Bab 1.docx

  • Uploaded by: Anty Hipu
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,048
  • Pages: 30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Discharge Planning adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu pasien dan keluarga dalam meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya. Shepperd, et.al (2004) menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek berartidalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. Saat ini, pelaksanaan discharge planning pada pasien di rumah sakit umumnya hanya berupa catatan resume pasien pulang serta pemberian informasi singkat mengenai jadwal kontrol pasien ke poli klinik, obat-obatan yang harus di minum, serta diet yang harus dipenuhi dan dihindari setelah pasien pulang dari rumah sakit (Slevin, 1996; Spath, 2003). Informasi hanya diberikan pada saat pasien dinyatakan boleh pulang, padahal discharge planning dimulai pada hari pertama pasien mulai di rawat di rumah sakit. Hal ini belum bisa dikatakan discharge planning, karena diberikan dalam waktu singkat dan informasi yang sangat terbatas sehingga tidak menjamin tercapainya suatu perubahan perilaku pasien dan keluarga. Pelaksanaan discharge planning yang tidak efektif akan menyebabkan tidak terjadi kontinuitas perawatan ketika pasien di rumah. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya perburukan kondisi pasien sehingga pasien kembali ke rumah sakitdengan penyakit yang sama ataupun munculnya komplikasi penyakit yang lebih berat. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari Discharge Planning ? 2. Apa tujuan dari Discharge Planning ? 3. Bagaimana pelaksanaan Discharge Planning ? 4. Bagaimana skenario Discharge Planning?

1

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari Discharge Planning. 2. Untuk mengetahui tujuan dari Discharge Planning. 3. Untuk mengetahui cara pelaksanaan Discharge Planning. 4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk skenario Discharge Planning.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Discharge Planning Discharge planning adalah suatu proses yang digunakan untuk memutuskan apa yang perlu pasien lakukan untuk dapat meningkatkan kesehatannya. Dahulu, disharge planning sebagai suatu layanan untuk membantu pasien dalam mengatur perawatan yang diperlukan setelah tinggal di rumah sakit. Ini termasuk layanan untuk perawatan di rumah, perawatan rehabilitatif, perawatan medis rawat jalan, dan bantuan lainnya. Sekarang discharge planning dianggap sebagai proses yang dimulai saat pasien masuk dan tidak berakhir sampai pasien dipulangkan. Keluar dari rumah sakit tidak berarti bahwa pasien telah sembuh total. Ini hanya berarti bahwa dokter telah menetapkan bahwa kondisi pasien cukup stabil untuk melakukan perawatan dirumah. (Ali Birjandi, 2008). Kozier

(2004)

mendefinisikan discharge

planning sebagai

proses

mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan. Discharge Planning adalah suatuproses yang sistematis dalam pelayanan kesehatan

untuk

membantu

pasien

dan

keluarga

dalam

menetapkan

kebutuhan,mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan yang akan dilakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya (Zwicker & Picariello, 2003)

3

Sedangkan definisi discharge planning menurut Bull (2000) merupakan suatu proses interdisiplin yang menilai perlunya sebuah perawatan tindak lanjut dan seseorang untuk mengatur perawatan tindak lanjut tersebut kepada pasien, baik perawatan diri yang diberikan oleh anggota keluarga, perawatan dari tim profesional kesehatan atau kombinasi dari keduanya untuk meningkatkan dan mempercepat kesembuhan pasien.

B. Tujuan Discharge planning Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit. Menurut Nursalam (2011) tujuan discharge planning/perencanaan pulang antara lain sebagai berikut: 1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial. 2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga. 3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien. 4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain 5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien 6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat. Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau discharge teaching dari tim kesehatan. Menurut William & Wilkins (2009) discharge teaching harus melibatkan keluarga pasien atau perawat lainnya untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan home care yang tepat. Discharge teaching bertujuan agar pasien : 1. Memahami mengenai penyakitnya 2. Melakukan terapi obat secara efektif 3. Mengikuti aturan diet secara hati-hati

4

4. Mengatur level aktivitasnya 5. Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan 6. Mengenali kebutuhan istirahatnya 7. Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami 8. Mengetahui kapan mencari follow up care C. Manfaat Discharge planning Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut (Nursalam, 2011) : 1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat panjaran selama di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah. 2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinutas keperawatan pasien. 3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru. 4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan rumah. Sedangkan menurut Doengoes, Moorhouse & Murr (2007) banyak sekali manfaat yang didapatkan dari discharge planning, diantaranya adalah: 1. Menurunkan jumlah kekambuhan 2. Penurunan perawatan kembali ke rumah sakit dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa diagnosa 3. Membantu pasien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya pengobatan 4. Setelah pasien dipulangkan, pasien dan keluarga dapat mengetahui apa yang telah dilaksanakan, apa yang harus dan tidak boleh dilakukan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien

5

5. Ringkasan pulang dapat disampaikan oleh perawat praktisi atau perawat home care dan mungkin dapat dikirim ke dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan. D. Prinsip Discharge planning Tingkat keberhasilan dari discharge planning serta penyembuhan pasien harus didukung terhadap adanya prinsi-prinsip yang mendasari, yang juga merupakan tahapan dari proses yang nantinya akan mengarah terhadap hasil yang diinginkan. Menurut Department of health (2004) dalam buku karya Liz Lees (2012) disebutkan ada beberapa prinsip dalam discharge planning, diantaranya adalah: 1. Mempunyai pengetahuan yang spesifik terhadap suatu proses penyakit dan kondisinya 2. Dapat memperkirakan berapa lama recovery pasien, serta perbaikan kondisi yang muncul dari proses penyembuhan tersebut 3. Melibatkan serta selalu berkomunikasi dengan pasien, keluarga atau pengasuh dalam proses discharge planning 4. Turut serta dalam menangani masalah dan kesulitan yang mungkin akan muncul terhadap pasien 5. Melibatkan suatu proses dalam tim multidisiplin 6. Selalu mengkomunikasikan rencana yang akan dilakukan dengan tim multidisiplin untuk menghindari adanya kesalahan 7. Membuat suatu arahan yang tepat dan tindak lanjut yang sesuai dengan hasil 8. Memiliki suatu koordinasi tim untuk tindak lanjut rencana perawatan berkelanjutan dan memiliki informasi tentang nama tim kesehatan yang bertanggung jawab untuk setiap tindakan, serta dalam kasusu yang kompleks dilakukan identifikasi satu pemimpin kasus

6

9. Disiplin, tegas serta selalu melaksanakan aktivitas dari discharge planning 10. Meninjau dan selalu memperbarui rencana untuk progress yang lebih baik 11. Selalu memberikan informasi yang akurat terhadap semua yang terlibat. Sedangkan beberapa prinsip pada pelaksanaan discharge planning menurut Nursalam (2011), yaitu: 1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi. 2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang mungkin timbul di rumah dapat segera diantisipasi. 3. Perencanaa pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama. 4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia atau fasilitas yang tersedia di masyarakat. 5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan. E. Jenis Discharge planning Chesca (1982) dalam Nursalam (2011) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai berikut: 1. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien

7

untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat. 2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali. 3. Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerja sama dengan perawat puskesmas terdekat. Menurut CADPACC (1995) dalam Gielen (2015) ada beberapa komponen sebelum dilakukannya discharge planning, yaitu: 1. Identifikasi dan kaji apa yang kebutuhan pasien yang harus dibantu pada discharge planning 2. Kolaborasikan bersama pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya untuk memfasilitasi dilakukannya discharge planning 3. Mengajarkan kepada pasien dan keluarga tentang strategi pencegahan agar tidak terjadi kekambuhan atau komplikasi 4. Rekomendasikan beberapa pelayanan rawat jalan atau rehabilitasi pada pasien dengan penyakit kronis 5. Komunikasi dan koordinasikan dengan tim kesehatan lainnya tentang langkah atau rencana daridischarge planning yang akan dilakukan F.

Mekanisme Discharge planning Discharge

planning mencakup

kebutuhan

seluruh

pasien,

mulai

dari

fisik, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Proses ini tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, diutamakan upaya medis untuk segera melaksanakan discharge planning. Pada fase transisional,

8

ditahap ini semua cangkupan pada fase akut dilaksankan tetapi urgensinya berkurang. Dan pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan. (Perry & Potter, 2005). Perry dan Potter (2005), menyusun format discharge planning sebagai berikut: a. Pengkajian 1. Sejak pasien masuk kaji kebutuhkan discharge planning pasien, focus pada terhadap kesehatan fisik, status fungsional, sistem pendukung sosial, finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, pendidikan, serta tintangam terhadap keperawatan. 2. Kaji pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubunga dengan kondisi yang akan diciptakan di rumah tempat tinggal pasien setelah keluar dari rumah sakit sehingga terhindar dari komplikasi 3. Kaji cara pembelajaran yang disukai oleh pasien agar pendidikan kesehatan yang diberikan bermanfaat dan dapat ditangkap oleh pasien maupun keluarga. Tipe materi pendidikan yang berbeda- beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran yang berbeda pada pasien. 4. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan, fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di rumah dapat dirujuk untuk membantu dalam pengkajian). 5. Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan pelayanan kesehatan rumah maupun fasilitas lain.

9

6. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian

terhadap

kemampuan keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan, mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan diantara keduanya. 7. Kaji penerimaan pasien terhadap penyakit yang sedang diderita berhubungan dengan pembatasan. 8. Konsultasikan

tim

pemberi

layanan

kesehatan

yang

lain

tentang kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah). Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang berbeda. b. Diagnosa Keperawatan Perry dan Potter (2005) adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain: 1.

Kecemasan, hal ini dapat menginterupsi proses keluarga.

2.

Tekanan terhadap care giver, hal yang menyebabkannya adalah ketakutan.

3.

Kurang pengetahuan terhadap pembatasan perawatan di rumah, pasien mengalami defisit perawatan diri

4.

Stres sindrom akibat perpindahan, hal ini berhubungan dengan upaya meningkatkan pertahanan/pemeliharaan di rumah.

10

c. Perencanaan Menurut Luverne & Barbara (1988), perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu: 1.

Medication (obat) Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.

2.

Environment (Lingkungan) Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.

3.

Treatrment (pengobatan) Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.

4.

Health Teaching (Pengajaran Kesehatan) Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan tambahan.

5.

Outpatient referral Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.

6.

Diet Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

11

Perry dan Potter (2005) hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Pasien atau keluarga sebagai caregiver mengerti akan keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau fasilitas lain), penatalaksanaan atau pengobatan apa yang dibutuhkan, dan . 2. Pasien dan keluarga mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri. 3. Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalam setting rumah. d. Penatalaksanaan Perry dan Potter (2005) penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu

penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan,

dan penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan. 1) Persiapan Sebelum Hari Pemulangan Pasien a) Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi memenuhi kebutuhan pasien. b) Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih di rumah. c) Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat mungkin selama dirawat di rumah sakit. Pamflet, buku-buku, atau rekaman video dapat diberikan kepada pasien muapun sumber yang yang dapat diakses di internet.

12

d) Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien. 2) Penatalaksanaan pada Hari Pemulangan Perry dan Potter (2005) berpendapat apabila beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum hari pemulangan, maka perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif. Adapun aktivitas yang dilakukan yaitu: a) Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang berhubungan dengan perawatan di rumah. Kesempatan terakhir untuk mendemonstrasikan kemampuan juga bermanfaat. b) Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, atau kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus dituliskan sedini mungkin). Persiapkan kebutuhan yang mungkin diperlukan pasien selama perjalanan pulang (seperti tempat tidur rumah sakit, oksigen, feeding pump). c) Pastikan pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan transportasi menuju ke rumah. d) Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan semua barang milik pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan. e) Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien. Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang telah ditandatangani oleh pasien, dan instruksikan penjaga atau administrator yang tersedia untuk menyampaikan barang-barang berharga kepada pasien. f) Persiapkan pengobatan

13

pasien

dengan prescription atau

resep

pasien sesuai dengan yang diinstruksikan oleh

dokter. Lakukan pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan yang aman untuk administrasi diri. g) Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke kantor dokter. h) Hubungi

kantor

pasien kebutuhan

agen

bisnis

membutuhkan pembayaran.

untuk

daftar Anjurkan

menentukan pengeluaran

pasien

dan

apakah untuk keluarga

mengunjungi kantornya. i) Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien yang pulang dengan menggunakan ambulans diantarkan oleh usungan ambulans. j) Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap tubuh dan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan

sedang

menunggu. Kunci roda dari kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi. Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan. k) Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk membersihkan ruangan pasien. e. Evaluasi 1. Minta

pasien

dan

anggota

keluarga

menjelaskan

tentang

penyakit, pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada dokter. 2. Minta

pasien

atau

anggota

keluarga

setiap pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah.

14

mendemonstrasikan

3. Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan rumah, mengidentifikasi rintangan yang dapat membahayakan bagi pasien, dan menganjurkan perbaikan.

G. Alur Discharge Planning

Sumber : Nursalam, 2011

15

Keterangan : 1. Kepala Ruangan a. Membuka acara discharge planning kepada pasien b. Menyetujui dan menandatangani format discharge planning. 2. Tugas Keperawatan Primer a. Membuat rencana discharge planning. b. Membuat leaflet. c. Memberikan konseling. d. Memberikan pendidikan kesehatan. e. Menyediakan format discharge planning. f. Mendokumentasikan discharge planning. 2. Tugas Keperawatan Associate Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat keperawatan dan diakhiri ners).

16

Contoh Form Pasien DISCHARGE PLANNING

No. Reg : Nama : Jenis Kelamin :

Tanggal MRS : Bagian :

Tanggal KRS : Bagian :

Dipulangkan dari ………………. Sembuh Meneruskan dengan obat jalan

Pulang paksa Lari Meninggal

Pindah ke RS lain A. Kontrol : a. Waktu : b. Tempat : -

B. Lanjutan keperawatan di rumah

C. Aturan diet/nutrisi :

D. Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya :

E. Aktivitas dan istirahat :

Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya) :

17

Lain-lain : Mataram, ………………………2018 Pasien/Keluarga

18

Ners

SKENARIO ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING ( PERSIAPAN PASIEN PULANG )

Role : Dokter

: Dwi Suci Ramdhanita

Kepala Ruangan

: Laely Fuziani

Wakil Kepala Ruangan

: Rizka Ramdani Putri

Perawat Perawat Primer

: Kadek Sulastri

Perawat Perawat Asosien

: Trassanjaya

Pasien

: Bq. Reni Komalasari

Keluarga Pasien

:

Dokter : Melakukan pemeriksaan pada pasien untuk mendiagnosa penyakit pasien secara tepat dan memberikan terapi secara tepat dan cepat. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan tarah kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi. Kepala Ruangan : Membuka acara discharge planning kepada pasien. Menyetujui dan menandatangani format discharge planning. Wakil Kepala Ruangan :Menggantikan tugas kepala ruangan apabila kepala ruangan sedang berhalangan dan membantu kepala ruangan dalam mengelola ruang perawatan. Perawat Primer : Membuat rencana discharge planning, membuat leaflet dan kartu discharge planning, memberikan konseling, memberikan pendidikan kesehatan, menyediakan format discharge planning, mendokumentasikan discharge planning, melakukan agenda discharge planning (pada awal perawatan sampai akhir perawatan).

19

Perawat Asosiasi : Ikut membantu dalam melaksanakan discharge planning yang sudah direncanakan. Pasien : Pasien menderita DHF (Dengue High Fever) dan

sudah menjalani

hospitalisasi rumah sakit selama seminggu. Dari hasil pemeriksaan, pasien dikatakan boleh

menjalani pengobatan

di

rumah

dan direncanakan menerima discharge

planning dari perawat ruangan. Keluarga Pasien :

Menjaga,

merawat

dan

mendampingi

pasien

selama

perawatan dirumah sakit. Ikut berpartisipasi dalam discharge planning yang diberikan perawat.

(Ruang Perawat, Pagi hari) Perawat primer dan Kepala ruangan sedang berdiskusi mengenai discharge planning yang akan diberikan kepada pasien Ny. B dengan diagnosa DHF. Perawat Primer : “Selamat pagi Mbak Laely dan Mbak Rizka, saya Kadek sebagai Perawat Primer hari ini. Sebelumnya saya ingin menyerahkan formulir rencana discharge planning kepada pasien B di ruang Mawar. Dari hasil observasi, keadaan pasien B sudah membaik. Dari hasil lab rutin menunjukkan peningkatan trombosit dan hematokrit dan sudah dalam rentang normal.Selain itu, kondisi fisik pasien bagus, sudah

tidak demam lagi dan tidak lemas lagi.Dari segi asuhan keperawatan pasien

sudah bisa pulang hari ini. Saya berencana untuk memberikan discharge planning kepada pasien B. Bagaimana pendapat ibu? Apakah ibu menyetujuinya? Mungkin ibu bisa melihat format rencana discharge planning yang sudah saya buat.” Wakil Kepala Ruangan : “Apa yang difokuskan dari discharge planning ini?” Perawat Primer : “Nanti akan diberikan penyuluhan mengenai pencegahan demam berdarah, apa yang perlu diperhatikan saat pasien pulang nanti dan dipersiapkan leaflet yang bisa dibawa pulang oleh pasien.”

20

Kepala Ruangan : “Baik kalo begitu nanti kita diskusikan lagi bersama dokter visite hari ini.”

(Ruang Mawar, Pagi hari) Pagi hari di ruang mawar, kamar 002, terbaring lemas pasien B dengan diagnose DHF. Pasien sudah menjalani hospitalisasi selama seminggu dirumah sakit dan hari ini dilakukan visite rutin oleh dokter bersama dengan kepala ruangan, perawat primer, perawat pelaksana, yang bertugas di shift pagi. Perawat Pelaksana : “Selamat pagi, Mbak. Bagaimana keadaan Mbak hari ini?” : “Pagi. Sudah mendingan suster.Saya sudah tidak demam lagi.”

Pasien

Perawat Pelaksana : “Bagaimana tidurnya tadi malam Mbak?” Pasien

: “Nyenyak suster”

Perawat Primer

: “Sepertinya kondisi Mbak sudah membaik ya, hari

ini akan ada kunjungan ya Bu dari Dokter. Seperti kunjungan sebelumnya, Mbak akan dicek kondisi kesehatannya.” : “Selamat pagi, Mbak. Saya dengar dari suster yang merawat

Dokter

Mbak bahwa kondisi Mbak sudah mulai membaik dan dari hasil laboratorium juga sudah

menunjukkan

perkembangan

yang

baik.Bagaimana

pola

makannya,

Mbak?Apakah pagi ini makanannya habis Mbak makan?” Pasien kemarin-kemarin,

: “Hari ini saya makan habis 1 porsi, dok. Berbeda dengan makanannya

tidak

habis

karena

merasa

tidak

enak

menelanmakanan.” Dokter

: “Sudah bagus ya pola makannya. Nanti lebih banyak minum

air putih juga ya, Mbak agar suhu badan Mbak tetap normal dan untuk memperbaiki system kekebalan tubuh Mbak juga. Secara keseluruhan dari hasil

21

pengamatan saya, Mbak sudah mengalami perkembangan kesehatan yang cukup baik.Hanya saja perlu banyak istirahat dulu dalam beberapa hari.” Perawat Pelaksana: “Baik Mbak, sekarang bisa istirahat kembali. Sebelum saya tinggalkan, apakah Mbak ada pertanyaan?” Pasien

: “Tidak ada, suster.”

Perawat

: “Baik kalau tidak ada, kami permisi ya Mbak.”

(Ruang Perawat) Di ruang perawat, dokter, kepala ruangan, wakil kepala ruangan, perawat primer dan perawat pelaksana berdiskusi mengenai keadaan pasien Ny. B dan rencana pemberian terapi selanjutnya. Kepala Ruangan : “Dok,

mengenai

pasien

Ny. B ,

apa

sebaiknya

bisa

direncanakan untuk pulang saja, dari hasil observasi yang dilakukan perawat, kondisi pasien semakin hari semakin membaik dan dari hasil lab juga sudah menunjukkan peningkatan. Trombosit dan hematokritnya juga sudah normal.Sebaiknya apa tidak direncanakan pulang saja?” Dokter : “Tadi juga saya sudah melihat hasil labnya memang menunjukkan peningkatan dan bisa dikatakan normal, tapi menurut saya sebaiknya jangan dipulangkan dulu untuk lebih memastikan keadaannya.” Kepala Ruangan : “Begini Dok, dari sisi asuhan keperawatan pasien sudah bisa membaik, intervensi keperawatan yang diberikan juga sudah tercapai, dan hanya perlu untuk lebih banyak istirahat dan pemulihan saja di rumah.” Dokter : “Tapi bagaimana nanti dengan keadaan pasien jika muncul demam lagi? Menurut saya pasien ini masih sedikit lemas dan masih perlu menjalani hospitalisasi, kita tunggu sampai besok saja.”

22

Wakil Kepala Ruangan : “Maaf Dok, sebelumnya pada intinya pasien hanya memerlukan isitrahat saja yang cukup untuk memulihkan kembali kondisi kesehatannya, dan menurut kami itu bisa dilakukan dirumah, mengingat pasien juga seorang mahasiswi yang pastinya juga dia merasa tidak betah di rumah sakit lamalama.” Kepala Ruangan : “Iya Dok, mengenai penanganan demam yang nantinya jika muncul lagi, kita sudah merencanakan discharge planning. Discharge planning ini nantinya akan diberikan edukasi kepada pasien mengenai yang perlu diperhatikan di rumah

nantinya.

Jika

nanti,

demam

pasien muncul

lagi,

akan

diajarkan

dengan teknik kompres hangat dan pemberian terapi obat. Minta bantuan keluarga untuk selalu memperhatikan keadaan pasien.” Wakil Kepala Ruangan : “Iya Dok, discharge planning ini nantinya akan diberikan oleh perawat-perawat yang bertugas hari ini.” Dokter : “Iya kalau begitu, saya harapkan nantinya discharge planning ini nantinya benar-benar dilaksanakan kepada pasien dan pastikan jika pasien juga sudah memahami apa yang harus dilakukan di rumah.” Wakil Kepala Ruangan : “Iya nanti akan diberikan leaflet yang berisikan informasi penting bagi kelurga pasien.” Kepala Ruangan : “Iya Dok, jadi bagaimana bisa dipulangkan pasien Ny. B hari ini?” Dokter : “Bisa. Pasien Ny. B bisa pulang hari ini, saya akan membuat surat ijin pulangnya dan resep obat yang harus diberikan ke pasien.” Kepala Ruangan : “Bu Kadek, ini format discharge planning yang sudah saya setujui dan bisa dilakukan pada pasien Ny. B ya. Bisa disiapkan untuk discharge planningnyaa sekarang.” Perawat Primer : “Baik bu, nanti akan saya siapkan terlebih dahulu. Pak Tras, tolong panggilkan keluarga Ny. B agar datang ke ruangan perawat sekarang.

23

PA

: “Baik, Bu.”

(Ruang Mawar) PA

: “Selamat Pagi, Mbak. Bagaimana sarapannya? Habis makannya ?”

Pasien : “Habis suster. Pagi ini sudah makan banyak.” PA

: “Bagus ya Mbak. Berarti Mbak sudah sembuh ya sekarang dan tadi setelah

dibicarakan dengan Dokter, kata Dokter, Mbak hari ini boleh pulang, karena keadaan Mbak

sudah

membaik

dan

semua

hasil pemeriksaan juga menunjukkan

peningkatan normal. Keluarga pasien bisa ikut saya sebentar ke ruang perawat, karena ada beberapa penjelasan terkait perencanaan pulang Mbak B hari ini.” Keluarga Pasien : “Baik, suster.”

(Nurse Station) PP : “Selamat pagi, Bu. Keluarganya Mbak B ya?” Keluarga pasien : “Iya, suster.” PP : “Begini Ibu, setelah dokter tadi melakukan pemeriksaan terhadap Mbak B, dan dari hasil tindakan keperawatan, kondisi Mbak B sudah membaik dan sudah bisa dilakukan perawatan dirumah.” Keluarga Pasien : “Apa benar suster adik saya boleh pulang?” PP : “Iya Ibu. Pasien sudah bisa pulang hari ini dan ini resep obat yang harus ditebus dulu sebelum pulang.” Keluarga Pasien : “Baik suster.”

24

PP : “Begini Ibu sebelum nanti Mbak B pulang kami akan memberikan penyuluhan. Jadi penyuluhan ini penting nantinya untuk bapak jalani selama

pemulihan

di

rumah.Apa Ibu bersedia untuk diberikan penyuluhan ini?” Keluarga Pasien : “Saya setuju suster, jadi saya nantinya tahu yang benar mengenai perawatan keluarga saya dirumah.” Perawat Primer : “Baiklah Ibu, nanti kami minta waktunya sebelum pulang ya,

untuk

memberikan penjelasan carapemulihan kondisi BapakKresna dirumah.

Sekarang, saya minta Ibu untuk memberikan form ini kepada Mbak B agar ditandatangan ya, Bu. Form ini berisi persetujuan Mbak B untuk dilakukan penyuluhan sebelum pulang.” Keluarga Pasien : “Baik, suster. Nanti akan saya berikan.Terima kasih, sus.”

(Ruang Mawar, Discharge Planning) Perawat Primer : “Selamat

Pagi

Mbak, hari

ini kami dari

perawat ruang

mawar yang betugas pagi ini, akan memberikan penyuluhan mengenai yang harus diperhatikan selama Mbak pemulihan dirumah. Sebelumnya ada yang ingin Mbak tanyakan dulu sebelum dimulai?” Pasien dan Keluarga : “Tidak suster.” Perawat Primer : “Mbak,

nanti

akan

dijelaskan

mengenai

informasi-

informasinya, kemudian nanti akan ditanyakan kembali dan diakhiri dengan pemberian leaflet yang bisa dibawa pulang. Nanti yang akan memberikan informasi adalah teman perawat saya yang lainnya. Bagimana Mbak bisa dimulai sekarang?” Pasien dan Keluarga : “Bisa suster.” PP

25

: “Selamat Mbak. Benar dengan Mbak B?”

Pasien : “Iya benar, suster.” PP

: “Saya perawat Kadek dan teman saya yaitu perawat Tras yang pagi ini

akan memberikan sedikit informasi kepada Mbak dan keluarga mengenai cara perawatan Mbak dirumah nanti setelah Mbak pulang dari rumah sakit.Mungkin sebelumnya Mbak sudah tahu mengenai penyakit yang Mbak alami?” Pasien : “Saya menderita penyakit demam berdarah atau DHF karena gigitan dari nyamuk, suster. Kurang lebih itu yang saya tahu.” PP

: “Ok, benar ya Mbak. Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular

yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan syok dan kematian. Demam yang tinggi terjadi secara mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab yang jelas). Pencegahan utama DHF dengan cara menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Inisiatif untuk menimbun kolam-kolam air yang sudah tidak digunakan (misalnya

pot

bunga),

menguras

bak

mandi

setiap seminggu sekali, dan

membuang hal-hal yang dapat mengakibatkan terbentuknya sarang nyamuk demam berdarah

Aedes

Aegypti. Beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjaga

kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah, diantaranya: 1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan-makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup. 2. Perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M,

yaitu

menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk. 3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya

26

harus

dilakukan

untuk

memutuskan rantai perkembang biakan nyamuk. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi. Sudahkah Mbak dan keluarga melakukan salah satu atau mungkin keseluruhan dari cara pencegahan yang saya sebutkan tadi?” Pasien& Keluarga : “Belum, suster. Saya dan keluarga kurang memperhatikan lingkungan sekitar rumah.” PP

: “Nah, untuk itu kedepannya pencegahan yang saya paparkan tadi bisa Mbak

terapkan,ya.” PA

: “Selanjutnya saya akan menambahkan sedikit ya Mbak. Pertama saya akan

menjelaskan nama obat-obat yang akan mbak konsumsi yaitu ini namanya obat Parasetamol diminum jika Mbak merasa demam saja Mbak ya. Dan ini nama obatnya Imboost Force diminum 1 kali sehari fungsinya agar daya tahan tubuh mbak meningkat dan menjegah supaya mbak tidak mudah sakit. Kedua, untuk lingkungannya di rumah tadi sudah dijelaskan oleh perawat Tras yaitu Mbak harus memperhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk. Tujuan dilakukan semua itu agar mbak dan keluarga tidak terkena penyakit yang sedang Mbak alami sekarang ini. Dan ketiga, untuk makanannya mbak harus perbanyak menkonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, perbanyak minum air putih juga, jangan mengkonsumsi makanmakanan yang asam, pedas dulu Mbak ya. Nah Mbakk, itu informasi yang dapat kami berikan kepada Mbak dan keluarga. Mungkin diantara Mbak ada yang bias menjelaskan kembali apa itu DHF?” Pasien : “DHF biasa disebut dengan demam berdarah yaitu penyakit seperti demam tinggi selama 7 hari yang disebabkan oleh virus dengue.”

27

PA

: “Sudah benar ya

jawaban Mbak. Kalau keluarganya mungkin

bias

menyebutkan apa saja yang perawatan yang dapat dilakukan dirumah?” Keluarga Pasien : “Istirahat yang cukup, banyak minum air putih, makan makanan yang lunak dan tidak boleh asam ataupun pedas.” PA

: “Sudah benar juga, ya Bu. Itu artinya Mbak dan keluarga sudah

mampu untuk melakukan perawatan dirumah.” PA

: “Mbak, sebelum

saya

akhiri,

apakah

Mbak

dan

Keluarga

ada

pertanyaan?” Pasien : “Suster, kenapa saya tidak boleh makan makanan pedas dan asam? PA

: “Mbak tidak boleh makan makanan yang pedas dan asam karena disini

kondisi Bapak belum pulih sehingga kemungkinan untuk mengalami demam lagi

itu

bisa

terjadi

apabila

Mbak

makan sembarangan dan menyebabkan

gangguan pada pencernaan. Jadi, tidak diperkenankan untuk makan makanan pedas dan asam.Ada lagi yang ingin ditanyakan?” Pasien & Keluarga : “Tidak ada, suster.” PP : “Baik, kalau tidak ada, ini saya bagikan leaflet kepada Mbak dan keluarga. Isinya kurang lebih sama dengan apa yang saya jelaskan tadi, dan saya harap ini dapat menjadi bahan bacaan bagi Mbak dan keluarga dalam melakukan perawatan dirumah. Form discharge planning yang tadi diberikan bisa diberikan kepada saya, Bu. Baik, sekian dari kami, terima kasih atas kerjasamanya, semoga lekas sembuh, dan ingat untuk kontrol kesehatan 1 minggu lagi, ya pak. Selamat pagi. Pasien & Keluarga : “Selamat pagi, suster.

BAB III

28

PENUTUP

A. KESIMPULAN Discharge Planning adalah suatuproses yang sistematis dalam pelayanan kesehatan

untuk

membantu

pasien

dan

keluarga

dalam

menetapkan

kebutuhan,mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan yang akan dilakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya (Zwicker & Picariello, 2003). Adapun tujuan discharge planning menurut Spath (2003) adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk pulang dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. 2. Mempersiapkan keluarga secara emosional dan psikologis terhadap perubahan kondisi pasien. 3. Memberikan informasi pada pasien dan keluarga sesuai kebutuhan mereka baik secara tertulis maupun secara verbal. 4. Memfasilitasi kelancaran perpindahan dan meyakinkan bahwa semua fasilitas kesehatan dan lingkungan pasien telah siap menerima kondisi pasien. 5. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien. 6. Memberikan kontinuitas perawatan antara rumah sakit dengan lingkungan baru pasien dengan menjalin komunikasi yang efektif.

B. SARAN Kami memahami makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu pembaca bisa memberi saran dan kritik kepada kami untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca secara umum terlebih bagi penulis sendiri.

29

30

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87

More Documents from "Indrastika Wulandari"