, Kelas Crinoidea, ordo Roveacrivida, dan merupakan Family dari Saccocomanidae, Genusnya Saccocoma, dan nama spesiesnya Saccocoma pectinata GOLDF. Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu material mengalami sementasi. Material sedimen akan menutupi tubuh organisme dan lama-kelamaan tubuh asli dari organisme ini akan hancur dan akan tercetak bagian luar dari organisme tersebut. Inilah yang dinamakan proses eksternal mold. Seiring dengan berjalannya waktu, organisme dan material sedimen terlitifikasi sehingga menjadi batuan. Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga fosil tampak di permukaan.

Adapun bentuk dari fosil ini adalah brancing, yaitu fosil yang bentuknya bercabang. Fosil ini terdiri dari Arm yang berbentuk seperti lengan yang menyebar

kesegala arah untuk menyerap air, Dorsal berfungsi untuk

menyebarkan zat yang telah diserap, dan Root yang merupakan tempat tertambatnya. Apabila ditetesi dengan HCl 0,1 M maka fosil akan bereaksi dengan membentuk buih-buih, sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) karena terbentuk di perairan laut dangkal. Fosil ini berumur Jura Atas (160-141 juta tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen,

penentu

iklim

saat

terjadi

sedimentasi,

penentu

lingkungan

pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan. 4.8 Sampel 8

Ambulakral Madreporit Ring Canal Tube Feet

Gambar 4.8 Cryptoschisma schultzei (ARCH. & VERN.)

Fosil dengan nomor peraga 311 ini merupakan salah satu bagian Filum Echinodermata, Kelas Echinoidea, Ordo Cidarotdea, dan merupakan Family dari Cryptoschismanidae,

genusnya

Cryptoschisma,

dan

nama

spesiesnya

Cryptoschisma schultzei (ARCH. & VERN.). Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu material mengalami sementasi. Seiring dengan berjalannya waktu, material sedimen dan organisme akan mengalami proses pembatuan (lithifikasi), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dialami oleh fosil ini adalah petrifikasi permineralisasi. Proses ini terjadi ketika terdapat proses perubahan mineral yang menyebabkan pergantian sebagian mineral penyusun fosil oleh mineral lain. Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga fosil tampak di permukaan. Adapun bentuk dari fosil ini adalah globular, yaitu fosil yang memiliki bentuk bulat. Fosil ini terdiri dari Madreporit yang merupakan pusat saluran air yang diserap kembali dan disebarkan keseluruh tubuh, Ring Canal sebagai pelindung Madreporit, Ambulakral yang merupakan saluran untuk menyerap air, dan Tube Feet yang merupakan duri. Apabila ditetesi dengan HCl 0,1 M maka fosil akan bereaksi dengan membentuk buih-buih, sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) karena terbentuk di perairan laut dangkal. Fosil ini berumur Devon Bawah (395-370 juta tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.

Related Documents

Bab 4 Acara 5.docx
June 2020 1
Pra Acara 4.docx
November 2019 15
Pola Pengaliran, Acara 4
October 2019 21
Bab 4
May 2020 52

More Documents from "lilysuhany"

Bab 4 Acara 5.docx
June 2020 1
Peta Geomorf.pdf
June 2020 4
Bab Iv.docx
June 2020 2
Lampiran Acara 5.docx
June 2020 9
Mar Is Global
November 2019 14