MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Dosen oleh: Abdul Qodir, SH, M.Hum
Oleh Kelompok 3: Nama Audrina [11150480000126] Diadjeng Famelia S [11160480000044] M. Septian Ramdhani [11160480000050] Farrel Yusuf Ramadhan [11160480000052] Batubara Rozan Ghina [11160480000076] Irfan Zidni [11160480000078]
Judul Instrumen Pemerintahan Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
Kata Pengantar Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Abdul Qodir, SH, M.Hum selaku dosen Hukum Administrasi Negara. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada pihak lain yang telah berkontribusi. Instrument pemerintahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah alat—alat atau sarana-sarana yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi Negara dalam melaksanakan
tugas-tugasnya.
Dalam
menjalankan
tugas-tugas
pemerintahan,
pemerintah atau administrasi Negara melakukan tindakan hukum, dengan menggunakan sarana atau instrument seperti alat tulis menulis, sarana transportasi dan komunikasi. Pemerintah menggunakan instrument yuridis dalam menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan. Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah terdapat kesalahan atau kata-kata yang kurang berkenan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan- rekan dapat membantu dalam penyempurnaan makalah ini. Ciputat, 1 Desember 2017
Penulis
2
Daftar Isi
Kata Pengantar .........................................................................................................................2 Daftar Isi .....................................................................................................................................3
Bab I (Pendahuluan) .............................................................................................................................. 4 A. Latar Belakang ......................................................................................................................... 4 B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 5 C. Tujuan ......................................................................................................................................... 5
Bab II (Pembahasan) ...............................................................................................................6
Pengertian Instrumen Pemerintahan .................................................................................. 6 Peraturan Perundang-Undangan ......................................................................................... 6 Keputusan Tata Usaha Negara ............................................................................................. 7 1. Pengertian Keputusan ........................................................................................................................ 7 2. Unsur-Unsur Keputusan ................................................................................................................... 8 3. Macam-Macam Keputusan ............................................................................................................12 4. Syarat-syarat Pembuatan Keputusan...........................................................................................15 D. Peraturan Kebijakan .............................................................................................................16 1. Freies Ermessen .................................................................................................................................16 2. Pengertian, Ciri-ciri, Fungsi dan Penormaan Peraturan Kebijakan...................................18 E. Rencana-Rencana ...................................................................................................................21 1. Pengertian Rencana ..........................................................................................................................21 2. Unsur-Unsur Rencana .....................................................................................................................22 3. Karakter Hukum Rencana ..............................................................................................................23 F. Perizinan ...................................................................................................................................24 1. Pengertian perizinan.........................................................................................................................24 2. Unsur-unsur Perizinan .....................................................................................................................24 3. Fungsi dan Tujuan Perizinan .........................................................................................................25 4. Bentuk dan Isi Izin............................................................................................................................25 G. Instrumen Hukum Keperdataan ........................................................................................26 1. Penggunaan Instrumen Hukum Keperdataan ...........................................................................26 2. Instrumen Hukum Keperdataan yang Dapat digunakan Pemerintah ................................29 A. B. C.
Bab III ( Penutup) ................................................................................................................. 33 A. Kesimpulan ..................................................................................................................................33 B. Saran ..............................................................................................................................................33
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 34
3
Bab I (Pendahuluan) A. Latar Belakang Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang selalu berkaitan dengan aktivitas perilaku administrasi negara dan kebutuhan masyarakat serta interaksi diantara keduanya. Di saat sistem administrasi negara yang menjadi pilar pelayanan publik menghadapi masalah yang fundamental maka rekonseptualisasi, reposisi dan revitalisasi kedudukan hukum administrasi negara menjadi satu keharusan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Pelaksanaan fungsi pemerintahan dilakukan melalui penggunaan instrumeninstrumen
pemerintahan.
Instrumen
tersebut
diperlukan
agar
fungsi
pemerintahan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dapat dilaksanakan secara efektif. Istilah pemerintah dalam bahasa Inggris disebut dengan “government” dan Perancis “gouverenment” yang keduanya berasal dari perkataan latin “gubernaculum”, artinya “kemudi”, disalin dalam bahasa Indonesia kadang-kadang dengan “pemerintah” atau “pemerintahan” dan kadang-kadang juga dengan “penguasa”. Istilah pemerintah dalam negara hukum modern sering dipadankan dengan istilah dalam bahasa Belanda : “bestuur” kata ini dapat diartikan sebagai fungsi pemerintahan, yaitu fungsi penguasa yang tidak termasuk pembentukan undang-undang dan peradilan. Pelaksanaan fungsi pemerintahan dapat dilakukan dengan mendayagunakan instrumen-instrumen pemerintahan. Instrument pemerintahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah alat— alat atau sarana-sarana yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi Negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan, pemerintah atau administrasi Negara melakukan tindakan hukum, dengan menggunakan sarana atau instrument seperti alat tulis menulis, sarana transportasi dan komunikasi. Pemerintah menggunakan instrument yuridis dalam menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan.
4
B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu mengenai: 1. Instrumen Pemerintahan dalam Hukum Administrasi Negara
C. Tujuan Tujuan dibuatnya makalah ini, antara lain: 1. Mahasiswa mampu mengetahui instrumen pemerintahan. 2. Mahasiswa mampu memahami instrumen pemerintahan.
5
Bab II (Pembahasan)
A. Pengertian Instrumen Pemerintahan Instrumen pemerintahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah alatalat atau sarana-sarana yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi Negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Disamping itu, pemerintah juga menggunakan berbagai instrumen yuridis dalam menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan, seperti peraturan perundang-undangan, keputusan-keputusan, peraturan kebijaksanaan, perizinan, instrumen hukum keperdataan, dan sebagainya. B. Peraturan Perundang-Undangan Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau genralnorm yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum (general). Secara teoritis, istilah perundang-undangan (legislation wetgeving atau gesetzgebung) mempunyai dua pengertian, yaitu sebagai berikut : 1. Perundang-undangan
merupakan
proses
pembentukan/
proses
membentuk peraturan-peraturan Negara. 2. Perundang-undangan
adalah
segala
peraturan
Negara,
yang
merupakan hasil pembentukan peraturan-peraturan. Berdasarkan penjelasan pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986 tentang peradilan tata Usaha Negara, peraturan perundang-undangan adalah semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh badan perwakilan rakyat bersama pemerintah, baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah, serta semua keputusan badan atau pejabat tata usaha Negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, yang juga mengikat umum. Menurut
6
pasal 1 angka 2 UU No. 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-udangan, yang dimaksud dengan peraturan perundang-undnagan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga Negara dan pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.
C. Keputusan Tata Usaha Negara 1. Pengertian Keputusan Keputusan tata usaha Negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana Jerman, Otto Meyer, dengan istilah verwaltungsakt. Istilah ini diperkenalkan di negeri Belanda dengan nama beschikking oleh Van Vollenhoven dan C.W. van der Pot. Di kalangan para sarjana terdapat perbedaan pendapat dalam mendefinisikan istilah keputusan. Berikut ini akan disajikan beberapa definisi tentang beschikking. a. Keputusan
adalah
pernyataan
kehendak
dari
organ
pemerintahan untuk (melaksanakan) hal khusus, ditujukan untuk menciptakan hubungan hukum baru, mengubah, atau menghapus hubungan hukum yang ada. b. Keputusan adalah suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh surat permohonan yang diajukan, atau setidak-tidaknya keinginan atau keperluan yang dinyatakan. c. Beschikking adalah keputusan tertulis dari administrasi Negara yang mempunyai akibat hukum. d. Beschikking adalah perbuatan hukum public bersegi satu (yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa). e. Beschikking adalah suatu tindakan hukum yang bersifat sepihak dalam bidang pemerintahan yang dilakukan oleh suatu badan pemerintah berdasarkan wewenang yang luar biasa.
7
2. Unsur-Unsur Keputusan Sebelum menguraikan unsur-unsur keputusan ini, terlebih dahulu dikemukakan pengertian keputusan berdasarkan Pasal 2 UU Administrasi Belanda (AwB) dan menurut Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN jo UU No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN, yaitu sebagai berikut: Pernyataan kehendak tertulis secara sepihak dari organ pemerintahan pusat, yang diberikan berdasarkan kewajiban atau kewenangan dari Hukum Tata Negara atau Hukum Administrasi Negara, yang dimaksudkan untuk penentuan, penghapusan, atau pengakhiran hubungan hukum yang sudah ada, atau menciptakan hubungan baru, yang memuat penolakan sehingga terjadi penetapan, perubahan, penghapusan, atau penciptaan. Berdasarkan definisi ini tampak ada enam unsur keputusan, yaitu sebagai berikut: a. Suatu pernyataan kehendak tertulis; b. Diberikan berdasarkan kewajiban atau kewenangan dari Hukum Tata Negara atau hukum administrasi; c. Bersifat sepihak; d. Dengan mengeculikan keputusan yang bersifat umum; e. Yang
dimaksudkan
untuk
penentuan,
penghapusan,
atau
pengakhiran hubungan hukum yang sudah ada, atau menciptakan hubungan hukum baru, yang memuat penolakan, sehingga terjadi penetapan, perubahan, penghapusan, atau penciptaan; f. Berasal dari organ pemerintahan. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1996, keputusan didefinisikan sebagai; “Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”. Berdasarkan definisi tersebut tampak bahwa KTUN memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
8
a. Penetapan tertulis; b. Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN; c. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. Bersifat konkret, individual, dan final; e. Menimbulkan akibat hukum; f. Seseorang atau badan hukum perdata. Berikut ini akan dijelaskan unsur-unsur keputusan tersebut secara teoretik dan berdasarkan hukum positif. a. Pernyataan Kehendak Sepihak Secara Tertulis Pernyataan kehendak sepihak yang dituangkan dalam bentuk tertulis ini muncul dalam dua kemungkinan; ditujukan ke dalam, yaitu keputusan berlaku ke dalam lingkungan administrasi Negara sendiri, dan ditujukan ke luar, yang berlaku bagi warga Negara atau badan hukum perdata. Atas dasar pembagian ini lalu dikenal dua jenis keputusan; keputusan intern dan keputusan ekstern. Keputusan yang relevan dengan pembahasan ini hanyalah keputusan ekstern, yang berarti ditujukan ke luar dari administrasi. Berdasarkan Penjelasan Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986, istilah “penetapan tertulis” menunjuk kepada isi dan bukan kepada bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN. Keputusan itu memang diharuskan tertulis, nmun yang disyaratkan tertulis bukanlah bentuk formatnya sebagainya.
seperti
surat
Persyaratan
keputusan tertulis
itu
pengangkatan diharuskan
dan untuk
kemudahan segi pembuktian. Oleh karena itu, sebua memo atau nota dapat memenuhi syarat tertulis tersebut dan akan merupakan Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara menurut undang-undang ini apabila sudah jelas: 1)
Badan atau pejabat TUN mana yang mengeluarkannya;
9
2)
Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu;
3)
Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya.
Dalam penjelasan Pasal 3 ayat (2) disebutkan; “Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang menerima permohonan dianggap telah mengeluarkan keputusan yang berisi penolakan permohonan tersebut apabila tenggang waktu yang ditetapkan telah lewat dan Badan atau Pejabat tata Usaha Negara itu bersikap diam, tidak melayani permohonan yang diterimanya. b. Dikeluarkan oleh Pemerintah Keputusan pemerintahan.
merupakan Hampir
fenomena
semua
kenegaraan
dan
kenegaraan
dan
organ
pemerintahan berwenang untuk mengeluarkan keputusan. Dalam praktik kita mengenal keputusan yang dikeluarkan oleh organ-organ kenegaraan seperti keputusan MPR, keputusan Ketua DPR, Keputusan Presiden selaku Kepala Negara, keputusan Hakim, dan sebagainya. Meskipun demikian, keputusan yang dimaksudkan disini hanyalah keeputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah selaku administrasi Negara. Keputusan yang dikeluarkan oleh organ-organ kenegaraan tidak termasuk dalam pengertian beschikking berdasarkan Hukum Administrasi Negara. c. Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku Pembuatan dan penerbitan keputusan harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku atau harus didasarkan pada wewenang pemerintahan yang diberikan oleh peraturan
peraturan
perundang-undangan.
Tanpa
dasar
kewenangan, peerintah atau tata usaha Negara tidak dapat membuat dan menerbitkan keputusan atau keputusan itu menjadi tidak sah. Keputusan itu akan menimbulkan akibat
10
hukum
bagi
pihak
yang
dikenai
keputusan,
karena
itupembuatannya harus didasarkan pada kewenangan yang sah. Organ pemerintahan dapat memperoleh kewenangan untuk membuat keputusan tersebut melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi, dan mandate. d. Bersifat Konkret, Individual, dan Final Berdasarkan rangkaian norma, sebagaimana yang dikenal dalam ilmu Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara, keputusan memiliki sifat norma hukum yang individual-konkret dari rangkaian norma hukum yang bersifat umum-abstrak. Untuk menuangkan hal-hal yang bersifat umum dan abstrak ke dalam peristiwa-peristiwa konkret, maka dikeluarkanlah keputusan-keputusan yang akan membawa peristiwa umum itu sehingga dapat dilaksanakan. KTUN bersifat individual artinya tidak untuk umum, tertentu berdasarkan apa yang dituju oleh keputusan itu, dan konkret berarti tidak bersifat umum, tidak bersifat abstrak objeknya, yang mungkin terbatas waktunya atau tempatnya. e. Menimbulkan Akibat Hukum Pemerintah melakukan suatu tindakan hukum privat, namun dalam hal ini hanya dibatasi oleh tindakan pemerintah yang bersifat publik. Berdasarkan hal itu maka tindakan hukum pemerintahan tersebut tampak bahwa keputusan merupakan
instrument
yang
digunakan
oleh
organ
pemerintahan dalam bidang publik dan digunakan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu. Akibat hukum yang dimaksud yang lahir dari keputusan adalah munculnya hak, kewajiban, kewenangan, atau status tertentu. Dengan kata lain, akibat hukum yang dimaksudkan adalah muncul atau lenyapnya hak dan kewajiban bagi subjek hukum tertentu. Akibat hukum yang lahir dari tindakan hukum, dalam hal ini
11
akibat
dikeluarkannya
keputusan,
berarti
muncul
atau
lenyapnya hak dan kewajiban bagi subjek hukum tertentu segera setelah adanya keputusan tertentu. f. Seseorang atau badan Hukum Perdata Dalam hal lalu lintas pergaulan hukum khususnya dalam bidang keperdataan, dikenal istilah subjek hukum, yaitu pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Subjek hukum ini terdiri dari manusia dan badan hukum. Kualifikasi untuk menentukan subjek hukum adalah mampu atau tidak mampu untuk mendukung atau memikul hak dan kewajiban hukum. Berdasarkan hukum keperdataan, seseorang atau badan hukum yang dinyatakan tidak mampu seperti orang yang berada dalam pengampuan atau perusahaan yang dinyatakan pailit tidak dapat dikulifikasi sebagai subjek hukum. Badan hukum keperdataan dalam keadaan dan alasan tertentu dapat dikualifikasi sebagai jabatan pemerintahan khususnya ketika sedang menjalankan salah satu fungsi pemerintahan dengan syarat-syarat yang telah disebutkan di atas. Menurut Indroharto, yang dimaksud di sini (badan hukum) adalah murni badan yang menurut pengertian hukum perdata berstatus badan hukum seperti CV, PT, Firma, yayasan, Perkumpulan, Persekutuan Perdata dan sebagainya yang berstatus badan hukum. 3. Macam-Macam Keputusan Secara teoritis dalam Hukum Administrasi Negara, dikenal ada beberapa macam dan sifat keputusan, yaitu sebagai berikut. a. Keputusan Deklaratoir dan Keputusan Konstitutif Keputusan deklaratoir adalah keputusan yang tidak mengubah hak dan kewajiban yang telah ada, tetapi sekedar menyatakan hak dan kewajiban tersebut. Keputusan mempunyai sifat deklaratoit manakala keputusan itu dimaksudkan untuk menetapkan mengikatnya suatu
12
hubungan hukum atau keputusan itu maksudnya mrngakui suatu hak yang sudah ada, sedangkan manakala keputusan itu melahirkan atau menghapuskan
suatu
hubungan
hukum
atau
keputusan
itu
menimbulkan suatu hak baru yang sebelumnya tidak dipunyai oleh seseorang yang sbeelumnya tidak dipunyai oleh seseorang yang namanya tercantum dalam keputusan itu, maka ia disebut dengan keputusan yang bersifat konstitutif. Keputusan yang bersifat konstitutif dapat berupa hal-hal sebagai berikut. 1) Keputusan-keputusan melakukan
yang
sesuatu,
tidak
meletakkan
kewajiban
untuk
sesuatu,
atau
melakukan
memperkenankan sesuatu, 2) Keputusan-keputusan yang memberikan status pada seseorang, lembaga, atau perusahaan, dan oleh karena itu seseorang atau perusahaan itu dapat menerapkan aturan hukum tertentu. 3) Keputusan-keputusan yang meletakkan prestasi atau harapan pada harapan pada perbuatan pemerintah samadengan subsidi atau bantuan. 4) Keputusan yang mengizinkan sesuatu yang sebelumnya tidak diizinkan. 5) Keputusan-keputusan
yang
menyetujui
atau
mebatalkan
berlakunya keputusan organ yang lebih rendah = pengesahan atau pembatalan. b. Keputusan yang Menguntungkan dan Memberi Beban Keputusan yang bersifat menguntungkan artinya keputusan itu memberikan
hak-hak
atau
memberikan
kemungkinan
untuk
memperoleh sesuatu yang tanpa adanya keputusan itu tidak akan atau bilamana keputusan itu memberikan keringanan beban yang ada atau mungkin ada, sedangkan keputusan yang memberi beban adalah keputusan yang meletakkan kewajiban yang sebelumya tidak ada atau keputusan
mengenai penolakan terhadap permohonan untuk
13
memperoleh keringanan. Kedua hal ini sangat penting dalam pencabutan keputusan. c. Keputusan Eenmalig dan Keputusan yang Permanen Keputusan eenmalig adalah keputusan yang hanya berlaku sekali atau keputusan sepintas lalu, yang dalam istilah lain disebut keputusan yang bersifat kilat seperti IMB atau izin untuk mengadakan rapat umum, sedangkan keputusan permanen adalah keputusan yang memiliki masa berlaku yang relatif lama. d. Keputusan yang Bebas dan yang Terikat Keputusan yang bersifat bebas adalah keputusan yang didasarkan pada kewenangan bebas atau kebebasan bertindak yang dimiliki oleh pejabat tata usaha Negara baik dalam bentuk kebebasan kebijaksanaan maupun kebebasan interpretasi, sedangkan keputusan yang terikat adalh keputusan yang didasarkan pada kewenangan pemerintah yang bersifat terikat artinya keputusan itu hanya melaksanakan ketentuan yang sudah ada tanpa adanya ruang kebebasan bagi pejabat yang bersangkutan. e. Keputusan Positif dan Negatif Keputusan positif adalah keputusan yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi yang dikenai keputusan, sedangkan keputusan negative adalah keputusan yang tidak menimbulkan perubahan keadaan hukum yang telah ada. Keputusan positif terbagi dalam lima golongan, yaitu: 1) Keputusan, yang pada umumnya melahirkan keadaan hukum baru. 2) Keputusan, yang melahirkan keadaan hukum baru bagi objek tertentu. 3) Keputusan, yang menyebabkan berdirinya atau bubarnya badan hukum. 4) Keputusan, yang membebankan kewajiban baru kepada seseorang atatu beberapa orang (perintah).
14
5) Keputusan, yang memberikan hak baru kepada seseorang atau beberapa orang (keputusan yang menguntungkan).
f. Keputusan Perorangan dan Kebendaan Keputusan perorangan adalah keputusan yang diterbitkan berdasarkan kualitas
pribadi orang tertentu atau keputusan yang
berkaitan dengan orang, seperti keputusan tetntang pengangkatan atau pemberhentian seseorang pegawai negeri atau sebagai pejabat negara, keputusan
mengenai
surat
izin
mengemudi,
dan
sebagainya.
Sedangkan keputusan kebendaan adalah keputusan yang diterbitkan atas dasar kualitas kebendaan atau keputusan yang berkaitan dengan benda, misalnya sertifikat atas tanah. 4. Syarat-syarat Pembuatan Keputusan Pembuatan
keputusan tata usaha Negara harus memerhatikan
beberapa persyaratan agar keputusan tersebut menjadi sah menurut hukum dan memiliki kekuatan hukum untuk dilaksanakan. Syarat-syarat harus diperhatikan dalam pembuatan keputusan ini mencakup syarat materiil dan syarat formal. a. Syarat-syarat materiil terdiri atas: 1) Organ pemerintahan yang membuat keputusan harus berwenang; 2) Karena keputusan suatu pernyataan kehendak, maka keputusan tidak boleh mengandung kekurangan-kekurangan yuridis, seperti penipuan, paksaan, atau suap, kesesatan; 3) Keputusan harus berdasarkan suatu keadaan tertentu; 4) Keputusan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan-peraturan lain, serta isi dan tujuan keputusan itu harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya. b. Syarat-syarat formal terdiri atas:
15
1) Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan dibuatnya keputusan dan berhubung dengan cara dibuatnya keputusan harus dipenuhi; 2) Keputusan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan
yang
menjadi
dasar
dikeluarkannya keputusan itu; 3) Syarat-syarat yang berhubung dengan pelaksanaan keputusan ini harus dipenuhi; 4) Jangka waktu yang harus ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan dibuatnya dan diumumkannya keputusan itu harus diperhatikan.
D. Peraturan Kebijakan 1. Freies Ermessen Keberadaan peraturan kebijakan tidak dapat dilepaskan dengan kewenangan bebas (vrije bevoeghdheid) dari pemerintah yang sering disebut dengan istilah freies ermessen. Karena itu sebelum menjelaskan peraturan kebijakan, terlebih dahulu dikemukakan mengenai freies ermessen ini. Secara bahasa freies ermessen berasal dari kata frei artinya bebas, lepas, tidak terikat, dan merdeka. Freies artinya orang yang bebas, tidak terikat dan merdeka.
Sedangkan
ermessen
berarti
mempertimbangkan,
menilai,
menduga, dan memperkirakan. Freies ermessen berarti orang yang memiliki kebebasan untuk menilai, menduga dan mempertimbangkan sesuatu. Istilah ini kemudian secara khas digunakan dalam bidang pemerintahan, sehingga freies ermessen (diskresionare power) diartikan sebagai salah satu sarana yang memberikan ruang bergerak bagi pejabat atau badan-badan administrasi Negara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-undang.
16
Meskipun
pemberian
freies
ermessen
kepada
pemerintah
atau
administrasi Negara merupakan konsekuensi logis dari konsepsi welfare state, akan tetapi dalam kerangka Negara hukum, freies ermessen ini tidak dapat digunakan tanpa batas. Atas dasar itu, Sjachran Basah mengemukakan unsur-unsur freies ermessen dalam suatu Negara hukum yaitu sebagai berikut. a. Ditujukan untuk menjalankan tugas-tugas servis public; b. Merupakan sikap tindak yang aktif dari administrasi Negara; c. Sikap tindak itu dimungkinkan oleh hukum; d. Sikap tindak itu diambil atas inisiatif sendiri; e. Sikap tindak itu dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalanpersoalan penting yang timbul secara tiba tiba; f. Sikap tindak itu dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, freies ermessen dilakukan oleh administrasi Negara dalam hal-hal sebagai berikut. a. Belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penyelesaian in konkrito terhadap suatu masalah tertentu, padahal masalah tersebut menuntut penyelesaian yang segera. Misalnya dalam menghadapi suatu bencana alam ataupun wabah penyakit menular, maka aparat pemerintah harus segera mengambil tindakan yang menguntungkan bagi Negara maupun bagi rakyat, tindakan mana semata-mata timbul atas prakarsa sendiri. b. Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar berbuat aparat pemerintah memberikan kebebasan sepenuhnya. Misalnya dalam pemberian izin berdasarkan Pasal 1 HO, setuap pemberi izin bebas untuk menafsirkan pengertian “menimbulkan keadaan bahaya” sesuai dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing. c. Adanya delegasi perundang-undangan, maksudnya aparat pemerintah diberi kekuasaan itu merupakan kekuasaan aparat yang lebih tinggi
17
tingkatannya. Misalnya dalam menggali sumber-sumber keuangan daerah. Pemerintah daerah bebas untuk mengelolanya asalkan sumber-sumber itu merupakan sumber yang sah. Meskipun kepada pemerintah diberikan kewenangan bebas atau freies ermessen, namun dalam suatu Negara hukum penggunaan freies ermessen ini harus dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh hukum yang berlaku. Penggunaan freies ermessen tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Menurut Muchsan pembatasan penggunaan freies ermessen adalah sebagai berikut. a. Penggunaan freies ermessen tidak boleh bertentangan dengan system hukum yang berlaku (kaidah hukum positif) b. Penggunaan freies ermessen hanya ditujukan demi kepentingan umum. 2. Pengertian, Ciri-ciri, Fungsi dan Penormaan Peraturan Kebijakan a. Pengertian Peraturan Kebijakan Di
dalam
penyelenggaraan
tugas-tugas
administrasi
negara,
pemerintah banyak mengeluarkan kebijakan yang dituangkan dalam berbagai bentuk seperti beleidslijnen (garis-garis kebijakan), het beleid (kebijakan), voorschfiften (peraturan-peraturan), richtlijnen (pedomanpedoman), regelingen (petunjuk-petunjuk), circulaires (surat edaran), resoluties
(resolusi-resolusi),
aanschrijvingen
(instruksi-instruksi),
beleidsnota’s (nota kebijakan), reglemen (ministriele) (peraturanperaturan
menteri),
beschikkingen
(keputusan-keputusan),
en
bekenmakingen (pengumuman-pengumuman). Kewenangan
bebas
untuk
menafsirkan
secara
mandiri
dari
pemerintah inilah yang melahirkan peraturan kebijakan. P.J.P. Tak menjelaskan peraturan kebijakan sebagai berikut. Peraturan kebijakan adalah peraturan umum yang dikeluarkan oleh instansi
pemerintah
berkenaan
dengan
pelaksanaan
wewenang
pemerintah terhadap warga negara atau terhadap instansi pemerintah
18
lainnya dan pembuatan peraturan tersebut tidak memiliki dasar yang tegas dalam UUD dan undang-undang formal baik langsung maupun tidak langsung. Artinya peraturan kebijakan tidak didasarkan pada kewenangan pembuatan undang-undang dan oleh karena itu tidak termasuk peraturan perundang-undangan yang mengikat umum-tetapi dilekatkan pada wewenang pemerintah suatu organ administrasi negara dan terkait dengan pelaksanaan kewenangannya. Berkenaan dengan peraturan kebijakan ini, ada baiknya dikemukakan tulisan J.B.J.M. ten Berge berikut ini. Peraturan kebijakan diartikan suatu keputusan, dengan isi aturan tertulis yang mengikat umum, yang memberikan aturan umum berkenaan dengan pertimbangan kepentingan, penetapan fakta-fakta atau penjelasan peraturan
tertulis
dalam
penggunaan
suatu
wewenang
organ
pemerintahan. Peraturan kebijakan juga mengenal ketentuan umum sebagai elemen penentuan konsep. Perbedaan utama peraturan kebijakan dengan peraturan perundang-undangan adalah bahwa pembuatan aturab umum – peraturan kebijakan – ini tanpa kewenangan pembuatan peraturan perundang-undangan. b. Ciri-ciri Peraturan Kebijakan Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan ciri-ciri peraturan perundang-undangan.berikut ini disajikan mengenai ciri-ciri peraturan kebijakan,
untuk
perundang-undangan
kemudian guna
diperbandingkan mengetahui
dengan
peraturan
kesamaan-kesamaan
dan
perbrdaan-perbedaannya. Bagir Manan menyebutkan ciri-ciri peraturan kebijakan sebagai berikut. 1. Peraturan kebijakan bukan merupakan peraturan perundangundangan.
19
2. Asas-asas
pembatasan
dan
pengujian
terhadap
peraturan
perundang-undangan tidak dapat diberlakukan pada peraturan kebijakan. 3. Peraturan kebijakan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena memang tidak ada dasar peraturan perundang-undangan untuk membuat keputusan peraturan kebijakan tersebut. 4. Peraturan kebijakan dibuat berdasarkan freies Ernessen dan ketiadaan
wewenang
administrasi
bersangkutan
membuat
peraturan perundang-undangan. 5. Pengujian terhadap peraturan kebijakan lebih diserahkan pada doelmatigheid dank arena itu batu ujinya adalah asas-asas umum pemerintahan yang baik. 6. Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan, yakni keputusan, instruksi, surat edaran, pengumuman dan lain-lain, bahkan dapat dijumpai dalam bentuk peraturan. c. Fungsi dan Penormaan Peraturan Kebijakan Sebenarnya penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam suatu negara hukum itu bersendikan pada peraturan perundang-undangan sesuai dengan prinsip yang dianut dalam suatu negara hukum yaitu asas legalitas, akan tetapi karena peraturan perundang-undangan sebagai hukum tertulis itu mengandung kekurangan dan kelemahan, sebagaimana telah disebutkan diatas, karena itu keberadaan peraturan kebijakan menempati posisi penting terutama dalam negara hukum modern. Menurut Marcus Lukman, peraturan kebijakan dapat difungsikan secara tepatguna dan berdayaguna sebagai berikut. 1) Tepatguna dan berdayaguna sebagai sarana pengaturan yang melengkapi, menyempurnakan, dan mengisi kekurangankekurangan yang ada pada peraturan perundang-undangan; 2) Tepatguna dan berdayaguna sebagai sarana pengaturan bagi keadaan vacuum peraturan perundang-undangan;
20
3) Tepatguna dan dayaguna sebagai sarana pengaturan bagi kepentingan-kepentingan yang belum terakomodasi secara patut, layak, benar dan adil dalam peraturan perundangundangan; 4) Tepatguna dan dayaguna sebagai sarana pengaturan untuk mengatasi kondisi peraturan perundang-undangan yang sudah ketinggalam zaman; 5) Tepatguna dan berdayaguna bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi administrasi di bidang pemerintahan dan pembangunan yang bersifat cepat berubah atau memerlukan pembaharuan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.W E. Rencana-Rencana 1. Pengertian Rencana Istilah Pemerintahan memiliki dua arti, yaitu fungsi pemerintahan atau kegiatan memerintah dan organisasi pemerintahan atau kumpulan jabatan pemerintahan (complex van bestuursorgaan). Sebagai organisasi, pemerintahan memiliki tujuan yang hendak dicapai, yang tidak berbeda dengan organisasi pada umumnya terutama dalam kegiatan yang akan diimplementasikan dalam rangka mencapai tujuan, yakni dituangkan dalam bentuk rencana-rencana. Berdasarkan Hukum Administrasi Negara, rencana merupakan bagian dari tindakan hukum pemerintahan (bestuurrechtshandeling), suatu tindakan yang dimaksud untuk menimbulkan akibat-akibat hukum. perencanaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu: 1. Perencanaan informatif (informative planning) yaitu rancangan estimasi mengenai perkembangan masyarakat (samenstel van prognoses omtrent maatschappelijke ontwikkelingen) yang dituangkan dalam alternatif-alternatif kebijakan tertentu.
21
2. Perencanaan indikatif (indiciative planning) adalah rencanarencana yang memuat kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh dan mengindikasikan bahwa kebijakan itu akan dilaksanakan. Kebijakan ini masih harus diterjemahkan kedalam keputusankeputusan operasional atau normatif. 3. Perencanaan Operasional atau Normatif (operationele of normatieve planning) merupakan rencana-rencana yang terdiri dari persiapan-persiapan, perjanjian-perjanjian, dan keputusankeputusan.
Rencana
tata
ruang,
rencana
pengembangan
perkotaan, rencana pembebasan tanah, rencana peruntukan (bestemmingsplan), rencana pemberin subsidi, dan lain-lain adalah contoh-contoh dari rencana operasional atau normatif. 2. Unsur-Unsur Rencana a. Schriftelijke Presentatie (gambaran tertulis) Artinya rencana digunakan untuk mempresentasikan aspek-aspek kegiatan masyarakat yang tidak sejenis atau beragam, kebijakan, keputusan-keputusan, dan sebagainya secara berkesinambungan. b. Besluit of Handeling (keputusan atau tindakan) Penentuan suatu rencana dilukiskan sebagai suatu keputusan atau tindakan., didasarkan pada undang-undang dan didasarkan pada wewenang yang diberikan untuk itu, oleh karena itu susunn perencanaan biasanya berbentuk keputusan. c. Op de Toekomst Gericht (ditujukan pada masa yang akan datang) Rencana hanya dibicarakan pada kegiatan yang ditujukan pada masa yang akan datang. Perencanaan dibuat berdasarkan pandangan masa depn dari tindakan pemerintah. d. Bestuurorgaan (Organ Pemerintahan) Rencana itu dapat dibuat oleh pihak swasta, organ kehakiman, pembuat undang-undang, dan sebainya e. Planelemanten (elemen-elemen rencana)
22
Pada suatu rencana sesuai dengan kategori rencana seperti rencana informatif, indikatif, atau operasional, biasanya didalamnya terkandung informasi, rencana kebijakan yang akan ditempuh terutama dalam bentuk peraturan kebijakan atau persetujuan kebijakan, pedoman-pedoman, peraturan umum, keputusan konkret yang berlaku umum, keputusankeputusan dan perjanjian-perjanjian. f. Ongelijk Karakter (memiliki sifat yang tak sejenis, beragam) Berdasarkan ketentun peraturan umumdiatur mengenai peristiwaperistiwa atau kejadian yang sama dengan akibat hukum yang sama. g. Samenhag (keterkaitan) Rencana-rencana menghimpun antara berbagai keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan yang tidak sejenis, misalnya pada penataan ruang bagi masyarakat. h. Al dan Niet voor een Bepaalde Duur (untuk waktu tertentu) Rencana memiliki waktu terbatas, biasanya ditentukan berdasarkan periode tertentu sebagai rencana tahunan, lima tahunan dan sebainya. 3. Karakter Hukum Rencana F.A.M Stroink dan J.G Steenbeek mengemukakan empat pendapat tentang sifat hukum rencana, yaitu: a. Rencana adalah keputusan atau berbagai keputusan. b. Rencana adalah sebagian dari kumpulan keputusan-keputusan, sebagai peraturan, peta dengan penjelasan adalah kumpulan keputusan-keputusan , penggunaan peraturan memiliki sifat peraturan. c. Rencana adalah bentuk hukum tersendiri. d. Rencana adalah peraturan perundang-undangan.
23
F. Perizinan 1. Pengertian perizinan Dalam pendefisian sendiri belum ada definisi yang pasti soal perizinan,namun ada istilah alin yang memiliki kesejajaran yaitu dispensasi. Menurut Ateng Syafrudin dispensi bertujuan untuk menembus rintangan yang sebetulnya secara normal tidak diizinkan. Lisensi adalah surat izin yang memberikan hak untuk menyelenggarakan suatu perusahaan. Sedangkan konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan perkerjaan yang besar di mana kepentingan umum terlibat.Bentukinya dapat berupa kombinasi antara lisensi dengan pemberian status tertentu dengan hak dan kewajiban serta syarat-syarat tertentu. 2. Unsur-unsur Perizinan a. Instrumen Yuridis Dalam negara hukum modern tugas pemerintah adalah menjaga ektertiban
dan
keamanan,
unutk
melaksanakannya
pemerintah
wewenang dalam bidang pengaturan ini muncul Instrumen yuridis. Instrumen yuridis ada untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret yaitu dalam keputusan. Salah satu wujud adari keputusan ini adalah izin. b. Peraturan perundang-undangan Salah satu prinsip negara hukum adalah pemerintahan yang bedasarkan peraturan perundang-undangan. Sebagai Tindakan hukum harus ada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundangundangan atau harus bedasarkan atas asas legalitas. Bila tanpa wewenang, tindakan hukum tersebut menjadi tidak sah. c. Organ pemerintah Organ
pemerintah
adalah
organ
yang
menjalankan
urusan
pemerintah di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.Dari bergamnya
24
organ pemerintahan atau administrasi negara yang mengeluarkan izin, yang pasti izin hanya boleh dikeluarkan oleh organ pemerintah. d. Peristiwa Konkret Peristiwa konkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu,tempat tertentu dan hukum tertentu. Karenan peristiwa ini beragam dan sejalan dengan perkembangan keragaman masyarakat, maka izin ini pun memiliki keberagaman . e. Prosedur dan Persyaratan Prosedur dan persyaratan menurut kehendaknya secara arbitter (sewenang-wenang), tapi harus sejalan dengan peraturan perundangundangan dasar perizinan tersebut.Maka dari itu tidak boleh melampaui syarat batas tujuan dari hukum perizinan dasar tersebut. 3. Fungsi dan Tujuan Perizinan a. Keinginan mengarahkan (mengedalikam”sturen”) aktivitas-aktivitas tertentu. b. Mencegah bahaya bagi lingkungan. c. Keinginan melindungin objek-objek tertentu. d. Hendak mebagi-bagi benda yang sedikit. e. Pengarahan dengan meyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas (di mana pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu). 4. Bentuk dan Isi Izin Sesuai sifatnya, izin selalu di buat dalam bentuk tertulis. Sesuai dengan hal-hal berikut: a. Organ yang Berwenang Dalam izin dinyatakan siapa yang memberikannya. Biasanya dari kepala surat dan penandatanganan izinn akan tercantum organ mana yang memberikan izin. Pada umumnya pembuat aturan akan menunjuk organ berwenang dalam sistem perizinan.
25
b. Yang Dialamatkan Izin ditunjukan pada pihak yang berkepentingan. Biasanya izin lahir setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan untuk itu. Jadi Keputusan yang memuat izin akan dialamatkan kepada pihak yang memohon izin ini. c. Diktum Diktum adalah keputusan yang memuat izin demi alasan kepastian hukum, harus memuat sejelas mungkin untuk apa izin tersebut diberikan. Keputusan ini akan menimbulakn akibat-akibat hukum. d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat i. ketentuan-ketentuan tujuan(Untuk mewujudkan tujuan tertentu). ii. Ketentuan-ketentuan sarana(kewajiban menggunanakn sarana tertentu). iii. Ketentuan-ketentuan intruksi(kewajiban pemegang izin untuk
memberi
intruksi
tertulis
kepada
personel
lembaga). iv. Ketentuan-ketentuan ukur dan pendaftaran (pengukuran untuk menilai kadar bahaya atau gangguan). G. Instrumen Hukum Keperdataan 1. Penggunaan Instrumen Hukum Keperdataan Ketika membahas kedudukan hukum pemerintahan, telah disebutkan bahan pemerintah dalam melakukan kegiatan sehari-hari tampil dengan dua kedudukan, sebagai akil dari badan hukum dan wakil dari jabatan pemerintahan. Sebagai wakil dari badan hukum, kedudukan hukum pemerintahan tidak berbeda dengan seseorang atau badan hukum perdata pada umumnya yaitu di atur dengan ketentuan ketentuan hukum keperdataan.
26
Dalam pergaulan keperdataan, pemerintah sebagaimana manusia dan badan hukum privat dapat terlibat dalam pergaulan hukum privat. Pemerintah melakukan jual beli, sewa menyewa, membuat perjanjian dan mempunyai hak milik. Pemerintah juga bertanggung jawab ketika terjadi perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemerintah. Tindakan Hukum keperdataan adalah tindakan hukum yang diatur oleh hukum perdata. Pemerintah juga sering melakukan perbuatan semacam itu, seperti provinsi memutuskan untuk membeli hutan, kabupaten menjual tanah bangunan dan lain sebagainya. Perlu diketahui bahwa, tindakan hukum keperdataan dari pemerintah itu tidak dijalankan oleh organ pemerintahan, tetapi oleh badan hukumnya yang di lakukan oleh wakilnya yaitu pemerintah. Telah di sebutkan pula hubungan keperdataan itu bersifat dua pihak atau lebih sementara dalam hukum publik asasnya bersifat satu pihak atau bersegi satu. Hubungan hukum dalam bidang perdata bersandar pada prinsip otonomi dan kebebasan berkontrak yang menunjukkan kesetaraan antar pihak tanpa salah satunya memiliki kedudukan khusus dan kekuatan memaksa terhadap pihak lain. Atas dasar ini pemerintah hanya dapat mensejajarkan diri dengan seseorang atau badan hukum perdata dalam kapasitasnya sebagai wakil dari badan hukum publik bukan kapasitasnya dari wakil dari jabatan pemerintahan yang memiliki kedudukan istimewa. Badan pemerintahan memang gemar menggunakan bentuk hukum perdata. Jalan menurut hukum publik acapkali sukar untuk ditempuh, sebab didalam hal ini administrasi negara harus tunduk kepada pelbagi peraturan, yang dalam praktiknya terasa mengikat sekali, tetapi pada dasarnya baik oleh negara sendiri melainkan kepentingan publik. Keinginan untuk melepaskan diri dari pembatasan yang diletakkan oleh hukum publik acapkali merupakan dorongan untuk memilih jalan menurut hukum perdata. Menurut indorharto, sudah merupakan suatu kenyataan baha sekarang ini tidak semua urusan pemerintahan dilaksanakan oleh isntasi-instansi pemerintahan tetapi adakalanya untuk mencapai tujuan pemerintahannya, pemerintah itu lebih
27
menyukai menggunakan lembaga-lembaga hukum berdasarkan hukum perdata dengan segala bentuk variasinya.sarana jalur-jalur yang terbuka dalam hukum perdata banyak memberikan kemungkinan kebijaksanaan yang dapat direalisasikan daripada kalau harus dilakukan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan. Penggunaan isntrumen hukum publik merupakan fungsi dasar dari organ
pemerintahan
dalam
menjalankan
tugas-tugas
pemerintahan,
sedangkan penggunaan instrumen hukum privat merupakan konsekuensi paham
negara
mengusahakan
kesejahteraan, kesejahteraan
yang
menuntut
masyarakat.
Jika
pemerintah hanya
untuk
menggunakan
instrumen hukum publik tetapi juga menggunakan instrumen hukum keperdataan terutama guna mencapai efektivitas dan efesiensi pelayanan terhadap masyarakat . Menurut indoharto, penggunaan instrumen keperdataan ini ada beberapa keuntungan yaitu: a. Warga masyarakat sudah biasa berkecimpung dalam suasana kehidupan hukum perdata b. Lembaga-lembaga keperdataan itu ternyata juga sudah terbukti kemanfaatannya c. Lemabaga keperdataan tersebut hampir selalu dapat diterapkan untuk segala keperluan karena sifatnya yang fleksibel dan jelas sebagai instrumen d. Lemabaga keperdataan tersebut selalu dapat diterapkan karena bagi pihak yang bersangkutan memiliki kebebasan sendiri untuk menentukan isi dari perjnjian yang hendak mereka buat e. Sering kali terjadi dimana jalur hukum publik menemui jalan buntu, tetapi jalur yuridis menurut hukum perdata malah dapat memberi jalan keluarnya. f. Ketegangan yang disebabkan oleh tindakan pemerintah yang bersifat sepihak dapat dikurangi
28
g. Tindakan tindakan menurut hukum perdata ini hampir selalu dapat memberikan jaminan kebendaan misalnya ganti rugi. 2. Instrumen Hukum Keperdataan yang Dapat digunakan Pemerintah Tidak seluruh tindakan hukum keperdataan yang dapat dilakukan manusia, dapat pula dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah begitu juga badan hukum pada umumnya tidak dapat melakukan hubungan keperdataan yang berhubungan dengan hukum kekeluargaan seperti perkawinan. Perlu ditegaskan pula bahwa ketika pemerintah menggunakan instrumen hukum keperdataan tidak serta merta terjadi hubungan hukum antara kedua belah pihak. Pemerintah dapat menggunakan instrumen hukum keperdataan
sebagai
alternatif
dalam
rangka
menjalankan
tugas
pemerintahan. Ada dua kemungkinan kedudukan pemerintah dalam menggunakan instrumen hukum keperdataan -
Pemerintah
menggunakan
instrumen
keperdataan
sekaligus melibatkan diri dalam hubungan hukum keperdataan dengan kedudukan yang tidak berbeda dengan seseorang atau badan hukum perdata -
Pemerintah
menggunakan
instrumen
keperdataan
tanpa menempatkan diri pada kedudukan yang sejajar dengan seseorang atau badan hukum. Bentuk bentuk instrumen hukum perdata yang dapat dipergunakan oleh pemerintah yang akan disajikan lebih ditekankan dengan perjanjian. Dalam rangka menjalankan kegiatan pemrintahannya, pemerintah dapat menggunakan perjanjian, yang bentuknya antara lain sebagai berikut. a. Perjanjian perdata biasa Pemerintah banyak melakukan perjanjian keperdataan yang mencakup semua hubungan hukum seperti jual beli, sea menyewa dan lain-lain. Perbuatan keperdataan ini dilakukan karena pemerintah memerlukan berbagai sarana dan prasarana
29
untuk menjalankan administrasi pemerintahan.
Pemerintah
melibatkan diri dalampergaulan hukum keperdataan sebagai badan hukum dan hampir tidak membedakkan diri dengan organisasi besar lainnya membuat tindakan pemerintah dalam hal ini sepenuhnya tunduk pada hukum perdata sehingga imunitas publikbya selaku penguasa tidak lagi berlaku. b. Perjanjian perdata dengan syarat syarat standar Pemerintah dapat pula menggunakan instruen hukum keperdataan untuk membuat perjanjian dengan pihak swasta dalam rangka melakukan tugas tugas tertentu misalnya tugas tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pihak pemerintah dan dilakukan melalui perjanjian dengan syarat syarat standar. Syarat syarat standar memberikan suatu dimensi baru terhadap kontrak pemerintah, tidak hanya karena syarat-syarat standar itu merupakan langkah pertama tetapi juga karena peraturan yang akan datang dilaksanakan atas syarat yang ditetapkan oleh pemerintah. Pada umumnya, peranjian dengan syarat – syarat ini berbentuk konsekuensi. Dalam hal ini pemerintah menentukan secara sepihak syarat – syarat yang harus di penuhi oleh pihak swasta atau pihak yang berkepentingan. Penentuan syarat secara sepihak oleh pemerintah dapat dilakukan dengan dua catatan yaitu : -
Penentuan syarat syarat itu dalam rangka memberikan perlindungan kepentingan umum yang memang harus di lakukan oleh pemerintah
-
Ketentuan syarat – syarat tersebut harus dilakukan secara terbuka dan diketahui umum
c. Perjanjian mengenai kewenangan publik Yang dimaksud dengan perjanjian mengenai wewenang pemerintahan adalah perjanjian anatara badan atau pejabat tata usaha negara dengan warga masyarakat dan yang diperjanjikan
30
adalah mengenai cara badan atau pejabat tata usaha negara menggunakan
wewenang
pemerintahannya.
Bahwa
ketika
pemerintah melakukan tindakan hukum publik, ia menggunakan weenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, karena itu tindakan nya selalu sepihak. Meskipun demikian, bila pemberian pemerintah
wewenang dapat
itu
mengandung
melaksanakan
kebebasan
wewenangnya
atau
dengan
menggunakan mekanisme perjanjian atau kerja sama. Bila pemerintah telah menggunakan instrumen perjanjian untuk menjalankan wewenang pemerintahannya, maka pemerintah di samping terikat dengan isi perjanjian tersebut juga terikat dengan asas kepercayaan dan asas kejujuran sebagaimana terdapat pada asas asas umum pemerintahan yang baik. d. Perjanjian mengenaik kebijakan pemerintah Pemerintah dapat melaksanakan wewenangnya dengan menggunakan mekanisme perjanjian atau kerja sama. Pemerintah dapat menjadikan kewenangan luas atau kebijakan yang dimilikinya sebagai objek dalam perjanjian. Atas dasar ini dalam kepustakaan
Hukum
Administrasi
Negara
dikenal
istilah
perjanjian kebijakan. Perjanjian kebijakan adalah perbuatan hukum yang menjadikan kebijakan publik sebagai objek perjanjian. Oleh karena kebijakan yang diperjanjikan adalah kebijakan tata usaha negara, maka salah satu pihak yang mengadakan perjanjian tidak lain dari badan atau pejabat tata usaha negara yang secara administratif memiliki kewenangan untuk menggunakan kebijakan publik yang diperjanjikan tersebut. Bahwa yang dijadikan objek persoalan dalam hal ini adalah mengenai hak kebendaan pemerintah sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan dari kebijakan yang ditempuhnya.
31
Pada akhirnya dalam suatu negara hukum modern, setiap tindakan hukum pemerintahan dengan instrumen yuridis apapun yang digunakan harus tetap pada koridor hukum dan diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan umum
32
Bab III ( Penutup) A. Kesimpulan Instrumen pemerintahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah alatalat atau sarana-sarana yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi Negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan, pemerintah atau administrasi Negara melakukan tindakan hukum, dengan menggunakan sarana atau instrument seperti alat tulis menulis, sarana transportasi dan komunikasi. Pemerintah menggunakan instrumen yuridis dalam menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan. Struktur dalam norma di Hukum Administrasi Negara dijadikan sebagai alat bantu dalam memahami instrumen hukum pemerintahan. Norma hukum yang terdapat dalam hukum perdata atau pidana dapat ditemukan dengan mudah dalam pasal tertentu, misalnya ketentuan tentang apa itu pembunuhan atau perjanjian, sementara untuk menemukan norma dalam Hukum Administras Negara harus dicari dalam semua peraturan perundang-undangan terkait sejak tingkat yang paling tinggi dan bersifat umum-abstrak sampai yang paling rendah bersifat individual-konkret. B. Saran Buku yang dijadikan referensi oleh pemakalah sudah lengkap dalam menjelaskan mengenai materi instrumen pemerintahan. Penjelasan materi yang tidak efektif dan tidak adanya contoh dalam menjelaskan pembahasan materi tersebut sehingga para pembaca sulit memahami yang dimaksudkan oleh penulis buku.
Seharusnya
penggunaan
bahasa
yang
mudah
dimengerti
akan
mempermudah para pembaca untuk memahami materi instrumen pemerintahan.
33
Daftar Pustaka HR, Ridwan. 2013. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
34