Bab 1.docx

  • Uploaded by: fifinnurfina
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 669
  • Pages: 3
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kandidiasis merupakan penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis. (Djuanda, 2013). Candida albicans terdapat di pernapasan, pencernaan, dan saluran urogenital perempuan flora. Dalam situasi tertentu dapat berkembang dan menghasilkan kondisi patologis seperti kandidiasis oral, kandidiasis vulvovaginitis dan kandidiasis kulit (Michael, 2011)  ATLAS MICRO Penelitian yang dilakukan di RSUD dr. Soetomo Surabaya tahun 2011 mengenai Pola Pergeseran Candida sp. Penyebab Kandidiasis Vulvovaginalis dan Kandidiasis Vulvovaginalis Rekuren disimpulkan bahwa dalam 5 tahun terakhir telah terjadi pergeseran pola spesies penyebab KVV/KVVR, dari Candida non albicans yang lebih banyak dtemukan pada tahun 2004 dan 2005, kembali ke Candida albicans sebagai spesies penyebab KVV/KVVR terbanyak pada tahun 2010 yaitu Candida albicans sebanyak 18 orang (52,94%) dibandingkan dengan Candida non albicans sebanyak 14 orang (41,18%) (Evy et al.,2011). Pada tahun 2014 dilakukan penelitian di RSUD dr. Saiful Anwar Malang mengenai kejadian Kandidiasis Oral pada penderita HIV&AIDS didapatkan penyebab adalah spesies C. albicans (88,8%), C.glabrata (7,4%), dan C.tropicalis (3,8%). Perbandingan spesies C.albicans dan C. non-albicans sebesar 8:1 (Tewu et al., 2014).  KEJADIAN KANDIDIASIS Obat yang dipakai untuk kandidiasis diantaranya adalah mikonazol, klotimazol, tiokonazol, bifonazol, isokonazol, itrakonazol, ketokonazol (Djuanda, 2013). Diantara obat-obat tersebut hanya itrakonazol yang bersifat fungisidal namun sayangnya harganya cukup mahal sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat ekonomi lemah, sedangkan obat yang lain bersifat fungistatik sehingga kekambuhan dapat sering terjadi (Nasution, 2005). Efek samping golongan azol seperti ketokonazol ialah mual, muntah, nyeri abdomen, sakit kepala, ruam, urtikaria, dan pruritus (Kasim, F., 2012). Ketokonazol bersifat hepatotoksik sehingga sulit digunakan sebagai pengobatan jangka panjang dan risiko lebih tinggi pada pemakaian lebih dari 14 hari (Wolff et al, 2008). Oleh karena itu perlu dikembangkan obat-obat tradisional sebagai

teapi adjuvant yang memiliki efek samping minimal dengan waktu pengobatan yang lebih pendek serta harga yang lebih terjangkau Terdapat enam negara produsen nenas terbesar di dunia, yaitu Costa Rica, Brazil, Filipina, Thailand, Indonesia dan China. Indonesia menduduki peringkat kelima dari

negara yang produksi nanas terbesar di dunia sebesar 7,20%. Karena rasa, tekstur, dan gizi yang terkandung dalam nanas termasuk buah favorit untuk dikonsumsi langsung dan dapat diolah dalam berbagai bentuk produk olahan baik untuk skala industri kecil (rumah tangga/perdesaan) maupun industri besar (Kementrian Pertanian, 2015) Kulit nanas mengandung senyawa seperti flavonoid, alkaloid, steroid, tannin dan saponin (Kalaiselvi et al., 2012). Senyawa flavanoid berperan sebagai antifungi, antivirus, antimikroba, antikanker dan antiinsektisida (Kristanti, 2008). Mekanisme flavonoid sebagai antifungi yaitu mengganggu permeabilitas sel fungi karena memiliki gugus hidroksil yang menyebabkan terjadinya perubahan komponen organik dan transport nutrisi yang akhirnya mengakibatkan keluarnya cairan intraselular (Jupriadi, 2011).

Berdasarkan penelitian Andre tshun 2013 menyatakan bahwa ekstrak kulit nanas memiliki daya hambat dalam pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan rerata 15,06 mm daripada daging buah nanas 10,85 mm. Selain itu, menurut penelitian Deni tahun 2012 menyatakan bahwa sabun cair dari ekstrak batang nanas (Ananas comosus. L) mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans pada konsentrasi ekstrak 7%. Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin membuktikan adanya efek antifungal ekstrak kulit nanas (Ananas comosus L) terhadap kadar bunuh dan kadar hambat minimal Candida albicans secara in vitro

1.2. Rumusan Masalah Apakah ekstrak kulit nanas (Ananas comosus L) memiliki efek antifungal terhadap kadar bunuh dan kadar hambat minimal Candida albicans secara in vitro ? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya efek ekstrak kulit nanas (Ananas comosus L) memiliki efek antifungal terhadap kadar bunuh dan kadar hambat minimal Candida albicans secara in vitro 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk menentukan besarnya diameter zona hambat ekstrak kulit nanas (Ananas comosus L) sebagai antifungal terhadap Candida albicans secara in vitro. b. Untuk menentukan besarnya pengaruh konsentrasi ekstrak kulit nanas (Ananas comosus L) sebagai antifungal terhadap Candida albicans secara in vitro. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis a. Memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh ekstrak kulit nanas (Ananas comosus L) memiliki efek antifungal terhadap kadar bunuh dan kadar hambat minimal Candida albicans secara in vitro b. Dapat digunakan sebagai penelitian dasar untuk penelitian selanjutnya.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87

More Documents from "Indrastika Wulandari"