Bab 2.docx

  • Uploaded by: Sinta Dewi Fortuna
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,658
  • Pages: 21
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tentang Gizi Pada Ibu Hamil 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrien dalam bentuk variabel tertentu. Konsumsi makanan seseorang berpengaruh terhadap status gizi orang tersebut. Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehata secara normal. Sedangkan status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat – zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat – zat gizi dalam jumlah yang berlebihan sehingga menimbulkannefek toksis atau membahayakan (Istiany dan Rusilanti, 2013). Seorang wanita hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk dirinya dan bayi dikandungannya. Jika seorang ibu hamil mengalami kekurangan asupan gizi , maka akan menyebabkan kelainan pada janin yang di kandungnya. Begitu pula ibu hamil mengalami kelebihan gizi, hal itu juga tidak baik bagi pertumbuhan bayinya (Istiany dan Rusilanti, 2013). Angka kecukupan gizi (AKG) bagi ibu hamil terus bertambah seiring dengan berbagai perubahan yang menyertainya. Ketidakmampuan seorang ibu hamil untuk mencukupi kebutuhan gizinya akan berdampak pada berat bayi akan dilahirkan. Berikut ini mer upakan daftar AKG ibu hamil dan sumber bahan pangannya (Istiany dan Rusilanti, 2013) :

7

8

1. Energi Apabila dilakukan perhitungan, maka kebutuhan energi seluruhnya selama kehamilan berdasarkan penimbunan lemak dan protein pada iu dan janin, kebutuhan metabolismenya adalah 75.000 kkal. Bila dibagi dalam 250 hari kehamilan, maka tambahan kebutuhan energi adalah sekitar 300 kkal/hari, ekuivalen dengan 15 % di atas kebutuhan pada waktu sebelum hamil. Pembentukan jaringan baru dan pertumbuhan janin memerlukan tambahan energi. Kebutuhan energi didapat dari karbohidrat sebanyak 60 – 70 %, lemak 20 – 30 % dan protein 10 20 %. 2. Protein Protein diperlukan ibu hamil untuk pembentukan jaringan – jaringan baru, plasenta, serta mendukung pertumbuhan dan diferensiensi sel. Kekurangan asupan protein selama kehamilan menyebabkan janin gagal untuk mencapai pertumbuhan optimal sesuai dengan fungsi genetiknya. Terjadinya kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) yaitu < 2500 gram, dan risiko kmematian bayi yang tinggi terkait dengan kurangnya asupan energi dan protein. 3. Asam Folat Asam folat termasuk golongan vitamin B9 yang diperlukan untuk sintesis asam nukleat dan asam lemak rantai panjang yang berfungsi untuk perkembangan otak. Folat bersifat larut dalam air. Maka vitamin ini tidak dapat disimpan di dalam tubuh. Oleh karena itu, untuk menghindari risiko bayi lahir cacat akibat kekurangan folat, maka ibu hamil harus mengonsumsinya setiap hari. Asam folat juga mudah larut dan hilang

9

selama proses pemasakan, sehingga sebaiknya bahan pangan sumber folat seperti buah dan sayuran dikonsumsi dalam kondisi segar. Pada ibu yang mengalami kondisi defisiensi asam folat disertai dengan defisiensi vitamin B6, B12, penyakit ginjal, hati. Keadaan ini berpotensi menyebabkan berbagai cacat bawaan seperti kelainan jantung, pembuluh darah, kelaianan saraf, abortus, prematuritas, solusio plasenta, janin mati dalam kandungan (IUFD), preeklampsia maupun eklampsia. 4. Kalsium dan Fosfor Kalsium dan fosfor sangat penting untuk menunjang pertumbuhan kerangka tulang dan struktur gigi. Kekurangan asupan zat gizi ini selama hamil menyebabkan pengambilan simpanan dalam tubuh ibu dan penurunan kesehatan ibu hamil. Kalsium dan fosfor yang dikonsumsi kemudian diambil dari tulang ibu hamil untuk selanjutnya ditansfer ke janin. 5. Besi Kebutuhan besi meningkat seiring dengan meningkatnya volume darah. Besi adalah komponen pembentuk hemoglobin darah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen. Besi juga sangat diperlukan untuk meningkatkan daya tubuh ibu dan kekebalan janin terhadap penyakit infeksi, serta membantu pertumbuhan dan perkembangan otak janin. Plasenta juga membutuhkan zat besi, karena melalui palsenta janin memperoleh oksigen dan at – zat gizi dari makanan yang dikonsumsi ibu. Asupan makanan selama kehamilannya umumnya sulit untuk memenuhi kebutuhan akan besi. Oleh karena itu, besi dianjurkan dikonsumsi dalam

10

bentuk suplemen. Ketika asupan besi kurang, maka kebutuhan untuk janin biasanya diperoleh dari tubuh ibu. Akibatnya simpanan besi dalam tubuh ibu akan dikorbankan. 6. Yodium Yodium sangat penting sebagai bahan baku untuk hormon tiroksin yang berfungsi dalam pertumbuhan dan mendorong perkembangan otak bayi. Pemenuhan kecukupan yodium sangat mudah dilakukan, yaitu hanya dengan membiasakan mengonsumsi garam beryodium. Kekurangan yodium dapat menyebabkan penyakit gondok, anak kretin (cebol), retardasi mental dan IQ yang rendah. 7. Seng Di dalam tubuh janin, seng bersama kalsium dan protein membantu proses pertumbuhan tulang janin. Manfaat lainnya adalah mengatur kadar gula darah, melindungi kekebalan tubuh, memercepat penyembuhan luka, dan memelihara kesehatan mata. 8. Vitamin C Vitamin C bekerja sebagai antioksidan dan membantu enzim melakukan tugas sesuai fungsinya seperti dalam proses metabolisme tubuh. Fungsi lainnya adalah membantu pembentukan jaringan kolagen, mambantu

mtabolisme

protein,

mempercepat

pertumbuhan

luka,

meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi, membantu tubuh menyerap zat besi, dan mencegah kanker.

11

9. Vitamin B12 (Kobalamin) Vitamin ini berperan pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat, memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi serat saraf, membantu metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat. Selain itu, kobalamin juga berperan dalam akitivitas dan metabolisme sel –sel tulang untuk melepaskan folat sehinggga dapat membantu pembentukan sel –sel darah merah. 10. Vitamin B3 Fungsi vitamin B3 adalah sebagai koenzim yang dibentuk oleh niasin, NAD (Nicotinamide Adenine Dinucleatide), dan NADP (Nicotinamide Adenine

Dinucleatide

Phospate).

Niasin

berguna

bagi

aktivitas

metabolisme, terutama metabolisme glukosa, lemak dan alkohol. Selain itu juga niasin dapat memperlancar peredaran darah, meredakan sakit kepala, memperlancar sistem pencernaan serta menjaga kesehatan kulit dan kerja sistem saraf. 11. Vitamin B2 (Riboflavin) Ribofalvin sangat penting untuk pertumbuhan janin. Seperti halnya tiamin, riboflvin berfungsi sebagai koenzim yang membantu untuk menghasilkan energi, memelihara kesehatan mata, bibir, tenggorokan, kulit, rambut dan organ reproduksi. 12. Vitamin B1 (Thiamin) Thiamin merupakan bagian dari TPP (Thiamine Pyrophospate), yaitu coenzim yang dibutuhkan untuk metabolisme energi dan membantu

12

pertumbuhan janin. Kerja sistem saraf, jantung dan otot tergantung pada thiamin. 13. Vitamin A Vitamin A berperan untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat mencegah kematian bayi, fungsi lainnya seperti pemeliharaan sel kornea, epitel penglihatan, membantu pertumbuhan dan reproduksi tulang dan gigi. Vitamin A juga dapat membantu pmbentukan dan pengaturan hormon serta melindungi tubuh dari kanker. 14. Zat Gizi Lain Suplemen untuk ibu hamil diantaranya adalah AA, DHA, FOS (prebiotik) dan zat – zat lainnya. Lemak yang baik bagi pertumbuhan janin adalah jenis LC PUFA (Long Chain Poly Unsaturated Faty Acid) yang terdiri dari asam amino, DHA dan asam lemak tak jenuh yang diperlukan untuk pembentukan otak, hari dan retina. Satu bahan yang bermanfaat bagi ibu hamil yaitu kolin. Kolin berperan untuk perkembangan kemampuan di daerah otak yang bertanggung jawab terhadap memori dan kegiatan belajar. Untuk wanita hamil dianjurkan mengonsumsi 450 mg kolin. Kolin terdapat pada sapi, daging, telur, dan produk susu. 2.1.2 Proporsi Kenaikan Berat Badan Selama Hamil 1. Kenaikan berat badan trimester 1 lebih kurang 1 kg kenaikan berat badan ibi hampir seluruhnya merupakan kenaikan berat badan ibu.

13

2. Kenaikan berat badan trimester II adalah 3 kg atau 0,3 kg. Sebesar 60 % kenaikan berat badan ini dikarenakan pertumbuhan jaringan pada ibu. 3. Kenaikan berat badan trimester III adalah 6 kg atau 0,5 kg/mg. 60 % karena pertumbuhan jaringan ibu. 3 kg timbunan lemak pada ibu (Nugroho dkk, 2014). 2.1.3 Gizi Seimbang Bagi Ibu Hamil 1. Trimester I a. Kualitas diet pada masa ini sangatlah penting b. 2 minggu setelah pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi menempel pada endometrium, kemudian terjadi pembelahan sel dengan cepat, terjadi pembentukan plasenta. c. Masa penyesuaian tubuh ibu d. Pertumbuhan janin masih lambat sehingga kebutuhan nutrisi terutama kalori belum banyak. e. Perubahan fisiologis dengan manifestasi ngidam, mual, muntah, dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan berakib atas asupan nutrisi kurang. 2. Trimester II a. Pada masa ini pertumbuhan janin sangat pesat b. Pada minggu III/IV adalah masa pembentukan organ penting seperti hati, ginjal, otak. c. Dibutuhkan tambahan nutrisi baik dari segi kualitas maupun kuantitas, untuk menghindari defisiensi asupan nutrisi dan cacat bawaan,

14

menyimpan lemak dan nutrisi lainnya, serta persiapan partus dan laktasi. 3. Trimester III a. Sejak minggu VIII hingga menjelang persalinan sel-sel tubuh janin mengalami perbanyakan dan pembesaran. b. Pada masa ini tambahan nutrisi dibutuhkan untuk pertumbuhan janin yang cepat, persiapan persalinan menyusui. Tabel 2.1 Tambahan Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Nutrisi

Kebutuhan Tidak

Tambahan Kebutuhan

Hmil/Hari

Hamil/Hari

Kalori

2000 – 2200 kalori

300 – 500 kalori

Protein

75 gr

8 – 12 gr

Lemak

53 gr

Tetap

Fe

28 gr

2 – 4 gr

ca

500 mg

600 mg

Vit A

3500 IU

500 IU

Vit C

75 gr

30 mg

Asam Folat

180 gr

400 mg

2.1.4 Pola Makan Ibu Hamil Perubahan hormonal selama kehamilan diduga sebagai pemicu terjadinya rasa mual dan muntah pada ibu hamil. Beberapa tips untuk mengurangi gejala mual dan muntah selama hamil yaitu (Istiany dan Rusilanti, 2013) :

15

1.

Hindari makanan porsi besar, makan lebih sering dengan porsi kecil (2 – 3 jam sekali).

2. Makanan tinggi karbohidrat dan protein dapat mengurangi rasa mual, seperti biskuit, roti dan kentang. 3. Hindari makanan yang berbau menyengat. 4. Sesudah makan jangan terburu – buru berbaring, tetapi segera berdiri. 5. Makan crakers 15 menit setelah bangun tidur di pagi hari. 6. Jangan menunda makan. 7. Hindari makanan terlalu berlemak dan berbumbu tajam 8. Hindari kopi dan minuman bersoda 9. Perbanyak minum air putih dan jus 10.Jangan minum di ssat makan, tetapi minum setengah jam sebelum dan setelah makan 11.Konsumsi makanan yang agak dingin karena dapat mengurangi bau yang menyengat 12. Konsumsi makanan bercitra rasa agak asam, aroma jahe dan buah segar 13. Vitamin B6 dapat mengurangi rasa mual pada saat morning sickness, namun konsultasikan terlebih dahulu ke dokter. Beberapa makanan yang perlu dihindari selama kehamilan, antara lain ; 1. Makanan yang miskin zat gizi tetapi kaya kalori seperti gula, lemak, permen, kue – kue bermentega, dan krim kental, makanan ini dapat menyebabkan obesitas dan besifat mengenyangkan. 2. Makanan bergaram tinggi, seperti kornet, ikan asin, dan sayuran kalengan, sebab dapat memicu kenaikan tekanan darah.

16

3. Alkohol, kopi, dan minuman bersoda yang dapat memicu hipertensi 4. Makanan yang tidak diolah dengan sempurna dan mentah, seperti ikan salmon mentah, steak setengah matang, telur mentah atau setengah matang, dan susu segar. 5. Makanan yang mengandung editif sintesis, seperti penyedap rasa, pewarna, pengawet, pemberi rasa, pemanis, dan penambah aroma. 6. Makanan yang terlalu manis. 2.1.5 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil a. Anemia Selama kehamilan, volume sirkulasi darah akan meningkat hingga 30 – 40 persen. Pada wanita hamil terjadi hemodilusi yaitu pertambahan cairan darah yang lebih banyak dari pada sel darah, sehingga kadar hemoglobin (Hb) wanita hamil berkurang. Anemia pada ibu hamil ditandai dengan wajah pucat, mata merah dan telapak tangan yang pucat, lekas lelah, lemah dan lesu. Hal tersebut terjadi karena sel – sel darah merah kekurangan unsur hemoglobin atau kekurangan zat besi. Puncak kondisi anemia kekurangan zat besi sering terjadi pada trimester II dan III. Jika ibu hamil mengalami anemia, risiko persalinan yang normal yang meningkat, demikian pula dengan risiko infeksi ibu dan kecenderungan perdarahan yang akan berdampak pada morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi bagi janin, kondisi kekurangan Fe hingga < 9 g/dl dapat meningkatkan risiko persalinan preterm, intrautrine growthn retardation (IUGR), dan intrauterine fetak Death (IUFD).

17

b. Obesitas (Kelebihan Berat Badan) Apabila kenaikan berat badan ibu lebih dari 1 kg dalam seminggu, apabila jika dengan tungkai dan mata kaki yang membengkak, tekanan darah tinggi, air seni keruh, nyeri kepala, dan penglihatan berkunang – kunang. Obesitas dapat memicu penyakit lainnya seperti hipertensi, jantung, dan diabetes mellitus pada ibu hamil yang dapat mengancam nyawa ibu dan janin jika tidak langsung ditanggulangi. Bagi penderita obesitas, konsumsi gizi harus tetap seimbang, tetapi kadar karbohidrat dan lemak harus dikurangi, serta olahraga ringan sangat diperlukan selama kehamilan. c. Diabetes Mellitus Hormon – hormon yang disintesis oleh plasenta, terutama laktogen, bisa menghalangi fungsi insulin. Hal ini dapat menimbulkan diabetes pada masa kehamilan, yang sering dimulai pada minggu ke – 20 hingga ke – 28 kehamilan. Penyakit ini terutama muncul pada ibu hamil yang kegemukan, dan mereka yang mempunyai sejarah diabetes dalam keluarga (keturunan). Untuk menanggulanginya ibu hamil perlu melakukan pengaturan diet dengan mengurangi makanan dengan karbohidrat sederhana seperti gula pasir dan sirup, serta mengurangi makanan yang berserat seperti sayuran, buah, dan kacang – kacangan, berolahraga atau melakukan latihan fisik ringan lainnya.

18

d. Preeklampsia Preeklamsia merupakan suatu kelainan pada ibu hamil dengan umur kehamilan >24 minggu, yang ditandai dengan hipertensi > 140/90 mmHg, proteinuria >0,3 gr/cc, gejala berat badan lebih, oedem pada kaki, tangan, dan muka (Istiany dan Rusilanti, 2013). 2.1.6 Menu untuk Ibu Hamil 1. Menu untuk Ibu Hamil per Trimester Pada trimester pertama, idealnya ibu hamil bertambah berat badan sebanyak 0,5 kg setiap minggunya, atau 1 – 2 kg selama trimester pertama. Oleh karena ibu hamil memerlukan tambahan energi sebesar 300 kkal/kalori. Sedangkan protein yang dibutuhkan ibu hamil adalah 60 g/hari. Selain pemilihan bahan pangan, ibu hamil pada trimester 1 diperbolehkan untuk mengonsumsi masakan dengan rasa asam dan pedas (tidak berlebihan) serta berkuah untuk mengurangi rasa mual dan menambah selera makan. Bahan makanan yang dapat dikonsumsi untuk mengurangi rasa mual adalah yang banyak mengandung vitamin B1 seperti hasil laut, dan jug yang banyak mengandung asam lemak omega 3 yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada trimester kedua dan ketiga adalah masa perkembangan janin menuju sempurna. Pada trimester kedua biasanya berat badan bertambah 3 – 8 kg dengan kenaikan ideal 0,5 kg setiap minggunya.pada trimester kedua dan ketiga diperlukan tambahan energi sebesar 300 kkal per hari. Pada trimester kedua dan ketiga, tambahan kebutuhan akan zat besi

19

masing – masing sebesar 9 -13 mg perhari. Makanan yang mengandung zat besi yaitu berasal dari nabati seperti beras tumbuk, kacang – kacangan, sayuran hijau, sedangkan yang berasal dari hewani yaitu hati dan daging (Istiany dan Rusilanti, 2013). 2. Menu untuk Ibu Hamil Berdasarkan Status Gizi Selama kehamilan ketentuan untuk penambahan berat badan yaitu 11,5 – 16 kg. Oleh karena ibu hamil dianjurkan mengonsumsi makanan yang tinggi protein. Contoh masakan yang tinggi protein seperti opor ayam, gado –gado, nasi bungkus telur dadar, dan sate salmon goreng. Ibu hamil dengan berat badan kurang, hendaknya meningkatkan asupan makanannya dengan menambah berat badannya 12,5 – 18 kg selama masa kehamilan dengan cara mengonsumsi makanan yang sesuai dengan selera makan, seperti dadar gulung sayuram, daging, ayam panggang santan, gulai otak, dan krimy fruty. Ibu hamil yang gemuk tetap membutuhkan tambahan energi sebanyak 300 kkal/hari. Kebutuhan energi tersebut sebaiknya diperoleh dari protein, bukan dari karbohidrat dan lemak. Peningatan jumlah protein yang dibutuhkan selama kehamilan adalah 17 g perhari. Jumlah ini setara dengan mengonsumsi 100 g (2 potong sedang) daging sapi/ayam atau 150 g (4 potong sedang) tempe. Contoh asupan vitamin ibu hamil yang gemuk adalah sup udang, teri kukus, urap,sayur / pindang, ikan patin, dan kembang tahu (Istiyani dan Rusilanti, 2013).

20

3. Menu Ibu Hamil berdasarkan Jenis Penyakit Ibu hamil dengan anemia dianjurkan untuk mengonsumsi bahan makanan kaya asam folat dan zat besi yang berfungsi dalam pembentukan hemglobin, seperti daging, sayuran hijau, susu. Ibu hamil yang menderita hipertensi hendaknya memperhatikan dan mempertahankan tekanan darahnya tetap normal. Pada ibu hamil dengan hipertensi

dianjurkan

untuk

menghindari

makanan

yang

banyak

mengandung kolesterol dan rendah lemak serta kadar garam tinggi seperti soda kue dan MSG. Hindari pula makanan awetan seperti makanan kalengan, telur asin, ikan asin, sayuran dan buah – buahan yang diawetkan dengan natrium (sodium). Ibu hamil yang terkena penyakit diabetes mellitus sebaiknya menerapkan prinsip diet dalam menyusun menu sebagai berikut : a. Menyusun menu dengan gizi seimbang namun tetap berupaya untuk memulihkan dan mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal. b. Jangan berdiet, namun tetap berusaha untuk mempertahankan berat badan. c. Sebaiknya perbandingan karbohidrat 60 %, protein 20 % dan lemak 20 % dari total kebutuhan energi. d. Pembagian konsumsi lemak < 10 % dari lemak jenuh (seperti mentega, minyak kelapa, dan minyak kacang), 10 % dari lemak tidak jenuh ganda (seperti minyak jagung, kedelai, minyak, dan lemak dari ikan laut)

21

sisanya lemak tidak jenuh tunggal (seperti lemak hewani dalam daging). e. Asupan kolesterol hendaknya dibatasi < 300 mg hari (seperi hati, jeroan, udang, kerang, kuning telur, keju) f. Hindari gula murni, gunakan gula pengganti dalam jumlah terbatas. g. Konsumsi makanan berserat tinggi, terutama serat laut air (serealia, sayuran, dan buah - buahan ). h. Konsumsi vitamin dan mineral yang cukup (Istiany dan Rusilanti, 2013). 2.2 Konsep Tentang Pre-Eklampsia 2.2.1 Pengertian Pre-Eklampsia Preeklamsia merupakan suatu kelainan pada ibu hamil dengan umur kehamilan >24 minggu, yang ditandai dengan hipertensi > 140/90 mmHg, proteinuria >0,3 gr/cc, gejala berat badan lebih, oedem pada kaki, tangan, dan muka (Purwitasari dan Maryanti, 2009). 2.2.2 Etiologi Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu: bertambahnya

frekuensi

pada

primigraviditas,

kehamilan

ganda,

hidramnion, dan molahidatidosa. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma. Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.

22

Adapun teori-teori tersebut antara lain: peran prostasiklin dan tromboksan (Sukarni, Sudarti, 2014). 1. Peran faktor imunologis. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada preeklampsia/ eklampsia. 2. Peran faktor genetic/familial. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia/ eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsia/ eklampsia. Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia/ eklampsia dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsia/ eklampsia dan bukan pada ipar mereka. 3. Faktor predisposisi a. Molahidatidosa b. Diabetes mellitus c. Kehamilan ganda d. Hidrops fetalis e. Obesitas f. Umur yang lebih dari 35 tahun g. Gejala dan tanda preeklampsia berat 2.2.3 Klasifikasi Preeklampsia Menurut macamnya preeklampsia di bagi menjadi 2, yaitu (WHO,2013) : 1. Preeklampsia Ringan, adalah preeklampsia dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, tes celup urine menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24 jam.

23

2. Preeklampsia Berat, adalah preeklampsia dengan tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, tes celup urine menunjukkan proteinuria

≥2+ atau pemeriksaan protein kuantitaif

menunjukkan hasil >5 g/24 jam. 2.2.4 Tanda Dan Gejala Pre-Eklampsia Tanda dan gejala preeklampsia, antara lain tekanan darah sistolik > 140 mmHg, diastolik > 90 mmHg, peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus, trombosit < 100.000/mm3, oliguria < 400 ml/24 jam, proteinuria > 0,3 gr/cc, nyeri epigastrium, odema pulmonum, dan perdarahan retina Edema, yang menyebabkan penambahan berat badan karena pembengkakan pada wajah, tangan dan kaki (Rukiyah, Yulianti, 2014). 2.2.5 faktor – faktor yang Mempengaruhi Pre-Eklampsia faktor – faktor yang mempengaruhi preeklampsia berat antara : 1. Usia kehamilan 2. Paritas 3. Jumlah janin 4. Kunjungan ANC 5. Riwayat preeklampsia (Karima, dkk, 2013) 6. Rendah asupan vitamin C 7. Tingkat pendidikan rendah 8. Hipertensi kronik 10.Riwayat hipertensi keluarga 11.Paritas (Kiondo, dkk 2012)

24

2.2.6 Faktor resiko terjadinya preeklampsia Faktor resiko dari preeklampsia, antara lain : 1. Kehamilan pertama 2. Riwayat keluarga dengan preeklampsia atau eklampsia 3. Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya 4. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun 5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan darah tinggi 6. Kehamilan kembar (Maternity, dkk 2014) 2.2.7 Patofisiologi Pre-Eklampsia – Eklampsia Dasar patofisiologi preekalmpsia adalah vasopasme. Vasopasme mengakibatkan resistensi aliran darah dana menyebabkan hipertensi aterial. Angiotensin II juga akan menyebabkan sel endotel berkontraksi. Semua perubahan ini juga bersamaan dengan hipoksia vaskuler jaringan di sekitarnya diduga dapat menyebabkan perdarahan, nekrosis dan kerusakan end-organ lainnya (Karima, dkk, 2013). 2.2.8 Dampak preeklampsia 1. Pada ibu a. Perdarahan otak b. DIC (disseminated intravascular coagulation) c. Perdarahan dihati d. Kejang e. Kematian

25

2. Pada janin a. Abropsio plasenta b. Kegawatdaruratan janin c. Kematian janin d. Intrauterin growth restriction (IUGR) e. Oligohidramnion f. Kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat Intrauterin growth restriction g. Prematuritas h. Solusio plasenta 2.2.9 Tatalaksana Umum Ibu hamil dengan preeklampsia maka harus segera dirujuk ke rumah sakit . berikut pencegahan dan tatalaksana kejang (WHO, 2013) : 1. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen, dan sirkulasi (cairan intravena). 2. MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang) . 3. Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk segera ke fasilitas kesehatan yang memadai. 4. Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu di ruang ICU (bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator dengan tekanan positif.

26

2.3 Konsep Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Status gizi ibu hamil sangat penting untuk tercapainya kesejahteraan ibu dan janin. Lingkar lengan atas (LILA) merupakan salah satu alat ukur yang digunakan pada ibu hamil maupun wanita usia subur (WUS) untuk menilai status gizi, sehingga dapat diketahui komplikasi selama kehamilan. Pemantauan umur kehamilan, kenaikan berat badan selama kehamilan , resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan dapat dikendalikan sebaik mungkin. Pertambahan berat badan yang berlebihan dalam pada ibu hamil merupakan suatu penyulit yang harus dihindari, karena kadar lemak yang tinggi di dalam tubuh akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi pada kehamilan seperti preeklampsia. Kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan akibat dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran. Asupan makanan yang berlebih akan disimpan tubuh menjadi cadangan lemak (f.E Mardiana, 2016). Menurut Bodnar dkk (2012) menyatakan bahwa peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam rentang normal berhubungan dengan peningkatan risiko preeklampsia. Pengukuran cepat untuk mengetahui kadar lemak bisa diukur pada bagian lingkar lengan atas (LILA) ibu. Selain itu, dalam Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa oleh Depkes disebutkan bahwa dengan IMT dapat diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Menurut Endeshaw dkk (2014) dalam penelitiannya mengenai gizi ibu dan kebiasaan diet pada preeklampsia di Ethiopia menemukan bahwa ibu

27

hamil dengan LILA ≥ 25,6 cm berisiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia dibandingkan ibu hamil dengan LILA < 25,6 cm. Penelitian oleh Anas (2013) di Surakarta, memberikan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara lingkar lengan atas (LILA) pada ibu hamil dengan angka kejadian preeklampsia. Hal ini sejalan dengan penelitian Chairiah (2012) di Kabupaten Langkat, mendapatkan hasil bahwa jumlah asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan natrium, serta ukuran LILA pada ibu hamil berpengaruh terhadap kejadian preeklampsia pada ibu hamil. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa status gizi ibu hamil merupakan faktor risiko terjadinya preeklampsia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di Puskesmas Singgani Kota Palu pada tahun 2018.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Bab I.docx
June 2020 3
Bab 2.docx
June 2020 4
Kata Pengantar.docx
June 2020 1
Diare.pptx
December 2019 59
Siroh Nabi Sulaiman.docx
October 2019 73