BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya), Pengetahuan dapat diperoleh seseorang secara alami atau diintervensi baik langsung maupun tidak langsung. Perkembangan teori pengetahuan telah berlangsung sejak lama. Filsuf pengetahuan yaitu Plato menyatakan pengetahuan sebagai “Kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)” (justified true belief)
(Notoatmodjo,
2010). 2.1.2 Jenis pengetahuan Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan
merupakan bagian
perilaku kesehatan. Jenis pengetahuan diantaranya se bagai berikut : a. Pengetahuan implisit Adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif dan prinsip. Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya yang bahkan tidak disadari. Contohnya : Dirinya mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh rokok, namun dirinya sendiri merokok.
b. Pengetahuan eksplisit Adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan dan disimpan dalam bentuk nyata, bisa dalam bentuk perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Contohnya : Dirinya mengetahui bahaya yang di timbulkan oleh rokok, dan ternayta dia tidak merokok. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu: 1. Faktor Internal a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. b. Media massa / sumber informasi Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. c. Umur Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang alkan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. d. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
e. Pekerjaan Seseorang yang bekerja, pengetahuannya akan lebih luas disbanding dengan seseorang yang tidak bekerja, karena seseorang yang bekerja lebih banyak informasi dan pengalaman.
2.
Faktor Eksternal a. Sosial Budaya dan Ekonomi Kebiasaan atau tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang
akan
bertambah
pengetahuannya
walaupun
tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. b. Lingkungan Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial. Lingkungan sangat berpengaruh dalam proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berda dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi adanya interkasi
timbal balik ataupun tidak
pengetahuan oleh setiap individu.
yang direspon
sebagai
2.1.4 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu : a. Tahu (know) Tahu yaitu hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaanpertanyaan. b. Memahami (comprehension) Memahami adalah suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisa (analisis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan,
kemudian
mencari
hubungan
antara
komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis (synthesis) Sintesis yaitu menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen- komponen pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. 2.1.5 Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan tes atau kuisioner tentang obyek yang akan diukur, menurut (Ari Kunto,2010) yaitu: a. Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh pernyataan. b. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pernyataan. c. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari seluruh pernyataan. 2.2 Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.3 Hubungan Pengetahuan keluarga dalam pencegahan DBD dengan kejadian DBD Pengetahuan tentang DBD menjadi hal yang penting diketahui oleh masyarakat sampai di tingkat keluarga. Rendahnya pengetahuan tentunya sejalan dengan munculnya risiko terkena DBD. Dengan demikian, jika keluarga khususnya memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai DBD, maka dapat terhindar dari risiko terkena DBD. Tingginya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan DBD akan mempengaruhi sikap untuk mengambil keputusan dalam berperilaku. Sikap seseorang dalam upaya mencegah DBD merupakan hal yang sangat penting karena seseorang memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai DBD, maka dia akan memiliki keyakinan dan melakukan upaya tindakan. Demikian sebaliknya, peran tokoh masyarakat yang tinggi tetapi tidak didasari oleh pengetahuan, atau pengetahuan yang tinggi tetapi tidak ada kemauan/peran dari tokoh masyarakat dalam pengendalian demam berdarah
merupakan suatu fenomena yang mungkin saja menjadi salah satu sumber penyebab sulit tertanggulanginya masalah demam berdarah selama ini. Hasil penelitian lain juga menekankan pengalaman yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. kurangnya tingkat pengetahuan responden tentang DBD dapat menyebabkan peningkatan keberadaan jentik Aedes aegypti sehingga terjadi peningkatan angka kesakitan akibat tidak melakukan pencegahan DBD dengan PSN melalui 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) serta kegiatan lainnya yang dapat mencegah nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak (Manalu, H.S.P, 2016: 74).