Bab 2 Landasan Rev.docx

  • Uploaded by: Hafy Ghaisan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 2 Landasan Rev.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,906
  • Pages: 32
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

A. Teknologi dalam Pembelajaran Teknologi dapat berperan banyak dalam proses pembelajaran. Teknologi

bisa

dimanfaatkan

oleh

guru

untuk

mendukung

penyajian

materi pelajaran dalam proses pembelajaran dalam bentuk media atau bentuk lainnya. Demikian juga dari sisi siswa, teknologi

bisa menjadi

sumber belajar di luar proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran

sendiri

merupakan

sebuah

tindakan

yang

dibangun guna memberikan informasi berupa pengetahuan dari pihak satu ke pihak yang lain. Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa

untuk

mempengaruhi

dan

mendukung

terjadinya

proses

belajar

siswa10. Belajar

sendiri

merupakan

proses

perubahan

tingkah

laku

peserta didik, akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor.11

10

Mubiar Agustin, Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran (Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm. 82

11

Iskandarwassid, Dadang, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Rosda, 2009), hlm. 4

22

Pengalaman dan latihan bisa dibangun dengan memanfaatkan teknologi.

Guru

pengalaman

bisa

siswa

memanfaatkan

dengan

teknologi

mengadakan

untuk

latihan-latihan

menciptakan yang

bisa

ditunjang oleh teknologi. Dalam keadaan tertentu tugas pengajaran guru bisa dipasrahkan pada

teknologi

dan

media.

Namun

bukan

berarti

bahwa

teknologi

pengajaran bisa atau sebaiknya menggantikan guru, tetapi lebih kepada teknologi dan media bisa membantu para guru menjadi pengelola kreatif dari pengalaman belajar, ketimbang sekedar sebagai pembagi informasi.12

B. Teknologi dan Pendidikan Akhlak dalam Agama Islam Pendidikan

Agama

Islam

merupakan

pengetahuan

yang

merujuk pada kitab suci Al Qur’an dan hadist Nabi. Rujukan ini bersifat mutlak, karena Al Qur’an diturunkan oleh Allah SWT, Dzat Yang Maha Tinggi,

Yang

Maha

Mengetahui,

melalui

rasul-Nya

yaitu

Nabi

Muhammad saw untuk disampaikan kepada umat sebagai pedoman serta sumber hukum dalam kehidupan. Dalam

Al

Qur’an,

pengetahuan

tentang

islam

tidak

hanya

bersifat materi berupa fisik, tetapi juga immateri yang meliputi akal, jiwa, spiritual,

hati,

memasukkan

12

rasa ruh

dan

lainnya.

pengetahuan

Pendidikan

tentang

agama

keislaman

Islam

untuk

bertujuan mendorong,

Sharon, Deborah &James, Instructional Technology & Media for Learning , edisi kesembilan (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 14

23

mengembangkan

pribadi

atau

individu

melaksanakan

nilai-nilai

yang

terkandung dalam Al Qur’an dan hadits dalam kehidupannya. Sehingga dengan pengamalan Al Qur’an dan hadits secara menyeluruh diharapkan dapat menjalani kehidupan secara terarah, teratur dan terhindar dari jalan yang sesat, serta memperoleh solusi segala permasalahan kehidupan. Pendidikan agama islam sangat penting ditanamkan sejak dini khususnya

kepada

anak-anak

sebagai

dasar

pendidikan

akhlak.

Syihabuddin (2011) mengatakan, hilangnya akhlak mulia dan karakter merupakan dosa yang mematikan. Meskipun sudah kehilangan banyak hal, namun Anda tidak boleh kehilangan budaya, moral dan etika. Jika ini terjadi

berarti

Anda

telah

kehilangan

segala-galanya.

Ungkapan

bijak

mengatakan: You lose your wealth, you lose nothing You lose your health, you lose something You lose your character, you lose everything Jika Anda kehilangan kekayaan, Anda tidak kehilangan apa-apa Jika Anda kehilangan kesehatan, Anda kehilangan sesuatu Jika Anda kehilangan karakter, Anda kehilangan segalanya13 Teknologi Teknologi

menurut

mewujudkan

berkembang Vaza

sesuatu

(2007)

secara

sangat

pesat

adalah

sebuah

rasional.

dalam proses

Teknologi

kehidupan. dalam

upaya

merupakan

ilmu

pengetahuan yang ditransformasikan ke dalam produk, proses, jasa, dan

13

Syihabuddin, Pendidikan dan Bahasa dalam Perspektif Islam (Bandung: Rizqi Press, 2011), hlm. 44

24

struktur organisasi. Jadi teknologi adalah cara dimana kita menggunakan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah praktis.14 Dilihat terciptanya

dari

sebuah

menjadikannya

definisi teknologi.

bagaikan

membawa

dampak

membawa

pengaruh

di

Namun

sebuah

positif

menjelaskan

pisau.

manfaat,

bagi

kebermanfaatan

keberadaan

mata

berupa

negatif

atas,

teknologi

Teknologi tetapi

penggunanya.

juga

juga

tidak

hanya

begitu

Kenyataannya

kuat terlihat

banyak sekali tindakan negatif yang dilakukan baik oleh orang dewasa maupun anak-anak yang terjadi karena pengaruh dari teknologi.

Hal

tersebut terjadi karena kesalahan pemahaman dalam menggunakan dan memanfaatan

serta

dasar

pendidikan

yang

ditanamkan

dalam

jiwa

pengguna teknologi tersebut. Penguatan

pemahaman

pendidikan

berupa

agama

terutama

dalam hal akhlak yang ditanamkan sejak dini diharapkan mampu menjadi filter atau penyaring terhadap derasnya informasi yang masuk melalui teknologi,

dan

terkontaminasi

menjadi virus-virus

rem

bagi

negatif

diri

agar

teknologi

dalam

yang

bisa

bertindak

tidak

mempengaruhi

jiwanya. 1. Indikator Keberhasilan Pendidikan Akhlak dalam Agama Islam

14

Rusman, dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Depok: Rajawali Press, 2012), hlm. 79

25

“Setiap perkara memiliki tanda yang menunjukkan pada keberadaan perkara itu; tanda yang berfungsi untuk mengetahui perkara tersebut”.15 Pendidikan agama islam yang dilakukan di sekolahpun memiliki tanda yang menunjukkan seberapa besar keberhasilannya dalam membentuk akhlak, karakter siswa serta pengetahuan tentang agamanya. Pendidikan islam seperti telah disebutkan di atas yaitu bertujuan memasukkan

ruh

pengetahuan

tentang

keislaman

untuk

mendorong,

mengembangkan pribadi atau individu melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur’an dan hadits dalam kehidupannya, memiliki tanda-tanda sebagai indikator keberhasilan dari proses pendidikan. Secara umum tanda tersebut adalah adanya perubahan akhlak, karakter serta pengetahuan yang berhubungan dengan agama islam. Mengapa akhlak? Karena akhlak merupakan ajaran inti dari Al Qur’an dan hadist. Rasulullah saw sebagai uswatun hasanah, diutus oleh Allah SWT, untuk menyempurnakan akhlak agar kemuliaan dicapai umatnya. Rasulullah saw dijadikan contoh akhlak karena Allah telah memberikan kesaksian, bahwa Beliau adalah manusia yang berbudi pekerti (akhlak) yang agung,

sebagaimana di

sebutkan firman-Nya:

‫ق َع ِظ ٍيم‬ ٍ ُ‫َوإِنَّ َك لَعَلَ ٰى ُخل‬ Artinya: Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. Al-Qolam: 4)

15

Syihabuddin, Pendidikan dan Bahasa dalam Perspektif Islam (Bandung: Rizqi Press, 2011), hlm. 15

26

Perwujudan akhlak pada siswa dapat dinilai dari perilaku siswa baik di dalam maupun di luar kelas. Perilaku siswa yang menyangkut pengamalan agamanya seperti kedisiplinan, kebersihan, tanggung jawab, sopan santun, hubungan sosial, kejujuran, pelaksanaan ibadah ritual dan sebagainya. Hal lainnya adalah partisipasi mereka dalam penegakan aturan-aturan sosial dan perilakunya dalam menghargai kebergaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global.16 Selain akhlak, penguasaan terhadap pengetahuan tentang agama islam pada siswa juga bisa menjadi indikator keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang cara melakukan ibadah ritual, baca tulis Al Qur’an, hafalan ayat-ayat Al Qur’an dan sebagainya. 2. Teknologi sebagai Bagian Strategi Pembelajaran Pendidikan Akhlak Dalam sebuah pembelajaran, strategi perlu digunakan demi tercapainya tujuan pembelajaran sendiri. Strategi menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif dan efisien. Pendapat senada juga disampaikan oleh Dick and Carey (1985), bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa.17 Maka dalam pemilihan strategi

16

Ibid, hlm. 62

17

Rusman, dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Depok: Rajawali Press, 2012), hlm. 132

27

pembelajaran harus memuat dua hal penting yaitu pemilihan strategi belajar yang harus dilakukan peserta didik dan pemilihan strategi yang harus dilakukan oleh pengajar. Banyak tujuan yang ingin dicapai dalam penggunaan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran berupaya untuk melibatkan secara aktif para pembelajar atau siswa dalam kegiatan belajar mengajar tertentu. Beberapa contoh strategi yang bisa menjadi pilihan untuk membantu pembelajar meraih tujuan mereka atau menginternalisasi konten diantaranya adalah; presentasi, demonstrasi, belajar kooperatif, permainan, simulasi, penyelesaian masalah, diskusi, latihan dan praktik, penemuan dan tutorial.18 Strategi, upaya dan perencanaan yang telah disusun, memerlukan metode untuk merealisasikannya, sehingga tujuan yang dimaksud bisa tercapai. Dengan demikian bisa terjadi satu strategi pembelajaran menggunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran.19 Teknologi dan media selalu menjadi bagian integral dari banyak strategi. Teknologi dan media yang ada sekarang ini dapat digunakan untuk menerapkan strategi dalam menyampaikan materi pelajaran apapun termasuk pendidikan akhlak dalam agama Islam. Dalam penelitian ini, penulis ingin

18

Sharon, Deborah &James, Instructional Technology & Media for Learning , edisi kesembilan (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 23 19 Opcit. Rusman, dkk:25

28

mencoba menggunakan media pembelajaran sebagai metode yang digunakan dalam strategi pembelajaran pendidikan akhlak dalam agama Islam.

C. Media Pembelajaran Salah satu dari sekian banyak metode yang digunakan dalam strategi pembelajaran yang dipilih oleh pendidik dalam penyampaian materinya adalah penggunaan media pembelajaran. Dewasa ini media pembelajaran merupakan sarana yang cukup efektif dalam proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Peran media pembelajaran sangat membantu para pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran. 1.

Pengertian Media Pembelajaran Pendidikan dalam prosesnya, terjadi komunikasi antara dua pihak yaitu

pengajar dan pembelajar atau siswa. Pengajar atau guru mentransfer informasi, pengetahuan, ilmu, pikiran dengan maksud agar siswa mengetahui serta memahami informasi yang disampaikan. Maka dalam pelaksanaan terjadi interaksi pendidikan antara guru dan siswa. Peristiwa atau proses interaksi antara guru dan siswa ini adalah suatu proses teknis. Di dalam proses teknis inilah secara spesifik disebut proses pembelajaran. Pembelajaran memiliki arti yang lebih luas daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang) formal, pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran yang ditekankan adalah proses

29

belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran.20 Walaupun dalam pembelajaran tidak mengharuskan guru untuk secara fisik hadir di dalam proses belajar mengajar, akan tetapi peran guru tetap dibutuhkan untuk membuat rencana, menciptakan sumber-sumber belajar lainnya agar lingkungan belajar tetap kondusif. Sumber-sumber belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan/atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik yang biasa dikenal dengan nama “media pembelajaran”.21 Sedangkan menurut Rossi dan Breidle (1996), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan.22 Alat apapun yang memuat pesan-pesan pendidikan, termasuk ke dalam media pendidikan atau media pembelajaran. Lebih dalam lagi media pembelajaran tidak hanya berupa alat yang memberikan informasi pendidikan, karena pada prinsipnya media pendidikan/pembelajaran memiliki tujuan yang lebih penting yaitu mengubah perilaku penerima informasi pendidikan (siswa). Melihat tidak hanya sekedar alat dan bahan yang memuat pesan pendidikan,

Gerlach

(1980)

menyatakan

bahwa

secara

umum

media

(pembelajaran) itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Pendapat yang sama juga disampaikan Gagne (1970) yang 20

Munadi, Yudhi, MediaPembelajaran (Jakarta: GP Press, 2010), hlm. 4

21

Ibid, hlm. 5

22

Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,2012), hlm.58

30

menyatakan bahwa media pembelajaran adalah pelbagai komponen yang ada dalam lingkungan siswa yang merangsangnya untuk belajar.23

2. Fungsi Media Pembelajaran Pada dasarnya, fungsi utama dari media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Media dalam arti yang terbatas (mikro), yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Disini media mempunyai fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajarnya.24 Menurut Munadi analisis fungsi media pembelajaran terdapat lima (5) fungsi, yaitu: (1) media pembelajaran sebagai sumber belajar; (2) fungsi semantik; (3) fungsi manipulatif; (4) fungsi psikologis, dan (5) fungsi sosio-kultural.25 Sumber belajar pada hakekatnya merupakan komponen sistem yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.26 Media pembelajaran sebagai sumber belajar berfungsi sebagai alat, atau sarana yang (memungkinkan) memudahkan terjadinya proses belajar. Dengan media tersebut materi-materi pembelajaran terangkum, tersusun menjadi sumber ilmu pengetahuan yang diperlukan mewakili bahasa guru dalam proses belajar siswa. 23

Ibid, hlm. 60

24

Rusman, dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Depok: Rajawali Press, 2012), hlm. 65

25

Munadi, Yudhi, MediaPembelajaran (Jakarta: GP Press, 2010), hlm. 36

26

Mudhoffir, Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1996), hlm.1-2

31

Semantik berkaitan dengan ”meaning” atau arti dari suatu kata, istilah atau simbol. Seperti ketika belajar bahasa asing tentunya kita mempelajari katakata atau istilah baru, maka diperlukan kamus, glossari atau narasumber.27 Media pembelajaran dalam fungsi semantik menurut Munadi yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (symbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik. Media pembelajaran dapat memberikan gambaran nyata dari kata verbal. Dengan media pembelajaran seorang guru dapat memberikan gambaran nyata dari makna setiap kata yang dia ucapkan. Kata-kata verbal yang merujuk pada benda dapat digambarkan dengan mudah sesuai benda pada kata yang dimaksud. Apabila sebuah kata merujuk pada peristiwa, sifat, tindakan , konsep dan lain-lain, seorang guru yang kreatif bisa menjelaskan melalui bahasa dramatis, cerita bergambar, simulasi, film dan lainlain. Fungsi manipulatif adalah kemampuan media dalam menampilkan kembali suatu benda/ peristiwa dengan berbagai cara sesuai kondisi, situasi, tujuan dan sasarannya.28 Sedangkan

fungsi manipulatif media pembelajaran

menurut Munadi memiliki dua kemampuan, yaitu (1) mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan (2) mengatasi keterbatasan indrawi. Media mampu mengatasi ruang dan waktu dengan menghadirkan obyek atau peristiwa yang sulit dihadirkan, juga peristiwa masa lampau. Sebagai contoh peristiwa bencana, perkembangbiakan hewan, sejarah pada masa lampau dan lain-lain. Selain itu 27

Asyhar, Rayandra, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2011), hlm. 30

28

ibid, hlm. 32

32

media juga mampu menjadikan obyek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat, misalnya proses metamorphosis, proses ibadah haji dan sebagainya. Media pembelajaran pada fungsi psikologis menurut Munadi, yang pertama adalah dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi belajar. Yang kedua dapat menggugah perasaan, emosi dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu (afektif). Ketiga siswa akan memperoleh dan menggunakan representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa (kognitif). Misalnya seorang siswa belajar melalui peristiwa - seperti darma wisata -, maka ia mampu menceritakan pengalamannya tersebut. Yang keempat dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa (imajinatif). Yang kelima dapat mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai (motivasi). Media pembelajaran juga berfungsi mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran (fungsi sosio-kultural). Guru dan peserta didik terkadang memiliki perbedaan kultur, budaya, adat, keyakinan dan lain-lain. Dari sekian banyaknya siswa juga memiliki karakteristik dan pengalaman yang berbeda-beda. Disini media memiliki peran mengatasi perbedaan yang ada, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama kepada para siswa.

33

Sedangkan Asyhar menambahkan selain fungsi-fungsi diatas (atensi, afektif, kognitif, imajinatif, motivasi) fungsi lain yang juga merupakan bagian dari fungsi psikologis adalah fungsi psikomotorik, yang berhubungan dengan ketrampilan yang bersifat fisik atau tampilan pada seseorang, sehingga para guru bisa memanfaatkan media sesuai dengan ketrampilan sesuai dengan yang diharapkan pada para siswa. Masih menurut Asyhar, terdapat fungsi fiksatif pada media, yaitu fungsi yang berkenaan dengan kemampuan suatu media untuk menangkap, menyimpan, menampilkan kembali suatu objek atau kejadian yang sudah terjadi. Artinya fungsi fiksatif ini terkait dengan kemampuan merekam (record) media pada suatu peristiwa atau objek dan menyimpannya dalam waktu yang tak terbatas sehingga sewaktu-waktu dapat diputar kembali ketika diperlukan.29

D. Media Pembelajaran berbasis TIK Kehadiran produk-produk teknologi seperti teknologi informasi dan komunikasi, memiliki dampak yang cukup besar bagi dunia pendidikan. Pada masa sebelum digunakannya TIK sebagai media pembelajaran, proses pembelajaran

sangatlah

membutuhkan

kehadiran

seorang

guru

dalam

menyampaikan materi pelajaran. Tanpa adanya guru, proses belajar tidak akan berjalan dengan semestinya. Maka kehadiran guru sangatlah menentukan terjadinya proses pembelajaran di dalam kelas. Setelah kehadiran teknologi, kehadiran guru dalam proses pembelajaran tidaklah menjadi hal yang signifikan. 29

ibid

34

Selain itu, pada kegiatan komunikasi dalam penyampaian materi-materi yang sulit disampaikan dengan mengandalkan metode ceramah, sekarang telah teratasi dengan teknologi mutakhir berbasis komputer. Teknologi informasi dan komunikasi dalam beberapa tahun terakhir memiliki kontribusi besar bagi para pengajar dalam penyediaan media pembelajaran. Bagi siswa juga dimudahkan dalam mencari sumber-sumber belajar yang sesuai dengan topik dan materi yang sedang dipelajari di sekolah. Dewasa ini sumber belajar dan media pembelajaran tidak hanya dicari secara manual melalui buku-buku di perpustakaan atau guru dan sedikit menyita waktu, tetapi bisa lebih cepat lagi dengan menggunakan teknologi digital yang bebasis komputer.

1.

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu dari produk-

produk teknologi yang memiliki manfaat yang tidak sedikit dalam dunia pendidikan.

Sistem ini memberikan jangkauan yang lebih luas dalam

menyebarkan informasi-informasi ke seluruh dunia. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam susunan katanya terdapat

tiga susunan kata yang

membentuknya, yaitu teknologi, informasi dan komunikasi. Kata teknologi, informasi dan komunikasi selalu memiliki beberapa penafsiran. Teknologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia selain diartikan sebagai ilmu pengetahuan terapan, juga didefinisikan sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan 35

kenyamanan hidup manusia. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terdiri dari beberapa elemen yang saling terkait, seperti elektronika, informatika, komunikasi dan teknik komputerisasi. Kata teknologi secara harfiah berasal dari bahasa latin textere, yang berarti menyusun atau membangun, sehingga istilah teknologi seharusnya tidak terbatas pada mesin, meskipun dalam arti sempit hal tersebut sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.30 Sedangkan Teknologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Istilah teknologi sering menggambarkan penemuan alat-alat baru yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik. Kata informasi menurut KBBI adalah pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu. Dalam definisi yang lain berarti hasil pemrosesan, pengorganisasian

sekelompok

data

yang

memberi

nilai

pengetahuan

(knowledge) bagi penggunanya. Menurut Rusman dkk (2011), informasi adalah fakta atau apapun yang dapat dipergunakan sebagai input dalam menghasilkan informasi. Sedangkan data merupakan bahan mentah dan input yang setelah diolah berubah bentuknya menjadi output yang disebut informasi. Ciri-ciri informasi yang berkualitas menurut Mc. Leod (1997) ada empat yaitu; (1) akurat, (2) tepat waktu, (3) relevan dan (4) lengkap.31

30

Rusman, dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Depok: Rajawali Press, 2012), hlm. 78

31

Ibid, hlm. 79

36

Kata

komunikasi

menurut

KBBI

adalah

pengiriman

dan

penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Komunikasi menurut Rusman adalah

suatu proses penyampaian informasi (pesan atau berita, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara keduanya. Proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen penting. Tiga komponen tersebut menurut Sanjaya (2012) adalah (1) sumber pesan yaitu orang yang menyampaikan atau mengomunikasikan sesuatu, (2) pesan itu sendiri, atau segala sesuatu yang ingin disampaikan, (3) penerima pesan yaitu orang yang akan menerima pesan. Dari ketiga definisi kata di atas, TIK dalam istilah umum adalah teknologi yang membantu hidup manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan,

mengomunikasikan

pihak

ke

satu

pihak

lain

dan/atau sehingga

menyebarkan terjadi

informasi

hubungan

yang

dari saling

mempengaruhi. William dan Sawyer (2003) yang dikutip Abdul Kadir dan Terra CH Triwahyuni

(2003:2)

dalam

bukunya

Pengenalan

Teknologi

Informasi

mengemukakan “teknologi informasi adalah teknologi komunikasi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video”.32

2. 32

Klasifikasi Media Pembelajaran berbasis TIK

Rusman, dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Depok: Rajawali Press, 2012), hlm. 74

37

Metode

atau

model

pembelajaran

menggunakan

teknologi

informasi dan komunikasi ini berbasis komputer. Dalam pelaksanaannya, seorang

guru

memerlukan

teknologi

yang

berhubungan

dengan

komputerisasi, misalnya sebuah unit komputer, laptop atau sejenisnya untuk menyampaikan materi pelajaran, serta penggunaan software khusus dalam pembuatan materi (media pembelajaran) tersebut. Setiap jenis media memiliki karakteristik dan fungsi masingmasing.

Untuk

menunjukkan

dengan

manfaat

maka

pengklasifikasian

pengelompokkan

sebagai

media

jenis

media

media

tertentu

pembelajaran

media

perlu

tersebut

untuk

yang

dengan

berhubungan

tujuan

tertentu,

dilakukan.

Klasifikasi

memudahkan

pemilihan

atau media

yang cocok dalam menyampaikan materi pelajaran. Dari pengelompokkan media yang disusun para ahli ada lima kategori media pembelajaran menurut Setyosari dan Sihkabuddin (2005), yakni:

(1)

pengalaman,

berdasarkan (3)

ciri

fisik,

berdasarkan

(2)

berdasarkan

persepsi

indera,

jenis (4)

dan

tingkat

berdasarkan

penggunaanya, (5) berdasarkan hirarki pemanfaatannya. Gerlach dan Ely (1996) mengelompokkan media berdasarkan ciri fisik ke dalam delapan tipe, yaitu: 1) Real object and model, yaitu media dari benda dan model sebenarnya. Media ini bisa berupa orang, kejadian, objek atau benda tertentu

38

bahkan semua yang ada di alam yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran. 2) Printed verbal, berupa media presentasi verbal tercetak merupakan kata-kata

yang

diproyeksikan

melalui

film

bingkai

(slide),

transparansi, cetakan di papan tulis, majalah dn papan tempel. 3) Printed visuals, adalah media visual cetak seperti bahan presentasi grafis, bagan, peta, grafik, diagram, lukisan, kartun dan karikatur. 4) Still picture, yaitu potret yang diambil dari berbagai macam objek atau peristiwa yang mungkin dapat dipresentasikan melalui buku, film rangkai (trips film), film bingkai (slide) atau majalah/surat kabar. 5) Motion picture, yaitu film atau video tape dari pemotretan/perekaman benda

atau

kejadian

sebenarnya,

maupun

film

dari

pemotongan

gambar-gambar. 6) Audio recorder, yaitu rekaman suara saja yang menggunakan bahasa verbal maupun efek suara musik (sound effect). 7) Programmed

instruction,

terkenal

pula

dengan

istilah

pengajaran

terprogram, yaitu sekuen dari informasi baik verbal, visual atau audio yang

sengaja

dirancang

untuk

merangsang

adanya

respon

dari

pembelajar. 8) Simulation, dirancang

adalah untuk

peniruan

situasi

atau

mendekati/menyerupai

sebenarnya. 39

proses

kejadian

yang atau

sengaja keadaan

Selanjutnya pengalaman

dari

kategori peserta

media

didik,

pembelajaran

Thomas

dan

berdasarkan

Sutjiono

(2005)

mengklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu pengalaman langsung, pengalaman tiruan dan pengalaman verbal (kata-kata).33 Dari ketiga cara tersebut, yaitu

disimpulkan

berupa

bahwa

pengalaman

pengalaman

langsung

dari

belajar

dengan

suatu

peristiwa

media

nyata

(first

hand

experience) maupun mengamati objek sebenarnya di lokasi, adalah cara paling

tepat

digunakan

oleh

guru,

dibandingkan

pengalaman

melalui

informasi verbal yang berupa kata-kata lisan yang diucapkan oleh guru atau

rekaman

dibandingkan

kata-kata pengalaman

dari melalui

media

perekam,

media

tiruan

juga

lebih

tepat

model

suatu

objek

(prototype), simulasi proses atau tiruan situasi melalui dramatisasi, dan berbagai rekaman objek. Sedangkan

klasifikasi

media

pembelajaran

berdasarkan

persepsi indera, lebih disebabkan pada pemahaman bahwa pancaindera merupakan gerbang ilmu pengetahuan (five sense are the golden gate of knowledge) (Aminuddin Rasyad,2003,h.116).34 Pada

klasifikasi

berdasarkan

pancaindera

media

pembelajaran

dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:

33

Asyhar, Rayandra, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2011), hlm. 50

34

Munadi, Yudhi, MediaPembelajaran (Jakarta: GP Press, 2010), hlm. 54

40

a) Media

audio,

pendengaran

adalah

dan

media

hanya

yang

mampu

hanya

melibatkan

memanipulasi

kemampuan

indera suara

semata. b) Media

visual,

adalah

media

yang

hanya

melibatkan

indera

penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak verbal, media cetak grafis, dan media visual non cetak. c) Media

audio

pendengaran

visual,

dan

adalah

penglihatan

media

yang

sekaligus

dalam

melibatkan satu

proses.

indera Pesan

visual yang terdengar dan terlihat disajikan melalui program audio visual seperti film dokumenter, film drama dan lain-lain. d) Multimedia,

yakni

media

yang

melibatkan

berbagai

indera

dalam

penglihatan

dan

sebuah proses pembelajaran.35 Dari pendengaran

keseluruhan memiliki

pancaindera,

intensitas

lebih

indra banyak

dalam

memperoleh

pengetahuan dan pengalaman. Namun menurut Dale (1969), presentase pemerolehan sangatlah

hasil

belajar

menonjol

melalui

perbedaannya.

indera

pandang

Kurang

lebih

dan

90%

pendengaran hasil

belajar

seseorang diperoleh melalui indera pandang, sedangkan 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dari indera lainnya.36 Penggolongan dibagi

menjadi

dua

media

pembelajaran

kelompok,

yaitu

berdasarkan

media

yang

penggunanya dikelompokkan

35

ibid, hlm. 55-57

36

Rusman, dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Depok: Rajawali Press, 2012), hlm.173

41

berdasarkan

jumlah

(Midun,2009). digunakan

penggunanya

Berdasarkan

secara

individu

dan

jumlah

berdasarkan

penggunanya,

(kelas,

laboratorium

cara

penggunaannya

media dan

pembelajaran

lain-lain),

secara

berkelompok/kelas (misalnya film, slide dan media proyeksi lain), serta secara massal misalnya televise, radio, film, slide dan lain-lain. Sedangkan

berdasarkan

cara

penggunaannya

media

pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu (1) media tradisional atau konvensional (sederhana misalnya peta, ritatoon (symbol-simbol grafis), rotation (gambar berseri), dan lain-lain). Dalam penggunaan media ini guru secara individual memegang peranan penting. (2) media modern atau kompleks,

seperti

komputer

diintegrasikan

dengan

media-media

pembelajaran

berdasarkan

elektronik lain.37 Selanjutnya hirarki Duncan

pengelompokkan

pemanfaatannya. menyusun

Dalam

menurut

media

menyusun

tingkat

hirarki

kerumitan

pemanfaatan

perangkat

media

media, yang

dipergunakan. Dia menjajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan lingkup

sasarannya

di

satu

pihak

dan

kemudahan

pengadaan

serta

penggunaan, keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya di lain pihak dengan kerumitan biaya dalam satu hirarki.38 Dengan bahasa lain, biaya berbanding lurus dengan tingkat kerumitan perangkat media. 3.

Pemilihan Media untuk Pembelajaran

37

Asyhar, Rayandra, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2011), hlm. 50-52

38

Munadi, Yudhi, MediaPembelajaran (Jakarta: GP Press, 2010), hlm. 52

42

Seperti dikatakan Iskandarwassid (2009) bahwa pemilihan strategi pembelajaran memuat dua hal penting yaitu pemilihan strategi belajar yang harus dilakukan peserta didik dan pemilihan strategi yang harus dilakukan oleh pengajar,39 maka dalam pemilihan media pembelajaran sebagai metode pada penetapan strategi pembelajaran, juga memuat beberapa hal yang harus diperhatikan. Dasar teori dan penelitian mengenai pengajaran menunjukkan bahwa guru bertindak sebagai pemandu untuk meningkatkan pembelajaran siswa (Marzano, Pickering & Pollock, 2001).40 Guru sebagai individu yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam keberhasilan pengajaran, ketika memutuskan strategi pembelajaran dengan metode menggunakan media, harus juga selektif di dalam memilih media yang digunakannya. Keputusan perlu dibuat dalam rangka memilih media apa yang akan digunakan dalam menyampaikan materi ajar. Seorang guru dalam memilih media pembelajaran sebaiknya tidak hanya berdasarkan kesenangan dan kemenarikan dari sisi guru saja. Akan tetapi semestinya, pemilihan media didasarkan pada hasil analisis yang tajam terhadap berbagai faktor, seperti tujuan, peserta didik, metode pembelajaran dan kemampuan teknologi yang tersedia. (Ozogul,2009).41 Pertama

sebagai

prosedur

sederhana

dalam

memilih

media

pembelajaran yaitu memperhatikan aspek karakteristik siswa. “Karakteristik siswa

39

Iskandarwassid, Dadang, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Rosda, 2009), hlm. 168

40

Sharon, Deborah &James, Instructional Technology & Media for Learning , edisi kesembilan (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 30 41 Asyhar, Rayandra, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2011), hlm. 80

43

adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya”.42 Dalam identifikasi karakteristik siswa, setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu; (1) karakteristik yang bersifat umum, seperti peserta didik kelas berapa, apa jenis kelaminnya, latar belakang budayanya apa, kebiasaan dan sebagainya, (2) karakteristik yang bersifat khusus, seperti; pengetahuan ketrampilan dan sikap awal yang dimiliki peserta didik.43 Dari pemahaman tentang karakteristik siswa tersebut, maka guru akan mendapatkan gambaran format media seperti apa yang tepat digunakan. Misalnya, seorang siswa sekolah dasar yang masih suka dengan permainan, maka media yang diperlukan adalah yang berhubungan dengan permainan, sedangkan apabila siswa menyukai tentang cerita, guru bisa memilih film yang cocok sebagai media yang digunakan. Tujuan dari pemilihan media adalah agar media yang digunakan tepat sasaran dan sesuai dengan keperluan sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang baik antara guru dan siswa, yang dengannya tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan menarik serta menimbulkan motivasi belajar siswa. Pendapat Allen yang dikutip oleh Munadi dalam bukunya Media Pembelajaran (2010:189), mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 3. 42

Munadi, Yudhi, MediaPembelajaran (Jakarta: GP Press, 2010), hlm. 187

43

Asyhar, Rayandra, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2011), hlm. 86

44

Hubungan Antara Media dengan Tujuan Pembelajaran Jenis Media

1

2

3

4

5

6

Gambar Diam

Sedang

Tinggi

Sedang

Sedang

Rendah

Rendah

Gambar Hidup

Sedang

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Sedang

Sedang

Televisi

Sedang

Sedang

Tinggi

Sedang

Rendah

Sedang

Obyek Tiga Dimensi

Rendah

Tinggi

Rendah

Rendah

Rendah

Rendah

Rekaman Audio

Sedang

Rendah

Rendah

Sedang

Rendah

Sedang

Programmed Instruction

Sedang

Sedang

Sedang

Tinggi

Rendah

Sedang

Demonstrasi

Rendah

Sedang

Rendah

Tinggi

Sedang

Sedang

Buku Teks Tercetak

Sedang

Rendah

Sedang

Sedang

Rendah

Sedang

Keterangan: 1 = Belajar informasi faktual 2 = Belajar pengenalan visual 3 = Belajar prinsip, konsep, dan aturan

4 = Prosedur belajar 5 = Penyampaian ketrampilan persepsi motorik 6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

Dalam tabel tersebut terlihat bahwa dengan gambar hidup siswa dalam belajar mengenal visual, belajar prinsip, konsep dan aturan serta bagaimana prosedur dalam belajar mendapatkan tingkat pemahaman yang tinggi. Sehingga media pembelajaran dengan memanfaatkan media gambar hidup (menurut tabel di atas) memiliki tingkat efektif lebih tinggi dari jenis yang lain, dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Tetapi hal ini juga tergantung dengan kesesuaian media dengan masalah atau materi yang akan disampaikan oleh guru. Untuk penggunaan media dengan tujuan psikomotorik yang berkaitan dengan ketrampilan “melakukan” atau “berbuat”, media gambar hidup berupa audio-visual memang lebih tepat. Tetapi untuk materi yang bersifat hafalan atau menulis karangan, media audio atau media cetak sepertinya lebih cocok digunakan. Pendidikan agama Islam yang banyak mengajarkan pendidikan tentang akhlak, tergambar bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah pengembangan akhlak 45

siswa dalam interaksi sosial beragama dan berkehidupan masyarakat. Dalam memenuhi tujuan pengembangan akhlak tersebut maka diperlukan media gambar real berupa media audio-visual, yang mampu memberikan contoh nyata kehidupan keseharian, sehingga siswa mudah memahami dan mengerti tentang materi yang disampaikan, serta diharapkan menjadi bahan renungan dan terbentuknya akhlak siswa, sesuai tujuan akhir pembelajaran. 4.

Penyusunan Rancangan dan Pembuatan Media Pembelajaran Ketika seorang guru telah menentukan strategi, metode dan media yang

akan digunakan dalam proses pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menentukan materi media itu sendiri. Langkah ini biasanya melibatkan tiga pilihan, yaitu: (1) memilih materi yang tersedia, (2) mengubah materi yang ada dan (3) merancang materi baru.44 Sepadan dengan langkah tersebut, menurut Arief S. Sadiman, media dapat dibagi menjadi dua macam, pertama, Media Jadi (by utilization), yaitu media yang sudah menjadi komoditi perdagangan, media ini kecil kemungkinan sesuai tujuan pembelajaran. Yang kedua, Media Rancangan (by design), yaitu media yang dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran, oleh karena itu media ini besar kemungkinan sesuai dengan tujuan pembelajaran.45 Di dalam menetapkan materi media, guru melakukan telaah kurikulum yang berlaku untuk menyesuaikan dengan silabus dan RPP yang telah dibuat. 44

Sharon, Deborah &James, Instructional Technology & Media for Learning , edisi kesembilan (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 126 45 Munadi, Yudhi, MediaPembelajaran (Jakarta: GP Press, 2010), hlm. 191

46

Setelah penelaahan kurikulum dan materi, guru melakukan langkah pemilihan media yang sesuai dengan mencari media jadi, sehingga hemat waktu, biaya dan tenaga, walaupun apabila dilihat dari kestabilan materi dan penggunaanya, kecil kemungkinan sesuai tujuan pembelajaran, atau bisa dengan mengubah materi yang ada, atau dengan membuat rancangan media baru agar kesesuaian dengan tujuan pembelajaran lebih besar. Media pembelajaran yang berisi materi pelajaran telah banyak dibuat baik oleh sekolah, lembaga pendidikan, juga lembaga pemerintahan yang ditugaskan untuk pembuatan materi dan pengembangan media pendidikan seperti Pustekkom Kemendikbud yang dibantu oleh balai-balai tekkom yang berada di daerah. Materi yang dibuat telah melalui verifikasi yang melibatkan pengkaji materi dan pengkaji media sehingga hasil akhirnya merupakan media yang layak untuk menjadi bahan ajar mata pelajaran. Hasil dari pembuatan materi tersebut disebarkan secara gratis untuk sekolah-sekolah di seluruh Indonesia, dan penggunaannya dibebaskan untuk kepentingan pendidikan. Langkah memilih materi yang tersedia telah terpenuhi dengan adanya media yang ada tersebut serta dapat langsung mengunakannya, namun tentunya tetap berpedoman pada kesesuaian materi dengan silabus mata pelajaran yang ada. Ketika seorang guru menemukan materi tetapi membutuhkan modifikasi agar lebih memenuhi kebutuhan, maka ada perlakuan untuk mengubah 47

materi yang ada. Dalam merubah materi ini harus memperhatikan peringatan tentang penggunaan produk komersial secara umum. Terkadang produk atau materi tersebut memiliki hak cipta yang secara khusus diatur oleh undang-undang, maka guru tidak diperkenankan untuk merubah tanpa izin dari produsen, kecuali ada hal yang memperkenankan untuk merubahnya. Namun banyak juga sumber daya pendidikan yang berbentuk file bebas hak cipta, yang diperbolehkan untuk digunakan dan dimodifikasi, tentunya dengan melibatkan sarana teknologi dan penguasaan terhadap teknologi tersebut untuk merubahnya. Ketiadaan materi atau atau faktor lain seperti kesulitan mendapatkan media yang sesuai materi atau materi yang ada tidak bisa dimodifikasi, mengharuskan seorang guru untuk merancang sendiri media pembelajaran tersebut. Keputusan untuk merancang sendiri media tersebut tentunya sudah dipertimbangkan secara matang, karena memerlukan keahlian khusus dalam melakukannya. Sebagai contoh media audio visual. Media audio visual bisa berupa film (dokumenter, drama, dokudrama, dan genre yang lain) video instruksional, video profil dan lain-lain.

Dalam perancangan atau pembuatan media audio

visual dari beberapa bentuk yang disebutkan diatas, perlakuan dalam perancangan dan pembuatan masing-masing memiliki perbedaan. Misalnya perancangan video instruksional suatu mata pelajaran, lebih sederhana daripada perancangan pembuatan film drama atau yang lainnya. Namun secara umum keseluruhan

48

bentuk memiliki tiga tahapan yang harus dilalui yaitu; (1) tahap pra produksi, (2) tahap produksi dan (3) tahap paska produksi.46 Tahap awal dalam membuat video instruksional suatu mata pelajaran (pra produksi), secara sederhana awal yang harus disiapkan adalah penetapan ide materi dan bentuk konsep yang sesuai dengan silabus mata pelajaran. Setelah ide ditetapkan, langkah selanjutnya adalah mengembangkannya menjadi bentuk naskah naratif yang memuat materi pelajaran dan disusun secara sistematis dalam bentuk narasi, sehingga dalam susunannya teratur dan mudah dipahami. Naskah dalam perencanaan media diartikan sebagai pedoman tertulis yang berisi informasi dalam bentuk visual, grafis dan audio yang dijadikan acuan dalam pembuatan media tertentu., sesuai dengan tujuan dan kompetensi tertentu.47 Dalam pembuatan naskah, unsur-unsur berupa teks, gambar dan audio harus ditampilkan secara jelas dan sistematis (berurutan). Pembuatan naskah video instruksional mata pelajaran lebih sederhana daripada pembuatan naskah film drama yang melalui beberapa tahapan. Dalam pembuatan naskah film drama ada keharusan membuat sinopsis, kemudian dibuat treatment yang selanjutnya dikembangkan menjadi skenario (naskah). Dalam pembuatan video instruksional, bisa dibuat langsung berdasarkan urutan materi pelajaran. Format naskah dalam video instruksional mata pelajaran dapat dibuat menggunakan 2 (dua) kolom, yaitu kolom kolom visual dan kolom audio. Kolom tersebut dibuat seperti gambar di bawah ini. 46

Asyhar, Rayandra, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2011), hlm. 112

47

Asyhar, Rayandra, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2011), hlm. 118

49

Tabel 4. Contoh kolom naskah No

1.

AUDIO

Berisi teks narasi/musik gabungan keduanya

VISUAL

atau Mengilustrasikan visual dari narasi

Pada kolom audio berisi tentang penjelasan materi yang dituangkan dalam bentuk narasi, dalam kolom ini juga berisi musik pengiring (efek) atau gabungan dari keduanya (narasi dan music pengiring). Sedangkan pada kolom visual berisi ilustrasi yang memvisualisasikan keadaan yang diceritakan pada narasi yang terdapat kolom audio. Selain berisi gambar ilustrasi bisa juga berupa teks atau grafis ataupun kombinasi dari gambar, teks dan grafis. Naskah ini nantinya menjadi pedoman dalam persiapan materi gambar, audio dan lain-lain yang dibutuhkan, serta menjadi pedoman dalam penyusunan bahan-bahan dalam proses paska produksi, oleh karenanya substansi materi dalam naskah harus benar-benar diperhatikan. Maka dari itu, untuk menghindari kesalahan materi pada naskah yang sudah dibuat, perlu dilakukan penelaahan kembali dengan mengkaji naskah, apakah benar-benar materinya sudah tepat. Setelah diyakini bahwa materi dalam naskah tersebut telah tepat dan sesuai dengan substansinya, maka dapat diputuskan bahwa naskah tersebut telah final dan bisa menjadi pedoman dalam produksi dan paska produksi. 50

Setelah naskah naratif tersusun, selanjutnya masuk dalam tahap produksi. Dalam tahap produksi yang dilakukan adalah menyiapkan bahan-bahan berupa gambar, animasi, video liveshot yang diperlukan, musik sebagai pengiring gambar (apabila diperlukan) dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut yang nantinya akan disusun menggunakan software khusus sehingga menjadi produk media akhir. Apabila semua bahan telah terkumpul, dilakukan proses pengambilan suara (voice over/VO), dari narasi yang telah dibuat tadi. VO ini merupakan materi audio sebagai pengiring yang berfungsi sebagai suara penjelas dari gambar yang ditampilkan. Dalam proses pasca produksi VO ini digunakan untuk pedoman penyusunan gambar yang telah disiapkan. Ketika semua bahan serta ketersediaan VO sudah lengkap, langkah selanjutnya masuk ke dalam tahapan paska produksi. Tahap paska produksi memuat proses editing, preview, revisi, dan finalisasi. Dalam tahap ini, guru berperan sebagai editor yang memiliki keahlian khusus dalam menyusun gambar menjadi produk media yang siap dimanfaatkan. Proses editing adalah merangkai gambar dengan gambar, gambar dan suara, suara dengan suara menjadi satu rangkaian yang kronologis, sehingga mampu menyampaikan pesan sesuai naskah dan enak ditonton serta menghibur.48 Dalam menyusun gambar yang ada dalam pembuatan video instruksional,

berpedoman pada narasi (voice over) menggunakan piranti

(software) khusus pada komputer. Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun 48

Asyhar, Rayandra, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2011), hlm. 128

51

diantara adalah ketepatan gambar dengan narasi, tempo atau kecepatan pergantian gambar, misalnya apabila bentuk sebuah teks, maka sajian teks harus bisa terbaca secara keseluruhan, proposionalitas penempatan gambar, kejelasan tulisan dan lain-lain. Semuanya bertujuan untuk mendapatkan susunan gambar yang bagus, dinamis, menarik dan yang terpenting adalah mudah dipahami oleh siswa. Selesai proses editing, mengingat bahwa hasil media yang dibuat adalah untuk kepentingan pihak lain sebagai objek penerima materi (siswa), maka setelah selesai penyusunan sebelum disajikan, perlu diadakan review yaitu melihat hasil akhir dari proses editing. Pada tahap ini, seorang perancang atau pembuat menempatkan diri mewakili siswa sekaligus menjadi pengkaji materi dan pengkaji media, untuk menonton sendiri hasil buatannya, sehingga diketahui apakah dalam kacamata pengkaji materi cukup secara materi, dalam kacamata pengkaji media apakah layak dan enak untuk disajikan, serta apakah hasilnya tersebut mudah dipahami dalam perspektif siswa. Apabila ternyata masih ada kekurangan, misalnya pada materi atau penyajian tempo terlalu cepat sehingga tidak terbaca oleh siswa, pada segi grafis kurang menarik atau hal lainnya, maka seorang perancang merevisi kembali sampai mendapatkan bentuk media yang tepat sesuai materi, menarik, serta mudah dipahami audience (siswa).

52

53

Related Documents

Bab 2 Landasan Teori
May 2020 26
Bab Ii Landasan Teori.docx
December 2019 42
Bab Ii Landasan Teori
November 2019 38

More Documents from ""