Bab 2 Buk Guslinda.docx

  • Uploaded by: Dara jingga
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 2 Buk Guslinda.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,093
  • Pages: 35
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapakan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga kita dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Jiwa Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah NEUROBEHAVIOUR. Disusunnya asuhan keperawatan jiwa ini berkat dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing kami yaitu NS. GUSLINDA S.kep, M.kep, Sp kepJ Kami menyadari bahwa laporan kegiatan ini belum sempurna, untuk kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk perbaikan dimasa yang akan dating. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kelompok dan pihak yang berkepentingan.

Padang, 10 oktober 2017

DAFTAR ISI

i.

KATA PENGANTAR

ii. DAFTAR ISI

i i

1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

i

B. RUMUSAN MASALAH

i

C. TUJUAN

i

2. BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. PENGERTIAN

1

2. ETIOLOGI HDR

2

3. KLASIFIKASI HDR

3

4. MANIFESTASI KLINIS HDR

3

5. MEKANISME KOPING HDR

4

6. PENATALAKSANAAN HDR

5

7. RENTANG RESPON HDR

7

8. POHON MASALAH HDR

8

3. BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN

9

2. DIAGNOSA

14

3. INTERVENSI

14

4. BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN

23

B. DAFTAR PUSTAKA

24

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1999). Harga Diri Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998). Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), sebanyak 450 juta orang di muka Bumi mengalami gangguan mental (mental disorder), 150 juta mengalami depresi, 25 juta orang mengalami skizofrenia, sebagai gambaran, di negara Indonesia survey tentang penderita gangguan jiwa tercatat 44,6% per 1.000 penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Berdasarkan data yang diperoleh penulis, jumlah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda pada bulan Januari sampai November 2009 adalah sebanyak 852 orang. Berdasarkan fakta – fakta seperti itu sudah seharusnya menjadi cacatan bagi kita di Indonesia dalam mengatasi kesehatan jiwa yang sudah mengkhawatirkan dewasa ini akibat terjadinya “perang”, konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan. Karena secara nyata kondisi seperti itulah yang merupakan salah satu pemicu yang memunculkan rasa stress, depresi dan berbagai gangguan jiwa pada manusia. Dengan meningkatnya angka gangguan jiwa di Indonesia pada umumnya dan di Rumah Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda pada khususnya, maka perlunya dilakukan perawatan yang lebih intensif pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis secara menyeluruh meliputi Bio – Psiko – Sosio – Spiritual, dimana penanganan klien dengan Harga Diri Rendah pada kuhususnya dan gangguan jiwa pada umumnya, menekankan ke arah profesionalisme profesi keperawatan oleh sebab itu penyusun tertarik untuk mengangkat Asuhan Keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis sebagai judul makalah.

Berdasarkan faktor – faktor tersebut di atas, sehingga perawatan masalah dengan Harga Diri Rendah Kronis sangat memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh, karena seseorang yang mengalami gangguan jiwa dengan harga diri rendah pasti akan merasa dirinya tidak berharga, tidak mampu, dan selalu mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, yang mana hal ini dapat memicu seseorang mengalami stress.

2. RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu HDR 2. Apa etiologi HDR 3. Apa klasifikasi HDR 4. Apa manifestasi klinis HDR 5. Apa mekanisme koping HDR 6. Bagaimana penatalaksanaan HDR 7. Bagaimana rentang respon HDR 8. Bagaimana pohon masalah HDR 3. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian HDR 2. Untuk mengetahui etiologi HDR 3. Untuk mengetahui klasifikasi HDR 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis HDR 5. Untuk mengetahui mekanisme koping HDR 6. Untuk mengetahui penatalaksanaan HDR 7. Untuk mengetahui rentang respon HDR 8. Untuk mengetahui pohon masalah HDR

BAB II TINJAUAN TEORITIS

1. PENGERTIAN Harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif ( NANDA, 2005 ). Berbagai masalah yang berkaitan dengan aspek seksualitas dapat mempengaruhi gairah hidup, gambaran diri, dan hubungan dengan orang lain. Berbagai ancaman terhadap masalah identitas seksual,kurangnya kepedulian dan stabilitasasi hubungan dengan pasangan, dan berakhirnya kapasitas reproduksi diimplimentasikan sebagai efek negatif yang langsung berpengaruh terhap harga diri penderita setelah mengalami kanker, dan terapinya. Selain itu, secara tidak langsung, pengalaman depresi, cemas, marah, dan kelelahan selama terdiagnosis kanker dan ketika menjalani terapi kanker juga dapat mempengaruhi kondisi harga diri penderita kanker ( Brotto,et al, 2008 ). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Konsep Diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir ; tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dengan realitas dunia, kemudian melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Harga Diri Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan kepercayaan diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998). Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa – apa, tidak

kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain (Rini, J.F, 2002).

2. ETIOLOGI Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366). Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan sumbersumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif). Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran. Adapun Penyebab Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah, yaitu : a. Factor Presdisposisi Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua, penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis. b. Factor Presipitasi Factor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehillangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.

3. KLASIFIKASI 1. Harga Diri Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998). Harga Diri Rendah Kronis dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Harga Diri Rendah Kronis dapat terjadi secara : a. Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba – tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami/ istri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba). b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang mal adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.

4. MANIFESTASI KLINIS Menurut keliat tanda gejala yang dapat muncul pada pasien harga diri rendah adalah : 1. Perasaan malu pada diri sendiri , individu mempunyai perasaan kurang percaya diri. 2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam meraih sesuatu. 3. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada di bawah orang lain. 4. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan tidak ingin bertemu orang lain. 5. Rasa percaya diri kurang, merasa tidak peraya dengan kemampuan yang dimiliku. 6. Sukar mengambil keputusan , cendrung bingung dan ragu ragu dalam memilih Sesutu. 7. Mencederai diri sendirisebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan. 8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan. 9. Perasaan negatife mengenai tubuhnya sendiri.

10. Kurang memperhatikan

perawatan

diri,berpakaian

tidak rapi, selera makan

menurun,tidak berani menatap lawan bicara,lebih banyak menunduk,dan bicara lambat dengan nada lemah. 11. Penyalahgunaan zat.

5. MEKANISME KOPING 1. Jangka pendek a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas ( misal : konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif ) b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal : ikut serta dalam aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng ) c. Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan poipularitas ) d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misal : penyalahgunaan obat ). 2. Jangka panjang a. Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu tersebut. b. Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat. 3. Mekanisme pertahanan ego: 1) Penggunaan fantasi 2) Disosiasi 3) Isolasi 4) Projeksi 5) Pergeseran ( displasement ) 6) Peretakan ( splitting ) 7) Berbalik marah pada diri sendiri

8) Amuk 4. Perilaku a. Mengkritik diri sendiri b. Penurunan produktivitas c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain d. Gangguan dalam berhubungan e. Rasa penting yang berlebihan f. Perasaan tidak mampu g. Rasa bersalah h. Mudah tersinggung atau marah berlebihan i.

Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri

j.

Ketegangan peran yang dirasakan

k. Pandangan hidup pesimis l.

Penolakan tewrhadap kemampuan personal

m. Destruktif terhadap diri sendiri n. Pengurangan diri o. Menarik diri secara social p. Penyalahgunaan zat q. Menarik diri dari realitas r. Khawatir

6. PENATALAKSANAAN Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi : a. Psikofarmaka Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat 2. Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil

3. Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia 4. Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti 5. Tidak menyebabkan kantuk 6. Memperbaiki pola tidur 7. Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi 8. Tidak menyebabkan lemas otot. Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole. b. PsikoterapiTherapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231) c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy) ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005). d. Keperawatan Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam

komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998). Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).

7. RENTANG RESPON Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif. Rentang respon individu terhadap konsep dirinya

Respon Adaptif 1.Konsep diri positif

Respon Maladaptif 2.harga diri rendah 3.keracun identitas

4.depersonalisasi

Rentang respon konsep – diri (Stuart & Sundeen, 1998, hlm. 374 ). 1. Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.

2. Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan/ atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik diri dari realitas. 3. Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak – kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk empati terhadap orang lain. 4. Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart & Sundeen, 1998). Individu mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.

8. POHON MASALAH ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN 1. Faktor predisposisi a. Biologi 1. Genetik -

Riwayat adanya trauma yang menyebabkan lesu pada daerah frontal, temporal dan limbik

-

Pada anak yang kedua orang tuanya tidak menderita, kemungkinan terkena penyakit adalah 1 %. Sementara dengan anak yang salah satu orang tuanya menderita kemungkinan terkena adalah 13%. Dan jika kedua orang tuanya penderita maka resiko terkena adalah 35%.

-

Riwayat janin pada saat prenatal dan perinatal meliputi trauma, penurunan oksigen pada saat melahirkan, prematur, preeklamsi, malnutrisi, stres, ibu perokok, alkohol, pemakaian obat-obatan, infeksi, hipertensi, dan agen teratogenik

2. Nutrisi -

Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan berat badan, rambut rontok, anokresia, bullimia, nervosa

3. Keadaan kesehatan secara umum -

Riwayat kesehatan umum misalnya, kurang gizi, kurang tidur, gangguan irama sirkasian.

-

Kelemahan

-

Infeksi

4. Sensitifitas biologi -

Riwayat penggunaan obat

-

Riwayat terkena infeksi dan trauma

-

Radiasi dan riwayt pengobatannya

5. Paparan terhadap racun -

Paparan virus influenza pada trimeter 3 kehamilan

-

Riwayat keracunan C02, asbestos

b. Psikologi 1. Intelegensi -

Riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dimana lobus tersebut berpengaruh pada prose kognitif

-

Suplai oksigen terganggu dan glukosa

2. Keterampilan ferbal -

Gangguan keterampilan ferbal akibat faktor komunikasi dalam keluarga, seperti : komunikasi peran ganda tidak ada komunikasi, komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi tertutup

-

Riwayat kerusakan yang mempengaruhi fungsi bicara misalnya, stroke dan trauma kepala.

3. Moral -

Riwayat tinggal dilingkungan ynag dapat mempengaruhi moral individu misalnya, lingkungan keluarga yang broken home, konflik dan lapas.

4. Kepribadian -

Mudah kecewa

-

Mudah putus asa

-

Kecemasan tinggi

-

Menutup diri

5. Pengalaman masa lalu -

Orang tua yang otoriter

-

Orang tua yang selalu membandingkan

-

Konflik orang tua

-

Anak yang dipelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan

-

Ayah yang mengambil jarak dengan anaknya

-

Penolakkan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien

-

Penilaian negatif yang terus menerus dari orang tua

6. Konsep diri -

Ideal diri yang tidak realitis

-

Harga diri rendah

-

Gambaran diri negatif

-

Identitas diri tak jelas

-

Krisis peran

7. Motifasi -

Riwayat kurangnya penghargaan

-

Riwayat kegagalan

8. Pertahan psikologi -

Ambang toleransi terhadap stress rendah

-

Riwayat gangguan perkembangan

9. Self kontrol -

Riwayat tidak bisa mengontrol stimulus yang datang, misalnya suara, rabaan, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan gerakan.

c. Sosial 1. Usia -

Riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai

2. Gender -

Riwayat ketidakjelasan identitas

-

Riwayat kegagalan peran gender

3. Pendidikan -

Pendidikan yang rendah

-

Riwayat putus dan gagal sekolah

4. Pendapatan -

Penghasilan rendah

5. Pekerjaan

-

Pekerjaan stress full, pekerjaan resiko tinggi

6. Status sosial -

Tuna wisma, kehidupan perisolasi

7. Latar belakang budaya -

Tuntuan sosal budaya seperti paternalistik

-

Stigma masyarakat

8. Agama dan keyakinan -

Riwayat tidak bisa menjalankan aktifitas keagamaan secara rutin

-

Kesalahan presepsi terhadap ajaran agama tertentu

9. Keikutsertaan dalam politik -

Riwayat kegagalan dalam politik

10. Pengalaman sosial -

Perubahan dalam kehidupan, misalnya bencana, perang, kerusuhan dan lain-lain

-

Tekanan dalam pekerjaan

-

Kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan

11. Peran sosial -

Isolasi sosial khususnya untuk usia lanjut

-

Stigma yang negatif dari masyarakat

-

Diskriminasi

-

Streotype

-

Praduga negatif

2. Faktor Presipitasi a. Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan. b. Konflik peran adalah ketidak sesuaian peran antara yng dijalankan dengan yang diinginkan. c. Peran yang tidak jelas adalah kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya.

d. Peran berlebihan adalah kurangnya sumber adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks. e. Perkembangan yang transisi yaitu perubahaan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri. f. Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti. g. Perilaku (Stuart dan Sundeen, 1998) : 

Mengkritik diri sendiri atau orang lain



Produktivitas menurun



Destruktif pada orang lain



Gangguan berhubungan



Merasa diri lebih penting



Merasa tidak layak



Rasa bersalah



Mudah marah dan tersinggung



Perasaan negatif terhadap diri sendiri



Pandangan hidup yang pesimis



Keluhan – keluhan fisik



Pandangan hidup terpolarisasi



Mengingkari kemampuan diri sendiri



Mengejek diri sendiri



Menciderai diri sendiri



Isolasi sosial



Penyalahgunaan zat



Menarik diri dari realitas



Khawatir



Ketegangan peran

2. DIAGNOSA a. Harga Diri Rendah b. Isolasi Sosial c. Defisit Perawatan Diri

3. INTERVENSI KEPERAWATAN A. Tindakan keperawatan pada pasien: 1. Tujuan: 

Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki



Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan



Pasien dapat menetapkan /memilih kegiatan yang sesuai kemampuan



Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan



Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih

2. Tindakan keperawatan untuk pasien SP 1 Pasien a) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. 

Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dirumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.



Beri pujian yang realistic / nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang negative.

b) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan. 

Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat ini



Bantu

pasien

menyebutkannya

dan

memberi

penguatan

terhadap

kemampuan diri yang di ungkapkan pasien. 

Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.

c) Membantu pasien memilih / menetapkan kemampuan yang akan dilatih 

Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.



Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga dan lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.

d) Melatih kemampuan yang dipilih pasien 

Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan pertama yang dipilih



Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan



Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.

SP KE 2 Pasien a) Melatih kemampuan yang dipilih pasien 

Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan kedua yang dipilih



Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan



Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien

B. Tindakan keperawatan pada keluarga a) Tujuan Keluarga mampu: 

Mengenal masalah harga diri rendah



Mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah



Merawat harga diri rendah



Memodifikasikan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri rendah



Menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien



Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

b) Tindakan keperawatan untuk keluarga SP 1 keluarga 

Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien



Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah dan mengambil keputusan merawat pasien



Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah



Membimbing keluarga merawat harga diri rendah

SP 2 keluarga 

Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri pasien



Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan



Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH SP 1 PASIEN Fase orientasi Perawat

:selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya A, senang dipanggil suster A, nama mbak siapa? Senang dipanggil siapa?

Pasien

:Saya Ny C

Perawat

:bagaimana perasaan mbak hari ini?

Pasien

:baik

Perawat

:apa yang sudah mbak lakukan selama mbak dirawat untuk mengatasi perasaan malu yang mbak rasakan?

Pasien

:hmm…

Perawat

:bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang perasaan malu yang sedang mbak alami? Tujuannya supaya kita bisa mencari solusinya dan bisa meningkatkan percaya diri kembali. Berapa lama kita bisa bicara? Dimana tempatnya mbak?

Pasien

:hmmm..

Fase kerja : Perawat

:Adakah hal yang mbak pikirkan terkait perasaan malu yang mbak rasakan saat ini?

Pasien

:tidak ada

Perawat

:Apakah ada perasaan khawatir?

Pasien

:iya

Perawat

:Oh, jadi mbak merasa sering gelisah, susah tidur, mulut terasa kering, malu dengan kondisi mbak sekarang,dan mbak merasa tidak sesempurna mbak yang sebelumnya. Apa yang memyebabkan mbak merasa seperti itu?

Pasien

:iya

Perawat

:Apa mbak pernah mengalami perasaan seperti ini sebelumnya?

Pasien

:tidak

Perawat

:Apa yang biasanya mbak lakukan kalau perasaan minder itu mulai muncul?

Pasien

:menyindiri

Perawat

:Jadi saat ini mbak merasa malu akibat luka diwajah mbak, mbak menjadi susah tidur, mbak merasa tidak sesempurna sebelumnya.

Pasien

:iyaaaa

Perawat

:OK… bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang aspek positif dan kemampuan yang mbak miliki selama ini?

Pasien

:iyaaa

Perawat

:Mari kita buat daftarnya ya mbak, menurut mbak aspek positif dalam diri mbak apa saja?

Pasien

:(pasien menyebutkan)

Perawat

:Kemampuan apa saja yang mbak miliki selama ini baik dirumah maupun dirumah sakit ini?

Pasien

:(pasien menyebutkannya)

Perawat

:Wah bagus sekali mbak, ternyata ada 10 aspek dan kemampuan yang mbak miliki selama ini, coba sekarang mbak nilai dari 10 kemampuan ini mana yang masih bisa dilakukan di rumah sakit ini?

Pasien

:iya suster

Perawat

:Bagus mbak berarti masih ada 5 kemampuan yang bisa mbak kerjakan di rumah sakit, nah sekarang coba dipilih kemampuan yang akan dikerjakan lebih dahulu. Baik mbak memilih berarti yang akan mbak kerjakan berhias, mengganti baju dan mandi sendiri. Coba sekarang kita latihan kemampuan pertama yang mbak pilih yaitu berhias.

Pasien

:iya suster

Terminasi Perawat

:bagaimana perasaan mbak setelah kita latihan berhias?

Pasien

:senang

Perawat

:coba mbak ceritakan lagi apa yang sudah kita lakukan tadi.

Pasien

:menyebutkan kepada perawat

Perawat

:OK mbak mau latihan berhiasnya berapa kali, OK 2 kali jam berapa saja?OK kita

buat jadwalnya ya, jangan lupa untuk latihan ya mbak Pasien

:iyaa suster

Perawat

:bagaimana besok kita ketemu lagi untuk berlatih lagi kemampuan kedua yang

sudah dipilih tadi yaitu mengganti baju… jam berapa kita bisa bertemu lagi? Dimana tempatnya? Pasien

:jam 09:00, disini aja suster

Perawat

:baikalah saya akan pamit dulu. Sampai ketemu besok mbak… selamat siang

mbak Pasien

:iya suster

Dokumentasi SP 1 Hari / Tgl : senin, 9 0ktober 2017 jam 09.00

S:

Data :

Klien merasa senang

Klien merasa sering gelisah, susah tidur, mulut O : 

terasa kering, malu, merasa tidak sesempurna

Klien mampu mengidentifikasi aspek

yang sebelumnya, ada luka wajah klien, kontak

positif

mata kurang, suara pelan. Kemampuan yang

kemampuan

masih dimiliki adalah berhias, memakai baju,

berhias, mengganti pakaian sendiri,

mandi sendiri, memasak

mandi sendiri, memasak 

Dx : HDRS T/ :

:

baik, sopan, rajin, dan yang

dimiliki

yaitu

Klien mampu menilai kemampuan masih dapat digunakan di RS yaitu :



Membantu

mengidentifikasi

aspek

berhias, berganti pakaian, mandi 

positif dan kemampuan yang dimiliki pasien  

dahulu 

Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan di RS

Klien meilih melakukan berhias terlebih

Klien mampu berhias dengan mandiri

A : HDRS (+)

Membantu klien memilih kemampuan P :

yang akan dilakukan : berhias 



Latihan berhias sehari 2x / hari

Melatih klien melakukan kemampuan yang dipilih : berhias

RTL : Melatih kemampuan yang kedua yang dipilih : mengganti pakaian sendiri

SP 2 PASIEN FASE ORIENTASI Perawat

: selamat pagi ibu….?

Pasien

: pagi sus

Perawat

: bagaimana perasaan ibu sekarang setelah melakukan kegiatan berias di RS ?

Pasien

: baik sus, dan saya senang melakukannya

Perawat

: berapa kali ibu melakukan kegiatan berhias ?

Pasien

: dua kali sus

Perawat

: ada kesulitan tidak saat melakukan berhias ?

Pasien

: tidak

Perawat

: menurut ibu apa manfaat yang ibu rasakan dengan berhias ?

Pasien

: saya keliatan cantik

Perawat

:baik ibu, jika tidak ada kesulitan sesuai dengan kontrak kita kemarin hari ini akan melanjutkan melatih kegiatan yang kedua yaitu : bepakaian sendiri di RS. Tujuannya supaya ibu merasa lebih percaya diri lagi. Kita akan berlatih sekitar 30 menit, bagaimana ibu ? bisa kita mulai sekarang.

Pasien

: bisa sus

FASE KERJA Perawat

: sekarang saya akan praktekkan dahulu bagaimana cara berpakaian di RS dengan terpasang infis di tanggan. Bigini caranya buk (sambil mempraktekkan ), baik sekarang coba ibu yang melalukannya.

Pasien

: (mempraktekkan )

Perawat

: wahhh…..bagus sekali ibu, sudah bisa mempraktekkannya

FASE TERMINASI Perawat

: bagaimana perasaan ibu setalah kita latihan tadi ?

Pasien

: senang sus

Perawat

: coba ibu sebutkan kembali bagaimana cara mengganti baju sendiri dengan tangan terpasang infuse.

Pasien

: (menyebutkan sambil di praktekkan )

Perawat

: waahh.. bagus sekali ibu.berapa kali ibu mau mengganti baju sendiri?

Pasien

: dua kali sus

Perawat

: benar, dengan mengganti baju dua kali sehari kita akan tetap bersi, rapi, dan cantik. Dan jagan lupa melakukan kegiatan berhias juaga dua kali sehari ya.

Pasien

: iya sus

Perawat

: baik ibu,untuk kegiatan besok kita akan ketemu lagi untuk melatih kegiatan yang ke tiga yaitu mandi sendiri dengan terpasang infuse. Bagaimana kalau besok kita lakukan pukul 09:00 pagi ?

Pasien

: baik sus

Perawat

: baiklah buk, kalau sudah tidak ada yang ibu tanyakan saya pamit ya bu, selamat pagi ibu.

Pasien

: pagi

DOKUMENTASI SP 2 KLIEN HDRS Hari/Tgl: Selasa,10 Oktober 2017 jam: 09.00

S:

Data:

Klien merasa senang

Klien tidak lagi gelisah, sudah bisa tidur walau O: masih kadang bangun, mulut terasa kering, Klien mampu mengganti pakaian sendiri malu berkurang, merasa tidak sesempurna dengan mandiri yang sebelumnya, ada luka wajah klien, kontak A: HDR (+)

mata kurang, suara sudah lebih jelas

P:

Klien mampu mengidentifikasi aspek positif



Latihan berhias 2x/ hari

baik, sopan, rajin dan kemampuan yang



Latihan mengganti pakaian sendrii 2x

dimiliki yaitu berhias, mengganti pakaian

sehari

sendiri, mandi sendiri, memasak, klien mampu berhias

secara

mandiri

dan

merasakan

manfaatnya dengan berhias lebih percaya diri Dx: HDRS T/: Melatih klien melakukan kemampuan kedua yang dipilih : mengganti pakaian sendiri RTL: Melatih kemampuan yang ketiga yang dipilih: mandi sendiri

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN NO . 1.

DIAGNOS A Harga diri rendah

TUJUAN 

KRITERIA HASIL 

INTERVENSI

Setelah 1x

1. Bina hubungan saling

dapat

interaksi

percaya

mengident

pasien

SP1:

ifikasi

mampu

kemampu

menyebut

Pasien



Mengidentifikasi kemampuan dan

RASIONA L



an dan

kan aspek

aspek positif yang

aspek

postitif

masih dimiliki

postif yang

yang

pasien

dimiliki

dimilikiny

Pasien

a.

pasien menilai

Setelah 1x

kemampuan

menilai

interaksi

pasien yang

kemampu

pasien

masih dapat

an yang

mampu

digunakan

dapat

menilai

digunakan

kemampu

pasien memilih

Pasien

an yang

kegiatan yang

dapat

dapat

akan dilatih

memilih

digunakan

sesuai dengan

Setelah 1x

kemampuan

sesuai

interaksi

pasien

dengan

pasien

kemampu

dapat

yang wajar

annya

memilih

terhadap

Pasien

kegiatan

keberhasilan

dapat

sesuai

pasien

melatih

dengan

kegiatan

kemampu

pasien

yang

annya

memasukkan

Setelah 1x

dalam jadwal

sesuai

interaksi

kegiatan harian

kemampu

pasien

annya

mampu

Pasien

melatih

dapat



kegiatan



dipilih

















Membantu

Membantu

Memberi pujian

Menganjurkan

SP2: 

Mengevaluasi jadwal kegiatan

dapat

kegiatan

melakukan

yang telah

kegiatan

dipilihnya

kemampuan

Setelah 1x

kedua



yang

harian pasien 



Melatih

sudah

interaksi

dilatih

pasien

pasien

sesuai

dapat

memasukkan

jadwal

melakuka

kedalam jadwal

n kegiatan

kegiatan harian

Menganjurkan

yang sudah dilatih sesuai jadwal

CATATAN KEPERAWATAN Hari/

DIAGNOSA

Tanggal/

KEPERAWATA

Pukul

N

Jumat/ 10

Harga diri

Novembe

rendah

r 2017

TINDAKAN KEPERAWATAN

EVALUASI

TANDA TANGAN

SP 1: 

S : Pasien Mengidentifikasi

mengatakan sering

kemampuan dan aspek

merasa dirinya



positif yang masih

tidak percaya diri

dimiliki pasien

O: Pasien tampak

Membantu pasien

malas-malasan

menilai kemampuan

A:

pasien yang masih 







dapat digunakan

rendah

Membantu pasien

masih ada,

memilih kegiatan yang

pasien

akan dilatih sesuai

mampu

dengan kemampuan

mengidentifi

pasien

kasi aspek

Memberi pujian yang

positif yang

wajar terhadap

dimilikinya

keberhasilan pasien

dengan

Menganjurkan pasien

bantuan

memasukkan dalam

perawat

jadwal kegiatan harian



 

Pasien mampu

SP2: 

Harga diri

Mengevaluasi jadwal

menilai

kegiatan harian pasien

kemampuan

Melatihkemampuan

nya sendiri

kedua

dengan

Menganjurkan pasien

bantuan

memasukkan kedalam

perawat

jadwal kegiatan harian



Pasien mampu memilih kegiatan sesuai

dengan kemampuan nya dengan bantuan perawat 

Pasien mampu melatih kemampuan yang telah dipilihnya dengan bantuan perawat



Pasien mampu memasukka n kedalam jadwal kegiatan dengan bantuan perawat

P: (Pasien) 

Latihan mengidentifi kasi aspek positif yang dimiliki

sebanyak 1x pada pukul 8:00 WIB 

Latihan menilai kemampuan yang dimiliki pasien sebanyak 1x pada pukul 9:00 WIB



Latihan memilih kemampuan yang dimiliki sebanyak 1x pada pukul 10:00 WIB



Latihan melatih kemampuan yang dimiliki sebanyak 1x pada pukul 11:00 WIB



Latihan memasukka n kedalam jadwal

kegiatan harian sebanyak 1x pada pukul 11:30 WIB P: (Perawat) Mengoptimalkan SP1 dan melanjutkan SP2

HASIL EVALUASI KEGIATAN NAMA

: Ny T

NO REK. MEDIS: 12345567 RUANG

: CENDRAWASIH

KEMAMPUAN DIRUMAH

KEMAMPUAN

KEMAMPUAN

TANGGAL

DIRUMAH SAKIT

YANG DIPILIH

DILAKSANAKAN

1. MENYAPU

1. MENJAHIT

1. MEMBERSIHKAN

10 NOVEMBER

2. MEMASAK

2. MENGGAMBAR

TEMPAT TIDUR

2017

3. MEMBERSIHKAN

3. MENYAPU

TEMPAT TIDUR

4. MEMBERSIHKAN

4. MENGAMBAR

TEMPAT TIDUR

5. MENJAHIT

5. MENYANYI

6. BERNYANYI

6. MENCUCI

7. MENCUCI

PIRING

PAKAIAN

7. MENCUCI BAJU

8. MENCUCI PIRING

BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Related Documents


More Documents from "icha99"