BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Neurodermatitis sirkumskripta adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai degan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena
berbagai
rangsangan
pruritogenik.
Nama
lain
neurodermatitis sirkumskripta (N. S.) ialah liken simpleks kronikus.1 Dermatitis atopik (DA) adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (dermatitis atopik, rhinitis alergik, asma bronkial).1 Liken planus adalah ditandai timbulnya papul-papul yang mempunyai warna dan konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah biru dan polygonal, berskuama, dan berbentuk siku-siku. Lokasinya di ekstremitas bagian fleksor, selaput lender dan alat kelamin. Sangat gatal, umumnya membaik dalam waktu 1-2 tahun.1 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis untuk membahas tentang neurodermatitis sikumskripta sebagai laporan kasus di bagian ilmu kesehatan kulit dan kelamin dalam kesempatan kali ini.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Neurodermatitis Sirkuskripta 2.1.1. Definisi Sinonim: Nama lain neurodermatitis sirkumskripta (N.S.) ialah liken simpleks kronikus. Istilah yang pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh kerna itu juga disebut liken Vidal. Neurodermatitis sirkumskripta adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai degan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik..1
2.1.2. Etiologi Etiologi neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui dengan pasti, gejala timbul akibat garukan dan gosokan karena perasaan gatal yang hebat. Berbagai faktor lingkungan yang mendorong timbulnya gatal, seperti panas, keringat, iritasi, emosi dan psikologis.2
2.1.3. Epidemiologi Penyakit ini mengenai orang dewasa terutama pada usia 30-50 tahun, wanita lebih sering terkena dibandingkan pria.2
2.1.4. Patogenesis Berbagai faktor lingkungan yang mendorong timbulnya gatal, seperti panas, keringat, iritasi, emosi dan psikologis, namun patogenesisnya belum diketahui dengan pasti. Pada suatu penelitian, ditemukan skor depresi yang tinggi. Apakah faktor emosi ini terjadi sekunder akibat penyakit dermatitis primernya, ataukah ia sebagai 2
penyebab primer belum diketahui. Diduga bahwa neurotransmitter mempengaruhi mood (suasana hati) mislanya dopamine, serotonine atau peptide opioid mengatur persepsi gatal melalui jalur descending spinal. Kelainan obsessive-compilsive juga berasosiasi dengan penyakit ini. Dilaporkan juga adanya asosiasi dengan atopic, bervariasi antara 26-75%. 2
2.1.5. Gambaran Klinis Gejala utama neurodermatittis sirkumskripta adalah perasaan gatal yang hebat. Gatal ini sifatnya dapat paroksismal, terus menerus atau sporadik. Gosokan dan garukan dapat terjadi secara sadar, namun dapat juga tanpa disadari misalnya saat tidur. Gatal bertambah saat berkeringat, panas, adanya iritasi misalnya dari pakaian ataupun saat stress emosional.2 Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lama lesi. 1 N.S., tidak biasa terjadi pada anak, tetapi pada usia dewasa ke atas ; puncak insiden pada usia antara 30 hingga 50 tahun. Wanita lebih sering menderita daripada pria. Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Neurodermatitis dibagian tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecik ditengah tengkuk atau dapat meluas hingga scalp. Biasanya skuamanya banyak menyerupai psoriasis.1
3
2.1.6. Histopatologi Epidermis hiperkeratosis, akantosis dan sedikit papilomatosis. Dermis pelebaran pembuluh-pembuluh darah dan serbukan sel radang kronik.3
2.1.7. Diagnosis Diagnosis dibangun atas dasar temuan gambaran klinis pada daerah predileksi adanya likenifikasi, skumasi yang pada awalnya unilateral pada orang dewasa dengan adanya faktor emosi/psikologis.2 Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis,
biasanya
tidak
terlalu
sulit.
Namun
perlu
dipikirkan
kemungkinan penyakit kulit lain yang memberikan gejala pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopi.1
2.1.8. Diagnosis Banding Penyakit kulit lain yang memberikan gejala pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopi.1 Diagnosis banding penyakit ini adalah dermatitis atopik likenifikasi, psoriasis likenifikasi, liken planus hipertrofik.2
2.1.9. Penatalaksanaan Kepada pasien dianjurkan untuk tidak menggaruk, atau kuku di potong pendek sehingga kalaupu terpaksa menggaruk, maka tekanan garukan akan berkurang karena kuku sudah di potong.2 oleh karena itu harus dihindari. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus, kortikosteroid topikal atau intralesi, produk ter.1 Antipruritus dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek sedatif (contoh; hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Dapat pula 4
diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka pendek (maksimum 8 hari). Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat, bila perlu ditutup dengan penutup impermeable; kalau masih tidak berhasil dapat diberikan secara suntikan intalesi. Salep kortikosteroid dapat pula dikombinasi dengan ter yang mempunyai efek anti-inflamasi. Ada pula yang mengobati dengan UBV dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit yang mendasarinya, bila memang ada harus juga diobati.1
2.1.10. Komplikasi Penelitian mengenai tidur pasien neurodermatitis ditemukan gangguan pada siklus tidurnya. Arousal index meningkat yaitu pasien mudah terbangun karena gatal.2
2.1.11. Prognosis Penyakit berjalan kronis dengan lesi yang persisten atau rekurens. Eksaserbasi terjadi karena adanya stress emosional.2
2.2.
Dermatitis Atopi 2.2.1. Definisi Dermatitis atopik (DA) adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (dermatitis atopik, rhinitis alergik, asma bronkial).1
2.2.2. Etiopatogenesis Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam patogenesis D.A. misalnya faktor genetik, lingkungan, sawar kulit, farmakologik, dan imunologik. Konsep dasar terjadinya D.A. adalah melalui reaksi imunologik, yang 5
diperantarai oleh sel-sel yang berasal dari sumsum tulang. Kadar IgE dalam serum penderita D.A. dan jumlah eosinofil dalam darah perifer umumya meningkat. Terbukti bahwa ada hubungan secara sistemik antara D.A. dan alergi saluran nafas, karena 80% anak dengan D.A. mengalami asma bronkial atau rhinitis alergik.1
2.2.3. Epidemiologi Insiden dan prevalens D.A. yang pasti sulit diketahui, karena banyak kasus ringan yang tidak diketahui. Atopi (asma, hay fever dan D.A.) sering ditemukan pada populasi umum dengan prevalensi 22,5% (tahun 1992) dan mungkin sekarang lebih besar lagi. Prevalensi di Denmark dan Amerika Serikat saat ini sekitar 20%. Di China insidens 2,9%, Tanzania 0,7%, Inggris, Nigeria dan Hongkong 20%.Sebanyak 90% onset D.A. terjadi pada usia kurang dari 5 tahun, oleh karena itu data prevalens biasanya diperoleh pada usia sebelum sekolah. Lebih dari separuh pasien D.A. mulai setelah usia 2 bulan.2
2.2.4. Gambaran Klinis Kulit penderita D.A. umumnya kering, pucat/redup, kadar lipid di epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari tangan teraba dingin. Penderita D.A. cenderung tipe astenik, dengan inteligensia di atas rata-rata, sering merasa cemas, egois, frustrasi, agresif, atau merasa tertekan.1 Gejala utama D.A. ialah (pruritus), dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk sehingga timbul bermacam-macam kelainan di kulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta.1 Dikenal ada 3 fase dermatitis atopic yaitu fase infantile, anak dan dewasa. Setiap fase tersebut dapat bersifat akut, sub-akut dan kronis. Namun 6
umunya fase infantile biasanya bersifat akut, sedangkan fase dewasa bersifat kronis. 2
( D.A. Infantil (2 bulan-2 tahun) D.A. paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan, biasanya setelah usia 2 bulan. Lesi mulai di muka (dahi, pipi) berupa eritema, papulovesikel yang halus, karena gatal digosok, pecah, eksudatif, dan akhirnya terbentuk krusta. Lesi kemudian meluas ke tempat lain yaitu ke skalp, leher, pergelangan tangan, lengan dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi ditemukan di lutut. Biasanya anak mulai menggaruk setelah berumur 2 bulan. Rasa gatal yang timbul sangat mengganggu sehingga anak gelisah, susah tidur, dan sering menangis. Pada umumnya lesi D.A. infantil eksudatif, banyak eksudat, erosi, krusta dan dapat mengalami infeksi. Lesi dapat meluas generalisata bahkan, walaupun jarang, dapat terjadi eritroderma. Lambat laun lesi menjadi kronis dan residif.1 Lesi pada fase infantile dimulai di wajah bilateral, namun dapat meluas ke dahi, telinga dan leher. Lesi akut ditandai oleh adanya keluhan gatal hebat, dan lesi berupa eritem, papul, plak, vesikel, erosi, ekskoriasi. Lesi sub-akut ditandai adanya papul eritematosa, plak, dengan skuama disertai krusta. Tanda kronis berupa likenifikasi, depigmentasi baik hipo maupun hiperpigementasi.2
( D.A. Pada Anak ( 2-10 tahun) Lokasi lesi serupa dengan fase dewasa yaitu di fosa kubiti, fosa poplitea dan leher bagian belakang. Lesi sering juga berlokasi di pergelangan tangan dan kaki, tangan dan kaki.2
7
( D.A Pada Remaja dan Dewasa ) Lesi kulit D.A. pada bentuk ini dapat berupa plak papular-eritematosa dan berskuama, atau plak likenifikasi yang gatal. Pada D.A. remaja lokalisasi lesi di lipat siku, lipat lutut, dan samping leher, dahi, dan sekitar mata. Pada D.A. dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu, atau skalp. Kadang erupsi meluas, dan paling parah di lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar dan cenderung bergabung menjadi plak likenifikasi dengan sedikit skuama, dan sering tejadi eksoriasi dan eksudasi karena garukan. Lambat laun terjadi hiperpigmentasi.1 Lesi sangat gatal, terutama pada malam hari waktu beristirahat. Pada orang dewasa sering mengeluh bahwa penyakitnya kambuh bila mengalami stres. Mungkin karena stres dapat menurunkan ambang rangsang gatal. Penderita atopik memang sulit mengeluarkan keringat, sehingga rasa gatal timbul bila mengadakan latihan fisik. Pada umumnya D.A. remaja atau dewasa berlangsung lama, kemudian cenderung menurun dan membaik (sembuh) setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia pertengahan; hanya sebagian kecil terus berlangsung sampai tua. Kulit penderita D.A. yang telah sembuh mudah gatal dan cepat meradang bila terpajan oleh bahan iritan eksogen.1 Penderita atopik berisiko tinggi menderita dermatitis tangan, kira-kira 70% suatu saat dapat mengalaminya. D.A. pada tangan dapat mengenai punggung maupun telapak tangan, sulit dibedakan dengan dermatitis kontak. D.A. di tangan biasa timbul pada wanita muda setelah melahirkan anak pertama, ketika sering terpajan sabun dan air sebagai pemicunya.1
8
2.2.5. Diagnosis Diagnosis D.A. didasarkan kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka yang diperbaiki oleh kelompok kerja dari Inggris yang dikoordinasi oleh Williams (1994).1 Kriteria mayor 1. Pruritus 1. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak 2. Dermatitis di fleksura pada dewasa 3. Dermatitis kronis atau residif 4. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya.
Kriteria minor 1.
Xerosis
2. Infeksi kulit (khususnya oleh S.aureus dan virus herpes simpleks) 3. Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki 4. lktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris 5. Pitiriasis alba 6. Dermatitis di papila mame 7. White dermographism dan delayed blanch response 8. Keilitis 9. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan 10. Konjungtivitis berulang 11. Keratokonus 12. Katarak subkapsular anterior 13. Orbita menjadi gelap 14. Muka pucat atau eritem 15. Gatal bila berkeringat 16. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak 17. Aksentuasi perifolikular 9
18. Hipersensitif terhadap makanan 19. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi 20. Tes kulit alergi tipe dadakan positif 21. Kadar IgE di dalam serum meningkat 22. Awitan pada usia dini.1
Diagnosis D.A. harus mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga kriteria minor. Untuk bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi yaitu: Tiga kriteria mayor berupa: 1. Riwayat atopi pada keluarga, 2. Dermatitis di muka atau ekstensor, 3. Pruritus, ditambah tiga kriteria minor 1. Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris 2. Aksentuasi perifolikular, 3. Fisura belakang telinga, 4. Skuama di skalp kronis. Kriteria major dan minor yang diusulkan oleh Hanifin dan Rajka didasarkan pengalaman klinis. Kriteria ini cocok untuk diagnosis penelitian berbasis rumah sakit (hospital based) dan eksperimental, tetapi tidak dapat dipakai pada penelitian berbasis populasi, karena kriteria minor umumnya ditemukan pula pada kelompok kontrol, di samping juga belum divalidasi terhadap diagnosis dokter atau diuji untuk pengulangan (repeatability). Oleh karena itu kelompok kerja Inggris (UK working party) yang dikoordinasi oleh William memperbaiki dan meyederhanakan kriteria Hanifin dan Rajka menjadi satu set kriteria untuk pedoman diagnosis D.A. yang dapat diulang dan 10
divalidasi. Pedoman ini sahih untuk orang dewasa, anak, berbagai ras, dan sudah divalidasi dalam populasi, sehingga dapat membantu dokter Puskesmas membuat diagnosis.1 Pedoman diagnosis D.A. yang diusulkan oleh kelompok tersebut yaitu: 5. Harus mempunyai kondisi kulit gatal (itchy skin) atau dari laporan orang tuanya bahwa anaknya suka menggaruk atau menggosok. 6. Ditambah 3 atau lebih kriteria berikut: 1. Riwayat terkenanya lipatan kulit, misalnya lipat siku, belakang lutut, bagian depan pergelangan kaki atau sekeliling leher (termasuk pipi anak usia di bawah 10 tahun). 2. Riwayat asma bronkial atau hay fever pada penderita (atau riwayat penyakit atopi pada keluarga tingkat pertama dari anak di bawah 4 tahun). 3. Riwayat kulit kering secara umum pada tahun terakhir. 4. Adanya dermatitis yang tampak di lipatan (atau dermatitis pada pipi/dahi dan anggota badan bagian luar anak di bawah 4 tahun). 5. Awitan di bawah usia 2 tahun (tidak digunakan bila anak di bawah 4 tahun).1
2.2.6. Diagnosis Banding Dermatitis
seboroik,
ICD,
ACD,
psoriasis,
dermatitis
numularis, dermatophytosis, fase awal mikosis. dermatitis kontak, dermatitis numularis.4
11
2.2.7. Penatalaksanaan Kulit penderita D.A. cenderung lebih rentan terhadap bahan iritan, oleh karena itu penting untuk mengidentifikasi kemudian menyingkirkan faktor yang memperberat dan memicu siklus “gatalgaruk”, misalnya sabun dan deterjen; kontak dengan bahan kimia, pakaian kasar, pajanan terhadap panas atau dingin yang ekstrim. Bila memakai sabun hendaknya yang berdaya larut minimal terhadap lemak dan mempunyai pH netral. Pakaian baru sebaiknya dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai untuk membersihkan formaldehid atau bahan kimia tambahan. Mencuci pakaian dengan deterjen harus dibilas dengan baik, sebab sisa deterjen dapat bersifat iritan. Kalau selesai berenang harus segera mandi untuk membilas klorin yang biasanya digunakan pada kolam renang. Stres psikik juga dapat menyebabkan eksaserbasi D.A.1 Setiap serangan dermatitis pada bayi dan anak dipicu oleh iritasi dari luar, misalnya terlalu sering dimandikan; menggosok terlalu kuat; pakaian terlalu tebal, ketat atau kotor; kebersihan kurang terutama di daerah popok; infeksi lokal; iritasi oleh kencing atau feses; bahkan juga medicated baby oil. Pada bayi penting diperhatikan kebersihan daerah bokong dan genitalia; popok segera diganti, bila basah atau kotor. Upaya pertama adalah melindungi daerah yang terkena terhadap garukan agar tidak memperparah penyakitnya. Usahakan tidak memakai pakaian yang bersifat iritan (misalnya wol, atau sintetik), bahan katun lebih baik. Kulit anak/bayi dijaga tetap tertutup pakaian untuk menghindari pajanan iritan atau trauma garukan.1 Mandi dengan pembersih yang mengandung pelembab; hindari pembersih antibakterial karena berisiko menginduksi resistensi.1
12
Pengobatan Topikal Hidrasi kulit. Kulit penderita D.A. kering dan fungsi sawarnya berkurang, mudah retak sehingga mempermudah masuknya mikroorganisme patogen, bahan iritan dan alergen. Pada kulit yang demikian perlu diberikan pelembab, misalnya krim hidrofilik urea 10%; dapat pula ditambahkan hidrokortison 1% di dalamnya. Bila memakai pelembab yang mengandung asam laktat, konsentrasinya jangan lebih dari 5%, karena dapat mengiritasi bila dermatitisnya masih aktif. Setelah mandi kulit dilap, kemudian memakai emolien agar kulit tetap lembab. Emolien dipakai beberapa kali sehari, karena lama kerja maksimum 6 jam.1 Kortikosteroid
topikal.
Pengobatan
D.A.
dengan
kortikosteroid topikal adalah yang paling sering digunakan sebagai anti-inflamasi lesi kulit. Namun demikian harus waspada karena dapat terjadi efek samping yang tidak diinginkan.1 Pada bayi digunakan salap steroid berpotensi rendah, misalnya hidrokortison 1%-2,5%. Pada anak dan dewasa dipakai steroid berpotensi menengah, misalnya triamsinolon, kecuali pada muka digunakan steroid berpotensi lebih rendah. Kortikosteroid berpotensi rendah juga dipakai di daerah genitalia dan intertriginosa, jangan digunakan yang berpotensi kuat, misalnya fluorinated glucocorticoid. Bila aktivitas penyakit telah terkontrol, dipakai secara intermiten, umumnya 2 kali seminggu, untuk menjaga agar tidak cepat kambuh; sebaiknya dengan kortikosteroid yang potensinya paling rendah.1 Pada lesi akut yang basah dikompres dahulu sebelum digunakan steroid, misalnya dengan larutan Burowi, atau dengan larutan permanganas kalikus 1:5000.1
13
Imunomodulator topikal Takrolimus.
Takrolimus
(FK-506),
suatu
penghambat
calcineurin, dapat diberikan dalam bentuk salap 0,03% untuk anak usia 2-15 tahun; untuk dewasa 0,03% dan 0,1%. Takrolimus menghambat aktivasi sel yang terlibat dalam D.A. yaitu: sel Langerhans, sel T, sel mas, dan keratinosit. Pada pengobatan jangka panjang dengan salep takrolimus, koloni S. aureus menurun. Tidak ditemukan efek samping kecuali rasa seperti terbakar setempat. Tidak menyebabkan atrofi kulit seperti pada pemakaian kortikosteroid; dapat digunakan di muka dan kelopak mata.1 Pimekrolimus. Dikenal juga dengan ASM 81, suatu senyawa askomisin yaitu imunomodulator golongan makrolaktam, yang pertama ditemukan dari hasil fermentasi Streptomyces hygroscopicus var. ascomyceticus. Cara kerja sangat mirip siklosporin dan takrolimus yang dihasilkan dari Streptomycestsuku-baensis, walaupun ketiganya berbeda dalam struktur kimianya, yaitu bekerja sebagai pro-drug, yang baru menjadi aktif bila terikat pada reseptor sitosolik imunofilin. Reseptor imunofilin untuk askomisin ialah makrofilin-12. Ikatan askomisin pada makrofilin-12 dalam sitoplasma sel T, akan menghambat calcineurin (suatu molekul yang dibutuhkan untuk inisiasi transkripsi gen sitokin), sehingga produksi sitokin TH1 ( IFN-y dan IL-2) dan TH2 ( IL-4 dan IL-10) dihambat. Askomisin juga menghambat aktivasi sel mas. Askomisin menghasilkan efek imunomodulator lebih selektif dalam menghambat fase elisitasi dermatitis kontak alergik, tetapi respons imun primer tidak terganggu bila diberikan secara sistemik, tidak seperti takrolimus dan siklosporin.1 Derivat askomisin yang digunakan ialah krim SDZ ASM 981 konsentrasi 1%, mempunyai efektivitas sama dengan krim klobetasol14
17-propionat 0.05% (steroid superpoten), tidak menyebabkan atrofi kulit (setidaknya selama 4 minggu), aman pada anak dan dapat dipakai pada kulit sensitif misalnya pada muka dan lipatan. Cara pemakaian dioleskan 2 kali sehari.1 Pimekrolimus dan takrolimus tidak dianjurkan pada anak usia kurang dari 2 tahun. Penderita yang diobati dengan pimekrolimus dan takrolimus dinasehati untuk memakai pelindung matahari karena ada dugaan bahwa kedua obat tersebut berpotensi menimbulkan kanker kulit.1 Preparat ter. Preparat ter mempunyai efek antipruritus dan anti-inflamasi pada kulit. Dipakai pada lesi kronis, jangan pada lesi akut. Sediaan dalam bentuk salap hidrofilik, misainya yang mengandung likuor karbonis detergen 5% sampai 10%, atau crude coal tar 1% sampai 5%.1 Antihistamin. Pengobatan D.A. dengan antihistamin topikal tidak dianjurkan karena berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Dilaporkan bahwa aplikasi topikal krim doksepin 5% dalam jangka pendek (satu minggu), dapat mengurangi gatal tanpa terjadi sensitisasi. Tetapi perlu diperhatikan, bila dipakai pada area yang luas akan menimbulkan efek samping sedatif.1
Pengobatan Sistemik Kortikosteroid. Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk mengendalikan eksaserbasi akut, dalam jangka pendek, dan dosis rendah, diberikan berselang-seling (alternate), atau diturunkan bertahap (tapering), kemudian segera diganti dengan kortikosteroid topikal. Pemakaian jangka panjang menimbulkan berbagai efek samping, dan bila dihentikan, lesi yang lebih berat akan muncul kembali.1 15
Antihistamin. Antihistamin digunakan untuk membantu mengurangi rasa gatal yang hebat, terutama malam hari, sehingga mengganggu tidur. Oleh karena itu antihistamin yang dipakai ialah yang
mempunyai
efek
sedatif,
misalnya
hidroksisin
atau
difenhidramin. Pada kasus yang lebih sulit dapat diberikan doksepin hidroklorid yang mempunyai efek antidepresan dan memblokade reseptor histamin H1 dan H2, dengan dosis 10 sampai 75 mg secara oral malam hari pada orang dewasa.1 Anti-infeksi. Pada D.A. ditemukan peningkatan koloni S. aureus. Untuk yang belum resisten dapat diberikan eritromisin, asitromisin atau, klaritromisin, sedang untuk yang sudah resisten diberikan dikloksasilin, oksasilin, atau generasi pertama sefalosporin.1 Bila
dicurigai
terinfeksi
oleh
virus
herpes
simpleks
kortikosteroid dihentikan sementara dan diberikan per oral asiklovir 400 mg 3 kali per hari selama 10 hari, atau 200 mg 4 kali per hari selama 10 hari.1 Interferon. IFN-y diketahui menekan respons IgE dan menurunkan fungsi dan proliferasi sel TH2. Pengobatan dengan IFN-y rekombinan menghasilkan perbaikan klinis, karena dapat menurunkan jumlah eosinofil total dalam sirkulasi.1 Siklosporin. DA yang sulit diatasi dengan pengobatan konvensional dapat diberikan pengobatan dengan siklosporin dalam jangka pendek. Dosis jangka pendek yang dianjurkan per oral: 5 mg/kg berat badan. Siklosporin adalah obat imunosupresif kuat yang terutama bekerja pada sel T akan terikat dengan cyclophilin (suatu protein intraselular) menjadi satu kompleks yang akan menghambat calcineurin sehingga transkripsi sitokin ditekan. Tetapi, bila pengobatan dengan siklosporin dihentikan umumnya penyakitnya akan segera kambuh lagi. Efek samping yang mungkin timbul yaitu 16
peningkatan kreatinin dalam serum, atau bahkan terjadi penurunan fungsi ginjal dan hipertensi.1
Terapi Sinar (Phototherapy) Untuk D.A. yang berat dan luas dapat digunakan PUVA (photochemotherapy) seperti yang dipakai pada psoriasis. Terapi UVB, atau Goeckerman dengan UVB dan ter juga efektif. Kombinasi UVB dan UVA lebih baik daripada hanya UVB. UVA bekerja pada sel Langerhans dan eosinofil, sedangkan UVB mempunyai efek imunosupresif dengan cara memblokade fungsi sel Langerhans, dan mengubah produksi sitokin keratinosit.1
2.2.8. Komplikasi - Infeksi - Edema - Komplikasi akibat obat 2
2.2.9. Prognosis Yang terlibat tidak di obati persisten dari berbulan bulan atau menahun. Kurang lebih selama masa kanak-kanak terjadi pada 40% dengan sesekali, durasi rekurensi yang lebih berat. Pada banyak pasien, penyakit ini berlangsung selama 15-20 tahun, tetapi tidak parah. Dari 30 % sampai 50% pasien mengalami asma/ demam. Onset D.A. sering mengalami tingkat keparahan yang berat.4 Sulit meramalkan prognosis D.A. pada seseorang. Prognosis lebih buruk bila kedua orang tuanya menderita DA. Ada kecenderungan perbaikan spontan pada masa anak, dan sering ada yang kambuh pada masa remaja. Lebih dari separuh D.A. remaja yang telah diobati kambuh kembali setelah dewasa. 17
2.3.
Liken Planus 2.3.1. Definisi Liken planus ditandai timbulnya papul-papul yang mempunyai warna dan konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah biru dan poligonal, berskuama, dan berbentuk siku-siku. Lokasinya di ekstremitas bagian fleksor, selaput lender, dan alat kelamin. Sangat gatal, umumnya membaik dalam waktu 1-2 tahun.1
2.3.2. Etiologi Idiopatik dalam banyak kasus, tetapi imunitas yang di mediasi sel memainkan peran utama. Pada liken planus tidak terdapat peninggian immunoglobulin. Pada lesi ditemukan sel SD4 dan CD8. Limfosit pada infiltrate umumnya ialah CD8, CD40R0 (memori) dan αβ receptor (TcR) serta sedikit α8 receptor.4
2.3.3. Epidemiologi Perempuan lebih banyak dari laki-laki, distribusi umur rata-rata 30-60 tahun.4
2.3.4. Gejala Klinis Onset nya akut dan kronik. Lesi berbulan-bulan terkahir hingga bertahun, tanpa gejala atau pruritus; kadang pruritus berat. Membran mukosa terasa nyari, terutama ketika terjadi ulserasi.4 Biasanya gatal, umumnya setelah satu atau beberapa minggu sejak kelainan pertama timbul diikuti oleh penyebaran lesi. Tempat predileksi kelainan pertama ialah pada ekstremitas, dapat di ekstremitas bawah, tetapi yang lebih sering di bagian fleksor pergelangan tangan atau lengan bawah, distribusinya simetrik. Terdapat fenomena Kӧbner (isomorfik). Pada selaput lendir dapat terbentuk kelainan, tetapi tidak 18
menimbulkan keluhan. Kelainan yang khas terdiri atas papul yang polygonal, datar dan berkilat, kadang-kadang ada cekungan disentral (delle). Garis anyaman berwarna putih (Strie Wickham) dapat dilihat pada permukaan papul.1 Variasi bentuk dapat terjadi pada liken planus, dapat terjadi konfigurasi anular yang terbentuk karena papul-papul membentuk lingkaran, atau karena menghilang di sentral dan perluasan ke perifer. Konfigurasi ini sering terlihat pada glans penis. Dapat pula berkonfigurasi liniar atau zosteriformis. Kelainan di mukosa sangat patognomonik, letaknya di bukal, lidah, bibir, dan seluruh saluran gastrointestinal. Pada vagina dan vesika urinaria terdapat gambaran reticular serupa jala yang terdiri atas garis-garis putih atau strie abuabu. Kelaianan mukosa terdapat pada 2/3 penderita liken planus. Pada alat kelamin, 25% pria menunjukkan kelainan pada penis terdiri atas papul anular atau strie yang putih. Kelainan pada kuku dilaporkan oleh SAMMAN sebanyak 10%. Pada kulit kepala, papul yang folikular dapat menimbulkan alopesia bersikatriks.1
Bentuk Morfologik a. Hipertrofik Terdiri atas plak yang verukosa berwarna merah coklat atau ungu, terletak pada daerah tulang kering. b. Folikular kelainan terdiri atas papul seperti duri pada kulit, selaput lendir dan kulit kepala merupakan trias pada liken planopilaris. Kelainan pada kulit kepala sangat sulit dibedakan dengan pseudopelade. c. Vesikular dan bulosa 1. kelainan kulit sedikit terdiri atas vesikel dan bula pada tempat-tempat bekas atau sedang terdapat liken planus. 19
2. Bentuk yang jarang terjadi. Bula yang luas tiba-tiba timbul pada kulit yang normal atau bekas lesi, diikuti oleh gejala-gejala konstitusi. Ada bentuk bula dengan gejala ulserasi pada kaki, menyebabkan alopesia bersikatris dan hilangnya kuku. d. Erosif dan ulseratif Dapat terjadi pada mukosa yang didahului oleh liken planus. e. Atrofi Jarang terdapat.1
2.3.5. Diagnosis Banding Psoriasis vulgaris, liken simpleks kronikus, prurigo nodularis, dermatitis statis, Kaposi sarcoma.4
2.3.6. Histopatologi Gambaran histopatologik papul menunjukkan penebalan lapisan granuloma, degenerasi mencair membrane basalis dan sel basal. Terdapat pula infiltrate seperti pita terdiri atas limfosit dan histiosit pada dermis bagian atas. Infiltrat tersebut padt dan mempunyai batas bawah yang tajam. Pelepasan epidermal kadang-kadang terlihat dan bila bertambah akan terbentuk bula subepidermal. Strie Wickham mungkin ada hubungan dengan bertambahnya aktivitas fokal likel planus dan tidak karena penebalan lapisan granular. IgM dan fibrin terdapat pada dermis papilar pada lesi yang aktif.1
2.3.7. Diagnosis Diagnosis liken planus atau variannya yang khas dibantu dengan pemeriksaan histopatologi. Liken planus-liken eruption tidak dapat dibedakan secara klinis dan histopatologik dari liken planus. Bahan- bahan yang dapat menimbulkan erupsi semacam itu adalh; 20
emas, streptomisin, tetrasiklin,arsen, merkuri, yodida, quinakrin, dan klorokuin.1
2.3.8. Penatalaksanaan Umumnya kurang memmuaskan. Kortikosteroid topikal dan sistemik dapat memperbaiki, bila perlu suntikan setempat atau bebat oklusif. Dapat dicoba dengan krim asam vitamin A ( asam retinoat) 0,05%. Obat topikal yang lain ialah siklosporin, takrolimus, dan pimekrolimus. Foto kemoterapi dapat menolong terutama pada bentuk yang generalisata. Obat sistemin yang dapat dipakai ialah retinoid dan imunosupresif (siklosporin, antimalaria).1
2.3.9. Prognosis Penyakit ini dapat sembuh sendiri. Prognosis tergantung pada luasnya dan bentuknya, yang mempengaruhi waktu penyembuhan cepat atau lambat.1
21
BAB III LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien Nama
: Tn. Fachruddin Irawan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 59 tahun
TTL
: Palembang 10 Juli 1958
Pekerjaan
: Pensiun PNS Pertamina
Alamat
: JL. Gotong Royong, kembang Agung, Kertapati, Palembang.
Status Pernikahan
: Menikah
Suku Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
No.RM
: 32.07.04
Tanggal berobat
: Senin, 21 Mei 2018
3.2. Anamnesis (Tanggal 21 Mei 2018, pukul. 11.00 WIB) 3.2.1. Keluhan Utama Timbul bercak kehitaman pada punggung kaki kanan sejak 2 minggu yang lalu. 3.2.2. Keluhan Tambahan Gatal
22
3.2.3. Riwayat Perjalanan Penyakit Sejak ± 2 minggu yang lalu, pasien mengeluh timbul bintil bintil kemerahan pada punggung kaki kanan, bintil tersebut awalnya timbul 1 bintil saja, lama kelamaan menjadi banyak dan timbul pada daerah yang baru di lutut kiri. Keluhan juga disertai gatal yang hebat. Gatal lebih hebat jika malam hari saat pasien tidak beraktivitas, saat pasien banyak pikian, dan gatal pada saat berkeringat. Menurut pasien gatal timbul saat makan ikan laut, dan makanan yang mengandung penyedap. Menurut pasien sebelumnya belum pernah gatal saat makan ikan laut dan yang mengandung penyedap. Pasien mengaku gatal berkurang jika pasien menggaruk pada daerah bintil tersebut, dan pasien sering sekali menggaruk lesi,
sehingga
menyebabkan luka lecet dan terasa perih pada daerah yang digaruk. Akibat garukan kulit pasien terkelupas dan menimbulkan lecet. Lama kelamaan, bagian kulit punggung kaki kanan dan lutut kiri timbul bercak kehitaman dan terasa menebal. Pasien merasa tidak nyaman dan memutuskan berobat ke poli klinik Kulit dan Kelamin RSUD Palembang BARI.
Riwayat Penyakit Dahulu: - Pasien pernah mengalami keluhan serupa + 1 tahun yang lalu, bercak kehitaman dan kulit menebal, dan keluhan timbul bercak kehitaman dan kulit terasa menebal 4 bulan yang lalu. - Riwayat alergi makanan disangkal tetapi baru timbul sejak 4 bulan terakhir, - Alergi obat (-) - Riwayat DM (-) - Riwayat asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga: - Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama. - Riwayat asma (-) - Riwayat alergi makanan (-) 23
Riwayat Sosial dan Lingkungan: Gejala penyakit yang sama dilingkungan pasien (-). 3.3 Pemeriksan Fisik Status Generalis Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Kompos Mentis
Tanda Vital Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi
: 88x/menit
Pernapasan
: 22x/menit
Suhu
: 36,8°C
Bentuk
: Normochepali
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung
: Septum deviasi (-), sekret (-)
Mulut
: Bibir kering (-),dinding faring hiperemis (-)
Telinga
: Normal, tanda radang (-)
Kepala
Leher
: Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Abdomen Inspeksi
: Datar
Palpasi
: Tidak dilakukan
Perkusi
: Tidak dilakukan
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Ekstremitas Superior
: akral hangat, oedem (-), sianosis (-).
Ekstermitas Inferior
: akral hangat, oedem (-), sianosis (-).
24
3.4.Status Dermatologikus 1. Pada
regio dorsum pedis dextra terdapat makula hiperpigmentasi, multiple,
bentuk irregular dengan ukuran lentikular hingga numular, disertai sebagian mengalami likenifikasi, diskret.
25
2. Pada regio dorsum pedis dextra interdigiti III terdapat Plaq hiperpigmentasi, jumlah soliter, bentuk iregular dengan ukuran lentikular, diskret.
3. Pada regio patella sinistra terdapat plaq hiperpigmentasi, jumlah soliter, sirkumskrip dengan ukuran plakat, regional. Di sertai skuama tebal diatasnya
26
27
3.5.
Diagnosis Banding 1. Neurodermatitis sirkumskripta 2. Dermatitis atopi 3. Liken planus
3.6. Pemeriksaan Anjuran 1. Immunoglobulin E 2. Prick test
3.7. Diagnosis Kerja Neurodermatitis Sirkumskripta.
3.8. Penatalaksanaan 1)
Non-farmakologis -
Lesi jangan digaruk apabila gatal karena akan menimbulkan lesi yang baru lagi dan memperparah kondisi kulit pasien.
-
Hindari pakaian ketat dan tidak menyerap keringat serta diganti setiap hari.
2)
Farmakologis Pengobatan topikal: Kortikosteroid topical : mometasone furoate 0,1 % diberikan 2 kali sehari di oleskan pada lesi selama 2 minggu.
Pengobatan sistemik: Cetirizine 1 x 10 mg selama 7 hari.
28
3.9. Prognosis Quo Ad vitam
:bonam
Quo Ad functionam
: bonam
Quo Ad sanationam
: bonam
Quo ad cosmetict
: bonam
29
BAB IV ANALISA KASUS
4.1. Pembahasan
Pada kasus ini dibahas mengenai pasien bernama Tn. F laki laki usia 59 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan timbul bintil kemerahan pada punggung kaki kanan dan lutut kiri sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan juga disertai gatal yang hebat. Gatal lebih hebat jika malam hari saat pasien tidak beraktivitas, saat pasien banyak pikian, dan gatal pada saat berkeringat. Pasien mengaku gatal berkurang jika pasien menggaruk pada daerah bintil tersebut,dan pasien sering sekali menggaruk lesi. Berdasarkan teori epidemiologi neurodermatittis sirkumskripta merupakan mengenai orang dewasa terutama pada usia 30-50 tahun, wanita lebih sering terkena dibandingkan pria. Pada kasus ini Tn F. laki-laki usia 59 tahun.2 Berdasarkan etiologi gejala timbul akibat garukan dan gosokan karena perasaan gatal yang hebat. Berbagai faktor lingkungan yang mendorong timbulnya gatal, seperti panas, keringat, iritasi, emosi dan psikologis.2 Sehingga menyebabkan luka lecet dan terasa perih pada daerah yang digaruk. Akibat garukan kulit pasien terkelupas dan menimbulkan lecet. Lama kelamaan, bagian kulit punggung kaki kanan dan lutut kiri timbul bercak kehitaman dan terasa menebal. Berdasarkan gambaran klinis utama neurodermatittis sirkumskripta adalah perasaan gatal yang hebat. Gatal ini sifatnya dapat paroksismal, terus menerus atau sporadik. Gosokan dan garukan dapat terjadi secara sadar, namun dapat juga tanpa disadari misalnya saat tidur. Gatal bertambah saat berkeringat, panas, adanya iritasi misalnya dari pakaian ataupun saat stress emosional.2
30
Berdasarkan teori efloresensi lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah
berskuama
dan
menebal,
likenifikasi
dan
ekskoriasi;
sekitarnya
hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lama lesi. Pada kasus ini di temukan tampak Regio dorsum pedis dextra tampak makula hiperpigmentasi, multiple, bentuk irregular dengan ukuran lentikular hingga numular, disertai sebagian mengalami likenifikasi, diskret. Pada regio dorsum pedis dextra interdigiti III tampak plaq hiperpigmentasi, jumlah soliter, bentuk iregular dengan ukuran lentikular, diskret. Pada regio patella sinistra tampak plaq hiperpigmentasi, jumlah soliter, sirkumskrip dengan ukuran plakat, regional. Di sertai skuama tebal diatasnya. Bersadarkan predileksi letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Neurodermatitis dibagian tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecil ditengah tengkuk atau dapat meluas hingga scalp. Pada kasus ini Tn. F timbul pada daerah punggung kaki kanan, jari kaki kiri, dan lutut kiri.
31
Tabel 4.1.1. Perbandingan tinjauan pustaka dan kasus Neurodermatitis Sirkumskripta.
Tinjauan pustaka
Kasus
-Etiologi gejala timbul akibat garukan Pasien mengeluh timbul bintik dan dan gosokan karena perasaan gatal gatal yang hebat, dan gatal pada saat yang
hebat.
Berbagai
faktor berkeringat.
lingkungan yang mendorong timbulnya gatal, seperti panas, keringat, iritasi, emosi dan psikologis.2 -Epidemiologi Penyakit ini mengenai -Pada pasien Tn. F laki-laki 59 tahun. orang dewasa terutama pada usia 30-50 tahun,
wanita lebih sering terkena
dibandingkan pria. -Gambaran
klinis
utama -Gatal lebih hebat jika malam hari saat
neurodermatittis sirkumskripta adalah pasien tidak beraktivitas, saat pasien perasaan gatal yang hebat. Gatal ini banyak pikian, dan gatal pada saat sifatnya
dapat
paroksismal,
terus berkeringat.
Menurut
pasien
gatal
menerus atau sporadik. Gosokan dan timbul saat makan ikan laut, dan garukan dapat terjadi secara sadar, makanan yang mengandung penyedap. namun dapat juga tanpa disadari Pasien mengaku gatal berkurang jika misalnya saat tidur. Gatal bertambah pasien menggaruk pada daerah bintil saat berkeringat, panas, adanya iritasi tersebut,dan
pasien
sering
sekali
misalnya dari pakaian ataupun saat menggaruk lesi. stress emosional.2
32
- Regio dorsum pedis dextra tampak -Efloresensi Lesi biasanya tunggal, makula
hiperpigmentasi,
pada awalnya berupa plak eritematosa, bentuk
irregular
multiple,
dengan
ukuran
sedikit edematosa, lambat laun edema lentikular hingga numular, disertai dan eritema menghilang, bagian tengah sebagian
mengalami
berskuama dan menebal, likenifikasi diskret. - Pada dan
ekskoriasi;
likenifikasi,
regio dorsum pedis
sekitarnya dextra interdigiti III
tampak plaq
hiperpigmentasi, batas dengan kulit hiperpigmentasi, jumlah soliter, bentuk normal tidak jelas. Gambaran klinis iregular dengan ukuran lentikular, dipengaruhi juga oleh lokasi dan lama diskret.- Pada regio patella sinistra lesi.
tampak plaq hiperpigmentasi, jumlah soliter, sirkumskrip dengan ukuran plakat, regional. Di sertai skuama tebal diatasnya.
- Predileksi letak lesi dapat timbul - Pada kasus ini predileksi timbul pada dimana
saja,
tetapi
yang
biasa daerah punggung kaki kanan, jari kaki
ditemukan ialah di scalp, tengkuk, kiri, dan lutut kiri. samping
leher,
lengan
bagian
ekstensor, pubis, vulva, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan,
dan
Neurodermatitis
punggung dibagian
kaki. tengkuk
(lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecik ditengah tengkuk atau dapat meluas hingga scalp.
33
Diagnosis banding untuk kasus neurodermatitits sirkumskripta adalah dermatitis atopi dan liken planus. Berdasarkan teori, Dermatitis atopik (D.A.) adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (dermatitis atopik, rhinitis alergik, asma bronkial).1 Penyakit ini Sering bayi, anak-anak dan pada dewasa juga,tetapi yang tersering bayi dan anak-anak. Gejala khas nya adalah pruritus. D.A. dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu, atau skalp.1 Diagnosis D.A dapat disingkirkan karena pada pasien tidak terdapat riwayat atopi pada penderita atau keluarga, dan untuk garis kulit tidak tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu yang diakibatkan oleh garukan atau gososkan yang berulang- ulang. Berdasarkan teori Liken planus Liken planus adalah ditandai timbulnya papulpapul yang mempunyai warna dan konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah biru dan polygonal, berskuama, dan berbentuk siku-siku. Lokasinya di ekstremitas bagian fleksor, selaput lender dan alat kelamin. Sangat gatal, umumnya membaik dalam waktu 1-2 tahun.1 Perempuan lebih banyak dari laki-laki, distribusi umur rata-rata 30-60 tahun.4 Etiologinya
idiopatik dalam banyak kasus, tetapi
imunitas yang di mediasi sel memainkan peran utama. Pada liken planus tidak terdapat peninggian immunoglobulin.4 Pada liken planus tempat predileksi kelainan pertama ialah pada ekstremitas, dapat di ekstremitas bawah, tetapi yang lebih sering di bagian fleksor pergelangan tangan atau lengan bawah, distribusinya simetrik. Dari predileksi hampir sama dengan neurodermatitis sikumskripta, akan tetapi pada liken planus terdapat kelainan di selaput lendir, dan pada neurodermatittis sirkumskripta tidak ada. Pada liken planus juga terdapat fenomena kobner.
34
Tabel 4.1.2. Diagnosis Banding Neurodermatitis Sirkumskripta. Kasus
Epidemiologi
Neurodermatitis Dermatitis atopi sirkumskripta Laki laki, 59 Mengenai orang Sering bayi, anaktahun dewasa terutama pada anak.2 usia 30-50 tahun, wanita lebih sering terkena dibandingkan pria.2
Liken planus Perempuan
lebih
banyak dari lakilaki,
distribusi
umur rata-rata 3060 tahun.4
Pasien mengeluh timbul
bintik
dan gatal yang Etiologi
hebat,
dan
gatal pada saat berkeringat.
Gatal
lebih
hebat
jika
malam
hari
saat
pasien
tidak Gejala klinis
beraktivitas, saat
pasien
banyak pikian, dan gatal pada saat berkeringat.
Etiologi gejala timbul akibat garukan dan gosokan karena perasaan gatal yang hebat. Berbagai faktor lingkungan yang mendorong timbulnya gatal, seperti panas, keringat, iritasi, emosi dan psikologis.2
Faktor genetik, lingkungan, sawar kulit, farmakologik, dan imunologik. Konsep dasar terjadinya D.A. adalah melalui reaksi imunologik, yang diperantarai oleh sel-sel yang berasal dari sumsum tulang.1 Efloresensi Lesi Gejala utama D.A. biasanya tunggal, pada ialah (pruritus), awalnya berupa plak hilang eritematosa, sedikit dapat edematosa, lambat laun timbul sepanjang edema dan eritema tetapi menghilang, bagian hari, tengah berskuama dan umumnya lebih menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; hebat pada malam sekitarnya hari. Akibatnya hiperpigmentasi, batas akan dengan kulit normal penderita tidak jelas. Gambaran menggaruk klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lama sehingga timbul
Idiopatik dalam banyak kasus, tetapi imunitas yang di mediasi sel memainkan peran utama. Pada liken planus tidak terdapat peninggian immunoglobulin.4
Onset
nya
akut
dan kronik. Lesi berbulan-bulan terkahir
hingga
bertahun, gejala
tanpa atau
pruritus;
kadang
pruritus
berat.
Membran mukosa terasa
nyari,
terutama
ketika
35
lesi.1
Menurut
bermacam-macam
pasien
gatal
timbul
saat
berupa
makan
ikan
likenifikasi,
laut,
dan
eritema,
terjadi ulserasi.4
kelainan di kulit
makanan yang
ekskoriasi,
mengandung
eksudasi,
penyedap.
krusta.1
papul,
erosi,
dan
Pasien mengaku gatal berkurang jika pasien menggaruk pada
daerah
bintil tersebut,dan pasien
sering
sekali menggaruk lesi.
Predileksi
Pada punggung kaki kanan dan jari kaki kanan. pada lutut kaki kiri,
Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.
D.A. dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir
Tempat predileksi kelainan pertama ialah pada ekstremitas, dapat di ekstremitas bawah, tetapi yang lebih sering di bagian fleksor pergelangan tangan atau lengan bawah,
36
Efloresensi
Neurodermatitis dibagian tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecik ditengah tengkuk atau dapat meluas hingga scalp.1 Regio dorsum Lesi biasanya tunggal, pedis dextra pada awalnya berupa tampak makula hiperpigmentas plak eritematosa, i, multiple, sedikit edematosa, bentuk irregular lambat laun edema dan dengan ukuran eritema menghilang, lentikular hingga bagian tengah numular, berskuama dan disertai sebagian menebal, likenifikasi mengalami dan ekskoriasi; likenifikasi, diskret. - Pada sekitarnya regio dorsum hiperpigmentasi, batas pedis dextra interdigiti III dengan kulit normal tampak plaq tidak jelas. Gambaran hiperpigmentas i, jumlah klinis dipengaruhi juga soliter, bentuk oleh lokasi dan lama iregular dengan ukuran lesi. 1 lentikular, diskret.- Pada regio patella sinistra tampak plaq hiperpigmentas i, jumlah soliter, sirkumskrip
(kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu, atau skalp.1
distribusinya simetrik. Terdapat kelainan di selaput lendir.1
planus Papul datar dan Liken ditandai timbulnya cenderung papul-papul yang mempunyai warna bergabung dan konfigurasi menjadi plak yang khas. Papulpapul berwarna likenifikasi merah biru dan dengan sedikit poligonal, dan skuama, dan berskuama, berbentuk sikusering tejadi siku. eksoriasi dan eksudasi
karena
garukan.
Lambat
laun
terjadi
hiperpigmentasi.1
37
dengan ukuran plakat, regional. Di sertai skuama tebal diatasnya.
Pada penatalaksanaan dalam kasus neurodermatitis sirkumskripta pada pasien ini diberikan secara sistemik dan topical. Secara non farmakologi, edukasi secara umum perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan memperburuk keadaan penyakitnya, oleh karena itu harus di hindari. Edukasi yang diberikan pada pasien ini agar dapat menghindari menggaruk lesi, dan kuku di potong pendek agar ditidak menggores ketika menggaruk. Hindari pakaian yang ketat, lembab, dan tidak menyerap keringat serta diganti setiap hari. Secara sistemik untuk keluhan pruritus ringan yang dapat hilang timbul dapat diberikan obat anti histamine golongan non sedative yaitu cetirizine 1x 10 mg perhari. Alasan pemberian sistemik diberikan cetirizine 1x10 mg per hari dikarena kan merupakan antihistamin yang sangat kuat dan spesifik. Cetirizine merupakan antagonis reseptor H1 generasi kedua. Efek sistem saraf pusat (SSP) dari antihistamin generasi kedua jarang terjadi. Cetirizine juga tidak mempunyai efek samping terhadap hepar dan diekskresikan ke urin dan feses dalam bentuk yang tidak berubah. Penggunaan cetirizine dalam 7 hari tidak memperpanjang interval QTc dibandingkan placebo.5 Golongan obat antihistamin reseptor H1 (AH1) generasi kedua karena pemberian oral diabsopsi secara baik. Efek yang timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal 1-2 jam. 5 Reseptor H1 tersebar luas di berbagai sel, seperti sel otot polos, sel endotel, sel mast, basofil dan eosinofil. Semua reseptor tersebut mudah dicapai dari sirkulasi darah. Oleh karena itu, antagonis reseptor H1 tidak memerlukan distribusi jaringan
38
yang luas untuk aksi kerjanya. Padas el mast dan basofil, hasil akhirnya adalah pelepasan mediator. Target antagonis H1 adalah reseptor eksternal, sehingga efek farmakologik dicapai tanpa penetrasi sel dan tidak memerlukan penembusan membrane sel atau sitosol. Sebagian besar antagonis H1 tidak dapat melewati sawar darah otak, namun beberapa obat dengan liposolubilitas yang tinggi dapat melewati sawar tersebut. Dengan adanya volume distribusi yang rendah dari antagonis H1, Cetirizine di pilih pada kasus ini, Karena antihistamin generasi kedua memiliki sifat penembusan sawar darah otak dapat diminimalisasi. 5 Selain dapat diberikan antihistamin sistemik pada neurodermatitis dapat di berikan kortikosteroid topical. Kortikosteroid topikal tersebut dipilih karena berbagai pertimbangan yaitu lesi tidak luas hanya meliputi dua bagian tubuh dengan ukuran masing masing lesi tidak besar dan juga lokasi lesi mudah di jangkau, selain itu efek sampingnya lebih minimal.6 Pengobatan topical yang dipilih yaitu potensi medium pada indikasi neurodermatitis sirkumskripta mometason furoate 0,1 % dioleskan 2 kali diberikan selama 2 minggu. Cara penghitungan yaitu 1 Finger Tip Unit (FTU) pada laki laki mengandung 0,5 g. Jika pada seorang laki- laki terdapat lesi pada 2 kaki. Maka laki laki tersebut membutuhkan 0,5 gr/hari dimana area kaki x 2 TFU. Laki laki 0,5, jadi 4 x 0,5 sehingga di dapatkan 2 gr/hari (2 TFU). Lama pemberiannya selama 14 hari, jadi total kebutuhan salap selama 14 hari adalah 28 gram. Sediaan kortikosteroid topical pada mometason furuote 0,1 % ointment kemasan 10 gram. 5 Prognosis pada kasus ini Quo Ad vitam
:bonam
Quo Ad functionam
: bonam
Quo Ad sanationam
: bonam
Quo ad cosmetict
: bonam
39
BAB V KESIMPULAN
Neurodermatitis sirkumskripta adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai degan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang – ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik..1 Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien bernama Tn. F, 59 tahun dengan diagnosis neurodermatitis sirkumskripta. Pengobatan pada kasus ini diberikan pengobatan secara sistemik dan topical. Untuk oral diberikan antihistamin cetirizine 1x10 mg selama 7 hari, dan untuk topical mometasone furoate 0,1% dioleskan sehari 2 kali pada daerah lesi. Edukasi terhadap pasien, hindari garukan atau gosokan yang terus menerus. Lesi jangan digaruk apabila gatal karena akan menimbulkan lesi yang baru lagi dan memperparah kondisi kulit pasien. Hindari pakaian ketat dan tidak menyerap keringat serta diganti setiap hari.
40