Bab 3 Pembahasan Makro.docx

  • Uploaded by: MuhammadAkhyar
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 3 Pembahasan Makro.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,560
  • Pages: 6
BAB III PEMBAHASAN Pada

kegiatan

praktikum

Makropaleontologi

acara

Pendahuluan

Makropaleontologi yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Februari 2018 di Ruang 202 Gedung pertamina Sukowati, Departemen Teknik Geologi, Universitas Diponegoro dilakukan pengamatan atau identifikasi terhadap bebarapa alat peraga, diantaranya yaitu alat peraga kode BR-8, Cinta, F84, X-T, dan FJK-02. Berikut ini penjelasannya:

3.1 Alat peraga Kode F84 Alat peraga yang diamati adalah alat peraga dengan kode F-84. Alat peraga ini memiliki warna yang coklat cerah. Dimensi ukurannya yaitu 13 cm x 6 cm x 5 cm. Alat peraga ini merupakan fosil asli dari organisme yang telah mati sehingga masuk ke kategori fosil jenis body utuh. Berdasarkan literature proses pengawetannya terjadi melalui pengawetan bagian keras dari suatu organisme jenis fosil yang bersifat karbonatan. Pada pengawetan jenis ini, fosil yang dihasilkan merupakan sisa organisme yang tersusun atas kalsium karbonat. Proses pengawetan jenis ini sering dijumpai pada cangkang, kerang, siput, maupun koral. Cara geraknya berupa benthos sessil atau hidupnya melekat pada suatu tempat lewat suatu juluran otot yang disebut pedicle. Melalui proses pengamatan secara megaskropis, dapat diperoleh anatomi atau bagian bagian tubuhnya. hewan kelas Gastropoda umumnya bercangkang tunggal, membentuk spiral. Bagian tubuh fosil ini antara lain, suture, apex, columnar lip, aperture, inner lip, nodule, columnar fold, columnar lip dan shoulder. Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuhnya yang terdiri atas kepala, badan, dan alat gerak. Pada kepala terdapat sepasang alat peraba yang dapat dipanjang pendekkan, di dalambadannya terdapat alat-alat penting diantaranya penceranaan, alat

8

pernapasan serta alat kembang biaknya. Alat geraknya dapat mengeluarkan lender untuk memudahkan peregerakan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fosil tersebut merupakan sisa tumbuhan dari phylum Mollusca dengan kelas Gastropoda, ordo archaeogastropoda dengan famili volutidae. Sebagian besar spesies gastropoda hidup di laut tetapi beberapa hidup di air tawar bahkan ada yang hidup di darat. Umur geologi fosil ini diperkirakan hidup pada zaman Cambrian-sekarang. Nama ilmiah fosil ini adalah Mollusca.

3.2 Alat Peraga Kode BR-8 Alat peraga yang diamati adalah alat peraga dengan kode BR - 8. Alat peraga ini memiliki warna yang kuning keputihan dan sedikit warna keunguan pada bagian pangkalnya. Dimensi ukurannya yaitu 10,5 cm x 8 cm x 3 cm. Alat peraga ini masuk ke dalam fosil jenis fragmen, karena hanya ada sebagian dari seluruh tubuhnya. Berdasarkan literature proses pengawetannya terjadi melalui pengawetan bagian keras dari suatu organisme jenis fosil yang bersifat karbonatan. Pada pengawetan jenis ini, fosil yang dihasilkan merupakan sisa organisme yang tersusun atas kalsium karbonat. Proses pengawetan jenis ini sering dijumpai pada cangkang, kerang, siput, maupun koral. Cara geraknya berupa benthos sessil atau hidupnya melekat pada suatu tempat lewat suatu juluran otot yang disebut pedicle. Reproduksi Pelecypoda terjadi secara seksual. Organ seksual terpisah pada masing-masing individu. Fertilisasi terjadi secara internal maupun eksternal. Pembuahan menghasilkan zigot yang kemudian akan menjadi larva. Melalui proses pengamatan secara megaskropis, dapat diperoleh anatomi atau bagian bagian tubuhnya. Palecypoda memiliki dua buah cangkang pipih yang setangkup sehingga disebut juga Bivalvia. Kedua cangkang pada bagian tengah dorsal dihubungkan oleh jaringan ikat (ligamen) yang berfungsi seperti engsel untuk membuka dan menutup

9

cangkang dengan cara mengencangkan dan mengendurkan otot. Bagian tubuh fosil ini antara lain, Umbo, Foramen, mantel, periostrakum dan growth line. Growth line adalah garis konsentris yang sejajar disebut sebagai garis pertumbuhan yang menunjukkan masa pertumbuhan. Garis ini berselang-seling dengan pita pertumbuhan yang menunjukkan pertumbuhan cepat. Semakin banyak garis dan pita pertumbuhan, maka makin tua umur hewan tersebut. Bagian cangkang yang paling tua biasanya paling tebal, menonjol, letaknya pada bagian persendiaan yang disebut umbo. Umbo merupakan tonjolan cangkang di bagian dorsal. Kemudian ada klep sendi yang merupakan sendi pembuka dari katup satu dengan yang lain. Katup bagian atas biasanya disebut mantel. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fosil tersebut merupakan sisa tumbuhan dari phylum Mollusca dengan kelas Palechypoda, ordo Venoroida dengan famili veneridae. Fosil ini hidup pada Lingkungan hidupnya di dalam air, air laut, air payau, dan air tawar seperti di sungai dan danau. Di air laut pelecypoda hidup dari mulai zona pasang-surut samapi kedalaman 10.450. Umur geologi fosil ini diperkirakan hidup pada zaman Cambrian-sekarang. Nama ilmiah fosil ini adalah Ciromphlaus striggilings.

3.3 Alat Peraga Kode cinta Alat peraga yang diamati adalah alat peraga dengan kode Cinta. Alat peraga ini memiliki warna yang kuning keputihan. Dimensi ukurannya yaitu 13 cm x 13 cm x 7 cm. Alat peraga ini masuk ke dalam jenis lain lain, karena merupakan salinan atau maket dari bentuk aslinya. Berdasarkan literature jika ditemukan dalam bentuk aslinya, proses pemfosilannya terjadi melalui pengawetan bagian keras dari suatu organisme jenis fosil yang bersifat karbonatan. Pada pengawetan jenis ini, fosil yang dihasilkan merupakan sisa organisme yang tersusun atas kalsium karbonat. Proses pengawetan jenis ini sering dijumpai pada cangkang, kerang, siput, maupun koral. Organisme ini biasanya ditemukan pada air laut dalam hingga 5.600 meter dengan cara geraknya berupa benthos sessil atau hidupnya melekat pada suatu tempat

10

lewat suatu juluran otot yang disebut pedicle. Cara reproduksi Brachiopoda adalah terpisah antara jantan dan betina dan fertilisasinya secara eksternal Melalui proses pengamatan secara megaskropis, dapat diperoleh anatomi atau bagian bagian tubuhnya. Brachiopoda mempunyai 2 cangkang (valve), yaitu Pedicle atau Ventral Valve dan Brachial atau Dorsal Valve. Tubuh tertutup oleh 2 cangkang, satu ke arah dorsal dan yang lainnya ke arah ventral. Biasanya melekat pada substrat dengan pedicile. Bagianbagian tubuh dari fosil ini antara lain, Umbo, Brachial valve, Pedicle valve, pedicle opening, commisuere dan growth line. Growth line adalah garis konsentris yang sejajar disebut sebagai garis pertumbuhan yang menunjukkan masa pertumbuhan. Garis ini berselangseling dengan pita pertumbuhan yang menunjukkan pertumbuhan cepat. Semakin banyak garis dan pita pertumbuhan, maka makin tua umur hewan tersebut. Bagian cangkang yang paling tua biasanya paling tebal, menonjol, letaknya pada bagian persendiaan yang disebut umbo. Umbo merupakan tonjolan cangkang di bagian dorsal. Kemudian ada pedicle opening, pedicle opening ini berfungsi sebagai tumbuhnya pedicle pada organisme tersebut. Sedangkan pedicle valve dan brachial valve merupakan katup, dimana katup atas disebut pedicle dan katup bawah adalah brachial. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fosil tersebut merupakan sisa tumbuhan dari phylum Brachiopoda dengan kelas Gastropoda dan ordo articulata. Fosil ini hidup pada laut dalam, dan umur geologi fosil ini diperkirakan hidup pada zaman Cambrian-sekarang. Nama ilmiah fosil ini adalah Rhynchonella dentum.

3.4 Alat Peraga Kode X-T Alat peraga yang diamati adalah alat peraga dengan kode X-T. Alat peraga ini memiliki warna putih kekunungan. Dimensi ukurannya yaitu 23 cm x 9 cm x 3 cm. Alat peraga ini masuk ke dalam jenis lain lain, karena

11

merupakan salinan atau maket dari bentuk aslinya. Berdasarkan literature jika ditemukan dalam bentuk aslinya, proses pengawetannya terjadi melalui pengawetan silikatan. Cara geraknya berupa benthos vagil atau hidupnya dapat bergerak bebas di dasar laut. Organ respirasi pada echinodermata adalah insang, dan kaki tabung. Echinodermata tidak memiliki organ ekskresi khusus. Sistem pencernaan terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, kloaka, dan anus. Umumnya bernapas dengan menggunakan pohon pernapasan. Melalui proses pengamatan secara megaskropis, dapat diperoleh anatomi atau bagian bagian tubuhnya. hewan kelas Echinodermata ini umumnya terdiri dari mulut, anus, dan tentakel. Anus merupakan lubang kecil di dekat pusat diskus sentral untuk eksresi. Mulut terletak pada permukaan oral, ditengah dari diskus sentral digunakan untuk memasukkan makanan berupa organisme kecil. Sedangkan tentakel digukan sebagai alat gerak beraktivitas di dasar laut. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fosil tersebut merupakan sisa tumbuhan dari phylum Echinodermata dengan kelas HoloThuroidea, ordo Asphidochirotida dengan famili Actinopyga. Semua jenis echinodermata hidup dil laut mulai dari daerah litoral sampai kedalaman 6000 m. Umur geologi fosil ini diperkirakan hidup pada zaman Cambrian-sekarang. Nama ilmiah fosil ini adalah Actinopyga Echinites. 3.5 Alat Peraga Kode FJK-02 Alat peraga yang diamati adalah alat peraga dengan kode FJK-02. Alat peraga ini memiliki warna yang coklat kehitaman. Dimensi ukurannya yaitu 13 cm x 6 cm x 5 cm. Alat peraga ini merupakan fosil asli dari organisme yang telah mati sehingga masuk ke kategori fosil jenis body utuh. Berdasarkan literature, proses pengawetannya melalui pengawetan bagian keras yang mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi di sini terjadi karena masuknya air tanah yang mengandung satu jenis mineral, yang

12

kemudian masuk ke dalam bodi fosil melalui pori-pori, sehingga mengakibatkan sisa organisme tersebut bertambah berat dan lebih resisten teshadap proses pelapukan. Proses ini disebut proses permineralisasi. Adapun mineral yang masuk berupa mineral silika. Melalui proses pengamatan secara megaskropis, dapat diperoleh anatomi atau bagian bagian tubuhnya. Mulai dari bagian luar, dapat ditemui lapisan epidermis yang berfungsi seagai pelindung bagian dalam yang lebih lunak. Lapisan epidermis ini tersusun atas sel sel yang rapat tanpa adanya ruang antar sellnya. Lebih dalam lagi, dapat ditemui pembuluh angkut. Pembuluh angkut ini ada 2 macam yang masing masing memiliki fungsi yang berbeda beda. Pembuluh ini yaitu xylem yang berfungsi mengangkut air dan unsur hara dari akar ke seluruh bagian tubuh dan juga floem yang berfungsi mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh. Ditemukan juga lapisan kambium yang berbentuk spiral. Jumlah lingkaran ini menentukan usia tumbuhannya.

Perkembangbiakannya secara

generative melalui pertemuan antara serbuk sari dengan kepala putik Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fosil tersebut merupakan sisa tumbuhan phylum Angiospermae kelas Dicotyledonae. Hal ini ditunjukan dengan adanya cambium yang berbentuk melingkar. Ini merupakan salah satu ciri dari tumbuhan dikotil. Persebaran dari tumbuhan jenis ini cukup merata di muka bumi, baik di daerah tropis maupun subtropics. Fosil ini sering dijumpai pada endapan sungai purba, selain itu juga ditemukan pada tempat lainnya seperti pada areal perbukitan, pegunungan, dan lembahlembah. Dapat diinterpretasikan fosil ini berasal dari umur Pleistosen. Nama spesied fosil ini adalah Silicified wood.

13

Related Documents


More Documents from "Gredy Sipo'x"