BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Konsep Belajar Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya (Sardiman, 2005). Menurut Slameto (2010:2), belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individual itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hamalik (2001:27) mengemukakan tentang belajar sebagai berikut belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi lebih luas dari itu,akni mengalami. Selain itu dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Para pakar psikologi telah mendefinisikan konsep belajar, sebagaimana dikutip dalam Anni dan Rifa’i (2007:2-3) berikut ini : a. Gagne dan Berliner (1983:252) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. b. Morgan et.al. (1986:140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
11
12
c. Slavin (1994:152) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. d. Gagne (1977:3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Winkel dalam Suprihatiningrum (2013:15), menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuanpemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman. Pembentukan tingkah laku inimeliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Oleh sebab itu, belajar adalah proses aktif, yaitu proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut Klein (dalam Suprihatiningrum, 2013) “Learning can defined as an experiential proces resulting in a relatively permanen change in behavior that cannot be explained by temporary states, maturation, or innate response tendencies”. Dari kutipan diatas dapat dikatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai hasil proses eksperimental dalam perubahan tinggkah laku yang relatif permanen yang tidak dapat diucapkan dengan pernyataan sesaat. Komponen penting dari pembelajaran menurut Klein adalah “1) learning reflectsa change in the potential for behavior; 2) it does not automatically lead to a change
13
in behavior; 3) the behavior can be due to processes other than learning”. Konsep tersebut menjelaskan bahwa: 1) pembelajaran mereflesikan pada perilaku yang potensial, tetapi bukan secara otomatis mengarahkan perubahan perilaku itu sendiri; 2) perubahan perilaku akibat pembelajaran tidak terlalu permanen; 3) perubahan-perubahan perilaku dapat disebabkan oleh proses selain pembelajaran. Budiningsih (2005:58), menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan, yang mana peserta didik melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar mengandung pengertian suatu proses dari serangkaian tahapan-tahapan yang dialami oleh setiap individu yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam berbagai aspek yang dimilikinya dalam kurun waktu tertentu. Selain itu, dari pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar terdapar beberapa unsur, yaitu: belajar yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku, perubahan perilaku yang terjadi karena didahului oleh proses pengalaman, dan perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
14
2.1.2. Konsep Hasil Belajar 2.1.2.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Anni dan Rifa’i 2007:5). Benyamin Bloom dalam Anni dan Rifa’i (2007) membagi hasil belajar dalam tiga kategori (ranah) yaitu : a. Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. b. Ranah afektif, berkenaan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Hasil belajar afektif ini tampak dari berbagai tingkah laku siswa seperti: perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, dll. c. Ranah psikomotorik, hasil belajar psikomotoris menunjukkan adanya kemampuan fisik dalam membentuk keterampilan dan atau kemampuan bertindak setelah proses belajar. Hasil belajar psikomotoris merupakan tahap lanjutan dari hasil belajar afektif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor selalu berhubungan satu sama lain tidak dapat berdiri sendiri dalam proses pembelajaran. Hasil belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dicapai oleh peserta didik mempunyai makna bahwa hasil belajar mampu menunjukkan seberapa bagus kualitas pembelajaran
15
yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Hasil belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu, dikarenakan setelah siswa mendapatkan hasil belajar yang diinginkan maka akan muncul rasa puas dan bangga pada diri siswa sendiri. Hasil belajar sebagai indikator daya serap (kecerdasan) anak didik karena anak didiklah yang mengharapkan dan diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Melalui hasil belajar siswa, guru dapat mengetahui apakah siswa sudah menguasai kompetensi atau belum sehingga fungsi hasil belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam proses belajar mengajar, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan yang bersangkutan. Hasil belajar menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum, 2013), adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perubahan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Didalam dunia pendidikan menurut Gagne mengemukakan lima tipe hasil belajar, yaitu intellectual skill, cognitive strategy, verbal information, motor skill, dan attitude. Reigeluth dalam (Suprihatiningrum, 2013), berpendapat bahwa hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Reigeluth menambahkan secara spesifik hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus0 perilaku (unjuk kerja).
16
Sardiman (2009:94) menyatakan dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat maka ada motivasi pada diri peserta didik untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya meningkat. Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik. Hasil belajar dapat dijadikan sebagai indikator tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap dan memahami suatu materi dikarenakan: (1) hasil belajar ditunjukkan dengan angka pasti yang dapat diukur dan dipertanggungjawabkan oleh guru, (2) guru memiliki kriteria tersendiri dalam menilai dan melihat potensi akademik siswa. Seorang guru dikatakan berhasil melakukan proses pembelajaran apabila sebagian besar siswanya mampu mencapai tujuan pembelajaran atau melewati batas Kriteria Ketuntasan Minimum (Djamarah dan Zain 2006:106). Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas hasil belajar (prestasi belajar) dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi berprestasi yang dapat dilihat dari nilai rapor. Untuk menunjukkan tinggi rendahnya atau baik buruknya hasil belajar yang dicapai peserta didik, dengan cara memberikan skor terhadap kemampuan atau keterampilan yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses belajar tersebut. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar perakitan komputer yaitu hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar perakitan komputer. Dalam penelitian ini hasil belajar perakitan komputer dititikberatkan pada pokok bahasan memasang komponen komputer. Pokok bahasan memasang komponen-komponen
17
komputer merupakan bagian dari materi perakitan komputer yang diajarkan pada peserta didik SMK kelas X.
2.1.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Dalam proses belajar terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik. Beberapa pernyataan para ahli mengenai faktor-faktor hasil belajar, menurut Slameto (2010:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi dua, antara lain : 1. Faktor Intern Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri meliputi tiga aspek yang diantaranya adalah sebagai berikut: a. Faktor Jasmaniah
(1) Faktor kesehatan Dalam keadaan sehat bebas dari segala penyakit proses belajar dapat berjalan dengan baik. Begitu juga sebaliknya proses belajar akan terganggu apabila kesehatan seseorang terganggu, selain itu peserta didik juga akan cepat lelah dan kurang bersemangat.
(2) Cacat tubuh Cacat tubuh merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya sebagai tubuh atau badan. Siswa yang cacat akan terganggu belajarnya.
18
b. Faktor Psikologis (1) Intelegensi Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efktif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi berpengaruh besar terhadap kemajuan belajar. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi lebih tinggi Akan lebih berhasil daripada siswa yang tingkat intelegensinya rendah.. (2) Perhatian Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun sematamata tertuju kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Untuk mencapai hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian yang besar terhadap bahan yang dipelajarinya. (3) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat berpengaruh besar terhadap hasil belajar karena bila pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh. (4) Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
19
Hasil belajar siswa akan lebih baik jika mereka mempelajari sesuatu sesuai bakat yang dimiliki. (5) Motif Motif merupakan keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Siswa yang mempunyai motif yang tinggi dan kuat, akan memperbesar usahanya untuk mencapai hasil yang baik, begitu pula sebaliknya. (6) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan berhasil jika siswa sudah siap (matang). (7) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Siswa akan lebih berhasil dalam belajarnya manakala mereka sudah kesiapan dalam dirinya. c. Faktor Kelelahan Kelelahan merupakan keadaan tubuh dimana tubuh mengalami rasa jenuh dan kurang fit dalam merespon rangsangan. 2. Faktor Ekstern Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi:
20
a. Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan kondisi ekonomi keluarga. b. Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru-siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, keadaan gedung, dan metode belajar siswa. c. Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Sedangkan Burron dalam (Fakihuddin, 2007:46), mengelompokan faktorfaktor kesulitan belajar yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, sebagai berikut: 1. Faktor-faktor dalam diri peserta didik a. kelemahan secara fisik (1) Suatu pusat susunan saraf tidak berkembang secara sempurna luka, cacat, atau sakit sehingga sering membawa gangguan emosional. (2) Pancaindra (mata, telinga, alat bicara, dan sebagainya) mungkin berkembang kurang sempurna atau sakit (rusak) sehingga menyulitkan proses interaktif secara efektif.
21
(3) Ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelainan-kelainan prilaku, kurang terkoordinasi dan sebagainya. (4) Cacat tubuh atau pertumbuhan kurang sempurna dari organ dan anggota-anggota badan (tangan, kaki dan sebagainya) sering pula membawa ketidak stabilan mental dan lainnya. (5) Penyakit menahun (asma dan sebagainya) menghambat usaha-usaha belajar secara optimal. b. Kelemahan-kelemahan secara mental (baik kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun tidak) sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan. (1) Kelemahan mental (taraf kecerdasannya memang kurang). (2) Kurang minat, kebimbangan, kurang usaha, aktivitas yang tidak terarah, kurang semangat (kurang gizi, kelelahan dan lain sebagainya), kurang menguasai keterampilan, dan kebiasaan fundamental dalam belajar. c. Kelemahan-kelemahan emosional (1) Terdapatnya rasa tidak aman. (2) Penyesuaian rasa tidak aman. (3) Penyesuaian yang salah terhadap situasi, tuntutan tugas-tugas, dan lingkungan. (4) Tercekam rasa phobia (takut yang kelebihan dan antipati), mekanisme pertahanan diri. (5) Ketidakmatangan.
22
d. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-sikap yang salah (1) Melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang pekerjaan sekolah, menolak untuk belajar. (2) Kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian. (3) Kurang kooperatif dan menghindari tanggung. e. Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan (1) Ketidakmampuan
membaca,
berhitung,
kurang
mengetahui
pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi yang sedangdiikutinya secara sekuensial (meningkat dan beruntun), kurang menguasai bahasa misal bahasa inggris. (2) Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah. 2. Faktor-faktor dari luar diri peserta didik Beberapa faktor kesulitan belajar yang berasal dari luar diri siswa, sebagai berikut: a. Kurikulum yang seragam, bahan dan buku-buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan perbedaan individu. b. Ketidaksesuaian standar administrasi (sistem pengajaran, penilaian, pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar mengajar. c. Terlalu berat beban belajar peserta didik dan atau mengajar guru, terlampau besar populasi peserta didik dalam kelas. d. Terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas, dan sebagainya.
23
e. Kelemahan dari sistem belajar mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan (dasar/asal) sebelumnya. f. Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga ( pendidikan, status sosial, ekonomi, keutuhan keluarga, ketentraman, dan keamanan sosial psikologis, dan sebagainya). g. Terlalu banyak kegiatan diluar jam pelajaran sekolah atau banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakulikuler.
2.1.3. Evaluasi Hasil Belajar Kurikulum 2013 2.1.3.1. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 adalah serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang dirintis tahun 2004 yang berkompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 atau KTSP (Kurniasih dan sani, 2014) Terdapat tiga konsep tentang kurikulum 2013 yang dikemukakan Kurnia dan sani (2014) yaitu: 1. Kurikulum sebagai substansi Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi peserta didik disekolah, atau sebagai seperangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjukan suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, serta evaluasi. 2. Kurikulum 2013 sebagai suatu sistem Sistem kurikulum 2013 merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, dan sistem kemasyarakatan. Suatu sistem kurikulum mencakup
24
struktur personalian, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum yaitu memelihara kurikulum agar tetap dinamis. 3. Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Berikut merupakan standar penilaian pendidikan dalam kurikulum 2013, disebutkan bahwa standar dalam penilaian pendidikan bertujuan untuk menjamin: 1. perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, 2. pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan 3. pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. (Permendikbud No.66 tahun 2013). Pada dasarnya kurikulum 2013 berorientasi pada penilaian autentik yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Menurut Muslich (2007:47) penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Teknik penilaian yang dapat digunakan untuk memantau perkembangan siswa yang sebenarnya (nyata) selama kegiatan pembelajaran dan bukan sesuatu yang dibuat-buat adalah teknik penilaian autentik (Arifin, 2009:181). Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian autentik dimaksudkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data
25
yang telah tekumpul selama proses pembelajaran berlangsung dan bukan semata-mata pada hasil pembelajaran. Penilaian autentik Dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Termasuk juga menilai kesiapan, proses, dan hasil belajar peserta didik secara utuh.
Dalam rangka melaksanakan penilaian autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, pengetahuan; (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. Proses terpenting dalam pendidikan adalah pembelajaran, yang menjadi wahana pengembangan bagi peserta didik. Seorang guru diharapkan mampu menciptakan pembelajaran
yang
interaktif,
aktif,
kreatif
dan
dalam
suasana
yang
menyenangkan bagi siswa, karena pembelajaran yang demikian memungkinkan siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan pada akhirnya dapat diperoleh hasil belajar yang tinggi. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Depdikbud, 2013). Adapun di dalam Kurikulum 2013, kompetensi inti (KI) dirumuskan menjadi 4 bagian yaitu: 1. KI-1: kompetensi inti sikap spiritual. 2. KI-2: kompetensi inti sikap sosial.
26
3. KI-3: kompetensi inti pengetahuan. 4. KI-4: kompetensi inti keterampilan. Pada tiap materi pokok tertentu akan terdapat rumusan KD untuk masingmasing aspek KI. Jadi, pada suatu materi pokok tertentu, akan selalu muncul 4 KD sebagai berikut: 1. KD pada KI-1: aspek spiritual (untuk mata pelajaran tertentu bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok). 2. KD pada KI-2: aspek sikap sosial (untuk matapelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun beberapa materi pokok tertentu ada KD pada KI-3 yang berbeda dengan KD lain pada KI-2). 3. KD pada KI-3: aspek pengetahuan. 4. KD pada KI-4: aspek keterampilan.
2.1.3.2. Evaluasi dan Penilaian Hasil Belajar Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003:1) secara eksplisit mengemukakan bahwa antara evaluasi dan penilaian mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks penggunaannya. Penilaian (assesment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti guru menilai hasil belajar murid. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang disewa untuk mengevaluasi suatu program, baik pada level terbatas maupun pada level yang luas.
27
2.1.3.2.1. Pengertian Evaluasi Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal ! ayat 21 dijelaskan bahwa Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikansebagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan. Depdiknas (2003:6) mengemukakan tujuan evaluasi pembelajaran, sebagai berikut, (a) Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar-mengajar peserta didik, (b) Memperbaiki dan memperbaiki kegiatan guru, (c) Memperbaiki, menyempurnakan
dan
mengembangkan
program
belajar-mengajar,
(d)
Mengetahui kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan (e) Menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya. Adapun fungsi evaluasi adalah: 1. Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia merasakan kepuasaan dan ketenangan. Untuk itu, guru perlu melakukan penilaian terhadap prestasi belajar peserta didiknya. 2. Secara sosiologis, untuk mengethaui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya. 3. Menurut didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing.
28
4. Untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temanya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang. 5. Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya. 6. Untuk membantu guru dalam bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan hasil pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas. 7. Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik terhadap pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru, termasuk peserta didik itu sendiri.
2.1.3.2.2. Pengertian Penilaian Hasil Belajar Depdiknas (2008) tentang petunjuk teknis penilaian hasil belajar sekolah menengah kejuruan Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka atau deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil
keputusan.
Sedangkan
penilaian
pendidikan
adalah
proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian diartikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (PP No.19 Tahun, 2005:3). Mulyasa dalam (Suprihatiningrum, 2013) mengemukakan bahwa penilaian proses dimaksudkan untuk menilai kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar pada peserta didik, termasuk bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Penilaian hasil pembelajaran bertujuan untuk mengukur tingkat
29
pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil pembelajaran dan proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, penilaian diri, pengamatan kinerja dalam praktik, penilaian hasil karya berupa tugas proyek dan/atau produk. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan standar penilaian pendidikan dan panduan penilaian kelompok mata pelajaran (BSNP, 2007a:7-18) Penilaian hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup aspek keterampilan siswa yang diambil dari nilai tes praktik dan tugas proyek yang dilihat dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran, yang diamati melalui indikator : kehadiran siswa di kelas, keseriusan dan ketepatan waktu siswa dalam menyerahkan tugas, perhatian saat mengikuti pelajaran, keaktifan siswa dalam mengajukan dan menjawaban pertanyaan, dan keberanian siswa dalam mengerjakan soal dan presentasi di depan kelas. Dalam melaksanakan peneliaian mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut, 1. Memandang penilaian dan kegiatan pembelajaran secara terpadu. 2. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri. 3. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pembelajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik. 4. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
30
5. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik. 6. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk portofolio, unjuk kerja, proyek, dan pengamatan tingkah laku. 7. Melakukan penilaian secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil, dalam bentuk: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Ulangan harian dapat dilakukan bila sudah menyelesaikan satu atau beberapa indikator atau satu kompetensi dasar (KD), ulangan tengah semester dilakukan bila telah menyelesaikan beberapa KD atau satu stándar kompetensi (SK), ulangan akhir semester dilakukan setelah menyelesaikan semua KD atau SK semester bersangkutan, sedangkan ulangan kenaikan kelas dilakukan pada akhir semester genap dengan menilai semua SK semester ganjil dan genap, dengan penekanan pada semester genap. 8. Penilaian kompetensi pada uji kompetensi melibatkan pihak sekolah dan Institusi Pasangan/Asosiasi Profesi, dan pihak lain terutama DU/DI. Idealnya, lembaga yang menyelenggarakan uji kompetensi ini independen; yakni lembaga yang tidak dapat diintervensi oleh unsur atau lembaga lain. (Depdiknas, 2008) Agar penilaian objektif, pendidik harus berupaya secara optimal untuk (1) memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja peserta didik dari sejumlah penilaian, (2)
31
membuat keputusan yang adil tentang penguasaan kompetensi peserta didik dengan mempertimbangkan hasil kerja (karya). Kegunaan penilaian antara lain sebagai berikut: 1. Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya dalam proses pencapaian kompetensi. 2. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial. 3. Untuk umpan balik bagi pendidik/guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan. 4. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan. 5. Memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Dinas Pendidikan Daerah) dalam meningkatkan kualitas penilaian yang digunakan. (Depdiknas, 2008) Pada dasarnya keberhasilan belajar tidak semata-mata didasarkan pada kemampuan penguasaan aspek keterampilan, namun pada mata pelajaran produktif hasil belajar dalam aspek keterampilan lebih dominan daripada tipe hasil belajar yang lain. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar perakitan komputer yaitu hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar perakitan komputer. Adapun kompetensi keterampilan dalam kurikulum 2013 meliputi tes praktik dan tugas proyek.
32
2.1.3.3. Tes Praktik 2.1.3.3.1. Pengertian Tes Praktik Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Adapula yang mengartikan sebagai piring yang terbuat dari tanah (Suharsimi, 2010). Eko (2010:45) dalam bukunya Evaluasi Program Pembelajaran Evaluasi Program Pembelajaran, Tes dapat diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi (Permendikbud No 66 tahun 2013). Menurut BSNP (2007) Tes praktik, juga biasa disebut tes kinerja, adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya. Tes praktik dapat berupa tes tulis keterampilan, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes petik kerja. Tes tulis keterampilan digunakan untuk mengukur keterampilan peserta didik yang diekspresikan dalam kertas, misalnya peserta didik diminta untuk membuat desain atau sketsa gambar denah komponen komputer.. Kelebihan dan kelemahan tes praktik menurut Zaenal (2012:145), sebagai berikut: a. Satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam bidang keterampilan.
33
b. Sangat baik digunakan untuk mencocokkan antara pengetauhan teri dan keterampilan praktik c. Dalam pemggunaannya tidak mungkin peserta didik akan mencontek (4) guru dapat lebih mengenal masing-masing karakter peserta didik. Adapun kelemahannya, antara lain: a. Memakan waktu yang lama. b. Dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar. c. Cepat membosankan. d. Membutuhkan syarat pendukung yang lengkap baik waktu tenaga maupun biaya. Tes praktik dalam penelitian ini adalah memasang komponen-komponen komputer sesuai dengan tahapan proses perakitan komputer sesuai dengan prosedur yang berlaku berdasarkan teori tentang perakitan komputer yang telah diajarkan terlbeih dahulu.
2.1.3.3.2. Penilaian Tes Praktik Penilaian diartikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (PP No.19 tahun 2005:3). Penilaian tes praktik merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu pekerjaan/tugas (depdiknas, 2008). Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian penguasaan kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu, dalam hal ini praktik perkaitan memasang komponen komputer.
34
Penilaian tes praktik perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) Langkah-langkah kerja yang diharapkan untuk dilakukan peserta didik dalam menunjukkan praktik dari suatu kompetensi. (2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam praktik tersebut. (3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. (4) Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak (hanya yang esensial), sehingga semua dapat diamati. (5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati (Depdiknas, 2008) Dalam Pengolahan Data penilaian praktik adalah skor yang diperoleh dari pengamatan terhadap unjuk kerja peserta didik dari suatu kompetensi. Skor diperoleh dari format penilaian unjuk kerja, berupa daftar ceklist. Nilai yang dicapai oleh peserta didik dalam suatu unjuk kerja adalah tingkat ketercapaian indikator pada setiap KD. Nilai unjuk kerja suatu kompetensi ditetapkan berdasarkan skor KD terendah.
2.1.3.4. Tugas Proyek (Project Work) 2.1.3.4.1. Pengertian Tugas Proyek Tugas proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu (Permendikbud No.66: 2013).
35
Menurut BSNP (2007) tugas proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu dan umumnya menggunakan data lapangan. Buck Institute For Education 1999 dalam Made (2010:145) Tugas proyek memiliki karakteristik, yaitu: a. Peserta didik membuat keputusan dan membuat kerangka kerja. b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. c. Peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil. d. Peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan. e. Peserta didik melakukan evaluasi secara kontinu. f. Peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan. g. Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya. h. Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan perubahan. Sedangkan Kemdikbud dalam implementasi kurikulum 2013 menerangkan keunggulan dan kelamahan pembelajaran berbasis proyek, sebagai berikut: 1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai. 2. Meningkatkan kemampuan pemecahan maslah. 3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problemproblem yang kompleks. 4. Meningkatkan kolaborasi.
36
5. Mendorong peserta didik untuk
mengembangkan
dan mempraktikan
keterampilan komunikasi. 6. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber. Adapun kelemahannya, antara lain: 1. Memerlukan banayk waktu untuk menyelesaikan masalah. 2. Membutuhkan biaya yang cuckup banyak. 3. Banyaknya peralatan yang harus disediakan 4. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
2.1.3.4.2. Penilaian Tugas Proyek Penilaian proyek (project work) merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.Tugas tersebut berupa kegiatan sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pelaksanaan tugas, pengolahan, dan penyajian produk (depdikbud, 2008).Teknik ini dimaksudkan untuk menilai kemampuan peserta didik secara menyeluruh (comprehensive) dalam pengorganisasian dan pelaksanaan suatu kompetensi. a. Teknik Penilaian Proyek Komponen/kegiatan yang perlu dinilai: penyusunan disain atau proposal, unjuk kerja, produk (barang/jasa), penyajian hasil/produk, dan laporan tertulis. Dalam
penilaian
proyek
setidaknya
dipertimbangkan yaitu: (1) Kemampuan melaksanakan proyek
ada
3
(tiga)
hal
yang
perlu
37
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik / mencari informasi, melaksanakan tugas/proyek, mengelola waktu, dan penulisan laporan. (2) Kesesuaian antara standar kompetensi yang dipelajari dengan jenis pekerjaan di masyarakat (Du/Di). (3) Keaslian produk Produk yang dihasilkan peserta didik harus merupakan hasil karyanya. Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. a) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal. b) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan. b. Pengolahan Data Penilaian Proyek Data penilaian proyek (project work) meliputi skor perolehan dari penilaian perencanaan, pelaksanaan, kulminasi, produk,
dan attitude.Dalam menilai
setiap tahap, guru dapat menggunakan 4 (empat) rentang skor, nampak pada tabel berikut. Tabel 2.1 Rentang Skor Penilaian Proyek Status tidak kompeten kompeten
Skor 0,00 - 6,90 7,00 - 7,90 8,00 - 8,90 9,00 - 10
Predikat kurang baik sangat baik istimewa
(Sumber: Depdiknas, 2008)
38
Berikut ini contoh deskripsi dan penskoran untuk empat tahapan pengerjaan proyek. Tabel 2.2 Tahapan Pengerjaan Tugas Proyek Tahap Perencanaan/ persiapan
Pengumpulan data/informasi
Pengolahan data/Pelaksanaan pekerjaan
Penyajian data/ laporan
Deskripsi Memuat: topik, tujuan, bahan/alat, langkahlangkah kerja, jadwal, waktu, perkiraan data yang akan diperoleh, tempat pelaksanaan proyek, daftar pertanyaan atau format yang digunakan sesuai dengan tujuan. a. Data/informasi tercatat dengan rapi, jelas dan lengkap. b. Ketepatan menggunakan alat/bahan a. Ada pengklasifikasian data, penafsiran data sesuai dengan tujuan pelaksanaan pekerjaan. b. Ada uraian tentang pelaksanaan pekerjaan. Merumuskan topik, merumuskan tujuan, menuliskan alat dan bahan, menguraikan cara kerja (langkahlangkah kegiatan) Penulisan laporan sistematis, menggunakan bahasa yang komunikatif. Penyajian data lengkap, memuat kesimpulan dan saran.
Skor 7,00 - 10
7,00 - 10
7,00 - 10
7,00 - 10
Total Skor (Sumber: Depdiknas, 2008)
Semakin lengkap dan sesuai informasi pada setiap tahap semakin tinggi skor yang diperoleh.
39
2.1.4. Mata Pelajaran Perakitan Komputer 2.1.4.1. Pengertian Perakitan komputer Mata pelajaran Perakitan Komputer merupakan mata pelajaran baru yang di adaptasikan di kurikulum 2013, yang termasuk kedalam mata pelajaran peminatan dasar bidang keahlian. mata pelajaran Perakitan Komputer terkabung dalam mata pelajaran dasar program keahlian SMK. diharapkan dapat membantu peserta didik untuk mengenal, menggunakan dan melakukan perawatan komputer. Peserta didik juga diharapkan dapat menggunakan potensi yang ada untuk mengembangkan kemampuan diri. Penguasaan perakitan komputer diharapkan mampu memberikan motivasi dan kesenangan bagi peserta didik untuk belajar dan bekerja secara individu maupun kelompok. Selain itu peserta didik dituntut mampu merakit computer secara baik dan benar dan cara melakukan perawatannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perakitan adalah proses merakit. Sedangkan pengertian komputer adalah alat elektronik otomatis yg dapat menghitung atau mengolah data secara cermat menurut yg diinstruksikan, dan memberikan hasil pengolahan, serta dapat menjalankan sistem multimedia (film, musik, televisi, faksimile, dsb), biasanya terdiri atas unit pemasukan, unit pengeluaran, unit penyimpanan, serta unit pengontrolan beberapa ahli sebagai berikut pada sekolah menengah kejuruan pada jurusan yang berhubungan dengan teknologi komputer (http://kbbi.web.id).
Beberapa
pengertian
komputer
dalam
(http://arunasachikayana.blogspot.com) menurut para ahli sebagai berikut; 1. Menurut
Sanders
(1985), Komputer
adalah
system
elektronik
untuk
memanipulasi data yang cepat dan tepat serta dirancang dan diorganisasikan
40
agar secara otomatis menerima dan menyimpan data input, memprosesnya dan menghasilkan output berdasarkan instruksi-instruksi yang telah tersimpan dalam memori. 2. V.C Hamacher (1982) berpendapat komputer merupakan mesin penghitung elektronik yang dengan cepat dapat menerima informasi input, digital, memprosesnya sesuai dengan program yang tersimpan dimemorinya dan menhasilkan output informasi. 3. Menurut Robert H. Blissmer (1985), komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas seperti menerima input, memproses input, menyimpan perintah-perintah dan menyediakan input dalam bentuk informasi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perakitan komputer merupakan proses merancang, merakit komponen-komponen komputer sesuai prosedur menjadi komputer utuh yang dapat memproses data. Salah satu kompetensi dasar perakitan komputer adalah memasang komponen komputer. Memasang komponen computer adalah suatu interaktif yang dimana siswa memiliki kesempatan untuk berinteraksi secara langsung tentang perangkat-perangkat keras computer dan cara pemasangannya. Memasang komponen computer mempunyai nilai lebih karena dapat memberikan pengalaman kinestik, yaitu pengalaman secara langsung dengan media komponen berbentuk hardware. Pada kurikulum 2013, untuk siswa SMK jurusan Mutimedia kelas X sudah wajib diberikan pelajaran perakitan computer. Isi dari mata pelajaran ini tentang pengenal komponen hardware, cara pemasangan, cara
41
perawatan dan melakukan konfigurasi komponen komputer. Berikut merupakan tabel kompetensi dasar perakitan komputer, sebagai berikut: Tabel 2.3 Kompetensi Dasar Perakitan Komputer
NO.
MATA PELAJARAN
1.
Perakitan Komputer
KI 1 (Sikap Religius)
K2 (Sikap Sosial)
KOMPETENSI DASAR K3 (Keterampilan)
K4 (Pengetahuan)
Menentukan Menjelaskan spesifikasi perangkat keras komponen komputer komputer personal Menjelaskan Membuat peta tata langkah letak komponen langkahlangkah Mengurutkan langkah- instalasi sesuai langkah buku perakitan komputer panduan instalasi Memasang komponen komputer Mengkonfigurasi BIOS sesuai kebutuhan Menguji komputer yang telah dirakit menggunakan BIOS Setup Menyambung beberapa jenis periferal yang berbeda menggunakan software
Sumber: Kompetensi dasar Perakitan Komputer pada lampiran.
2.2. Kerangka Berfikir Dengan melakukan tes praktik dan tugas proyek yang baik dan benar diharapkan dapat mencapai ketuntasan hasil belajar Perakitan Komputer kompetensi dasar memasang komponen komputer pada peserta didik kelas X SMK Negeri 11 Semarang karena melalui tes praktik dan tugas proyek peserta didik dituntut aktif dan kreatif dalam pembelajaran, sehingga peserta didik
42
mampu memahami dan mengikuti tahapan-tahapan proses pembelajaran perakitan komputer. Skema kerangka berfikir ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Pembelajaran
Siswa yang telah dibekali materi Tes Praktik dan Tugas Proyek
Tes Praktik dan Tugas Proyek
Hasil Belajar
Siswa terbantu dengan adanya Tes Praktik dan Tugas Proyek
Kontribusi
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir Dalam Penelitian Kontribusi
2.3. Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah 1.
Ada pengaruh positif tes praktik terhadap hasil belajar siswa di SMK untuk mata pelajaran perakitan komputer.
2.
Ada pengaruh positif tugas proyek terhadap hasil belajar siswa di SMK untuk mata pelajaran perakitan komputer.
3.
Ada pengaruh positif tes praktik dan tugas proyek secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa di SMK untuk mata pelajaran Perakitan Komputer.